Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWWATAN
“Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y”

DISUSUN OLEH :
Adrianus Asa Bere Loy (1211043)
Arif Dwi Kurniawan (1211024)
Fitriana Khusnul F. (1211009)
Mariana Kehi (1312089)
Nurvina Taurimasari (1211025)
Waluyo Dwi Oktavianto (1211036)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA
BLITAR
2015
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Gaya
Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y” ini dapat terselesaikan. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Blitar, September 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................1


DAFTAR ISI ......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................................5
1.3 TUJUAN ..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................6
2.1 DEFINISI TEORI.....................................................................................6
2.2 FUNGSI DAN KEPENTINGAN TEORI ................................................6
2.3 TEORI X DAN Y .....................................................................................7
2.3.1 Teori X .........................................................................................8
2.3.2 Teori Y .........................................................................................8
2.4 KESESUAIAN TEORI PERILAKU X DAN Y DENGAN GAYA
KEPEMIMPINAN ...................................................................................11
2.5 KEKUATAN TEORI X DAN Y..............................................................15
2.6 KEBURUKAN TEORI X DAN Y ...........................................................16
BAB III PENUTUP ...........................................................................................17
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................17
3.2 SARAN ....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin
adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi
dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang
dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin
untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa
memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya
untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung
dari stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku
dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti stimulus
tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat
positif dan negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga
berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori
perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side
of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu
terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan individu
bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu
asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan
seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y
adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi
diberikan dengan cara yang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut.
Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola perilaku
pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka
menerimanya. Pemimpin dapat dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan
4
yang disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh pegawai/
karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin
dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Bagaimana gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Y ?
 Apa saja kekuatan dari Teori X dan Y ?
 Apa saja keburukan dari Teori X dan Y ?

1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pemahaman tentang Gaya Kepemimpinan Meurut Teori X
dan Y
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang gaya kepemimpina menurut Teori X dan Y
2. Menjelaskan kesesuaian teori gaya kepemimpina menurut Teori X
dan Y
3. Menjelaskan kekuatan gaya kepemimpina menurut Teori X dan Y
4. Menjelaskan keburukan gaya kepemimpina menurut Teori X dan Y

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI TEORI


Teori menurut Hatch (1997:9) adalah penerangan, iaitu satu cubaan untuk
menerangkan segmen-segmen pengalaman. Keterangan lanjut yang diterangkan
oleh teori ini disebut sebagai “fenomena yang berkepentingan”. Kerana di dalam
Teori Organisasi, fenomena yang berkepentingan adalah di anggap sebagai sebuah
organisasi.
Oleh itu, dapat disimpulkan bahawa teori adalah satu bentuk pemikiran yang cuba
menerangkan atau mengandaikan sesuatu keadaan berdasarkan kepada apa yang
pernah dilihat, dilalui, dirasai (pengalaman), dan mungkin juga andaian tentang
sesuatu yang belum pernah terjadi.

2.2 FUNGSI DAN KEPENTINGAN TEORI


Terdapat beberapa fungsi teori yang dikenalpasti iaitu:
a. Ia digunakan sebagai panduan dan rujukan terhadap apa yang bakal dikaji
untuk mendapatkan satu hasil tertentu samada ianya baik atau sebaliknya.
b. Teori digunakan untuk meramal sesuatu keadaan pada masa hadapan
dengan membuat pelbagai andaian-andaian yang berkaitan dengan subjek
yang dikaji.
c. Apabila sesuatu objek dikenalpasti, teori berfungsi untuk mengesahkan
perkara tersebut melalui penyelidikan atau kajian mengikut teori-teori
yang dipilih.
d. Teori juga bertujuan untuk memberi gambaran kepada sesuatu perkara
yang hendak dikaji.
Oleh yang demikian, teori mempunyai satu peranan yang penting dalam
mengkaji sesuatu perkara kerana teori digunakan dalam mendisiplinkan kajian
secara teratur dan sistematik

6
bagi mencapai hasil kajian dan keputusan yang boleh membawa kepentingan pada
masa akan datang.
Teori organisasi juga mempunyai kepentingan-kepentingan mengkaji sifat
manusia dalam satu organiasi atau kelompok masyarakat. Antara kepentingan
teori organiasai ialah:
a. Menyediakan pemahaman dan penghargaan tentang apa yg berlaku dalam
sesebuah organisasi;
b. Membantu seseorang itu untuk mendalami dan memahami aspek-aspek
organisasi yang signifikan agar menjadi seseorang pemimpin yang baik.
c. Mengenalpasti pembolehubah-pembolehubah dan menyediakan model
agar para pengurus tahu bagaimana untuk menganalisis dan menerangkan
apa yang berlaku dipersekitaran organisasi dan seterusntya membolehkan
mereka melaksanakan fungsi pengorganisasian ke arah yang lebih
berkesan; dan
d. Mendedahkan pelbagai aspek kehidupan dalaman dan luaran organisasi.

