Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DAN ASKEP SICKLE CELL ANEMIA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata kuliah : Keperawatan Medical Bedah 1

Dosen pengampu : Achmad sya’id, S.kp., M.Kep

Oleh :

2017-B

Rofiqoh (17010072)

Safira Andriyani (17010073)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)

STIKES dr. SOEBANDI JEMBER

2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat kesehatan
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“SICKLE CELL ANEMIA“ ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya tak lupa
juga sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SWT .

Kami sadar bahwa makalah ini msih belum sempurna dan msih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini . oleh karena itu , kami mohon saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik
dari sebelumnya .

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua .

Jember, 12 november 2018

Rofiqoh dan Safira

2
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................1

Kata pengantar .........................................................................................................2

Daftar Isi...................................................................................................................3

BAB 1 pendahuluan ...............................................................................................4

1.1 Latar belakang ....................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................6

1.3 Tujuan ................................................................................................................6

BAB 2 pembahasan ................................................................................................8

2.1 Defisiensi Anemia sel sabit ................................................................................8

2.2 Etiologi anemia sel sabit ....................................................................................8

2.3 Manifestasi Klinis anemia sel sabit ....................................................................9

2.4 Patofisiologi anemia sel sabit .............................................................................9

2.5 Parhway ............................................................................................................11

2.6 Managemen hasil .............................................................................................12

BAB 3 Asuhan Keperawatan ..............................................................................15

3.1 pengkajian ........................................................................................................15

3.2 Diagnosa keperawatan ....................................................................................16

3.3 Intervensi ..........................................................................................................16

BAB 4 penutup .....................................................................................................15

4.1 kesimpulan ......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri . penyakit yang
melemahkan ini ditemukan terutama pada keturunan afrika ; mengenai 1
diangatara 375 bayi afrika amerika . juga didapatkan penduduk mediterania ,
karidia , dan keterunan amerika selatan dan tengah dan mempunyai nenek moyang
arab dan india timur (Smeltzer, Suzanne C; Bare, Brenda G, 2001).

Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah salah satu dari hemoglobinopati
sekunder karena kelainan struktur hemoglobin . gangguan struktur terjadi pada
fraksi globin dari molekul hemoglobin (Muttaqin, arif, 2014).

Anemia yang disebabkan karena kelainan pada hemoglobin, hemoglobinopati,


merupakan suatu bentuk kelainan yang umum terjadi di dunia hingga mencapai
angka 7% dari populasi dunia (Roberts, I; Montalembert, M;, 2007) (Walters,
MC; Nienhuis, AW; Vichinsky, E, 2002). Angka tersebut hingga mempengaruhi
300.000-400.000 bayi yang baru lahir tiap tahunnya menjadi penderita
hemoglobinopati (Roberts, I; Montalembert, M;, 2007) (Sadikin; Muhamad;,
2001). Sebagian besar dari jumlah tersebut, sekitar 250.000 bayi, merupakan
penderita penyakit sel sabit. Dari seluruh jumlah penderita penyakit sel sabit
tersebut, prevalensi tertinggi terdapat di daerah tropis Afrika, tepatnya di daerah
Benin, Uganda, Senegal, Afrika Tengah, dan pantai barat Afrika (Roberts, I;
Montalembert, M;, 2007) (Sadikin; Muhamad, 2001). Selain daerah-daerah Afrika
tersebut, terdapat juga penderita dengan prevalensi yang lebih kecil di daerah
mediterania, Arab Saudi, India, dan di antara orang-orang kulit hitam di Amerika
Serikat (Roberts, I; Montalembert, M;, 2007).
Selain jumlah dari penderita penyakit sel sabit tersebut, jumlah dari karier
penyakit tersebut juga harus diperhatikan, karena penyakit sel sabit ini termasuk
kelainan genetik yang dapat diwariskan dari orang tua kepadanya anaknya. Di

