Mikologi-Kedokteran PDF
Mikologi-Kedokteran PDF
Mikologi
i*ri, jilii:ir?,i:ifi il!*
aiuii,illf i:1.'lillrii*!l:i!It
!*irrri::!rr::lrilliltill::t:liii:li:.;
llrilr?l,i;!:i]it,:iil*1.:irliii
Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungi. insiden paling tinggi- kandic'liasis dan dermatofitosis--
'I'erdapat lebih dari 50.000 spesies fungi, tetapi sebagian disebabkan oleh fungi yang meruPakan anggota flora
besar fungi bermanfaat bagi manusia. Fungi terdapat di mikroba normal atau yang dapat bertahan hidup pada
alam dan diperlukan dalam pemecahan serta daur ulang pejamu manusia. Untuk memudahkan, mikosis dapat
bahan organik. Beberapa fungi meningkatkan kualitas diklasifikasikan: super{isial, kutan, subkutan, sistemik,
hidup kita dengan ikut berperan dalam produksi makanan dan oportunistik (Tabei 1+5-1). Penggolongan rnikosis
dan minuman keras. Fungi lain berperan sebagai obat dalam kategori tersebut menunjukkan tempat masuk fungi
dengan menghasilkan metabolit sekunder bioaktif yang dan tempat pertama kali fungi menyebabkan infeksi.
berguna seperti antibiotik (misal, penisilin) dan obat- Namun, dapat terjadi tLrmpang tindih karena mikosis
obatan imunosupresif (misal, siklosporin). Para ahli sistemik dapat bermanifestasi pada subkutan dan juga
genetika dan biologi molekular telah memanfaatkan fungi sebaliknya. Sebagian besar pasien yang mengalami infeksi
sebagai sistem model untuk penelitian terhadap berbagai oportunistik menderita penyakit penyebab yang serius
proses eukariot. Fungi mempunyai dampak yang sangat dan mempunyai daya tahan tubuh yang terganggu. Alan
besar terhadap ekonomi sebagai fitopatogen; setiap tahun, tetapi, mikosis sistemik primer juga dapat terjadi pada
industri pertanian menderita kerugian panen yang besar pasien tersebut, dan infeksi oportunistik juga dapat
akibat penyakit fungi pada tanaman. Untungnya, hanya diderita oleh individu imunokompeten. Selama infeksi,
beberapa ratus spesies fungi yang menyebabkan penyakit kebanyakan pasien menghasilkan resPons imun humoral
manusia dan 90o/o infeksi fur-rgi pada manusia dapat dan selular yang signifikan terhadap antigen fungi.
disebabkan oleh beberapa lusin spesies fungi. Selama dekade terakhir, insiden infeksi mikotik
Semua fungi adalah organisme eukariot dan masing- mengalami peningkatan. Fungi patogen tidak meng-
masing sel fungi mempunyai sekurang-kurangnya satu hasilkan toksin poten, dan mekanisme patogenisitas fungi
inti dan membran inti, retikulum endoplasma, rumit serta poligenik. Sebagian besar mikosis sulit
mitokondria, dan aparatus sekresi. Kebanyakan fungi diobati. Untungnya, terdapat peningkatan minat terhadap
bersifat aerob obligat atau fakultatif. Fungi bersifat lungi yang penting secara medis dan terhadap pencarian
kemotropik, menyekresi enzim yang mer.rdegradasi faktor virulensi serta target teraper,rtik potensial.
berbagai substrat organik menjadi nutrien yang dapat
larut yang kemudian diabsorpsi secara pasif atau diarnbil SIFAT UMUM & KLASIFIKI\SI FUNGI
ke dalam sel dengan trar.rspor aktif.
Seperti dinyatakan dalani Bab 1, fungi tumbul.r dalam
Infeksi fungi disebut mikosis. Sebagian besar {Lrngi
dua bentuk dasar, sebagai ragi dan kapang. Pertumbuhan
patogen bersifat eksogen dan habitat alaminya adalah air,
dalam bentuk kapang terjadi melalui produksi koloni
tanah, dan debris organik. Mikosis yang mempunyai
filamentosa multiselular. Koloni tersebut terdiri dari
tubulus silindris bercabang yang disebut hifa, mempunyai
'Associate Professor, Department of Molecular Genetics and Microbiology,
Duke University Medical Center, Durham, North Carolina diameter bervariasi dari 2 1'rm .sampai 10 pm. Massa hifa
635
635 / BAB 45
DAFTAR ISTILAH
Kohidia:Struklur,reproduksi aseksual (mitospora)'yang ', ,r: Fungi imperfekta: Fungi yang tidak memiliki,reproduksi r:,:.'
: rrt 'dihasilkan baik dari transformasi ragi vegetatif ' ,rr, seksual; fungi tersebut digambarkan hbr-rya dengan': ,,
maupun sel hifa atau dari sel konidiogenosa khusus, anamorf, keadaan reproduksi mitotik atau aseksual.
yang dapat berbentuk sederhana atau kompleks dan Fungi ini diidentifikasi berdasarkan struktur reproduksi
, berelaborasi. Konidia dapat ter:bentuk pada hifa - :: aseksual (yaitu, mitospora). '
I : 'khulus dan,disebut konidiofora. Mikrokonidia Kapang: Koloni miselium atau hifa atau,bentUk' -:: ":"t::l:
merupakan konidia kecil, dan makrokonidia periumbuhan.
:',:' :merupakan konidia besar dtau multisel. ' I Miselium: Massa atau lapisan hifa, koloni kap'ang;. ,:
,,.,lArtiokonidia (artrbspora): Konidia yang,dihasilkan Fungi perfekta: Fungi yang mampu melqkrlkan, ,,: , :
reproduksi aseksual, atau konidia (Lihat Gambar 45-l disebut pseudohifa. Koloni ragi biasanya lunak, opak,
sampai 45-9). berukuran 1-3 mm, dan berwarna krem. Oleh karena
Ragi adalah sel tunggal, biasanya berbentuk sferis koioni dan morfologi mikroskopik kebanyakan ragi sangat
sampai elips dengan diameter bervariasi dari 3 pm.sampai serupa, spesies ragi diidentifikasi berdasarkan uji fisiologi
15 pm. Kebanyakan ragi bereproduksi dengan membentuk dan beberapa perbedaan morfologi yang penting.
tunas. Beberapa spesies menghasilkan tunas yang tidak Beberapa spesies fungi bersifat dimorfik dan mampu
dapat lepas dan memanjang; setelah proses pembentukan tumbuh sebagai ragi atau kapang bergantung pada
tunas dihasilkan rantai sel ragi yang memanjang, yang keadaan lingkungan.
Gambar 45:2. Klamidokonidia terminal dan interkalaris Gambar 45-3- G eotrich u m. Pem bentu ka n a rtrokoni di a
(klamidospora). (artrospora). Artrokonidia yang sedang berkecambah.
638 BAB 45
Gambar 45-4. Rhizopus. Rhizoid, sporangiospora, dan Selain pertumbuhan vegetatifnya sebagai ragi atau
sporangia yang berkembang.
kapang, lungi dapat menghasiikan spora untuk
meningkatkan keiangsungan hidupnya. Spora dapat
Semua fungi rnempunyai dinding sel kaku penting terdispersi dengan mudah, bersifat lebih resistan dalam
yang menentukan bentuknya. Dinding sel sebagian besar keadaan buruk, dan dapat bergenninasi pada kondisi
terdiri dari lapisan karbohidrat-*rantai panjang pertumbuhan yang baik. Spora dapat berasal dari
polisakarida-serta glikoprotein dan lipicl. Selama infeksi, reprodr-rksi aseksual atau seksual--keadaan anamorfik dan
dinding sel fungi rnernpunyai sifat patobiologi penting: tcleomorfik. Spora asel<sual adalah progeni mitotik (yaitr-r,
Komponen permukaan dinding sel memediasi pelekatan n.ritospora) dan idcntik secara genctis. Fungi medis
fungi ke sel pejamu. Polisakarida dinding sel dapat menghasilkan dua tipe utama spora aseksual, konidia dan,
mengaktivasi kaskade komplemen dan mencetuskan pada zygomycetes, sporangiospora. Gambaran informatif
reaksi inflamasi; polisakarida tersebut tidak dapat spora antara lain or-rtogeni (beberapa kapang menghasilkan
didegradasi oleh pejamu dan dapat dideteksi dengan struktur konidiogenik yangb kompleks) serta mor-
pewarnaan khusus. Dinding sel melepaskan antigen fologinya (ukuran, bentuk, tekstur, warna, dan
imunodominan yang dapat menimbulkan respons imun uniselularitas atau multiselularitas). Pada beberapa fungi,
selular dan antibodi diagnostik. Beberapa ragi dan kapang sel vegeratif dapat bertransformasi menjadi konidia (misal,
mempunyai dinding sel yang mengalami melanisasi, artrokonidia, klamidospora). Pada fungi lain, konidia
memberi pigmen coklat atau hitam. Fungi tersebut adalah dihasilkan oleh sel konidiogenosa, seperti suatu fialida,
dematiaseosa. Pada beberapa penelitian, melanin telah yang dapat melekat ke hifa khusus yang disebut
dihubungkan dengan viruler-rsi. konidiofora. Pada zygomycetes, sporangiospora
Gambar 45-5. Skopulariopsis. Konidiofora mengandung Gambar 45-7. Kladosporium. Rantai blastokonidia.
anelida yang menghasilkan rantai konidia. Konidium Konidium terminal adalah yang paling muda dan
terminal adalah yang paling tua. bertunas dari konidium subterminal.
MIKOLOGI KEDOKTERAN / 639
A. ZYGOI.IYcETES
B. AScOHYcETES
C. BASIDIOMYcETES
Gambar 45-8. Penisilium. Rantai konidia dihasilkan oleh
fialida, yang ditunjang oleh konidiofora bercabang. Ileproduksi seksual menghasilkan empat basidiospora
Konidium terminal adalah yang paling tua. progeni vang ditunjang oleh basidium berbentuk gada.
Flifa mempunyai septa kompleks. Contoh: Jamur,
dihasilkan dari repiikasi n-ritotik dan produksi spora dalam Filobasidiella neoformans (anamorf, Cryptococctts
struktur seperti kantong yang disebut sporangium, yang neoformans).
ditunjang oleh sporangiofora.
D. DEUTERoMYcETES
Klasifikasi Kelompok ini merupakan pengelompokan artifisial untuk
Klasifikasi fungi didasarkan pada mekanisme dan spora fungi imperfekta yang, si{ht releomorf atau reproduksi
yang berasal dari reproduksi seksual, yang pada sebagian seksualnya belum ditemukan. Keadaan anamorfik
bcsar keadaan, melibatkan strain yang dapat berpasangan, ditandai dengan konidia aseksual. Bila ditemukan siklus
menjalani fusi dan meiosis nuklear, dan pertukaran seksual, suatu spesies digolonglcan kembali yang
informasi genetik. Kelompok taksonomi utama menunjukkan filogeninya secara te pat. Contoh:
dicantumkan di bawah ini. Suatu spesies dapat dikenaii Coccidioicles immitis, Paracoccidioides brasiliettsis, Candida
dan didefi nisikan berdasarkan keadaan aseftsualnya (yaitu, albicans.
imperfekta atau anamorfik) , tetapi teleomorf atau
identitas seksualnya mungkin mempunyai nama yang PERTUMBUHAN & ISOLASI FUNGI
berbeda.
Kebanyakan fungi terdapat di alam dan tumbuh dengan
f"l mudah pada ternpat sederhana yang mengandung nitrogen
dan karbohidrat. Dahulu, agar Sabouraud, yang
l.o l mengandung gLrkosa dan pepton rermodifikasi (pFI 7,0),
x 1000
spesies hewan tertentu masih mampu menyebabkan 45-10). Bergantung pada macamnya, koloni T mentagrlPhltes
infeksi pada manusia. Umumnya, suatu spesies yang dapat berbentuk seperti kapas sampai granular; kedua
berkembang keluar dari lingkungannya dalam tanah ke tipe memperlihatkan kelompok mikrokonidia sferis yang
pejamu hewan Lertentu atau manusia, spesies tersebut berbentuk seperti anggur yang banyak di cabang terminal.
kehilangan kemampuan untuk menghasilkan konidia Hifa yang me lingkar atau be rbentuk spiral se ring
aseksual dan bereproduksi secara seksual. Spesies ditemukan pada isolat primer. Koloni tipikal I rubrum
antropofili, yang menyebabkan infeksi pada manusia mempunyai permukaan seperti kapas yang berwarna putih
dalam jumlah yang paling besar, menyebabkan infeksi dan mempunyai pigmen tidak dapat berdifusi berwarna
kronik dan relatif ringan pada manusia, menghasilkan merah pekat bila dilihat dari sisi koloni sebaliknya.
beberapa konidia dalam biakan, dan dapat sulit dibasmi. Mikrokonidia berukuran kecil dan piriformis (berbentuk
Sebaliknya, dermatofita zoofili dan geofili, yang kurang buah pir). T tonsurans menghasilkan koloni seperti bubuk
beradaptasi dengan pejamu manusia, menimbulkan atau beludru yang rata pada permukaan bagian depan
infeksi inflamasi yang lebih akut vang cenderung sembuh dan berwarna coklat kemerahan pada sisi sebaliknya;
lebih cepat. Dermatofita ditularkan melalui kontak dengan mikrokonidia sebagian besar memanjang.
tanah yang terkontaminasi atau dengan hewan atau Microsporum sp. cenderung menghasilkan makro-
manusia yang terinFeksi. konidia multiseiular yang khas dengan dinding bergerigi
Beberapa spesies antropofili secara geografi tidak (Gambar 45'1rI). Kedua jenis konidia dihasilkan
tersebar luas, tetapi spesies lain, seperti Epidermophyton tersendiri pada genus tersebut. M canis membentuk koloni
floccosum, Trichophyton mentagrlPhltes var interdigitale, T dengan permukaan seperti kapas berwarna Putih dan
rubrum, dan Z tlnsurans, tersebar luas di dunia. Spesies berwarna kuning pekat di permukaan sebaliknya;
geofili yang sering menyebabkan infeksi pada manusia makrokonidia berdinding tebal dengan sel berjumlah 8
adalah Microsporum gypseum. Spesies zoofili kosmopolitan sampai 15, sering mempunyai ujung yang melengkung
(dan pejamu alaminya) antara lain adalah Microsporum atau berkait. M gypseum menghasilkan koloni sePerti
canis (anjing dan kucing), Microsporum gallinae (unggas), bubuk berwarna coklat dan makrokonidia dalam jumlah
Microsporutn nAnum (6abi), 7lichophyton equinum (kuda), banyak yang berdinding tipis, bersel empat sampai enam.
dan Tiichophyton uerrucosun (lembu). Microsporum sp. h^nya menginfeksi rambut dan kulit.
