Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOGRAFI HASAN AL BASHRI

Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Tasawuf/Akhlak

Di susun Oleh :
Bahtiar Riza
Bangun Sujatno
Mohammad Ikbal Sadilah

Dosen Pembimbing :
Dr. Saepudin, M.A.

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman, juga membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk
kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dengan lebih
baik.
Kami menyadari bahwa maklah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Hasan Al bashari............................................................ ... 3
B. Konsep tasawuf Hasan Al basri ....................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tasawuf ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan aspek hakekat dan
syari’at, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan
pendekatan diri kepada Allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh
terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat.
Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawwuf ini berusaha untuk
menjauhkan drii dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan, dan menjauhi hal-hal
yang dapat mengganggu kekhusua’an ibadahnya.

Latar belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah
aqidah yang melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf lebih-lebih pada abad kelima
hijriah aliran Syi’ah Al-Islamiyah yang berusaha untuk mengembalikan kepemimpinan
kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para
sufi dengan doktrin bahwa Imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak
menyandang gelar Waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh
filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran Tasawwuf Falsafi yang
tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan
ketegangan inilah munculah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.

Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang


berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi
yang berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni adalah pokok dari pembahasan
makalah kami ini yakni Hasan al-Basri.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami tetapkan dalam makalah kami adalah
sebagai berikut :
1. Siapakah Hasan Al-Bashri itu ?
2. Bagaimana konsep tasawuf Hasan Al-Bashri ?

C. Tujuan Penulisan

Setiap penulisan suatu karya ilmiah pasti memiliki tujuan yang akan dicapai,
dan tujuan yang kami rangkai adalah:
1. Mengetahui biografi Hasan Al-Bashri.
2. Mendeskripsiskan tentang ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi Hasan Al-Basri

Nama asli dari Hasan Al-Basri adalah Abu Sa’id Al Hasan bin Yasar. Beliau
dilahirkan oleh seorang perempuan yang bernama Khoiroh, dan beliau adalah anak
dari Yasaar, budak Zaid bin Tsabit. Tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah
setahun setelah perang shiffin, ada sumber lain yang menyatakan bahwa beliau lahir
dua tahun sebelum berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al- Khattab.
Dia masih bertemu dengan tidak kurang dari 70 orang sahabat yang turut
menyaksikan perang badar, dan 300 sahabat yang lainya. Khoiroh adalah bekas
pembantu dari Ummu Salamah yang bernama asli Hindi Binti Suhail yaitu istri
Rosullullah SAW. Sejak kecil Hasan Al-Basri sudah dalam naungan Ummu Salamah.
Bahkan ketika ibunya menghabiskan masa nifasnya Ummu Salamah meminta untuk
tinggal di rumahnya. Dan juga nama Hasan Al-Basri itupun pemberian dari Ummu
Salamah. Ummu Salamahpun terkenal dengan seorang puteri Arab yang sempurna
akhlaknya serta teguh pendiriannya. Para ahli sejarah menguraikan bahwa Ummu
Salamah paling luas pengetahuannya diantara para istri-istri Rosullah SAW lainnya.
Seiring semakin akrabnya hubungan Hasan Al-Basri dengan keluarga Nabi,
berkesempatan untuk bersuri tauladan kepada keluarga Rosullulahdan menimba ilmu
bersama sahabat di masjid Nabawi.

Dan ketika menginjak 14 tahun, Hasan Al-Basri pindah ke kota Basrah (Iraq).
Disinilah kemudian beliau mulai dengan sebutan Hasan Al-Basri. Kota Basrah
terkenal dengan kota ilmu dalam daulah Islamiyyah. Banyak dari kalangan sahabat
dan tabi’in yang singgah di kota ini. Banyak orang berdatangan untuk menimba ilmu
kepada beliau. Karena perkataan serta nasehat beliau dapat menggugah hati sang
pendengar.

Kemudian pada tahun 110 H, tepatnya pada malam jum’at diawal bulan Rajab
beliau kembali ke rahmatullah pada usianya yang ke 80 tahun. Banyak dari penduduk
Basrah yang mengantarkan sampai ke pemakaman beliau. Mereka merasa sedih serta
kehilangan ulama besar, yang berbudi tinggi, soleh serta fasih lidahnya.

3
B. Konsep Tasawuf Hasan Al Bashri
1. Pemikiran Tasawufnya

Dalam pengenalan Tasawuf beliau mendapatkan ajaran tasawuf dari


Huzaifah bin Al-Yaman, sehinggan ajaran itu melekat pada dirinya sikap maupun
perilaku pada kehidupan sehari-hari. Dan kemudian beliau dikenal sebagai Ulama
Sufi dan juga Zuhud. Dengan gigih dan gayanya yang retorik, beliau mampu
membawa kaum muslim pada garis agama dan kemudian munculah kehidupan
sufistik.

Dasar pendirian yang paling utama adalah Zuhud terhadap kehidupan dunia,
sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan dunia.