4
berbagai negara Eropa non-endemik penyakit sel sabit telah dilakukan survei
untuk mengetahui jumlah karier di negara mereka, diantaranya Albania ditemukan
3% karier; Prancis 0,6%; Portugal 0,57%; Yunani 0,53%; Belanda 0,47%; Inggris
0.47%; Turki 0,44%; Skotlandia 0,01%; Finlandia 0,02%; Irlandia
0,08%5;Amerika Serikat, Amerika Latin dan karibia ditemukan 8% karier (Wang,
WC, & John, 1999).
Dari kejadian yang terjadi di Negara daerah tropis Afrika, tepatnya di
daerah Benin, Uganda, Senegal, Afrika Tengah, dan pantai barat Afrika kami
membuat makalah ini untuk memberikan penyuluhan atau informasi kepada
semua elemen masyarakat agar pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini
bertambah sehingga meningkatkan kinerja pada 20 sampai 25 tahun terakhir ini ,
meskipun harapan hidup reratanya adalah 40 tahun .
Sampai saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat memperbaiki
pembentukan sel sabit , karena itu pengobatan secara primer ditujukan untuk
pencegahan dan penunjang.
1. Pencegahan , karena infeksi tampaknya mencetuskan krisi sel sabit ,
pengobatan ditekankan pada pencegahan infeksi , deteksi dini , dan
pengobatan segera setiap ada infeksi. Vaksin terhadap pneumokok harus
diberikan secara profilaktik karena vaksin ini dapat menurunkan insiden
infeksi pneumokok.
2. Pemberian antibiotic dan hidrasi yang cepat dengan dosis yang benar
3. Pemberian oksigen hanya di fokuskan bila.
4. Pemberian tambahan asam folat setiap hari diperlukan untuk mengisi
kekurangan folat dalam tempat simpanan yang disebabkan oleh adanya
hemolisis kronis.
5. Analgetik dan sedatif dapat menghentikan atau mengurangi lama dan
beratnya krisis.
6. Transfuse hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik dan hemolitik ,
transfuse juga diperlukan selama kehamilan.
7. Dukungan keluarga. Seringnya timbulnya krisis dapat mempengaruhi
kualitas hidup klien dan keluarganya. Klien sering kali cacat karena

5
adanya nyeri berulang yang kronis dan adanya kejadian-kejadian obstruksi
pada pembuluh darah.
Pada kelompok klien ini terdapat insiden yang tinggi terhadap
ketergantungan obat , terdapat juga insiden yang tinggi atas sulitnya
mengikuti sekolah atau melakukan pekerjaan .
Pendidikan dan bimbingan yang terus-menerus , termasuk bimbingan
genetic , penting difokuskan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit
sel sabit.
Penanganan kelainan hemoglobin ini masih terus berkembang . Banyak
prcobaan pengobatan yang mempunyai sifat antisabit telah dilakukan . Meskipun
jumlah sampelnya masih terlalu sedikit, namun ada harapan yang menjanjikan
dengan hidroxyurea . obat ini meningkatkan produksi hemoglobin fetal (Hb F)
pada pasien dengan penyakit sel sabit. Presentase sel sabit ireversibel menurun
dan terjadinya nyeri berkurang. obat ini juga mengurang hemolisis dan
memperpanjang ketahanan hidup sel darah merah . obat ini masih dianggap
ekspresibel mempunyai berbagai risiko seperti karsinogenesis dan teratogenesis
yang belum dipahami .

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Penyakit Anemia Sel Sabit?
2. Apa Sajakah Etiologi Penyakit Anemia Sel Sabit?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Penyakit Anemia Sel Sabit?
4. Bagaimana Patofisiologi Penyakit Anemia Sel Sabit?
5. Bagaimana Manajemen Hasil dari penyakit Anemia Sel Sabit dan Asuhan
Keperawatan-nya?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui Penyakit Anemia Sel Sabit
2. Mengetahui Apa Sajakah Etiologi penyakit Anemia Sel Sabit
3. Mengetahui Tanda dan Gejala Penyakit Anemia Sel Sabit
4. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Anemia Sel Sabit

6
5. Mengetahui Manajemen Hasil dari Penyakit Anemia Sel Sabit dan bagaimana
Asuhan Keperawatan-nya.