Epidermophyton floccosum, yang merupakan satu-
Morfologi & ldentifikasi satunya patogen pada genus ini, hanya menghasilkan
Dermatofita diidentifikasi berdasarkan gambaran koloni makrokonidiaJ yang berdinding haius, berbentuk gada,
dan morfologi mikroskopik setelah pertumbuhan selama bersel dua sampai empatr dan tersusun dalam dua atau
2 minggu pada suhu 25 {tC pada agar dekstrosa Sabouraud, tiga kelompok (Gambar 45-11). Koloni ini biasanya rata
Spesies trichophyton, yang dapat menginfeksi rambut, dan seperti beludru dengan warna coklat sampai kuning
kulit, atau kuku, menghasilkan mikrokonidia khas dan kehijauan. E floccosum menginfeksi kulit dan kuku, tetapi
makrokonidia silindrik yang berdinding halus (Gambar tidak menginfeksi rambut.
T mentagrophytes
T rubrum
i,\,q^/)
T
a':0
"'u
tonsurans ?
"- €
Gambar 45-10. Spesies Trichophyton. Makrokonidia, hifa spiral, dan mikrokonidia tipikal
642 BAB 45
Microsporum gypseum 1
L_)
AekE
t[* ^'-E \
?-
tll
,-Y "\rl? "\u1
=\\ #"\?
Gambar 45-1 7. Mikrokonid ia dan makrokonidia khas.
ff{ill I
IKIinis
Tinea korporis (kurap) Kulit halus, tidak berambut. Bercak sirkular dengan tepi vesikular T rubrum, E floccosum
yang merah meninggi dan bagian
tengah bersisik. Gatal.
Tinea pedisl Ruang antar jari kaki pada Akut: gatal, vesikular merah. Tiubrum, T mentagro-
(athlete's foot) orang yang memakai sepatu Kronik: gatal, bersisik, kulit pecah- phytes, E floccosum
peca h .
Tinea kruris (jock itch) Lipat paha Lesi bersisik dan eritema di daerah T rubrum, T mentagro-
intertriginosa. Gatal. phytes, E floccosum
Tinea kapitis Rambut kepala. Endotriks: Daerah botak sirkular dengan T mentagrophytes, M canis
fungi di dalam batang patahan rambut di atas atau pada
rambut. Ektotriks: fungi di folikel rambut. Kerion jarang. Rambut
permukaan rambut. yang terinfeksi mikrosporum
berfl u oresensi.
Tinea unguium Kuku Kuku menebal atau remuk di bagian T rubrum, T mentagro-
(onikomikosis) distal; berubah warna; tidak bercahaya. phytes, E floccosum
Biasanya disertai tinea pedis
Dermatof itid Biasanya daerah samping Lesi berupa vesikel sampai bula yang Tidak ada fungi dalanr lesi
(reaksi id) dan fleksor jari. Telapak gatal. Paling sering disertai tinea pedis. Dapat terjadi infeksi
tangan. Semua tempat di sekunder oleh bakteri
tubu h.
lDapat disertai lesi pada tangan dan kuku (onikomikosis).
Spesies zoofili dapat menginduksi reaksi gabungan Spesimen ditutup dengan kaca penutup segera diperiksa,
hipersensitivitas dan in{larnasi yang berat, disebut kerion. dan diulangi lagi seteiah 20 menit. Pada kulit atau kuku,
Manifestasi tinea kapitis lainnya adalah favus, suatu tanpa memandang spesies penginfeksi, terlihat hifa
infeksi inflamasi akut pada fblikel rambut yang bercabang atau rantai artrokonidia (artrospora) (Gambar
disebabkan oleh 7 schoenleinii, yang menyebabkan 45-12). Pada rambut, kebanyakan spesies mikrosporum
pembentukan scutula (krusta) di sekitar folikel. Pada membentuk lapisan spora yang tebal mengelilingi rambut
rambut yang terkena infelai jamur, hifa tidak membentuk (ektotriks). T tonsurans dan I uiolaceum dapat dikenali
spora, tetapi dapat ditemukan pada batang rambut. Tinea karena menghasilkan artrokonidia di dalam batang rambut
barbae mengenai daerah berjanggut. Terutama bila (endotriks).
dermatofita zoofili terlibar, dapar timbul suatu reaksi
inflamasi yang hebat yang hampir menyerupai infeksi C. BIAKAN
piogenik.
Identifikxi Dermatofta sp. memerlukan biakan. Spesimen
diinokulasi ke dalam agar kapang inhibitorik atau bagian
E. REAKSI TRIKoFITID
miring agar Sabouraud yang mengandung sikloheksimid
Pada perjalanan dermatofitosis, penderita dapat menjadi dan kloramfenikol untuk menekan pertumbuhan kapang
hipersensitif terhadap kandungan atau produk frrngi dan dan bakteri, diinkubasi selama 1-3 minggu pada suhu
mengalami manifestasi alergi--disebut dermatofitid ruangan, kemudian diperiksa dalam biakan kaca objek
(biasanya vesikel)-di lokasi tubuh mana pun, paling jika diperlukan. Spesies diidentifikasi berdasarkan
sering di tangan. Uji kulit trikofitin secara jelas positif morfologi koioni (kecepatan pertumbuhan, tekstur
pada orang tersebut. permukaan, dan pigmentasi), mor{ologi mikroskopik
(makrokonidia, mikrokonidia), dan pada beberapa kasus,
Uii Laboratorium Diagnostik kebutuhan nutrisi.
A. SPESIMEN
Pengobatan
Spesimen adalah hasil kerokan kulit dan kuku ditambah
Pengobatan terdiri dari pengangkatan semua struktur
rambut yang dicabut dari daerah yang terkena penyakit.
epitel yang terinfeksi dan mari serta penggunaan antibiotik
Rambut yang terinfeksi mikrosporum memberikan
atau zat kimia antifungi secara topikal. lJntuk mencegah
fluoresensi di bawah lampu \Wood dalam ruang gelap.
reinfeksi, area tersebut harus dijaga tetap kering, dan
B. PEHERIKSAAN MIKRoSKoPIK sumber infeksi, seperti hewan peliharaan yang terinfeksi
atau perlengkapan mandi yang digunakan secara bersama,
Spesimen ditempatkan di atas kaca objek dalam tetesan
harus dihindari.
10-20o/o kalium hidroksida, dengan atau tanpa calcofluor
white, yang merupakan pewarna dinding sel fungi
nonspesifik yang dilihat dengan mikroskop fluoresen.
A. TINEA KAPITIS
Infeksi kulit kepala diobati dengan griseofulvin selama
4-6 minggu. Melakukan keramas dengan sampo yang
sering dan pemakaian krim mikonazol atau agen antifungi
topikal lain dapat e{Lktif jika digunakan selama beberapa
rninggu. Selain itu, ketokonazol, itrakonazoi, dan
terbinafin juga cukup efektif.
C, TINEA UNGUIUM
*f,1. .i'..':''',,9l,,.:
Ilungi mikosis seca.ra normal terdapat
1,ang menyebabkan -. s ,1. .,.,r. .. ., ..':.
pada tanah atau tumbul.ran. Fungi memasuki kulit atau
jaringan subkutan melalui inokulasi traumatik olelr bahan
yang terkontaminasi. 13iasanya, iesi membentuk
granuloma dan n-reluas secara lambat dari area implantasi.
Ekstensi melalui aliran limfatik yang mendrainase lesi,
terjadi sccara lambat kecuali pad,a sporotrikosis. Mikosis
tersebut biasanya terbatas di jaringan subktrtan, terapi
pada kasus yang jarang c'lapat rnenjadi sistemik dan
menyebabkan penyakit yang n.rernbahayakan jiwa.
SPOROTHRIX SCHENCKII
Sporothrix scltenckii adalah lungi dimorfik secara termal
yang hidup pada tumbuhan. Fungi terscbut dihubr-rngkan
dengan berbagai tanaman--rurrpur, pohon, lumut
sfagutrm, semak mawar, dan tlnaman hortikultura
lainnya. Pada suhLr yang sama c'lengan lingkr,rngan sekitar,
fungi rumbuh scbagai kapang, menshasilkan koniclia dan
hifa ini bercabang yarrg berscpta. Pada jaringan atau ia
uitro dengan suhu 35-37 0C fungi ini tumbuh sebagai
Gambar 45-1 3. Sporothrix schenckii. A: Blastokonidia
ragi tunas yang kecil. Setelah masuk ke dalam kulit melalui
yanE terlihat pada jaringan atau biakan 37 0C. B:
trauma, S schenckii menyebabkan sporotrikosis, suatu Pembentukan konidia pada biakan 30 0C.
infeksi granulomatosa kronik. Episode awal secara kh:rs
diikuti oleh penyebaran sekunder yang mengenai aliran
limfatik dan kelenjar getah.
Struktur Antigen
Morfologi & ldentifikasi Suspensi salin yang mati oleh pemanasan dari biakan
S schenchii turnbuh baik pada medium agar rutin, dan atau fraksi karbohidrat (sporotrikin) akan menghasilkan
pada suhu ruangan koloni muda berwarna kehitaman dan uji kulit lambat positif pada manusia atau hewan yang
berkilap, menjadi berkerut dan melengkung seiring terinf'eksi. Berbagai uji serologi telah dikembangkan dan
bertambahnya usia. Pigmentasi strain bervariasi dari kebanyakan ;rasien, serta beberapa orang normal,
bayangan hitam dan abu-abu sampai keputihan. n.rempunyai antibodi spesifik atau reaktif silang.
Organisme menghasilkar.r hifa bersepta yang bercabang
dan konidia kecil yang khas (3-5 pm), agak berkelompok Patogenesis & Temuan Klinis
di ujung konidio{bra yang lonjong (Gambar 11!-ll). Isolat Konidia atau fragmen blfe S schentAil masuk ke clalarn
juga dapat membentuk konidia yang lebih besar sccara kulit mclalui traurna. Pasien serir.rg melaporkan adanya
langsung dari hifa. S schenckii bersifat dimorfik secara rirvayat traruna yang berhubungan dengan aktivitas di
('C
termal dan pada suhu 35 pada medium kandungannya luar ruangan dan bercocok tanam. Lesi awal biasanya
kaya, fungi iniberubah menjadi sel ragi tunas yang terletak di ekstremit:rs, tetapi dapat ditemul<an di tempat
memperbanyak diri dengan bentuk yang bervariasi tetapi lain (anak sering mengalami lesi di wajah). Sekitar 75olo
sering kali fusilormis (sekitar 1-3 X 3-i0 pm), seperti i<asus adalah limfokutaneus; yaitu, lesi awal timbul sebagai
yang diperlihatkan pada Gambar 45-13. nodul granulomarosa yang dapat berkembang membentuk
suatu lesi ulseratif atau nekrotik. Sernentara itu, aliran
646 BAB 45
limfatik menebal dan terbentuk seperti tali. Nodul serum pasien yang terinfeksi tetapi ddak selalu bersifat
subkutan multipel dan abses terjadi di sepanjang aliran c.liagnostik.
limfatik.
Sporotrikosis terfiksasi adaiah suatu nodul non- Pengobatan
llmfangidk tunggal yang terbatas dan kurang progresif.
Pada beberapa kasus,. infeksi dapat sembuh sendiri.
Lesi terfiksasi ini lebih sering terjadi di
daerah endemik
Meskipun pemberian orai larutan jenuh kaiium iodida
seperti Melaiko, tempat terdapatnya tingkat pajanan yang
dalam susu sangat efektif, banyak pasien yang sulit
tinggi dan imunitas pada masyarakat. Imunitas mernbatasi
menoleransi. Itrakonazol oral atau azol lainnya merupakan
penyebaran lokal inFelcsi.
pengobatan pilihan. Untuk penyakit sistemik, diberikan
Biasanya terdapat pe nyakit sistemik ringan yang
amfoterisin B.
disebabkan oleh lesi tersebut, tetapi dapat terjadi
penyebaran, terutama pada pasi,en yang lemah. Pada kasus
Epidemiologi & Pengendalian
yang jarang, sporotrikosis paru primer disebabkan oleh
inhalasi konidia. Manifestasi tersebut menyerupai S schenckii terdapat di seluruh dunia yang berhubungan
tuberkulosis kavitasi kronik dan cenderung terjadi pada erat dengan tanaman. Misal, kasus yang disebabkan oleh
pasien dengan gangguan imuniras selular. kontak dengan lumut sfagnum, duri mawar, kayu busuk,
jerami cemarai rumput dari padang rumput, dan
Uji Laboratorium Diagnostik tumbuhan lain. Sekitar 75ok kasus terjadi pada pria, baik
karena pajanan yang lebih besar atau karena perbedaan
A. SPESIMEN
kerentanan yang terkait kromosotl-X. Insiden lebih tiriggi
Spesimen dapat berupa bahan biopsi atau eksudat dari pada pel<erja pertanian dan sporotrikosis dianggap
lesi granulosa atau ulseratif. scbagai risiko pckerjaan untuk penjaga hutan, ahli
holtikultura, dan pekerja di bidang yang sama.
B. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Pencegahannya berupa tindakan untuk meminimalkan
Meskipun spesimen dapat diperiksa secara langsung inokulasi yang tidak disengaja dan penggunaan fungisida,
dengan KOH atau pewarnaan calcofluor white, ragt jarang apabila tepat, untuk menangani kayu. Hewan juga rentan
ditemukan. Meskipun ragi jarang ditemukan pada terhadap sporotrikosis.
jaringan, sensitivitas potongan histopatologi ditingkatkan
dengan pewarnaan rutin dinding sel fungi, seperti perak KROMOBLASTOMIKOSIS
metenamin Gomori, yang mewarnai dinding sel menjadi
hitam, atau pewarnaan asam-Schiff periodik, yang Kromoblastomikosis (kromomikosis) adalah suatu infeksi
memberi warna merah pada dinding sel. Selain itu, mikotik sr.rbkutan yang disebabkan oleh satu dari lima
spesimen dapat diidentifikasi dengan pewarnaan antibodi agen fungi yang dikenal yar.rg terdapat dalam tanah dan
fluoresen. Ragi berdiamerer 3-5 pm dan berbentuk sferis tumbuh-tumbuhan melalui inokulasi traumatik. Semuanya
sampai panjang. adalah fungi dematiaseosa yang mempunyai dinding sel
Struktur lain yang disebut badan asteroid sering terlihat yang mengalami melanisasi: Phia/ophora uerrucosa,
di jaringan, terutama di daerah endemik seperti Meksiko, Fonsecaeapedrosoi, Rhinocladiella aquaspersa, F'onsecaea
h ia lop hora carrion ii, Infeksi bersifat
com?acta, dan C ladop
Afrika Seiatan, dan Jepang. Pada jaringan yang diwarnai
hematoksilin dan eosin, badan asteroid terdiri dari sel kronik dan ditandai dengan perkembangan lambat lesi
ragi basofili sentrai yang dikelilingi oleh materi eosinofili granulomatosa progresif yang seiring waktu akan
yang memanjang secara radial, yang merupakan deposit menginduksi hiperplasia jaringan epidermal.
kompleks antigen-antibodi dan komplemen.
Morfologi & ldentif ikasi
C. BIAKAN Fungi dematiaseosa serupa dalam hal pigmentasi, struktur
Metode diagnosis yang paling dapat dipercaya adalah antigen, morfologi, dan sifat fisiologi. Koloninya padat,
biakan. Spesimen digoreskan pada agar kapang inhi- berwarna coklat pekat sampai hitam, dan menghasilkan
bitorik atau agar Sabouraud yang mengandung antibiotik permukaan seperti beludru yang sering kali berkerut.
0C. Agen kromoblastomikosis diidentifikasi dari cara
antibakteri dan diinkubasi pada suhu 25'30
Identifikasi ditegakkan dengan pertumbuhan pada 35 0C konidiasinya. Pada jaringan, fungi tersebut tampak sama,
dan terjadi perubahan bentuk menjadi ragi. menghasilkan sel coklat sferis (diamercr 4-12 pm) yang
disebut badan sklerotik atau muriformis yang dibagi oleh
D. SEROLOGI
sekat melintang. Sekat pada bidang yang berbeda disertai
Aglutinasi suspensi sel ragi atau partikel lateks yang pemisahan yang berjalan lambat dapat menghasilkan
diselubungi oieh antigen timbul dalam titer tinggi dengan kelompok empat sampai delapan sel (Gambar 45-1,4).
MIKOLOGI KEDOKTERAN 647
Sel dalam krusta superfisial atau eksudat dapat mengalami Patogenesis & Iiemuan Klinis
germinasi menjadi hifa bercabang, yang bersekat.
Fungi masuk ke dalam kulit melalui trauma, sering pada
rungkai atau kaki yang terbuka. Selama berbulan-bulan
A. PHIALoPHoRA VERRUcosA
sampai bertahur.r-tahun, Iesi primer menjadi verukosa dan
Konidia dihasilkan dari fialida berbentuk botol dengan berbentuk seperti veruka dengan ekstensi sepanjang aliran
kolaret berbentuk mangkuk. Konidia yang matang, limfatik. Nodul seperti kernbang kol disertai abses yang
berbentuk sferis sampai oval dikeluarkan dari fialida dan membentuk krusta pada akhirnya menutupi area terscbut.
biasanya menumpuk di sekitarnya. Ulserasi kecil atau "titik hitam" bahan hemopurulen
terdapatdi permukaan seperti veruka. Pada kasus yang
B. CLADopHtALopHoRA (cLADospoRtuH) cARRtoNtt jarang, eiefantiasis dapat disebabkan oleh infeksi
Ckdophialophora Sp. dan Cladosporium Sp. menghasilkan sekunder, obstruksi, dan fibrosis saluran limfe. Penyebaran
rantai konidia yang bercabang dengan tunas di distal ke bagian tubuh lain sangat jarang terjadi meskipun lesi
(akropetal). Konidium tern-rinal suatu rantai menghasilkan satelit dapat terjadi akibat penyebaran limfatik lokal atau
konidium selanjutnya melalui proses pertunasan. Spesies autoinokulasi. Secara histologis, lesi bersifat granulo-
diidentifii<asi berdasarkan perbedaan panjang rantai serta matosa dan badan sklerotik gelap dapat terlihat dalam
bentuk dan ukuran konidia. C carrionii menghasilkan leukosit atau sel raksasa.
konidiofora yang memanjang dengan rantai konidia oval
yang bercabang dan paniang. Uji Laboratorium Diagnostik
C, RHINocLADIELLA AoUASPERSA
A. SPESTMEN
Spesies tersebut menghasilkan konidia terminal atau Spesimen dari kerokan atau biopsi iesi
lateral dari pemanjangan sel konidiogenosa-slratu proses
simpodial. Konidia berbentuk elips sampai gada. B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Hasil kerokan ditempatkan dalam KOH 10o/o dan
D, FoNSEcAEA PEDROSOI diperiksa secara mikroskopis untuk mencari se1 sleris
Fonsecaea adalah genus poiimorfik. Isolat dapat yang gelap. Pener-nuan badan sklerotik bersifat diagnostik
memperlihatkan (1) fialida; (2) rantai blastokonidia, sama untuk kromoblastomikosis tanpa memandang agen
dengan Cladosporium Q.; at"u (3) simpodiai, konidiasi etiologinya. Potongan jaringan memperlihatkan granuloma
dpe rhinocladiella. Sebagian besar strain -F pedrosoi dan hiperplasia luas jaringan dermis.
membentuk rantai blastokonidia bercabang pendek serta
konidia simpodial. C. BIAKAN
Spesimen harus dibiakkan pada agar kapang inhibitorik
E. FoNSEcAEA C?MPA|TA atau agar Sabouraud dengan antibiotik. Dematiaseosa Sp.
Blastokonidia yang dihasiikan oleh F compacta berbentuk diidentifikasi berdasarkan karakteristik struktur konidia,
hampir sferis dengan dasar lebar yang menghubungkan seperti yang dijelaskan di atas. Terdapat banyak kapang
konidia. Struktur tersebut lebih kecil dan lebih padat dematiaseosa saprofitik yang serupa, tetapi kapang
daripada F pedrosoi. tersebut berbeda dari spesies patogen karena tidal<
mampuan tumbuh pada suhu 37 "C dan mampua
mencerna gelatin.
Pengobatan
Eksisi bedah dengan tepi lebar adalah pengobatan pilihan
untuk lesi kecil. Kemoterapi dengan flusitosin atau
itrakonazol dapat efektif untuk lesi yang lebih besar.
Pemberian panas secara lokal juga bermanfaat. Sering
terjadi relaps,
Epidemiologi
Kromoblastomikosis terjadi terlltama di daerah tropis.
Fungi bersifat saprofitik, mungkin terdapat pada tumbuh-
Gambar 45-1 4. Kromomikosis Sel fungi berpigmen tumbuhan dan tanah. Penyakit terutama terjadi pada
terlihat pada sel raksasa. tungkai pekerja pertanian yang bertelanjang kaki setelah
648 BAB 45
masuknya fungi melalui trauma. Kromoblastomikosis yang tidak menggunakan sepatu. Misetoma hanya terjadi
tidak menular. Penggunaan sepatu dan pelindung tungkai sporadisdi luar daerah tropis dan terutama sering
dapar mencegah inFeksi. ditemukan di India, Afrika, dan Amerika Latin.
Aktinomisetoma dibahas pada Bab 13.
FAEOHIFOMIKOSIS
Faeohifomikosis adalah suatu istilah yang digunakan Morfologi & ldentif ikasi
untuk infeksi yang ditandai adanya hifa bersekat yang Agen fungi misetoma antara lain: Pseudallescheria boydii,
berpigmen gelap dalam jaringan. Baik infeksi kutan Madurella mycetomatis, Madurella grisea, Exophiala
maupun sistemik pernah dilaporkan. Bentuk klinis jeanselmei, dan Acremonium falciforme. Di Amerika
bervariasi dari kista tak berkapsul solitar dalam jaringan Serikat, spesies yang paling banyak adalah P boydii yang
subkutan sampai sinusitis dan abses otak. Lebih dari 100 merupakan homotalik dan mempunyai kemampuan
spesies kapang dematiaseosa menyebabkan berbagai jenis menghasilkan askospora dalam biakan. E jeanselmei dan
infeksi faeohifomikotik. Semua spesies tersebr,it 'Madurella .Sp. adalah kapang dematiaseosa. Kapang
merupakan kapang eksogen yang secara normal terdapat tersebut diidentifikasi tetutama melalui cara konidiasinya.
di alam. Beberapa kapang yang sering menyebabkan P boydii dapat juga menyebabkan pseudallescheriasis, yang
faeohifonrikosis subkutan adalah Exophiala jeanselmei, merupakan infeksi sistemik pada pasien imunokompromais.
Ph ialop h ora ri c h ardsiae, Bip o laris sp ic ifera, dan Wangie lla Pada jaringan, granula misetoma dapat berukuran
dermatitidis. Spesies tersebut dan spesies lain (misal, sampai 2 mm. Warna granul dapat memberikan informasi
Exserohilunt rlstratum, spesies alternaria, dan spesies mengenai agen. Misalnya, granula misetoma yang
kurvularia) juga dapat menyebabkan faeohifomikosis disebabkan oleh ? boydii dan A falciforme berwarna putih;
sistemik. Insiden faeohifomikosis dan jumlah patog€n granula mise toma akibat M grisea dan -E jeanselmei
telah meningkat pada tahun-tahun belakangan baik pada berwarna hitam; dan M mycetomatis menghasilkan granul
pasien imunokompromais maupun pasien imunokompeten. merah gelap sampai hitam. Granula tersebut keras dan
Dalam jaringan, hifa berukuran besar (berdiameter mengandung hifa bersepta yang saling terjalin (lebarnya
5-10 pm) dan sering terdistorsi serta dapat disertai sel 3-5 pm). Hifa secara khas terdistorsi dan membesar di
ragi; tetapi struktur tersebut dapat dibedakan dari fungi bagian periler granula.
lain berdasarkan melanin dalam dinding selnya. Spesimen
dibiakkan pada medium fungi rutin untuk meng-
identifikasi agen etiologi. Pada umumnya, itrakonazol Patogenesis & Temuan Klinis
atau flusitosin adalah obat piiihan untuk faeohifomikosis Misetoma terjadi setelah inokulasi traumatik dengan tanah
subkutan. Abses otak biasanya bersifat fatai, tetapi ketika yang terkontaminasi salah satu agen. Jaringan subkutan
diketahui, dapat diobati dengan amfoterisin B dan pada kaki, ekstremitas bawah, tanganr dan area terbuka
pembedahan. Penyebab utama faeohifomikosis serebral adalah yang paling sering terkena. Tanpa memandang agen,
adalah Cladop hialophora bantiana. patologi misetoma ditandai dengan supurasi dan
pembentukan abses, granuloma, dan pembentukan sinus
drainase yang mengandung granula. Proses ini dapat
MISETOMA
menyebar ke otot dan tulang di dekatnya. Lesi yang tidak
Misetoma adalah infeksi subkutan kronik yang diinduksi diobati menetap selama bertahun-tahun dan meluas lebih
oleh satu dari beberapa spesies fungi saprofitik atau bakteri dalam serta ke perifer, menyebabkan deformasi dan
aktinomisetes yang normalnya ditemukan di dalam tanah hilangnya lungsi.
melalui inokulasi traumatik. Gambaran klinis misetoma Pada kasus yang sangat jarang, P boydii dapat
adalah pembengkakan lokal dan sinus yang ber- mengalami penyebaran pada pejamu imunokompromais
hubungan-sering juga berdrainase--mengandun g granul, atau menyebabkan infeksi benda asing (misal, Pacu
yang merupakan mikrokoloni agen yang ditanamkan jantung).
daiam materi jaringan. Suatu aktinomisetoma adalah
misetoma yang disebabkan oleh actinomycetes;
Uj i Laboratorium Diagnosti k
eumisetoma (maduromikosis, kaki Madura) adalah suatu
misetoma yang disebabkan oleh fungi. Perjalanan penyakit Granula dapat didiseksi keluar dari pus atau bahan biopsi
dan gambaran klinis kedua jenis misetoma sama, tetapi untuk pemerilaaan dan biakan pada medium yang sesuai.
aktinomisetoma dapat bersifat iebih invasif, menyebar \Varna, tektur, dan ukuran granula serta adanya hialin
dari jaringan subkutan ke otot di bawahnya. Tentu saja, atau hifa berpigmen (atau bakteri) membantu rnenentukan
pengobatannya berbeda. Misetoma ditemukan di seluruh agen penyebab. Misetoma drainase sering mengalami
dunia, tetapi lebih sering pada golongan kurang mamPu superinfeksi oleh stafilokokus dan streptokokus.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 649
Koksidioido, Parakoksidioido'
':mikoiis , Histoplasmosis Blastomikosis ':' :rmikosis; ' '
Etio log i Coccidioides immitis, H istop Iasma ca psu I atu m Blastomyces dermatitidis Paracoccidioides
C posadasii brasiliensis
Distribusi geografi Daerah sangat tandus Global: endemi di Ohio, Endemik sepanjang Amerika Tengah dan
di Amerika Serikat Missouri, dan lembah lembah sungai Mississippi, Selatan
bagian Barat Daya, sungai Mississippi; Ohio, dan St. Lawrence
Meksiko, Amerika Afrika bagian tengah dan di Amerika Serikat
Serikat dan Tengah (var duboisii) bagian Tenggara
Konidia (<35 oC) Hifa berseptum hialin Hifa berseptum hialin, Hifa berseptum hialin Hialin, hifa berseptum
dan artrokonidia, makrokonidra tuberkulat, dan konidiofora pendek dan konidia globosa
3x6pm 8-'l 6 pm, dan mikrokoni- yang mengandung satu jarang serta klamido-
dia oval kecil, 3-5 pm globosa sampai konidia spora
piriformis, 2-10 pm
Bentuk jaringan Sferul, 10-80 pm atau Ragi oval,2x4pm, Ragi berdinding tebal Ragi pertunasan
lebih besar, mengan- intraselular dalam dengan dasar lebat multipel, 15-30 pm
dung endospora, makrofag biasanya satu kuncup, atau lebih besar
2-4 pm 8-15 pm
lKeempat mikosis sistemik disebabkan oleh {ungi dimorfik dan ditularkan meialui lnhalasi konidia. Dengan pengecualian blastomikosis, terdapat buktl
kuatyang menunjukkan adanya angka infeksi yang tinggi dalam daerah endemik.Sembilan puluh persen atau lebih infeksi terjadi pada orang yang
imunokompeten, dan kebanyakan asimtomatik serta sembuh sendiri. Sampai 90% kasus penyakit simtomatik terjadi pada pria. Koksidioidomikosis dan
histoplasmosis sering terjadi di antara penderita AlD5 di daerah endemik.