Hasan Al Basri mengumpakan makna dunia ini seperti ular, terasa mulus
kalau disentuh tangan, tetapi racunnya dapat mematikan. Oleh sebab itu, dunia ini
harus dijauhi dan kemegahan serta kenikmatan dunia harus ditolak. Karena dunia
bisa membuat kita berpaling dari kebenaran dan membuat kita selalu
memikirkannya.

Prinsip kedua ajaran Hasan Al basri adalah Khauf dan Raja(rasa takut dan
pengaharapan) , dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat
dosa dan sering melalaikan perintah Allah. Merasa kekurangan dirinya dalam
mengabdi kepada Allah, timbullah rasa was was dan takut, khawatir mendapat
murka dari Allah. Dengan adanya rasa takut itu pula menjadi motivasi tersendiri
bagi seseorang untuk mempertinggi kualitas dan kadar pengabdian kepada Allah
dan sikap daja’ ini adalah mengharap akan ampunan Allah dan karunia-NYA. Oleh
karena itu prinsip-prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk
melakukan muhasabah agar selalu mamikirkan kehidupan yang hakiki dan abadi.

2. Corak Pemikiran Tasawufnya

4
Hasan Al Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat
takwa, wara’ dan zuhud pada kehidupan dunia yang mana dikala masanya banyak
dari kalangan masyarakt khususnya dari kalangan atas yang hidup berfoya-foya.
Pandangan tasawufnya ialah senantiasa takut, kalau – kalau dia tidak
membayarkan perintah Allah sepenuhnya dan menghentikan larangan sepenuhnya,
kezuhudan itu masih melekat ajarannya dari para ulama-ulama lainnya pada masa
sahabat. Yang mana ajran beliau masih kental ataupun berdasarkan Al Qur’an dan
Hadist nabi, untuk itu beliau termasuk golongan Tasawuf Sunni.

3. Ajaran-Ajaran Tasawufnya
Ajaran-ajaran Hasan Al-Bashri adalah anjuran kepada setiap orang untuk
senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan seluruh
perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya Lebih jauh lagi, Hamka
mengemukakan bahwa ajaran tasawuf Hasan yaitu:

“Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa
tentram yang menimbulkan perasaan takut.”

· “Dunia adalah negeri tempat beramal. Barang siapa bertemu dunia dengan
perasaan benci dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya.
Namun,barang siapa yang bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya
bertambal dengan dunia, ia akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan
yang tidak akan ditanggungnya.”

· “Tafakur membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk


mengerjakannya. Menyesal atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud
untuk tidak mengulanginya lagi. Sesuatu yang fana’ betapapun banyakya tidak
akan menyamai sesuatu yang baqa betapapun sedikitnya. Waspadalah terhadap
negeri yang cepat datang dan pergi serta penuh tipuan.”

· “dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali
ditinggalkan mati suaminya.”
· “orang yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari
karena berada diantara dua perasaan takut ; takut mengenang dosa yang telah

5
lampau dan takut memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan
mengancam.”

· “hendaklah setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa


mengancamnya, dan juga takut akan kiamat yang hendak menagih
janjinya.”Banyak duka cita didunia memperteguh semangat amal saleh.”

Sikap tasawuf Hasan Al-Bashri senada dengan sabda Nabi yang berbunyi:

“Orang yang selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah


laksana yang orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa
takut gunung itu akan menimpa dirinya”

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasan al bashri Nama lengkapnya Abu said Al hasan bin yasar adalah
seorang zahid yang amat masyhur di kalangan tabi’in. Ia di lahirkan di
madinah pada tahun 21 H (632 M ) dan wafat pada hari kamis bulan rajab
tanggal 10 tahun 110 H (728 M ). Ia lahir dua malam sebelum khalifah
Umar bin Khatab wafat. Dialah yang mula – mula menyediakan waktunya
untuk memperbincangkan ilmu – ilmu kebatinan, kemurnian akhlaq, dan
usaha menyucikan jiwa di Masjid Bashrah. Ajaran – ajarannya tentang
kerohanian senantiasa di dasarkan pada sunah nabi, di antara beberapa
butir hikmah ajaran beliau tertulis demikian :
1. Perasaan takutmu sehingga bertemu dengan hati tentram lebih baik
daripada perasaan tentrammu yang kemudiannya menimbulkan takut.
2. Dunia ialah negeri tempat beramal. Siapa saja yang bertemu dengan
dunia dalam rasa benci kepadanya dan zuhud, akan berbahagialah dia
dan memperoleh faedah dalam persahabatan itu. Tetapi siapa saja yang
tinggal dalam dunia, lalu hatinya rindu dan perasaan tersangkut
kepadanya akhirnya dia akan sengsara. Dia akan terbawa kepada suatu
masa yang tidak dapat di deritanya.
Zuhud beliau ialah khauf dan rajaa ketakutan dan pengharapan. Ketakutan
akan tuhanya apabila tidak melaksanakan perintahnya dan mengharap
karunia dari tuhanya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlaq tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia
Hamka. 2016. Perkembangan dan pemurnian tasawuf. Jakarta : Republika
penerbit

Anda mungkin juga menyukai