7
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI ANEMIA SEL SABIT


Penyakit Sel Sabit merupakan kelainan turunan dari hemoglobin mutan
(Hemoglobin S / HbS yang menyebabkan karakteristik sabit pada sel darah merah.
penyakit terjadi hanya dengan kondisi minim oksigen. Sel darah merah abnormal
akan terjebak di kapiler, menyebabkan kerusakan jaringan dan organ karena
hipoksia atau rusak ketika transit , yang mengakibatkan Anemia berat. Jenis
paling umum,anemia sel sabit merupakan kelainan autosom resesif pada individu
homozigot HbS.Pada bentuk heterozigot,dikenal sebagai sifat sel sabit yang lebih
ringan dari pada penyakitnya dan merupakan karier HbS. penyakit sel sabit
merupakan kondisi seumur hidup dengan gejala yang muncul pada tahun pertama
dan berlangsung seumur hidup (BLACK & HAWKS, 2014).

2.2. ETIOLOGI ANEMIA SEL SABIT


Penyakit sel sabit ditemukan pada orang di daerah endemic
malaria,termasuk Afrika,Mediterania, Timur Tengah dengan india. Penyakit Sel
Sabit merupakan jenis Anemia yang umum di dunia,lebih dari 200 juta karier di
dunia. Di Amerika Serikat,sekitar 1 dari 375 orang Afrika-Amerika terpengaruh
dan 85 orang Afrika-Amerika membawa gen Sel sabit. Juga diketahui meskipun
jarang pada orang mediterania,Timur Tengah dan india barat.laju prevelensi lebih
rendah daripada laju insidennya karena tingkat mortalitas yang tinggi. Individu
dengan anemia sel sabit atau karier Hb yang diturunkan dari masing-masing
orangtua.Harapan hidup untuk saat ini,usia 42 tahun untuk pria dan 48 tahun
untuk wanita.Penyebab kematian adalah sindrom dada akut (BLACK & HAWKS,
2014).

8
2.3. MANIFESTASI KLINIS ANEMIA SEL SABIT
SISTEM ORGAN MANIFESTASI KLINIS
Sistem saraf pusat Trombosis atau paralisis terkait
perdarahan , deficit serebral , atau
kematian
Jantung Murmur sitolik,,kardiomegali,gagal
jantung
Paru Sindrom dada akut , hipertensi
,infiltrate , pneumonia , gagal jantung
Ginjal Hematuria,gagal jantung
Limpa Splenomegali,atrofi
limpa(autosplenektomi)
Hati Hepatomegali,batu empedu
Skeletal Sindrom tangan dan kaki,deformitas
osteonekrotik
skeletal,osteomielitis,osteoporosis
Genital Priapisme penis
Optik Peredaran,ablasio renita,renitopati
kebutaan
Dermis Ulkus statis ekstremitas
(BLACK & HAWKS, 2014).

2.4. PATOFISIOLOGI ANEMIA SEL SABIT


Defeknya adalah satu substansi asam amino pada rantai β hemoglobin.
Karena hemoglobin A normal mengandung dua rantai α dan dua rantai β maka
terdapat dua gen untuk sintesa rantai .
Trait sel sabit . orang dengan trait sel sabit hanya mendapat satu gen
abnormal, sehingga sel darah merah mereka masih mampu mensintesa kedua
rantai β dan βs , jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan S . mereka tidak
menderita anemia dan tampak sehat . sekitar 8% dan 12% keturunan afrika-
amerika mempunyai trait sel sabit.