&@
Gambar 45-15. Coccidioides immitis. l\: Dalam tanah. Pembentukan dan germinasi artrokonidia (artrospora). B:
Dalam jaringan. Pembentukan sferul dengan endospora.
dan sendi, serta meninger.rs. Terdapat manifestasi klinis l)aiarrr 2-1t minggtt sctelah infeksi, antibodi IgM terhadap
yang berbeda yang disebabkan oleh infeksi C immitis di koksidioidin dapat dideteksi dengan uji aglutinasi lateks.
setiap daerah tersebut dan daerah lainnya pada tubuh. Antibodi IgG spesifik dideteksi dengan uji imunodifusi
Penyebaran terjadi bila respons imun tidak adekuat (ID) atau fiksasi komplemen (CF). Dengan resolusi
untuk menahan fokus paru. Pada kebanyakan individu, episode primer, antibodi tersebut m€nurun dalam
uji kulit positif menandakan respons imun selular yang biberapa bulan. Sebaliknya, pada koksidioidomikosis
kuat dan perlindungan terhadap infeksi ulang. Nan.run, diserninata, titer antibodi CF terus meningkat. Titer di
apabila individu tersebut menjadi imunokompromais atas 1:32 menunjukkan adanya penyebaran dan
akibat mendapat obat sitotoksik atau akibat penyakit penurunannya selama pengobatan menLlnjukkan
(misal, AIDS), dapat terjadi penyebaran bertahun-tahun perbaikan. Namun, titer CF di bawah i:32 tidak
setelah infeksi primer (penyakit reaktivasi). Kotr<sidioido- menyingkirkan koksidioidomikosis. Tentu sa.ia, hanya
mikosis pada penderita AiDS sering munctrl dalam separuh pasien meningitis koksidioidal yang mengalami
bentuk pneumonitis retikulonodular difus yang secara peningkatan antibodi serum, tetapi kadar antibodi dalam
cepat bersifat fatal. Oleh karena adanya gambaran cairan serebrospinalis biasanya tinggi. Pada penderita
tumpang tindih pada radioiogi antara penyakit tersebut AIDS dengan koksidioidomikosis, uji serologi ini sering
dan pneumonia pneumosistis serta pengobatan berbeda n ega ri f.
untuk dua entitas tersebut, penting untuk menyadari
adanya kemungkinan pneumonia koksidioidal pada
penderita AIDS. Biakan darah sering positif untuk C
E. UJI KULIT
immitis. Uji kulit koksidioidinmencapai indurasi maksirnum
Pada pemeriksaan histoiogi, lesi akibat Coccidioides (diameter >5 mm) antara 24-48 jan: setelah injeksi
mengandung granuloma tipikal dengan sel raksasa dan perkutan 0,1 ml larutan standar. Jika pasien dengan
supurasi yang menyelingi. Diagnosis dapat ditegakkan penyakit diseminata mengalami anergi, uji kulit akan
dengan menemukan sferul dan endospora. Perjalanan negatif, menunjukkan prognosis yang sangat buruk. Dapat
klinis sering ditandai dengan remisi dan relaps. terjadi reaksi silang dengan antigen fungi lain. Sferulin
lebih sensitif daripada koksidioidin dalam mendeteksi
Uji Laboratorium Diagnostik reaktor. Reaksi teriradap uji kulit cend€rung mengalami
pengurangan ukuran dan intensitas bertahun-tahun setelah
A. SPESIMEN
infeksi primer pada orang yang tinggal di area endemik,
Spesimen untuk biakan dapat berupa sputum, eksudat tetapi r,rji kulit mernperlihatkan etek booster. Setelah pulih
dari lesi kutan, cairan spinal, darah, urinc, dan biopsi dari infeksi primer, biasanya terjadi kekebalan terhadap
jaringan. rein feksi.
652 BAB 45
B. PEMERIKSAAN MIKROSKoPIK
Sel ovoid kecil dapat diamati daiam makrofag pada
G ambar45-I 7. H i sto p I a sma ca psu I atu m. M a krofa g yan g potongan histologi yang diwarnai dengan pewarnaan fungi
mengandung sel ragi. (misal, perak metenamin Gomori, Schif{:-asam periodik,
atau calco;fluor white) atau pada apusan sumsum tulang
atau darah yang diwarnai Giemsa.
Patogenesis & Temuan Klinis
Setelah inhalasi, konidia tumbr-rh menjadi sel ragi dan C. BIAKAN
ditelan oleh makrofag alvcolar, tempat konidia mampu
Spesirnen dibiakkan dalam medium yang kaya, seperti
bereplikasi. Dalam makrofag, ragi dapat mcnyebar ke
agar darah glukosa sistein pada suhu 37 {)C dan agar
jaringan retikr-rloendotel scperti hati, lirnpa, sumsunr
Salrouraud atau agar kapang inhibitorik pada .suhu 25-
tulang, dan kelenjar getair bening. Rcaksi radang awal
30 0C. Biakan harr-rs diinkubasi minimal selatna 1+ minggu.
menjadi granulomatosa. Pada lebih dari 9570 kasus, I Iarus hati-hati terhad:rp hasil laboratorium jil<a
respons imun selular yang terjadi menyebabkan sekresi
mencurigai histoplasmosis karena metodc biakan darah
sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk menghambat
ldrusus, seperti medium kaldu fungi atau sentrifugasi lisis,
pertumbuhan ragi intraselular. Beberapa individu, dapat digunakan untuk meningkatkan penemuan F1
misalnya individu imunokornpeten yang rnenghirup
capsu/attttn.
inokulum berat, mengalami histoplasmosis paru akur,
yaitu sindrom seperti flu s.,vasirna yang ditandai dengan
demam, menggigil, mialgia, nyeri kepala, dan batuk
D. SERoLoGI
nonproduktif. Pada pemeriksaan radiografi, sebagian Llji CF untuk antibodi terhadap histoplasmin atau sel
besar pasien akan memperlihatkan limfadenopati hilus ragi menjadi positif dalam 2-5 minggu setelah infeksi.
dan infiltrat atau nodul paru. Gejala tersebut hilang secara Titer CF mer.ringkat selama penyakit progresif kemudian
spontan tanpa pengobatan dan nodul granulomatosa dalam turun sampai kadar sangat rendah ketika penyakit tidai<
paru atau tempat lain sembuh dcngan kalsifil'asi. aktif. Pada penyakit progresif, titer CF adalah >I:32.
Histoplasmosis paru kronik palir.rg sering terjadi pade C)leh karena dapat terjadi reaksi silang, antibodi rerhadap
pria dan biasanya proses reaktivirsi, munculnya lesi tidak antigen fungi lain diuji secara rutin. Pada uji ID, prcsil.ritin
aktif yang telah diperoleh beberapa tahun sebelumnya. terhadap dua antigen spesifik I{ capsulatunt terdeteksi:
Reaktivasi ini biasanya dicetuskan oleh kerusakan paru Adanya ar-rtibodi terhadap antigen I-I sering menandakan
seperti emfisema. histoplasmosis aktif, senentara antibodi terlradap antigen
Flistopiasmosis diseminata bcrat timbtrl pada M dapat timbul dari uji kr,rlit berulang atau pajanan di
sekelompok kecil individu yang terinfeksi-terutanla nrasa lalu. Salah satuuji paling sensitif adalah radioassay
bayi, orang tua, dan orxng yang mengalami imunosuprcsi, atau inmunoassay enzim untuk antige n II capsttlatunt
termasuk penderita AIDS. Sistem retikuloendotelium dalam sirkulasi. Hampir sernua pasien dengan
t€rutama mudah terkena, berupa terjadinya limfadenopati, histoplasmosis diseminata menunjukkan uji positif untuk
pembesaran limpa dan hati, demam tinggi, anemia, dan antigen dalam serum atau urine; kadar antigen turun
angka mortalitas yang tinggi tanpa pengobatan antifungi. setelah pengobatan yang sukses dan timbul kembali saat
654 BAB 45
Tabel 45-4. Ringkasan uji serologi untuk antibodi terhadap patogen fungi dimorf ik sistemik.
ll istoplasmosis CF H <84% kasus poasitif Perubahan titer Reaksi silang pada pasien
(titer >1:8) empat kali lipat blastomikosis, kripto
kokosis, aspergilosis; titer
dapat disokong uji kulit
dengan histoplasmin
ID Bcf <80% kasus positif, Hilangnya pita A Lebih spesifik dan sensitii
yaitu pita ,A daripada uji CF
Pa rakoksid ioido- CF 80-95o/o kasus positi{ Perubahan titer Beberapa reaksi silang
mikosis (titer >1:8) empat kali !ipat pada titer rendah dengan
serum aspergilosis dan
ka nd id iasis
'Uji: CF, fiksasi komplemen; lD, imunodifusi; TP, preslpitin tabung; ElA, immunoassay enzim'
,Antigen: C, koksidioidin; H, histoplasmin; Y, sel ragi H capsulatum; By, sel-sel ragi B dermatitidrs; Bcf, filtrat biakan sel ragi B dermatitidis; A, antigen
AB dermatitidis; P, f iltrat biakan sel ragi P brasitiensls. Pada uji imunodif usi, antiboditerdeteksi terhadap antigen spesifik spesies berikut ini: C immitis,
F, HL; H capsulatum, m dan h; B dermatitidis, A; dan P brasiliensis, 1,2, dan 3.
sperubahan empat kali lipat pada titer f iksasi komplemen (misal, penurunan dari 1:32 menjadi 1:8) dianggap signi{ikan, sebagaimana hilangnya antibodi
imunodi{usi spesif ik (yaitu, me njadi negatif).
MIKOLOGI KEDOKTERAN 655
relaps. tValaupun terjadi reaksi siiang dengan mikosis awal masa dewasa. Banyak penduduk akan mengalami
lain, uji untuk antigen ini iebih sensitif daripada uji kalsifikasi miliar di paru. Histoplasmosis tidak menuiar
antibodi konvensional pada penderita AIDS dengan dari orang ke orang. Penyemprotan formaldehid pada
histoplasmosis. tanah yang terinfeksi dapat membasmi H capsulatwm.
Di Afrika, selain patogen yang lazim, terdapat varian
E. UJI KULIT yang stabil, H capsulatum var duboisii, yang menyebabkan
histoplasmosis Afrika. Bentuk tersebut berbeda dengan
Uji kulit histoplasmin menjadi positifsegera setelah infeksi penyakit biasa; bentuk tersebut menyebabkan bagian paru
dan tetap positif selama bertahun-tahun. Uji tersebut dapat yang terkena lebih sedikit dan lebih banyak lesi pada
menjadi negatif pada histoplasmosis diseminata progresif. kulit dan tulang dengan sel raksasa dalam jumlah besar
Uji kulit berulang merangsang antibodi serum pada yang mengandung ragi, berbentuk lebih besar dan lebih
individu yang sensirif, yang mengganggu interpretasi sferis.
diagnostik uji serologi.