2.3 TEORI X DAN Y


Dalam perkembangannya dengan kepemimpinan, terdapat beberapa teori
motivasi yang muncul dan berkembang seperti teori hierarki kebutuhan Maslow,
teori X dan Y Douglas McGregor, teori motivasi Higiene, teori kebutuhan
McClelland, teori harapan Victor Vroom, Teori Keadilan dan motivasi dan
Reinforcement Theory. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan kesesuaian
antara gaya kepemimpinan dengan perilaku individu, oleh karena itu dipilihlah
teori X dau Y yang berkaitan dengan perilaku yang dimiliki pegawai/ karyawan
dalam organisasi tersebut.
Teori X dan Teori Y merupakan salah satu teori motivasi manusia yang
diciptakan dan dibangun oleh Douglas McGregorpada 1960-an
(www.wapedi.mobi). McGregor adalah psikolog sosial yang terkenal dengan
teorinya tersebut McGregor menjelaskan bahwa para manajer/pemimpin
organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para
pegawai/karyawan yaitu teori X atau teori Y.
7
2.3.1 Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil
untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan
hidup yang tinggi (www.organisasi.com). Oleh karena itu, teori X memberikan
petuah manajer harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas,
dan menetapkan imbalan atau hukuman.
Proposisi utama teori X, yaitu:
a. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi
berakhir;
b. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka,
memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi
perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi; dan
c. Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resisten-
untuk kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk,
dihargai, dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.
Lebih lanjut menurut asumsi teori X, orang-orang ini pada hakikatnya
menganggap bahwa:
a. Tidak menyukai bekerja;
b. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah;
c. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-
masalah organisasi;
d. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja; dan
e. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan
organisasi.
2.3.2 Teori Y
Menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan
alternatif teori lain yang dinamakan teori Y.
8
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti
halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan
diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri
untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas,
imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas
pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri
yang dimiliki dalam bekerja (www.organisasi.com).
Proposisi utama dari Teori Y adalah sebagai berikut:
a. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-orang dalam kepentingan
ekonomi berakhir.
b. Orang tidak dengan sifat pasif atau resisten terhadap kebutuhan organisasi.
Mereka telah menjadi begitu sebagai hasil dari pengalaman dalam
organisasi.
c. Motivasi, pengembangan potensi, kapasitas untuk mengasumsikan
tanggung jawab, dan kesiapan untuk mengarahkan perilaku ke arah tujuan
organisasi semuanya hadir dalam orang-manajemen tidak menempatkan
mereka di sana. Ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memungkinkan orang untuk mengenali dan mengembangkan karakteristik
manusia ini untuk diri mereka sendiri.
d. Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi dan
metode operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri
dengan mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-tujuan organisasi.
Lebih lanjut menurut asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya
menganggap bahwa:
a. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan
kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-
aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan,
jika keadaan sama-sama menyenangkan.
b. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
9
d. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-
persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
e. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan
dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi
dan keamanan.
f. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika
dimotivasi secara tepat.
Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan
selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk
melepaskan tali pengendali dengan memberikan desempatan mengembangkan
potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-
orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan
pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.

10
Gambar 2. 2 Teori X dan Y oleh McGregor

‘Theory X’ ‘Theory Y’

management

staff

Theory X - authoritarian, repressive


style. Tight control, no
development. Produces limited, Theory Y - liberating and developmental. Control,
depressed culture. achievement and continuous improvement
achieved by enabling, empowering and giving
responsibility.

staff management

Sumber: Alan Chapman, 2001 (www.businessballs.com)

2.4 KESESUAIAN TEORI PERILAKU X DAN Y DENGAN GAYA


KEPEMIMPINAN
Jika melihat teori perilaku X dan Y, gaya kepemimpinan yang sesuai
diterapkan dalam suatu organisi adalah otoriter dengan demokratis atau
sentralistik dengan partisipatif. Pegawai/ karyawan dengan asumsi berperilaku
teori X, maka pemimpinnya akan cenderung menggunakan gaya otoriter atau
sentralistik. Hal ini disebabkan para pegawai/ karyawan ini membutuhkan tekanan
atau dorongan kuat dari atasan/ pemimpinnya untuk bekerja lebih giat. Mereka