9
Apabila dua orang dengan trait sel sabit menikah, beberapa anaknnya akan
membawa dua gen abnormal dan hanya mempunyai rantai βs dan hanya
hemoglobin S, anak ini menderita anemia sel sabit (Smeltzer, Suzanne C; Bare,
Brenda G, 2001).
Anemia sel sabit adalah suatu keadaan herediter ko-dominan outosom
resesif, dimana harus ada gen yang homozigot (gen abnormal yang diterima dari
kedua orang tua) untuk dapat menimbulkan gejala anemia sel sabit . keadaan
heterozigot (gen abnormal diterima hanya dari salah satu orang tua) disebut
sebagai pembawa penyakit sel sabit . mereka ini umumnya tidak menunjukkan
gejala dan memiliki usia harapan hidup yang normal (carier).
Peningkatan deoksigenasi dapat mengakibatkan sel darah merah berada di
bawah titik krisis dan mengakibatkan pembentukan sel sabit dalam mikrovaskuler.
Oleh karena kaku dan membrannya tidak teratur ,maka sel-sel sabit mengelompok
dan mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah , rasa nyeri hebat, dan infrak
pada organ. Seringnya timbul episode sel sabit dan berubah kembalinya menjadi
bentuk normal menyebabkan membran sel rapuh dan pecah-pecah . sel-sel
semacam ini kemudian akan mengalami hemolisis dan di buang oleh sistem
monosit makrofag. Dengan demikian , usia sel darah merah berkurang dengan
sangat nyata dan peningkatan kebutuhan seperti ini akan memaksa sumsum tulang
untuk membuat pengganti (Muttaqin, arif, 2014).

10
2.5 PARHWAY

Faktor genetik

Mutasi pada rantai β


hemoglobin

Mutasi pada gen


globin β

Hemoglobin Hemoglobi mengendap


menghambat membentuk rantai panjang dan Kondisi hipoksia
pengiriman oksigen menempel pada pembuluh

Gangguan perfusi Bentuk sel darah


jaringan abnormal

Defisiensi Kurangnya
Sel sabit
pengetahuan paparan
informasi

Hemoglobin S kaku Sel darah rapuh


dan pecah-pecah

Terperangkap dalam
mikrosirkulasi Jumlah eritrosit
menurun

Nyeri akut
Anemia

11
2.6 MANAJEMEN HASIL
MANAJEMEN MEDIS / PENGOBATAN
Tidak ada terapi yang aman dan efektif untuk saat ini.Strategi terapi ditujukan
untuk mengontrol gejala dan manajemen komplikasi penyakit diantaranya:
(1) Krisis vasooklusif
(2) Nyeri akut dan kronis
(3) Anemia hemolitik kronis
(4) Sindrom dada akut dan sindrom kerusakan organ
(5) Infeksi
Krisis vasooklusif biasanya diberi hidrasi dan analgesic,cairan intravena (salin
normal atau 5% dekstrosa dalam salin) (BLACK & HAWKS, 2014).

MENGURANGI NYERI
Pengendalian nyeri akut paling baik menggunakan opioid,dengan morfin
sulfat. Obat diberikan IV untuk setiap jam pada awalnya,sehingga didapatkan
dosis efektif, ketika control nyeri didapatkan dosis akan diturunkanbiasanya pada
24-48 jam.biasanya pompa patient control Analgsia (PCA)digunakan untuk
kontrol nyeri terbaik. Ketika klien pulang dari rumah sakit,pemberian morfin tetap
diberikan dengan dosis yang makin menurun selama beberapa hari. Pengobatan
morfin paling umum digunakan untuk mengurangi nyeri.
Nyeri kronis dikontrol dengan asetaminofen dan NSAID. NSAID merupakan
pilihan terbaik untuk mengatasi nyeri tulang hebat, meskipun penggunaan opioid
diperlukan.Dengan demikian, penggunaan codein dan difrocodon dapat dicoba
lebih dahulu,morfin digunakan hanya ketika kasus parah sekali. Antidepresan
trisiklik dapat menurukan dosis opioid karena kemampuan mereka untuk
menghambat reseptor nyeri.
Tindakan nonfarmakologi, seperti terapi fisik,aplikasi panas dan
dingin,stimulasi saraf transkutan (TENS), hipnotis,dan akupuntur dapat dilakukan
(BLACK & HAWKS, 2014).