Setelah infeksi awal, sebagian besar orang tampak Blastomyces dermatitidis adalah fungi yang bersifat
memiliki kekebalan dengan berbagai derajat. Imuno- dimorfik sesuai perubahan suhu yang tumbuh sebagai
supresi dapat menyebabkan reaktivasi dan penyebaran kapang pada biakan, menghasilkan hialin, hifa bersepta
penyakit. Penderita AIDS dapat mengalami histo- yang bercabang dan konidia. Pada suhu 37 0C atau dalam
plasmosis diseminata bila terjadi reaktivasi atau infeksi pejamu, spesies tersebut berubah menjadi sel ragi runas
baru. tunggal yang besar (Gambar 45-18). B dermatitidis
menyebabkan blastomikosis, suatu infeksi kronik dengan
lesi granulomatosa dan supuratif yang bermula di paru,
Pengobatan
dari tempat ini penyebaran dapat terjadi ke setiap organ,
Histoplasmosis paru akut ditangani dengan pengobatan tetapi terutama kulit dan tulang. Penyakit disebut
suportif dan istirahat. Itrakonazol adalah pengobatan blastomikosis Amerika Selatan karena penyakit ini
untuk infeksi ringan sampai sedang. Pada penyakit endemik dan sebagian besar kasus terjadi di Amerika
diseminata, pengobatan sistemik dengan amfoterisin B Serikat dan Kanada. Meskipun prevalensi penyakit ini
sering bersifat kuratif meskipun pasien mungkin tinggi di Amerika Utara, blastomikosis telah ditemukan
memerlukan pengobatan lama dan pemantauan terjadinya di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia. Blastomikosis
kekambuhan. Penderita AIDS akan mengalami relaps bersifat endemik untuk manusia dan anjing di Amerika
secara khas walaupun telah diberikan pengobatan yang Serikat bagian timur.
bersifat kuratif pada pasien lain. Oleh karena itu, penderita
AIDS me merlukan pe ngobatan rumatan dengan Morfologi & ldentif ikasi
i rrakonazol.
Bila ,B dermatitidis tumbuh pada agar Sabouraud pada
suhu ruangan, timbul koloni berwarna putih atau
Epidemiologi & Pengendalian kecoklatan, dengan hifa bercabang yang mengandung
Insiden histoplasmosis paling tinggi di Amerika Serikat, konidia piriformis, ovoid, atau sferis (diameter 3-5pm)
yang merupakan daerah endemik meliputi negara bagian pada konidiofora lateral atau terminal yang ramping.
tengah dan timur dan terutama Lembah Sungai Ohio Dapat juga dihasilkan klamidospora yang lebih besar (7-
dan sebagian l.embah Sungai Mississippi. Sejumlah wabah 18 pm). Dalam jaringan atau biaka"n pada suhu 370 C, B
histoplasmosis akut disebabkan oleh pajanan banyak orang dermatitidis tumbuh sebagai ragi sferis, berinti banyak
dengan inokulum konidia yang besar. Keadaan tersebut dengan dinding tebal (8- 15 prm) yang biasanya
terjadi bila habitat alami H capsulatum terganggu, yaitu, menghasilkan satu tunas. Tunas dan induk ragi saling
tanah yang bercampur kotoran burung (misal, tempat melekat dengan dasar yang lebar dan tunas biasanya
bertengger burung jalak, kandang ayam) atau kotoran membesar sampai ukurannya sama dengan induk ragi
kelelawar (gua). Burung tidak terinfeiai, tetapi kotorannya sebelum terlepas. Koloni ragi berkerut, seperti lilin, dan
memberikan kondisi biakan yang baik bagi pertumbuhan lunak.
fungi. Konidia juga menyebar melalui angin dan debu.
Wabah urban histoplasmosis terbesar terjadi di Struktur Antigen
Indianapolis. Ekstrak filtrat biakan B dermatitidis meng,andung
Pada beberapa daerah yang sangat endemik, 80-90% blastomisin, kemungkinan campuran antigen. Seperti
penduduk mempunyai hasil uji kulit yang positif pada suatu reagen uji ku1it, blastomisin tidak memiliki
656 BAB 45
B. PEHERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Gambar 45-18. Blastomyces dermatitidis. A: Dalam Apusan basah spesimen dapat memperlihatkan tunas yang
jaringan atau biakan pada suhu 37 0C. B: Dalam biakan melekat luas pada sel ragi berdinding tebal. Hal ini juga
pada suhu 30 0C pada agar Sabouraud. dapat terlihat jelas pada porongan histologi.
atau kehilangan reakrivitas dan reaksi silang positif palsu Koloni biasanya timbul dalam 2 minggu pada agar Sabou-
terjadi pada orang yang terpajan fungi lain. Akibarnya, raud atau agar darah yang diperkaya pada suhu 30 0C.
suwei uji kulit populasi untuk menentr-rkan kadar pajanan Identifikasi spesies ditegakkan dcngan konversi menjadi
belum dapat dilakukan. Nilai diagnostik blastomisin bentuk ragi setelah penananran pada medium yang kaya
sebagai suatrr antigen pada uji CF juga masih pada suhu 37 0C melalui ekstraksi dan deteksi antigen A
dipertanyakan karer.ra sering terjadi reaksi silang; namun, spesifik B dermatitidis atau dengan probe DNA spesifik.
banyak pasien dengan blastomikosis yang tersebar luas
mempunyai titer CIr tinggi. Uji Il) dengan menggunakan D. SERoLOGI
antiserum referensi yang mcngadsorpsi dapat n-rer.rdeteksi
Seperti ditunjukkan pada Tabel 1+5-1+, an:ibodi dapat
antibodi terhadap antigen B dermatitidis spesifik, yang
diukur dengan uji CF dan ID. Pada EIA, titer antibodi
disebut antigen A. tJji yang lebih dapat dipercaya adalah
yang tinggi terhadap antigen A berkaitan dengan infeksi
immunoassay e nzim untuk antigen A. Motif imunodominan
diseminata atau infeksi paru progresif. Keseluruhan, uji
yang mungkin berperan menimbulkan respon.s imun
serologi untuk diagnosis blastomikosis dan juga untuk
selular protektif merupakan bagian dari permukaan sel
kasus mikosis endemik lainnya.
dan protein yang disekresi (\71-i).
anggota ltlora mikroba normal, kandida dan ragi serumpun Struktur Antigen
merupakan oportunis endogen. Mikosis oportunistik lain
Penggunaan antiserum teradsorpsi telah menunjukkan dua
disebabkan oleh fungi eksogen yang secara global terdapat
serotipe C albicans: A (mencakup C nopicalis) dan B.
di tanah, air, dan udara. Patogen yang lebih sering akan
Banyak antigen lain yang telah digolongkan, termasuk
dibahas, tetapi insiden dan daftar nama spesies fungi yang
protease yang disekresi, suatu enolase imunodominan,
menyebabkan infeksi mikotik serius pada orang yang
dan protein syok panas.
lemah terus berrnmbah,
Pada penderita AIDS, kerentanan dan insiden mikosis
oportunistik berbanding terbalik dengan jumlah limfosit
Patogenesis & Patologi
CD4. Kandidiasis superfisial (kutan atau mukosa) terjadi melalui
peningkatan jumlah kandida lokal dan adanya kerusakan
KANDIDA & RAGI SERUMPUN pada kulit atau epitel yang memungkinkan invasi lokal
oleh ragi dan pseudohifa. Kandidiasis sistemik terjadi
Beberapa spesies ragi genus kandida mampu menye- ketika kandida masuk ke aliran darah dan pertahanan
babkan kandidiasis. Spesies tersebut adalah anggota flora
pejamu fagositik tidak adekuat untui< menahan
normal pada ku1it, membran mukosa, dan saluran pertumbuhan dan penyebaran ragi. Dari sirkulasi,
pencernaan. Spesies kandida berkoloni di permukaan kandida dapat menginfeksi ginjal, melekat pada katup
rnukosa setiap manusia selama arau segera setelah lahir, jantung prostetik, atau menimbulkan infeksi kandida
dan selalu ada risiko infeksi endogen. Kandidiasis adalah
hampir di semua tempat (misal, artritis, meningitis,
mikosis sistemik yang paling sering terjadi dan agen yang
endoftalmitis). Histologi lokal lesi kutan atau mukokutan
paling sering ditemukan adalah C albicans, C tropicalis, ditandai dengan reaksi radang yang bervariasi dari abses
C parapsilosis, C glabrata, C guilliermondii, dan C piogenik sampai granuloma kronik. l.esi ini mengandung
dubliniensis. Penggunaan flukonazol yang meluas telah banyak sel ragi tunas dan pseudohifa. Bertambahnya
mencetuskan timbulnya spesies yang lebih resistan kandida dalam jumlah besar di daiam saluran cerna sering
terhadap azol misal, C hrusei dan C lusitaniae.
terjadi setelah pemberian antibiotik antibakteri secara
oral dan ragi dapat masuk ke dalam sirkulasi dengan
Morfologi & ldentifikasi melewati mukosa usus.
Pada biakan atau jaringan, spesies kandida rumbuh
sebagai sel ragi tunas, berbentuk oval (berukuran 3-6 pm). Temuan Klinis
Spesies tersebut juga membentuk pseudohifa ke tika tunas A. KANDIDIASIS PADA KUTAN DAN MUKoSA
terus tumbuh tetapi gagal lepas, menghasilkan ranrai se1
memanjang yang menyempit atau mengerur pada sepra Faktor risiko yang terkait dengan kandidiasis superfisial
di antara sel (Gambar 45-20). C albicans bersifat dimorfik; antara lain AIDS, kehamilan, diabetes, usia muda atau
selain ragi dan pseudohifa, spesies tersebut juga dapat tua, pil KB, dan trauma (luka bakar, maserasi kuht). Thrush
menghasilkan hifa sejati. Pada medium agar atau dalam oral dapat terjadi di lidah, bibir, gusi, atau palatum. Tiush
24 jam pada suhu 37 ')C atau suhu ruangan, spesies oral merupakan lesi pseudomembran berwarna keputihan
kandida menghasilkan koloni lunak berwarna krem berbentuk bercak sampai konfluen yang terdiri dari sel
dengan bau seperti ragi. Pseudohifa tampak sebagai epitel, ragi, dan pseudohifa. Thrush oral terjadi pada
pertumbuhan yang terendam di bawah permukaan agar. sebagian besar pengidap AIDS. Faktor risiko lain meliputi
Dua uji morfologi yang sederhana dapat membedakan C pengobatan dengan kortikosteroid atau antibiotik, kadar
albicans, patogen yang paling sering diremukan, dari glukosa tinggi, dan imunodefisiensi selular. Invasi ragi
spesies kandida lain: Setelah inkubasi dalam serum selama ke mukosa vagina menyebabkan vulvovaginitis, yang
sekitar 90 menit pada suhu 37 0C, sel ragi C albicans ditandai dengan iritasi, pruritus, dan duh vagina. Keadaan
'tersebut
akan mulai membentuk hifa sejati atau tubulus germinal sering didahului oleh faktor seperti diabetes,
(Gambar 45-20), dan pada medium yang kurang kehamilan atau obat antibakteri yang mengubah flora
nutrisinya, C albicans menghasilkan klamidospora sferis mikroba, keasaman lokal, atau sekresi. Bentuk kandidiasis
yang besar. Uji asimilasi dan fermentasi gula dapat kutan yang lain mencakup invasi ke kulit. Keadaan ini
digunakan untuk mempe rkuat ide ntifikasi dan terjadi bila kulit menjadi iemah akibat trauma, luka
menentukan spesies isolat kandida yang lebih sering, bakar, atau maserasi. Infeksi intertriginosa terjadi di
seperti C tropicalis, Cparapsilosis, Cguilliermondii, C kefyr, bagian tubuh yang lembab dan hangat seperti aksila,
C krusei, dan C lusitaniae; C glabrala merupakan spesies lipatan paha, dan lipatan inframamari atau intergluteal;
yang unik di antara patogen lain karena hanya paling sering terjadi pada orang gemuk dan penderita
menghasilkan sel ragi dan tidak mempunyai bentuk diabetes. Daerah yang terinfeksi menjadi merah dan
pseudohifa. lembab serta dapat timbul vesikel. Daerah interdigital
MIKOLOGIKEDOKTERAN 559
B. KANDIDIASIS SISTEMIK
B. PEMERIKSAAN MIKRoSKOPIK
B. PEMERIKSAAN MIKRoSKoPIK
Struktur Antigen Spesimen diperiksa pada apusan basah, baik secara
langsung rnaupun setelah pencampuran dengan tinta India,
Polisakarida kapsular, tanpa memandang serotipe,
yang menggambarkan kapsul.
mempunyai struktur )zang sama: Poiisakarida merupakan
polimer tak bercabang dan panjang yang terdiri dari
C. BIAKAN
poiimanosa te rkait-cr i,3 diperkuat dengan cabang
monomer terkait B pada xilosa dan asam glukuronat. Koloni muncul dalam beberapa hari pada sebagian besar
Selama infeksi, polisakarida kapsular dilarutkan dalam medium pada temperatur ruangan atau 37 0C. Medium
cairan spinal, serrrm, atau urine dan dapat dideteksi dengan sikloheksimid menghambat C neoformans dan
dengan aglutinasi partikel lateks yang dilapisi antibodi sebaiknya dihindari. Biakan dapat diidentifikasi dengan
terhadap polisakarida. Dengan pengendalian yang tepat, pertumbr,rhan pada 37 0C dan deteksi urease. Selain itu,
uji ini bersifat diagnostik untuk kriptokokosis. Antibodi pada substrat difenolik yang tepat, fenol oksidase (atau
pasien terhadap kapsul juga dapat diukur, tetapi tidak lakase) C neoformans menghasilkan melanin dalam
digunakan dalam diagnosis. dinding sel dan koloni menghasilkan pigmen coklat.