11
membutuhkan arahan dari pimpinannya karena mereka tidak dapat bergerak
sendiri. Menurut Rivai (2003), kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan
yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan
dalam organisasi.
Pemimpin ini memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya secara penuh. Selain itu, pemimpin ini akan membagi tugas dan
tanggung jawab sesuai keinginannya sendiri, sedangkan bawahannya hanya akan
melaksanakan tugas yang diberikan tersebut. Berikut ciri-ciri gaya kepemimpinan
bertipe otoriter:
a. Tanpa musyawarah;
b. Tidak mau menerima saran dari bawahan;
c. Mementingkan diri sendiri dan kelompok;
d. Selalu memerintah;
e. Memberikan tugas mendadak;
f. Cenderung menyukai bawahan yang ABS (asal bapak senang);
g. Sikap keras terhadap bawahan;
h. Setiap keputusannya tidak dapat dibantah;
i. Kekuasaan mutlak di tangan pimpinan;

j. Hubungan dengan bawahan kurang serasi;


k. Bertindak sewenang-wenang;


l. Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan;


m. Kurang mempercayai bawahan;


n. Kurang mendorong semangat kerja bawahan;


o. Kurang mawas diri;


p. Selalu tertutup;


q. Suka mengancam;


12
r. Kurang menghiraukan usulan bawahan;


s. Ada rasa bangga bila bawahannya takut;


t. Tidak suka bawahan pandai dan berkembang;


u. Kurang memiliki rasa kekeluargaan;


v. Sering marah-marah; dan


w. Senang sanjungan.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter di atas sesuai atau cocok dengan
individu atau pegawai yang diasumsikan berperilaku teori X. Pegawai dengan
perilaku teori X diasumsikan tidak dapat berbuat apa-apa, cenderung malas, dan
cenderung menunggu perintah dari atasan. Oleh karena itu, dibutuhkanlah
pemimpin dengan gaya otoriter seperti ciri-ciri di atas, cenderung mengambil
keputusan sendiri dan cenderung senang memerintah bawahannya. Hal ini juga
berlaku untuk pemimpin dengan gaya kepemimpinan sentralistik. Pemimpin
dengan gaya seperti ini mengambil keputusan secara terpusat atau keputusan
berada di tangannya sendiri. Pemimpin ini tidak menghendaki adanya campur
tangan dari bawahannya.
Pegawai atau karyawan dengan asumsi berperilaku teori Y, maka akan
sesuai dengan pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis atau
partisipatif. Pegawai ini cenderung berinisiatif tinggi dalam mengerjakan
pekerjaannya dan tidak perlu menunggu disuruh untuk bekerja. Oleh karena itu
dibutuhkan pemimpin yang demokratis, yaitu pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Menurut Robbins dan Coulter
(2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang
cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan,
mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan
bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan
balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Setiap kali ada
permasalahan, pemimpin dengan tipe ini selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Selain itu, pemimpin juga memberikan banyak
13
informasi tentang tugas serta tanggung jawab bawahannya. Berikut ciri-ciri gaya
kepemimpinan demokratis:
a. Pendapatnya terfokus pada hasil musyawarah;

b. Tenggang rasa;


c. Memberi kesempatan pengembangan karier bawahan;


d. Selalu menerima kritik bawahan;


e. Menciptakan suasana kekeluargaan;


f. Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan;


g. Komunikatif dengan bawahan;


h. Partisipasif dengan bawahan;


i. Tanggap terhadap situasi;


j. Kurang mementingkan diri sendiri;


k. Mawas diri;


l. Tidak bersikap menggurui;


m. Senang bawahan kreatif;


n. Menerima usulan atau pendapat bawahan;


o. Lapang dada;


p. Terbuka;


q. Mendorong bawahan untuk mencapai hasil yang baik;


r. Tidak sombong;


s. Menghargai pendapat bawahan;


t. Mau membirnbing bawahan;



14
u. Mau bekerja sama dengan bawahan;


v. Tidak mudah putus asa;


w. Tujuannya dipahami bawahan;


x. Percaya pada bawahan;


y. Tidak berjarak dengan bawahan;


z. Adil dan bijaksana;


aa. Suka rapat (musyawarah);

bb. 
 Mau mendelegasikan tugas kepada bawahan;

cc. Pemaaf pada bawahan; dan


dd. Selalu mendahulukan hal-hal yang penting

Berdasarkan ciri-ciri kepemimpinan demokratis tersebut, maka akan sesuai


dengan pegawai yang diasumsikan memiliki perilaku teori Y. Selain gaya
kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan partisipatif juga sesuai dengan
pegawai berperilaku teori Y ini. Gaya kepemimpinan partisipatif yaitu pemimpin
yang menghendaki para bawahannya untuk berpartisipasi dalam mengambil
keputusan. Pemimpin cenderung mendorong para bawahannya untuk ikut serta
dalam pengambilan keputusan ini.
Teori X melihat pegawai dari segi pesimitik, sehingga pemimpin akan
memimpin dengan gaya otoriter dan sentralistik, cenderung mengubah kondisi
kerja dan mengefektifkan penggunaan reward & punishment untuk meningkatkan
produktivitas karyawan. Sedangkan teori Y melihat pegawai dari segi optimistik,
sehingga pemimpin akan memimpin dengan gaya demokratis dan partisipatif,
cenderung melakukan pendekatan humanistik kepada mereka, menantang mereka
untuk lebih berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, dan mendorong kinerja.
Namun bukan berarti pemimpin akan menghilangkan pengawasan pada mereka.
Pemimpin memang menghendaki para pegawai memberikan saran dan masukan

15
dalam pengambilan keputusan, namun tetap pemimpinlah yang akan menjaga
kekuasaan untuk melaksanakan keputusan tersebut.