12
AGEN FARMAKOLOGIS
Hidroksiurea merupakan satu-satunya obat yang disetujui (FDA) untuk terapi
penyakit anemia sel sabit, dimana dapat meningkatkan produksi HbS yang
menghambat penyabitan, meningkatkan kadar Hb, dan krisis vasooklusif menjadi
berkurang hingga hilang sama sekali.penurunan nyeri kronis dan penurunan kadar
retikulosit juga terjadi; namun hidroksiuera dikenal sebagai leukokemogenik dan
karsinogenik potensial. Data pemakaian jangka panjang tidak tersedia,klien yang
menjalani terapi ini hanya mereka yang sering mengalami klinis yang nyeri lebih
dari 6 kali setahun,nyeri tidak terkontrol menggunakan terapi konservatif,sindrom
dada akut resiko atau riwayat stroke.dan klien yang menerima terapi ini perlu
pemantauan darah berkala untuk leucopenia atau trombositopenia.
Natrium kromogiklat menunjukkan penurunan presentase sel sabit di daerah
vena.efek ini tampak ketika darah diokseginasi.obat diberikan via nasal atau
inhalasi.
Suplementasi asam folat diperlukan karena semua klien mengalami difensi
folat.Suplementasi besi juga diperlukakan untuk wanita yang menstruasi (BLACK
& HAWKS, 2014).

TRANFUSI DARAH
Tranfusi darah dilakukan pada kondisi tertentu saja,missal pada sindrom dada
akut,stroke,krisis plastic,kehamilan dam anestesi umum . tujuan tranfusi darah
untuk mengurangi konsentrasi HbS hingga 30% atau kurang.klien yang
mendapatkan transfuse berulang harus diberi agen khelat besi.
Sindrom dada akut diatasi dengan analgesic,oksigen, antibiotik dan transfusi
tujuan terapi adalah menurunkan HbS kurang dari 30%.jika kadar Hb lebih dari
30%,perlu dilakukan transfusi penganti dengan unit yang baru,kemudian
melanjutkan proses atau menggunakan mesin foresis (BLACK & HAWKS,
2014).

PENCEGAHAN INFEKSI

13
Pencegahan infeksi sangat penting untuk meningkatkan angka harapan hidup.
Dahulu,infeksi dapat mengakibatkan kematian.provilaksis penisilin,yang dimulai
pada bayi baru lahir dan vaksinasi pneumokokuspada usia 2tahun dengan booster
pada usia 5tahun mengendalikan infeksi pneumonia.seluruh infeksi harus diobati
dengan antibiotik spectrum luas hingga organisme penyebab diidentifikasi dan
digunakan antibiotik yang sesuai (BLACK & HAWKS, 2014).

14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Karna proses penyabitan dapat mengakibatkan terhentinya sirkulasi di
setiap jaringan atau organ , disertai hipoksia dan iskemia , maka pengkajian yang
cermat mengenai seluruh seluruh sistem tubuh harus dilakukan . pengkajian lebih
ditekankan pada nyeri , pembengkakan , dan demam . semua sendi harus diteliti
dengan akan adanya nyeri dan pembengkakan , begitu juga abdomen .
pemeriksaan neorologis yang cermat perlu dilakukan untuk mengetahui adanya
hoipoksia serebral . pasien juga ditanya mengenai gejala yang mengarah ke batu
kandung empedu , seperti tidak toleran terhadap makanan , nyeri epigastrik , dan
nyeri abdomen kuadran kanan atas .
Karena pasien dengan anemia sel sabit rentan terhadap infeksi , harus
dilakukan pengkajian terhadap setiap proses infeksi . perhatian khusus diberikan
pada pemeriksaan dada dan tulang panjang serta kaput femur , begitu pula
pneumonia dan osteomielitis. Sering terjadi ulkus tungkai , yang mungkin
terinfeksi dan lama sembuh . masalah lain yang sering terjadi sehubungan dengan
anemia sel sabit yaitu anemia kronis , juga harus diperhatikan selama periksaan
fisik .
Pasien yang sedang mengalami krisis ditanya mengenai faktor yang dapat
mencetuskan krisis . mereka diminta untuk mengingat kembali apakah
sebelumnya mereka mengalami gejala infeksi atau dehidrasi atau mengalami
situasi yang menyebabkan kelemahan atau stres emosi . riwayat asupan alkohol
juga dikaji . selain itu , pasien diminta untuk mengingat kembali faktor yang
tampaknya mencetuskan krisis di masa lalu dan upaya apa yang mereka lakukan
untuk mencegah krisis tersebut . informasi yang diperoleh dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengidentifikasidan memenuhi kebutuhan belajar mereka
(Smeltzer, Suzanne C; Bare, Brenda G, 2001).