Patogenesis D. SERoLoGI
Uji untuk antigen kapsular dapat dilakukan pada cairan
In{eksi terjadi setelah menghirup sel ragi, yang di alam
serebrospinalis dan serum.Uji aglutinasi preparat lateks
bersifat kering, berkapsul minimal, dan mudah
unruk antigen kriptokokus positif pada 90o/o penderita
diaerolisasi. Infeksi paru prirner dapat asimromatik atau
meningitis kriptokokus. Dengan pengobatan yang efektif,
menyerupai infeksi pernapasan seperti influenza, sering
titer antigen dapat turun-kecuali pada penderita AIDS,
kali sembuh spontan. Pada pasien yang terganggu, ragi
yang sering tetap mempunyai titer antigen tinggi untuk
dapat memperbanyak diri dan menyebar ke bagian tubuh
jangka waktu lama.
lain, tetapi terutama ke. sistem saraf pusat, yang dapat
menyebabkan meningoensefalitis kriptokokus. T'empat
Pengobatan
lain yang sering menjadi tempat penyebaran termasuk
kulit, mata, dan kelenjar prostat. Reaksi radang biasanya Pengobatan kombinasi menggunakan amfoterisin B dan
minimal atau berupa granuloma. flusitosin telah dianggap sebagai pengobatan standar untuk
meningitis kriptokokus, meskipun nranfaat penambahan
Temuan Klinis flusitosin masih kontroversiil. Amfoterisin I3 (dengan atau
tanpa flusitosin) bersifat kuratif pada sebagian besar
Manifestasi klinis utama adalah meningitis kronik dengan pasien. Oleh karena penderita AIDS dengan kripto-
eksaserbasi dan remisi spontan. Meningitis dapat kokosis hampir selalu mengalami kckambuhan bila
menyerupai tumor otak, abses otak, penyakit sistem saraf amfoterisin B dihentikan, mereka memerlukan
pusat degeneratif, atau meningitis mikobakteri atau fungi. pengobatan supresif dengan flukonazol secara terus-
'Iekanan cairan serebrospinalis dan protein dapat
menerus. Flukonazol dapat menembus sistem saraf pusat
meningkat, dan jumlah sel meningkat sedangkan glukosa dengan baik.
662 BAB 45
Aspergilus .lp. tumbuh secara cepat, menghasilkan hifa Setelah terhirup dan terjadi germinasi konidia, penyakit
aerial dengan ciri struktur konidia yang khas: konidiofora invasif berkembang rnenjadi proses pneumonia akut
panjang dengan vesikel terminai yang fialidnya dengan atau tanpa penyebaran. Pasien yang berisiko
menghasilkan rantai konidia yang bertumbuh secara adalah mereka yang menderita leukemia mielogenosa atau
basipetal (Garnbar t+5-9). Spesies diide ntifikasi limfositik dan limfoma, penerima transplantasi sumsum
berdasarkan perbedaan morfologi struktur, termasuk tulang, dan terutama mereka yang minum kortikosteroid.
ukuran, bentuk, tekstur, dan warna konidia. Gejala antara lain demam, batuk, dispnea, dan hemoptisis.
Hifa menginvasi lumen dan dinding pembuluh darah,
Patogenesis menyebabkan trombosis, infark, dan nekrosis. Dari paru,
penyakit ini dapat
menyebar ke saluran cerna, ginjal,
Pada paru, makrofag alveolar mampu menelan dan hati, otak, atau organ lain, menimbulkan abses dan lesi
menghancurkan konidia. Namun, makrofag dari hewan nekrotik, Tanpa pengobatan yang cepat, prognosis untuk
yang diobati kortikosteroid atau pasien imunokompromais pasien yang menderita aspergilos.is invasif sangat buruk.
mengalami penurunan kemampuan untuk mengandung Individu dengan penyakit dasar yang tidak terlalu
inokulum. Dalam paru, konidia me mbe sar dan mengganggu dapat mengalami aspergilosis pulmonal
bergerminasi menghasilkan hifa yang cenderung nekrotikans kronik, yang merupakan penyakit yang lebih
menginvasi kavitas yang sudah ada (aspergiloma atau bola ringan.
fungi) atau pembuluh darah.
Uji Diagnostik Laboratorium
Temuan Klinis
A, BENTUK ALERGI A, SPESIMEN
Pada beberapa individu yang atopik, pembentukan Sputum, spesimen saluran pernapasan lain, dan biopsi
antibodi IgE terhadap antigen permukaan konidia jaringan paru merupakan spesimen yang baik. Sampel
aspergilus menghasilkan reaksi asmatik segera pada darah jarang positif.
MIKOLOGI KEDOKTERAN 663
penurunan insiden pneumonia secara dramatik, tetapi alam dan menghasilkan spora di udara. Mikosis
insiden infeksi meningkat pada organ lain, terutama oportunistik tersebut kurang sering terjadi dibandingkan
limpa, kelenjar getah bening, dan sumsum tulang. kandidiasis, aspergilosis, dan mukortnikosis karena fungi
P jiroueci mempunyai bentuk berbeda secara bersifat kurang patogen. Kemajuan bidang kedokteran
morfologis: trofozoit berdinding tipis dan kista yang menyebabkan meningkatnya jumlah penderita imuno-
berdinding tebal, berbentuk sferis sampai elips (z+-6 Um;, kompromais; pada keadaan normal fungi nonpatogen
dan memiliki empat sampai delapan nukleus. Kista dapat dapat menjadi patogen oportunistik pada pasien tersebut.
diwarnai dengan pe'warnaan perak, biru toluidin, dan Infeksi sistemik yang menghancurkan disebabkan oleh
calcofluor white. Pada sebagian besar spesimen klinis, spesies Fusarium, Paecilomyces, Bipolaris, Curuularia,
trofozoit dan kista terbentuk massa padat yang mungkin Alternaria, dan lain-lain. Beberapa oportunis terbatas
menggambarkan cara pertumbuhannya dalam pejamu. P secara geografis. Misal, penderita AIDS di Asia
jiroueci mengandung glikoprotein permukaan yang dapat rnendapatkan infeksi sistemik oleh Peni i llium marneffei,
c
dideteksi dalam serum individu normal atau sakir akut. patogen dimorfik yang endemik di daerah tersebut.
P jiroueci adalah patogen ekstraselular. Pertumbuhan Faktor kontribusi lain adalah peningkatan penggunaan
dalam paru terbatas pada lapisan surfaktan di atas epitel antibiotik antifungi yang menyebabkan scleksi strain dan
alve olus. Pada penderita non-AIDS, infiltrasi ruang spcsies fr-rngi yang resistan.
alveolar oleh sel plasrna menyebabkan pner-rmonitis sel
plasma interstisial. Sei plasma ddak ada pada pneumonia
.
pneumocystis akibat AIDS. Hambatan pertukaran
oksigen menyebabkan sianosis.
I HIPERSENSITIVITAS
Untuk menegakkan diagnosis pneumonia pneumo- TERHADAP FUNGI
sistis, spesimen lavase bror.rkoalveolar, jaringan biopsi Sepanjang hidup, saluran napas terpajan konidia mclalui
paru, atau sputum yang diinduksi diwarnai dan diperiksa udara dan spora dari berbagai fungi saprofit. Partikel ini
apakah ada kista atau trofozoit. Pewlrnaan yang tepat biasanya memiliki antigen permukaan poten yang mampu
adalah Giemsa, biru toluidin, perak metenamin, dan menstimulasi dan menimbulkan reaksi alcrgi kuat.
calcofluor white. Antrbodi monoklonal spesifik tersedia Respons hipersensitivitas tersebut tidak mernerlukan
untuk pemeriksaan fluoresen langsung terhadap spesimen. pertumbuhan atau bahkan viabilitas fungi penginduksi
Pneumosistis tidak dapat dibiakkan. Uji serologi telah meskipun pada beberapa kasus (aspergilosis bronko-
digunakan untuk menegakkan prevalensi infeksi walaupun
pulmonal alergi) baik infeksi maupun alergi dapat terjadi
tidak berguna secara klinis. secara bersamaan. Bergantung pada lokasi penimbunan
Bila tidak ada keadaan imunosupresi, P jiroueci tidak alergen, pasien dapat menderita rinitis, asma bronkial,
menyebabkan penyakit. Bukti serologi menunjukkan bah-
alveolitis, atau pneumonitis generalisata. Individu yang
wa sebagian besar individu terinfeksi pada masa kanak- atopik le bih rentan. Diagnosis dan rentang re aksi
kanak dini dan organisme tersebar luas di seluruh dunia. hipersensitivitas pasien dapat ditentukan dengalr
Imunitas selular agaknya mernpunyai peran dominan pada
pemeriksaan kulit menggunakau ekstrak {'ungi.
resistansi terhadap penyakit karena penderita AIDS sering
Penanganannya dapat berupa penghindaran alergcn
mempunyai titer antibodi yang signifikan dan pneumonia pengganggu, pengobatan dengan kortikosteroid, atau
pneumosistis biasanya tidak terlihat sampai jumlah usaha untuk desensitisasi pasicn.
limfosit CD4 turun di bawah 4}Alp,l. Pajanan udara dalam ruangan tcrhadap sejumlah besar
Kasus pneumonia pneumocystis akut diobati dengar.r
spora fungi menyebabkan suatu keadairn yang disebut
trimetoprim-sulfametoksazol atau pentamidin isetionat. " sicb building syndrome" yang me nyebabkan kelembapan
Profilaksis dapat dilakukan dengan TMP-SMZ atau pada bahan bangunan, seperti kayu dan papan serat,
pentamidin aerosol setiap hari. Juga tersedia obat-obat memungkinkan kapang pengontaminasi bertumbuh
Iain. subur. Produksi dan kontaminasi udara dalam ruangan
Belum ditemukan adanya reservoir alami dan agen oleh konidia dalam jurnlah besar telah menyebabkan
mungkin merupakan anggota obligat flora normal. Orang kasus yang melemahkan pada alergi sistemik atau reaksi
yang berisiko diberikan kemoprofilaksis. Cara infeksi toksik. Sering infestasi kapang terlalu luas untuk
masih belum jelas dan penularan melalui udara mungkin dihilangkan dengan fungisida atau filtrasi dan banyak
terjadi. bangunan demikian telah dibongkar. Kapang pengganggu
biasanya adalah ascomycetes noninfeksius seperti
MIKOSIS OPORTUNISTIK LA,IN stachybotrys, cladosporum, fusarium, dan lain-lain.
r KEMOTERAPI ANTIFUNGI
Amfoterisin B
Terdapat sejumlah antibiotik yang terbatas, tetapi dengan
jumlah yang meningkat yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi mikotik. Sebagian besar mempunyai Mekanisme Kerja
satu keterbatasan atau lebih, seperti efek samping yang
besai, spektrum antifungi yang sempit, penetrasi yang Amfoterisin B diberikan secara intravena sebagai misel
buruk pada jaringan tertentu, dan pemilihan fungi yang dengan natrium deoksikolat yang dilarutkan dalam larutan
resistan. Obat-obat baru yang menjanjikan saat ini sedang dekstrosa. Meskipun amfoterisin didistribusikan secara
dikembangkan dan obat-obat lain sedang dievaluasi dalam iuas di dalam jaringan, obat ini melakukan penetrasi
uji coba klinis. Menemukan target yang tepat untuk fungi buruk ke cairan serebrospinalis. Amfoterisin B berikatan
sangat sulit karena fungi, seperti manusia, adalah kuat dengan ergosterol dalam membran sel. Interaksi
organisme eukariot. Banyak proses seluldr dan molekuiar tersebut mengubah fluiditas membran dan mungkin
yang sama, dan sering terdapat homologi yang luas di membentuk pori-pori pada membran yang menyebabkan
antara gen dan protein. hilangnya ion dan molekul kecil. Tidak seperti sebagian
Golongan obat yang saat ini tersedia meliputi poliena besar antifungi lain, amfoterisin B bersifat sidal. Sel
(amfoterisin B dan nistatin), yang berikatan dengan mamalia tidak memiliki ergosterol dan relatif resistan
ergosterol dalam membran sel; flusitosin, suatu analog terhadap cara kerja obat ini. Amfoterisin B berikatan
pirimidin; azol dan inhibitor sintesis ergosteroi lainnya, lemah dengan kolesterol pada membran mamalia dan
seperti aiilamin; ekinokandin, yang menghambat sintesis interaksi tersebut dapat menjelaskan toksisitasnya. Pada
glukan-B dinding sel; dan griseofulvin, yang mengganggu dosis rendah, amfoterisin B mempunyai efek imuuo-
pembentukkan mikrotubul. Saat ini yang sedang diteliti stimulatorik.
adalah inhibitor sintesis dinding sel, seperti nikkomicin
dan pradimicin, se rta sordarin, yang menghambat lndikasi
pemanjangan laktor 2. Amfoterisin B mempunyai spektrum luas dengan
efektivitas terhadap sebagian besar mikosis sistemik
AMFOTERISIN B utama, termasuk koksidioidomikosis, blastomikosis,
histoplasmosis, sporotrikosis, kriptokokosis, aspergilosis,
Penjelasan mukormikosis, dan kandidiasis. Respons terhadap
Antibiotik poliena utama adalah amfoterisin B, suatu amfoterisin B dipengaruhi oleh dosis dan laju pemberian,
metabolit streptomyces. Amfoterisin B adalah obat yang tempat infeksi mikotik, keadaan imun pasien, dan
paling efektif untuk mikosis sistemik yang berat. kerentanan bawaaan terhadap patogen. Penetrasi pada
Antibiotik tersebut mempunyai spektrum luas, dan jarang persendian dan sistem saraf pusat buruk, dan pemberian
656 BAB 45
intratekal atau intraartikular dianjurkan untuk beberapa sitosin deaminase menjadi 5-fluorourasil dan bergabun'g
infetrai. Amfoterisin B digunakan dalam bentuk kombinasi menjadi asam 5-fluorodeoksiuridilat monofosfat, yang
dengan flusitosin untuk mengobati kriptokokosis. Bebe- mengganggu aktivitas timidilar sintetase dan sintesis DNA.
rapa fungi, sepefii Pseudallescheria boydii, tidak berespons Sel mamalia tidak memiliki sitosin deaminase sehingga
baik terhadap pengobatan dengan amfoterisin B. terlindungi dari efek toksik fluorourasil. Savangnya, mutan
resistan timbul secara cepat, membatasi pemakaian
Efek Samping flusitosin.