2.5 KEKUATAN TEORI X DAN Y


a. Teori ini akan dapat dijadikan sebagai satu bentuk penilaian awal terhadap
individu di mana, dengan hanya melihat dari segi tingkahlaku seseorang,
ia dapat mengenalpasti individu tersebut samada dikategorikan dalam X
atau Y.
b. Andaian-andaian daripada teori ini boleh dijadikan sebagai panduan
kepada pengurus organisasi dalam mereka membentuk dan memotivasikan
pekerja.
c. Boleh dijadikan sebagai pembuat keputusan.
d. Mengenalpasti individu-individu yang benar-benar komited dengan tugas
yang diamanahkan dan juga inidividu-individu yang mengaanggap kerja
hanya sebagai satu bentuk tanggungjawab yang perlu dilaksakakan dan
tidak mempunyai harapn yang tinggi dalam kerjaya.

2.6 KEBURUKAN TEORI X DAN Y


a. Teori ini hanya menilai individu dari segi luaran sahaja dan juga
tingkahlaku yang dapat dilihat dari mata kasar.
b. Teori ini tidak membenarkan faktor kebolehan dari segi akademik
mempengaruhi keputusan yang dibuat.
c. Seringkali wujudnya kesan halo ke atas penilaian yang dibuat oleh pihak
pengurusan kerana pengurus yang bersifat pilih kasih akan menjurus
kepada pemilihan keputusan yang tidak tepat.
d. Wujud jurang besar antara pekerja-pekerja yang dikategorikan sebagai
perilaku X dan perilaku Y.
e. Teori ini tidak mementingkan tentang faktor kecekapan dalam diri
individu yang dinilai.
f. Sesuatu keputusan akan menjadi silap sekiranya penilai tidak dapat
membuat penilaian dengan berkesan dan tidak cekap.
16
17
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Individu (pegawai/ karyawan dalam suatu organisasi) diasumsikan oleh
McGregor memiliki perilaku berdasarkan teori X dan teori Y. Teori X yaitu
dimana seseorang berperilaku cenderung tidak memiliki motivasi, menunggu
untuk diperintah atasan, tidak memiliki inisiatif, dan sebagainya. Sedangkan teori
Y yaitu kebalikan dari teori X, dimana seseorang bermotivasi dan berinsiatif
tinggi, mudah berkembang, dan sebagainya.
Antara teori X dan teori Y ini sebenarnya bukan berarti yang satu lebih
baik dariapada yang lainnya. Namun teori ini lebih untuk mengarahkan kepada
bagaimana tindakan seseorang pemimpin untuk memimpin atau menghadapi
pegawai/ karyawannya yang memiliki berbagai perbedaan karakter/ perilaku. Bagi
pegawai yang diasumsikan berperilaku teori X, maka gaya kepemimpinan yang
tepat yaitu dengan gaya otoriter dan sentralistik. Sedangkan bagi pegawai yang
berperilaku teori Y, maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah gaya demokratis
dan partisipatif.
Dengan teori ini para pemimpin dapat memberikan sikap yang tepat
sehingga pegawai/ karyawannya dapat melaksanakan tugas dengan baik untuk
mencapai tujuan organisasi. Selain itu, berdasarkan penjelasan teori X dan Y ini
dapat diketahui bahwa seorang pemimpin terkadang harus egois dan terkadang
pula harus demokratis, tergantung perilaku pegawai/ karyawan yang dipimpin.

3.2 SARAN
Dengan mengetahui gaya dan model kepemimpinan yang ada diharapkan
perawat bisa mengetahiu gaya dan model kepemimpinan mana yang pantas dan
harus kita terapkan dalam keadaan dan situasi tertentu. Jangan sampai salah
mengambil tindakan karena setiap situasi dan kondisi selalu berubah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Freud, Sigmund and Strachey, James. 1991. Introductory Lectures on


Psychoanalysis. Penguin Books.
Gibson, James L., Ivancevivh, John M., and Donnelly, James H. 1973.
Organizations: Structure, process, and Behaviour. Business Publications.
Rivai, Vethzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi 2. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. and Coulter, Mary K. 2002. Management Ed. 7th. Prantice
Hall.
Singgih-Salim, E.E. dan Sukadji, S (Eds.) Sukses Belajar di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Panduan.
Yusuf, Syamsu. 2002. Pengantar Psikologi. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP
UPI.

19

Anda mungkin juga menyukai