15
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperawatan utama mencakup yang
berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan aglutinasi sel sabit dalam pembuluh darah .
2. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan krisis .
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan gambaran diri .
4. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan akibat penyakit .

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Rencana asuhan yang mengkhususkan pada intervensi untuk pasien dengan
penyakit sel sabit disajikan di rencana asuhan keperawatan .
Pemantauan dan penalaksanaan komplikasi potensial . selama krisis sel
sabit , pasien harus di istirahatkan tanpa gangguan selama mungkin . ekstermitas
yang membengkak tidak boleh digerakkan dan nyeri harus dihilangkan .
penggambaran subyektif dari pasien mengenai nyeri , menggunakan skala nyeri ,
dapat dipakai sebagai panduan untuk menentukan jenis analgesik . teknik relaksasi
, latihan pernafasan , simulasi saraf transkutan , dan berendam dalam kolam
berbusa dapat meringankan penderitaan pasien .
Perawat dapat membantu pasien dan keluarganya menyesuaikan diri
terhadap penyakit kronis ini dan memahami pentingnya hidrasi dan pencegahan
infeksi kekuatan pencegahan dengan penisilin perlu diulang terus-menerus oleh
perawat . pasien dan keluarganya harus diberitahu untuk segera mencari
pertolongan medis bila muncul tanda infeksi atau komplikasi lain . apabila
terdapat ulkus tungkai , perlu dilakukan balutan yang cermat serta perlindungan
terhadp trauma dan kontaminasi luka . apabila tidak dapat sembuh , mungkin
diperlukan tandur kulit . teknik aseptik yang sangat teliti harus diterapkan untuk
mencegah infeksi nosokomial .
Pasien pria dapat mengalami episode priapismus yang sangat nyeri (ereksi
penis terus-menerus) . pasien harus diberitahu untuk segera mengosongkan
kandung kemihnya saat awitan serangan , berolahraga , dan berendam air hangat .
apabila episode berlangsung lebih dari 3 jam , harus mendapat pertolongan medis.

16
Episode berulang dapat mengakibatkan thrombosis vaskuler ekstensif
menyebabkan impotensi .
Promosi keterampilan koping . penyakit ini , dengan eksaserbasi akutnya
yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan konis , sering mengakibatkan
pasien merasa tidak berdaya dan menurunkan harga diri . kemampuan pasien
menggunakan sumber koping normal seperti kekuatan fisik , stamina psikologis
dan harga diri yang positif dapat hilang . asuhan keperawatan yang difokuskan
pada kekuatan pasien dan bukannya kelemahan dapat memperkuat ketrampilan
koping yang efektif . memberi kesempatan kepada pasien untuk membuat
keputusan mengenai perawatan harian , dapat meningkatkan perasaan untuk
mengontrol diri (Smeltzer, Suzanne C; Bare, Brenda G, 2001).

RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN dan KRITERIA
No DIAGNOSA INTERVENSI
HASIL
(NIC)
(NOC)
1. Nyeri akut STUJUAN : Setelah dilakukan Menejemen nyeri
berhubungan askep dalam waktu 2x24 jam (1400)
dengan cedera nyeri pasien berkurang 1. Lakukan
biologis KRITERIA HASIL: pengkajian nyeri
(anemia sel  Kontrol nyeri komprehensif
sabit) (00132) 1. 160502 2. Ajarkan metode
Mengenali kapan farmakologi untuk
terjadi [nyeri] menurunkan nyeri
2. 160504 3. Kolaborasi dengan
Menggunakan pasien / orang
tindakan terdekat dan tim
pengurangan[ nyeri] kesehatan lainnya
tanpa analgesic 4. Berikan informasi
3. 160509 mengenai nyeri ,

17
Mengenali apa yang seperti penyebab
terkait dengan nyeri , berapa
gejala nyeri lama nyeri akan
 Tingkat Nyeri dirasakan , dan
1. 210201 antisipasi dari
Nyeri yang dilaporkan ketidak nyamanan
2. 210206 akibat prosedur.
Ekspresi nyeri wajah
3. 210225
Mengeluarkan keringat
berlebih
2. Ketidak STUJUAN : Setelah dilakukan Perrawatan sirkulasi :
efektifan askep dalam waktu 2x24 jam insufisiensi vena
perfusi
maka oksigen dalam jaringan (4066)
jaringan
perifer terpenuhi 1.monitor level
berhubungan KRITERIA HASIL: ketidaknyaman nyeri
dengan
 040712
kurangnya
pengetahuan Edema perifer 2. Lakukan penilaian
tentang proses  040743 sirkulasi perifer
penyakit
Muka pucat secara
anemia sel
sabit.(00204)  komprepensif
(misalnya
mengecek nadi
perifer odem )
3. Ubah posisi pasien
setiap 2jam sekali
4. Berikanan obat
antiplatelet atau
antikoagulan
dengan cara yang

18
tepat

3. Defisiensi * TUJUAN : setelah dilakukan Pengajaran proses


pengetahuan askep dalam waktu 1 jam maka penyakit
berhubungan pengetahuan pasien meningkat 1. Kaji tingkat
dengan KRITERIA HASIL: pengetahuan
kurangnya  Pengetahuan proses pasien terkait
informasi penyakit dengan proses
(00126) penyakit yang
spesifik
2. Berikan informasi
pada pasien
mengenai
kondisinya,sesuai
kebutuhan
3. Edukasi pasien
mengenai tindakan
untuk
mengkontrol atau
meminimalkan
gejala,sesuai
kebutuhan
4. Perkuat informasi
yang diberikan
dengan anggota
tim kesehatan
lainnya,sesuai
kebutuhan

19
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit sel sabit merupakan kelainan turunan dari hemoglobin mutan
(Hemoglobin S [HbS] yang menyebabkan karakteristik sabit pada sel darah
merah. penyabitan terjadi hanya pada kondisi minim oksigen.penyakit sel sabit
ditemukan pada orang di daerah endemic malria, termasukAfrika , mediterania ,
timur tengah dan india.

20
DAFTAR PUSTAKA

BLACK, J. M., & HAWKS, J. H. (2014). Keperawatan Medikal bedah. (a. s., f. g., p. p.
lesstari, r. w. arumsari, Eds., j. m., yudhistira, A. p. tungguno, N. h. setiyawan, R. m., N. y.
wibowo, et al., Trans.) singapore: Elsevier.

Muttaqin, arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Roberts, I; Montalembert, M;. (2007). Sickle cell disease as a paradigm of immigration


hematology. hematologica/the hematology journal , 92.

Sadikin; Muhamad. (2001). Anemia. Dalam: Rusmiyati, editor Biokimia Darah edisi I.
Jakarta: Widya Medika.

Sadikin; Muhamad;. (2001). Sel darah merah. Dalam: Rusmiyati , editor. Biokimia Darah
edisi I. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C; Bare, Brenda G. (2001). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL-


BEDAH. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Walters, MC; Nienhuis, AW; Vichinsky, E. (2002). Jurnal Therapeutic Approaches in sickle
cell disease. American Society of Hematology , 10-34.

Wang, WC, & J. N. (1999). Sickle cell Anemia and other sickling syndromes. (W. C.
Hematology, Ed.) 97-1346.

21

Anda mungkin juga menyukai