Semua pasien mengalami efek samping akibat amfo-
lndikasi
terisin B, meskipun efek ini sangat berkurang dengan
preparat lipid baru. Reaksi akut yang biasanya menyertai Flusitosin terutama digunakan bersamaan dengan
pemberian inrravena amfoterisin B berupa demam, amfoterisin B untuk pengobatan kriptokokosis dan
menggigil, dispnea, dan hipotensi. Efek tersebut biasanya kandidiasis. In uitro, obat ini bekerja secara sinergis
dapat diredakan dengan memberikan hidrokortison arau dengan amfoterisin B melawan organisme tersebut, dan
asetaminofen sebelumnya atau secara bersamaan. uji coba klinis menunjukkan efek yang menguntungkan
Toleransi terhadap efek samping akut terjadi selama dari kombinasi obat, terutama pada meningitis
pen go ba t an. kriptokokus. Kombinasi ini juga memperlihatkan
Efek samping kronik biasanya akibat nefrotoksisitas. penundaan atau pembatasan timbulnya mutan yang
Azotemia hampir selalu terjadi pada pengoba.tan resistan flusitosin. Dengan sendirinya, flusitosin e{ektif
amfoterisin B, dan kreatinin serum serta kadar ion harus melawan kromoblastomikosis dan infeksi fungi
dipantau secara ketat. Hipokalemia, anemia, asidosis dematiaseosa lain.
tubulus ginjal, nyeri kepala, mual, dan muntah juga sering
ditemukan.'Walaupun beberapa nefrotoksisitas bersifat Efek Samping
reversibel, namun tetap terjadi penurunan fungsi
Walaupun flusitosin mungkin mempuny'ai sedikit toksisitas
glomerulus dan tubulus ginjal secara permanen.
terhadap sel mamalia dan relatif dapat ditoleransi dengan
Kerusakan tersebut berhubungan dengan dosis total
baik, konversi flusitosin menjadi fluorourasil menye-
amfoterisin B yang diberikan. Toksisitas sangat berkurang
babkan terbentuknya senyawa yang sangat toksik yang
dengan formulasi lipid amfoterisin B (yaitu, Abelcet,
mungkin menyebabkan efek samping utama. Pemberian
Amphotec, dan AmBisome).
flusitosin jangka panjang menyebabkan supresi sulnsum
tulang, rambut rontok, dan abnormalitas fungsi hati.
FLUSITOSIN Konversi flusitosin menjadi fluorourasil oleh bakteri
Penjelasan enterik dapat menyebabkan kolitis. Penderita AIDS lebih
rentan terhadap supresi sumsum tulang oleh flusitosin
Flusitosin (5-fluorositosin) adalah derivat sitosin yang dan kadar serum sebaiknya dipantau secara ketat.
berfluor. Flusitosin merupakan senyawa antifungi oral
yang terutama digunakan bersama dengan amfoterisin B
AZOL
untuk mengobati kriptokokosis atau kandidiasis. Obat
tersebut juga efektif melawan banyak infeksi fungi Penjelasan
dematiaseosa. Flusitosin melakukan penetrasi dengan baik
Antifungi imidazol (misal, ketokonazol) dan triazol
ke dalam semua jaringan, termasuk cairan serebrospinalis.
(flukonazol, vorikonazol, dan itrakonazol) adalah obat-
H obat oral yang digunakan untuk mengobati berbagai
I infeksi fungi lokal dan sistemik (lihat Gamba.r 45-22).
Indikasi penggunaannya masih dievaluasi, tetapi obat-
r-Y" obat tersebut telah menggantikan amfoterisin B pada
berbagai mikosis yang kurang berat karena obat ini dapat
,^''(" diberikan secara oral dan kurang toksik. Imidazol lain-
NH, mikonazol dan klotrimazol-digunakan secara topikal dan
Flusitosin akan dibahas selanjutnya.
Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja
Azol mengganggu sintesis ergosterol. Obat tersebut
Flusitosin ditranspor secara aktif ke dalam sel-sel fungi menghambat sitokrom P-450 dependen 14c-demetilasi
oleh permease. Obat tersebut diubah oleh enzim fungi lanosterol, yang merupakan prekursor ergosterol pada
MIKOLOGI KEDOKTERAN 667
cHa
ill
F
_[il_
1\i/) (i Irl I
flV *'--Z*
I
p--r
r:2.$a F
U F
Itrakonazol
r-- N
lll)cr il ,I,N\
-N- \- \ztr
,rJ.- ( \",
o)*--o\-,/
-L---L o
"*,
-o 1-\ *f\* -
\J \J
3
- ",.
Ketokonazol Flukonazol
Gambar 45-22. Struktur antifungi azol. (Direproduksi seizin Katzung BG leditor]: Basicand Clinical Pharmacology,gth ed McGraw-Hill,
2003).
fungi dan kolesterol pada sel mamalia' Namun, 'sitokrom nonmeningeai, koksidioidomikosis, parakoksidioido-
l45b fungi kira-kira 100-1.000 kali lebih sensitif terhadap mikosis, dan histoplasmosis. Dari berbagai azol,
azol daripada dalam sistem mamalia. Berbagai azoi dibuat flukonazol mempunyai kemampuan penetrasi paling baik
unuk memperbaiki efektivitas, avaibilitas, dan farmako- ke sistem saraf pusat. Obat ini digunakan sebagai
kinetiknya serta mengurangi efek sampingnya. Golongan pengobatan rumatan untuk meningids akibat.kriptokokus
azol adalah obat yang bersifat fungistatik. dan koksidioides. Kandidiasis orofaring pada penderita
AIDS dan kandidemia pada pasien imunokompeten juga
lndikasi dapat diobati dengan flukonazol. Itrakonazol saat ini
Indikasi penggunaan antifungi azol akan menjadi lebih merupakan agen pilihan Pertama untuk histoplasmosis
luas apabila hasil studi jangka panjang-serta azol baru- dan biastomikosis serta kasus tertentu kolaidioidomikosis,
telah tersedia. Indikasi yang diterima untuk penggunaan parakoksidioidomikosis, dan aspergilosis. Obat ini juga
azol antifungi dijabarkan di bawah ini. ielah terbukti efektif untuk pengobatan kromomikosis
Ketokonazol berguna dalam mengobati kandidiasis dan onikomikosis yang disebabkan oleh dermatofit dan
mukokutan kronik, dermatofitosis, dan blastomikosis kapang lain. Triazol terbaru adalah vorikonazol yang dapat
658 BAB 45
diberikan melalui orai arau intravena dan mem, tubuh tetapi menumpuk dalam jaringan yang mengalami
perlihatkan spektrum aktivitas yang luas terhadap banyak keratinisasi. Dalam lungi, griseofulvin berinteraksi dengan
kapang serta ragi, rerurama aspe rgilosis, fusariosis, mikrotubulus dan mengganggu fungsi gelondong mitotik,
pseudallescheriasis, dan parogen sistemik jarang lainnya. menyebabkan inhibisi pertumbuhan. I-Ianya hifa yang
tumbuh secara aktif yang terkena. Griseofulvin secara
Efek Samping klinis berguna untuk pengobatan infeksi dermatofita pada
Efek sampin g azol rerurama berhubungan dengan kulit, rambut, dan kuku. Biasanya dibutuhkan pengobatan
kemampuannya untuk menghambat enzim sitokro mP450
oral selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
mamalia. Ketokonazol adalah paling toksik dan dosis Griseofulvin umumnya ditoieransi dengan baik. Efek
terapi dapat menghambat sintesis resrosteron serra samping yang paling sering terjadi adalah nyeri kepala,
kortisol, yang dapat menyebabkan berbagai efek reversibel
yang biasanya hilang tanpa penghenrian obat. Efek
seperti ginekomastia, penurunan libido, impotensi, samping yang jarang terjadi adalah gangguan pencernaan,
ketidakteraturan mensrruasi, dan kadang-kadang pusing, dan heparoroksisitas.
insufisiensi adrenal. Flukonazol dan itrakonarol dalam
dosis terapeutik yang dianjurkan tidak menyebabkan
gangguan steroidogenesis mamalia yang signifikan. Semua
antifungi azol dapat menyebabkan peningkatan
asimtomatik pada uji fungsi hati dan kasus hepatitis yang
jar ang. Vorikonazol menyebabkan gan gguan pen glihatan
cH3o
reversibel pada sekitar 30o/o pasien.
Karena antifungi azol berinreraksi dengan enzimP450 ct
yang juga berperan pada metabolisme obat, dapat terjadi Griseofulvin
beberapa interaksi obat yang penring. Peningkatan
konsentrasi antifungi azol dapat terjadi bila isoniazid,
fenitoin, atau rifampin digunakan. Pengobatan antifungi
TERBINAFIN
azol juga dapat menirebabkan kadar serurn siklosporin,
fenitoin, hipoglikemi oral, antikoagulan, digoksin menjadi Terbinafin adalah obat alilamin; obat tersebut
lebih tinggi daripada yang diharapkan dan mungkin juga menghambat sintesis ergosterol dengan mengham$at
pada obat lain. Mungkin diperlukan pengawasan serum skuaiena epoksidase. Terbinafin diberikan secara oral
kedua obat untuk mencapai renrang terapeutik yang untuk mengobati inlLksi dermatofita. Obat ini terbukti
sesuai. sangat efektif dalam me ngobari infeksi kuku serta
dermatofitosis lain. Efek samping tidak sering tetapi dapat
ECHINOCANDIN terjadi berupa disrres pencernaan, nyeri kepala, reaksi
kulit, dan hilangnya kemampuan mengecap. Untuk
Echinocandin adalah golongan baru agen antifungi yang pengobatan tinea unguium jangka panjang, terbinafin-
mengacaukan sintesis polisakarida B-glukan dinding sel serta itrakonazol dan flukonazol-dapat diberikan secara
pervasif dengan menghambat 1,3 B-glukan sintase dan intermiten, menggunakan protokol pengobatan berdenyut.
mengganggu integritas dinding sel. Obat yang baru-baru
ini disetujui, Kaspofungin memperlihatkan efektivitas AGEN ANTIFUNGI TOPIKAL
melawan aspergilosis invasif dan kandidiasis sistemik yang
disebabkan oleh berbagai spesies kandida. Bentuk Nistatin
intravena ini diindikasikan terutama untuk aspergilosis
Nistatin adalah antibiotik poliena, secara struktur terkait
refrakter. Kaspofungin ditoleransi dengan baik.
dengan amfoterisin B dan mempunyai cara kerja yang
sama. Nistatin dapat digunakan untuk mengobati infelai
GRISEOFULVIN kandida lokal pada mulut dan vagina. Nistatin juga dapat
Griseofulvin adalah antibiotik yang diberikan secara oral menekan kandidiasis esofagus subklinis dan pertumbuhan
yang berasal dari spesies penisillium. Obat tersebut kandida yang berlebih dalam saluran cerna. Tidak terjadi
digunakan untuk mengobati dermatofitosis dan harus absorpsi sistemik dan tidak ada efek samping. Namun,
diberikan dalam jangka panjang. Griseofulvin kurang nistatin terlalu toksik unruk diberikan secara parenteral.
dapat diabsorpsi dan rerkonsentrasi pada srratum
korneum, tempar obat ini menghambat pertumbuhan Klotrimazol, Mikonazol, & Azol Lain
hifa. Obat ini tidak mempunyai efek terhadap fungi lain. Berbagai antifun gi azol yang terlalu toksik un tuk di gun akan
Setelah pemberian oral, griseofulvin tersebar di seluruh secara sistemik tersedia dalam bentuk topikal. Klotrimazol
MIKOLOGI KEDOKTERAN / 669
krim atau bedak. Kandidiasis vulvovaginitis dapat diobati (E) Komponen dinding sel fungi jarang merangsang
respons imun
dengan supositoria vagina atau krim. Klotrimazol juga
tersedia dalam bentuk tablet hisap untuk pengobatan .,.4:.'Seorang pria,berusia 54 tahun mengalami nyeri
. ,: .'kepala yang perlahan-lahan memburuk diikuti
thrush oral dan esofagus pada pasien imunokompeten.
kelemahan progresif secara bertahap pada lengan
kanannya. Scan otak memperlihatkan lesi serebral
Agen Antifungi Topikal Lain kiri. Pada pembedahan ditemukan abses yang
dikelilingi oleh materi granulomatosa. Potongan
Tolnaftat dan naftifin adalah agen antifungi topikal yang jaringah dan biakan memperlihatkan hifa bersepta
-,
digunakan pada pengobatan berbagai infeksi dermatofita berpigmen gelap yang menunjukkan faeohifo-
dan tinea versikolor. Tersedia dalarn bentuk krim, bedak, ,,:'. ,'mikosii. lnfeksi tersebut dapat disebabkan oleh
dan semprotan. Asam undesilenat tersedia dalam beberapa ,,,:.,:' spe5ie5:dari .genus mana di .bawah ini? .
(A) Aspergillus
bentuk sediaan untuk pengobatan tinea pedis dan tinea (B) Cladophialophora
kruris. Meskipun asam undesiienat efektif dan dapat (C) Coccidioides
ditoleransi dengan baik, antifungi azo|, naftifin, dan (Dl Matassezia
tolnaftat lebih efektif. Haloprogin dan siklopiroi<s adalah r , (E) Sporothrix
agen topikal lain yang sering digunakan pada infeksi 5, Seorang pria berusia 35 tahun yang bekerja sebagai
dermatofita. petani di daerah tropis,Afrika Barat. Pada
tungkainya, timbul papula bersisik yang persisten.
Sepuluh bulan kemudian timbul kelompok lesi
. bersisik baru yang berwarna keunguan seperti
,' veruka.:' Lesi tersebut perlahan'lahan berkembang
i reRrnnYAAH LATtFtAn menjadi gambaran seperti bunga kol. Pasien
: didiagnosis kromomikosis (kromoblastomikosis).
Pernyataan manakah berikut ini yang paling tepat
,,,:!. di 'bawah I!l! yang tepat ,berkenaan dengan penyakit,tersebut?
'PeFyataah.manakah'
- , '.:.:,l:beik€naan dengan,tfu0gi?,. : . .,- .'..,,,, .. ,, , ,i .. .. .: (A):Pada jaringan. o;ganisme berubah menjadi sel
'::',:t :.(A) SemuA.fungi m?mpu lunbuh aebagai,'iagi dan sferis yang bereproduksi dengan fisi dan
ka pang memperlihatkan septasi melintang.
(B) Meskipun fungi merupakan
organisme (B) Agen etiologi adalah anggota endogen flora
eukariot, fungi tidak memiliki mitokondria :, , l.:r..'r:
mamalia dan: memiliki dinding sel yang
(Q Fungi bersifat fotosintetik bermelanin.
(D) Fungi mempunyai satu atau lebih nukleus dan (C) Penyakit tersebut disebabkan oleh satu spesies
,.:t.t.r,r:':'....-.-::' ki6mesom..-:. .:, , ,i
,., . r .
' (D) Sebagian besar infeksi sistemik
i:.t;,: r,(E)','B,eberdpa fungi memiliki membran sel (E) Sebagian besar infeksi bersifat akut dan
2. Pernyataan manakah berikut ini yang tepat sembuh spontan
,,,.'','.' ;r, berkedaan,deriga n inolfo,log i danr, pertu m bu ha n
l;
6. Seorang pria berusia 42 tahun, positif HlV, berasal
fungi?' dari Vietnam tetapi saat ini menetap di Arizona,
(A) Pseudohifa dihasilkan oleh semua ragi datang dengan lesi ulseratif yang nyeri di bibir
(B) Kapang menghasilkan hifa yang dapat atau rf:.,i:: ratas:(cheilitis). Dilakukan biopsi dan kaca objek
tidak dipisahkan dengan septum atau dinding histopatologi (pewarnaan hematoksilin dan eosin)
pembatas ' memperlihatkan struktur sferis (diameter 20-50 pm)
1.''1;.;(C};:1Kon'idiq]diha1i!k.i'n.melalui.reproduksi.seksual t'"',: ,r dengan dinding sel refraktertebal. Penyakit apakah
(D) Sebagian besar ragi tidak memiliki dinding sel paling mungkin sesuai dengan gambaran
t,t,,1,.:1.r',yang.
, .: :,,:, 'r.i,tdanlinelakukan:feprodnFf dgngan pertunasan ,
klinis tersebut?
' ,, (f) ,:gs!egibn r,besaf,,,kqpang,.-dimor{ik patogen ;:1,r:r:(A) lnfeksi oleh penic'i!!iam ,mairneffei .' ,
dan nekrosis Oi t.pautn hidung. Biakan sekrei (C) Penentuan tipe kapang secara rutin ditakukan
hidung yang berkabut memperlihatkan spesies dengan serangkaian uji fisiologi, seperti
rhizopus. lmplikasi apakah yang paling pent!ngr, kemampuan mengasimi.lasi berbagai gula
berkenaan dengan gambaran klinis tersebut? l, (D) Uji tubulus ge'rminal positif menunjukkan ':
(A) Tidak ada nilai diagnostik karena kapJng identif ikasi presumtif Ca nd id a tro pica I is secar a
tersebut adp!ah, kontaminan dari udara
(B) Harus dipikirkan pengobatan untuk mukor- i;; ;:i::t' tunas dan ounyut pseudohira adalah
rinoserebral (zigomikosis)
m-ikosis ,
t't'rr. khas untuk PneumocYstis iiroveci
(Q Sangat menunjukkan ketoasidosis' r"o-nn wanita p"k*.iu seks berusia 28 tbhun dari
(D) Sangat'menunjukkan infeksi HIV
(E) Pasien telah terpajan kontaminasi kapang di
t:::
California bagian selatan'inengeluh nyeri kepala. '
pusing. dari kadang-kadang mengalami episode
",. dalam ruangah j "*, ,
"mabuk" selama 2 minggu terakhir. Pungsi lumbal
g. s"orai,o anat< tat<i-tati b"r.rriu'8 tahun memiliki' mehunjukkan reduksj glukosa, peningkatan
lesi yan! gatal, bersisik, kering, dan sirkuijt' pada' protein, dan 450 leukosit'mononuklear pei mililiter.
tungkainya. Apa makna diagnostik daii penemuan , la positif HlV. Riwayatnya sesuai dengan meningitis
r::11
;i-l ' hifa bersepti, bercabang dan tidak berpigmen pada fungi yang disebabkan oleh Crypt'ococcis neo-
prepa rai ca ic of u o r w h itd:ikaf um:$ip-',kf da $ Aii ^ toriait, Cloccidioides
,i:..: I i
I L iil immitis, atau spesies kanijida.
kerokan lesi kulit tersebut? Uji manakah berikut ini yang bersifat konfirmatif?
(A) Kromomikosis (A) Meningitis yang disebabkan oleh C immitis
(B) Dermatof itosis dapat ditegakkan dengan uji positif C55 untuk
(C) Faeohifomikosis ,' l -- ., 1 t. antigen kJpsular kriptokokus -
(D) Sporotrikosis (B) Meningitis yang diiebab!an oleh C neoformans
'
(E) Tidak ada makna diagnostik dapat ditegakkan dengan uji positif CSS untuk I
i antibodi f iksasi komplemen terhadap koksidioidin
'9. Pernyataan manakah berkenaan dengan epi- (C) Meningitis yang disebabkan oleh spesies
demiologi kandidiasis yang tepat?
(A) Pasien yang menerima transplantasi,.surrtsurlt: : I candida dapat ditegakkan dengan observasi.
m!kroskopik seI ragi ova! $an pseudohifa
ttrlang tidak berisiko menderita kahdidiasis
'
sisteniik :r": ' i, .](o)Menin9itisyangdisebabkanolerrcimmitis
(Bi. Pasien dengan jumlal'r iuttaai' Jtuu'gunggutn dapat titegakkan'dengan uji kulit positif
pada neutrofil monosit.,tidak berisiko terhadap kokiidioidin
.da.n
i mengalami kandidiasis slstem.ik ''' 1
(C) ,fasien dengan diabetes tipe apa pun mem- t3.iernyataan miiakah mengenai. faeohi{omikosiil
punyai resistansi yang meningkat terhadap yang t€Pat?. .' ..., ;1 i
'r kandidiasis ,.. ; . , {A) lnfeksi hanya terjadi pada pasien imunokompeten ,
(D) p."J.iii. iroS sering,':ppg6galami. kandidiasis
",
(a)' lar!ngan yang terinfeksi memperlihatkan hifa
',,i,
mukokutan, seperti thrush oral; ' o.rr";ta.'beicabang dan tidak beipigmen
':^ (E) Kehamilan menuruhkan risiko vaginitis kandida (O
'r- Agen penyebab adalah anggota flora"mikroba
i .. nJrmal dan dapat diisolasi-dengan mudah dari
10.Pernyataan manakbh di bawah ini berkenaan . kulit dan':mukosa oraqg sehat." '
dengan dermatofitosis yang tePat? ' (D) Fieohifomikosis da'p"Jt memperli6atkan
(A) lnfeksi kronik disebabkan oleh deimatofita beberapa manifestasi klinis, termasuk penyakit
t , ,, zoofili,-seperli Microsporum canis .-subkutan atau sistemik, maupun sinusitis "', '
(e) tnfeksi akut disebabkan o!eh dermatofita (E) Kasus faeohifomikosis jarang berespons-
zoofili. seperti Microsporum' canis terhadap :pengobatan dengan itrakonazol
(C) Infeksi kronik disebabkan oleh dermatofita
l4.Seorang pqia penderiia AlD5 berusia 37 tahun, saat
' (D) antropofili,sepertiMicrosporumca.nis'...
lnfeksi akut disebabkan oleh derinatofita : ini hidup di lndiana, datang dengan osteomielitis
antropofili, seperti Microsporum caiis pada pinggul kiri. Dilakukan biopsi jarum sumsum
. tulang dan apusan calcofluor white memperlihat-
rr,i"rnyut"anr manakqh di bawah ini yang tepat kan berbagai sel mielogenosa. monoiit, dan,'
berkenaan denqan identifikasi laboratorium
fungi? ,' i. ,:
', (A)- gistoplasma capsulaiuln:iecara khas merner-
, selular ying birbent-uk elipidan berukuran sekilar
.
Diagnosis apakah yang paling mungkin?
:' lukanwaktuinIubasikurangdari4Sjamuniuk, (A) 1l*,
' , ?_{ Blastomikosis
menghasilkan bialcan yang positif dari spe- (B) Kandidiasis
' ', simen klinis .': : .-
. (C),Kriptokokosis : i
(B)
,
.:.
(A) Aspergilosis '",. : ]Ngiil9reordhE gefteija,,,mig1p.n usi$ 2a tbhuli''nes'atj,f
(B) Kandidiasis . , dari Colombia datang dengan lesi ulserasi yang
-HlV
(ci iiatorritomiIoiis '- '
-
i i 1i11$yeri
pbu$.f 1U ah 1r.Te f e$i ls,,eta ra $brl a h an rd ik:ero k
. (D) raeohifomikosis :
r:,:{-di n t.a
i
p
I
., langsung 'dan biakan spesime4 pernapasan ! , ?0;, P.,briiy,lja H nl :lm:b.n a l( a h,,. bn g : 1lg p ;1 fl.9.n O q.n a.i
memberikan hasil negatif. Uji kulit'dengan PPD, bl astom i kosis?
", ". . blqst.qmis in- koksidioidih;r,r9an i i$tliBliismini jug'a'i.l::.; (n) Sama seperti mikosis endemik lainnya, infeksi
negati{.Hasilujiserologisebagaibtritut:qr-1uil iilJ:.,1'r ijni{,efihdi,p$qr.e anl?ire dan p.anita
P,Liifr .
serum negitif untuk antigbn kapsular kriptokokus ii;:!,, }',)lfek$i berfi,lilp,Ui ky.f !t uan organiime serins
... . da f am {q.ri h ; (?) uj i l#rj riiddif,s.it,ir:A'l'lti $:n$ ,,,iii ..: i iriti:#;iimfny.Fbgrl rhelpa Hi l,!IanSi 1a|urran kemihi
itir,, ,.ltllipiiiri,.lbi.ti.nliiu'rhdu ei.::anligen f,f*.nt,i:,d-ql.1 ,i!. ...
,, imunodifuii negatif untuk presipitin terhadap (C) Penyakit ini endemik pada daerah tertentu di
:.ii1 r,,9,*tiEe1.,h';-,m,,::d n; dan"(3) uji ieium u-htuk .l Amerika Selatan
iili ;jihtitioo.i 51:!i':.@.ptem e,n tu r'si n eg atit.:ibtuk, ii (D) Pada jaringan, ditemukan sel ragi bertunas
lil,,,$lq.4ioayr;s.a@;'{lqiaii oin ullitrk antise!,.iig1 i' tunggal, berdinding tebal, besar dengan
serta mi-selium histoplasma capsulatum tetapi iliii ftupu,.lLgpii,rfebbi#dngangrl?r ahras.i:induk
menghasilkan titer 1:32 terhadap koksidioidin. , (E) Semua kasus memerlukan pengobatan dengan
lnterpreiasi manakah dari data-terrsebut yang paling
dapat dipercaya? '
'
r i i,ii'$nI*g'n
i;'r
' Jauraban I ,l
iiii ii i
kinkan , '
2.8.,'12.C: .". .
" 20. D
lttui ql l$$llt alReroitosis invasir,,, ,i : Kwon-Chung KJ, Bennett JEr Medical Mltcolog,, Lea & Febiger, 1992.
i$ttgfirami
rl8i F,€r$ial€,q'trp Alah.,i!.,,i 9. tepdt"mdngeiiii :1 ;l
Mikosis Subkutan dan Kutan
iil4$ p.t$t!$,t ,iiiy. Hdiid$|in,q $brl'ing. .th
Futherg:ill AW: Identifrcation of dematiaccous fungi and their rolc in
, i..r
1:::l
fseuda/ie.schel!9.fio ffi"Scbr 1p.c,iiia
pio.
ii
'l
human disease. Clin Inlect Dis 1996:22:S179.
, spermum) : Kaulfman CA, Hajch RA, Chaprnan SW: Practrce guidelines {br the
(B) Agen etiologi adalah fungi dimorfik nanagencnt of patients with sporotrichosis. CLin Infect Dis
| :::trr{c-}:iEFg, ui ,aEen,,,atio i !i+*ldj.kp.tah0i itl
2000;30:684.
N {.FJ,,$.,'qblggibnibeleli]itgl"uf rnetse:lii.ii subkutan dan,,,::i McGinnis MR, Fader RC: Mycetoma: A contellporary conccpt. Infect Dis
nonlimfangitik '
i ii
Mikosis Endemik Muler FM, Groll AH, Walsh TJ: Current approaches to diagnosis and
Franco M et al (editors): Poracoccidioidomycosls. CRC Press, 1994, treatment of fungal infections in children infected with hunan
immunodefrciency virus. Eur J Pediatr 1999;158:187
Kirldand TN, FiererJ; Coccidioidomycosis: A reemerging infectious disease.
Emerg infect Dis 1996;2:192. Nucci M et al: Risk factors for death among cancer patients with fungemia.
Clin Infect Dis 1998;27:707.
Patel RG et a1: Clinical presentation, radiographic fndings, and diagnostic
methods of pulmonary blastomycosis: A review of 100 consecutive Patterson DL, Singh N: Invasive aspergillosis in transplant recipients
cases. South Med J 1999;92:289. Medicine (Baltimore) 1999;78: 123
Stevens DA: Current concepts: Coccidioidomycosis. N Engl J Med Perfect JR, Schell WA: The new fungal opportunists are coming. Clin
1995;332;1077. Infect Dis L996;22:S I 1.2.
Wheat LJ: Endemic mycoses in AIDS: A clinical review. Clin Microbiol Pfaller MA: Nosocomial candidiasis: Emerging species, resenoirs, and
Rev 1995;8:146. modes of transmission. Clin Infect Dis 1996;22:S89.
Wheat lJ: Histoplasmosis: Recognition and treatment. Clin Infect Dis Revankar SG et al: Disseminated phaeohyphomycosis: Review of an
1994;19:S19. energing mycosis. Clin infect Dis 2002;34:467 .