Anda di halaman 1dari 9

1.

Pembangunan Desa
Pembangunan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi dalam suatu negara.
Definisi pembangunan sendiri mengalami perbaikan secara terus-menerus sebagai akibat
dari kegagalan definisi maupun konsep pembangunan yang sebelumnya atau sebagai akibat
munculnya suatu sudut pandang yang baru dalam melihat pembangunan. (Winarno, 2013:
40). Terdapat beberapa pengertian terkait dengan pembangunan yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh. Mahardhani (2014:4) mengemukakan pembangunan adalah konsep
pembangunan (development concept) dalam pelaksanaannya, diartikan sebagai suatu
perubahan atas sikap hidup, yang semakin rasional dan penerapan dari teknologi yang makin
meningkat.
Pembangunan menurut Bryant dan White (di dalam Mahardhani 2014:2) yang
mendefinisikan pembangunan sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan manusia, untuk mempengaruhi masa depannya. Bryant dan White (di dalam
Mahardhani, 2014:2) menyebutkan bahwa terdapat 5 implikasi yang perlu diperhatikan
dalam definisi pembangunan, yaitu :
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu atau
kelompok (capacity).
2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan pemerataan sistem nilai
serta kesejahteraan.
3. Pembangunan berarti mendorong kepercayaan terhadap masyarakat untuk membangun
dirinya sesuai kemampuan yang yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam
bentuk kesepakatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan
(empowerment).
4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan dan membangun secara mandiri
(sustainability).
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu terhadap negara yang
lain dengan menciptakan hubungan saling menguntungkan (simbiosis mutualis) dan saling
menghormati (interdependensi).

Berdasarkan beberapa definisi pembangunan yang telah dikemukakan oleh tokoh-tokoh


diatas, pada dasarnya dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menuju ke arah yang lebih
baik dari sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Pembangunan merupakan suatu proses terus-menerus yang dilakukan.
Sedangkan tujuan pembangunan sendiri secara garis besar yaitu memiliki arah
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan hasil pembangunan, dan campuran
antara pertumbuhan ekonomi tinggi dan pemerataan. (Hariyono, 2010: 23). Tujuan-tujuan
yang hendak dicapai itu dilakukan secara terus menerus agar didapatkan hasil yang
maksimal. Dalam pembangunan, tidak hanya dibutuhkan peran pemerintah saja namun
perlu adanya kerjasama dengan masyarakat. Sebisa mungkin masyarakat selalu dilibatkan
dalam setiap proses pembangunan

1. Pembangunan desa
Desa mempunyai kedudukan yang sangat penting di Negara Indonesia baik
sebagai alat untuk mencapai tujuan Negara maupun sebagai sebuah lembaga yang
memperkuat struktur pemerintahan Negara. Sebagai alat dalam mencapai tujuan
Nasional, Desa dapat menjangkau sasaran yang akan disejahterakan karena merupakan agen
terdepan pemerintah. (Nurcholis, 2011: 2). Posisi desa yang strategis yaitu berhubungan
langsung dengan masyarakat, dapat dipastikan bahwa setiap program pembangunan yang
berasal dari pemerintah akan kembali ke Desa.
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang dilakukan di wilayah pedesaan,
yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat Desa. Banyaknya masyarakat
Indonesia yang tinggal di pedesaan, membuat pembangunan yang ada di Desa
mendapatkan perhatian lebih. Pembangunan Desa menurut R. Bintoro (2003: 25) yaitu
pembangunan yang dilaksanakan di wilayah pemerintahan terendah, yaitu Desa dan
Kelurahan dengan ciri utama pembangunan Desa yang terpenting yaitu keikutsertaan
masyarakat pada pembangunan di Desa atau Kelurahan, baik dilaksanakan secara langsung
dalam bentuk swadaya mandiri maupun gotong royong.
Pembangunan pedesaan diarahkan secara optimal untuk memanfaatkan potensi
sumber daya alam beserta sumber daya manusianya. Pembangunan perdesaan dikatakan telah
berhasil apabila segala potensi yang tersedia di perdesaan digunakan secara maksimal dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. (Mahardhani, 2014: 63). Hasil dari pembangunan
diharapkan harus bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Desa. Sebisa mungkin
pembangunan Desa dilakukan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada di Desa demi
kualitas hidup masyarakat Desa.
Tujuan pembangunan Desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa, serta untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan untuk penanggulangan
kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pasal 78 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Oleh karena itu, salah satu usaha untuk meningkatkan pembangunan Desa
sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Desa dapat dilakukan dengan memberikan
kewenangan kepada pemerintah Desa untuk mengelola daerahnya sendiri secara mandiri.
Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah
dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang di
rancang pemerintah untuk pembangunan desa. pembangunan desa masih memiliki berbagai
permasalahan, seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat pembangunan
(Centre of excellent). Masih minimnya prasarana social ekonomi serta penyebaran jumlah
tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat produktivitas, tingkat
pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Semua itu pada
akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk.
Sampai kini, Desa masih belum beranjak dari profil lama, yakni terbelakang dan
miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa mempunyai peranan yang besar bagi
kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah dalam hal ekonomi ataupun yang
lainnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pembangunan pedesaan harus menjadi
prioritas utama dalam segenap rencana strategi dan kebijakan pembangunan di Indonesia.
Jika tidak, maka jurang pemisah antara kota dan desan akan semakin tinggi terutama dalam
hal perekonomian.
Masyarakat masih di anggap oleh obyek/sasaran yang akan di bangun. Hubungan yang
terbangun adalah pemerintah sebagai subjek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa
sebagai obyek/sasaran pembangunan Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil.
(Kartasasmita, 1996 : 144). Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas,
misalnya masih sebatas peran serta fisik tanpa berperan secara luas sejak perencanaan
sampai evaluasi. Pemerintah berperan dominan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan
program atau proyek pembangunan. Hal ini telah di atur dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa di susun perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten/Kota. pasal 63 Ayat (1) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Walaupun
sesungguhnya program tersebut sudah lama di laksanakan dan cukup di kenal luas di desa,
namun masyarakat selalu di anggap kurang mampu, sehingga bimbingan dan arahan dari
pemerintah begitu kuat pengaruhnya dan merasuk (internalisasi) dalam masyarakat.
Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi
rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan.
Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah:
1. Peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan
2. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa
3. Penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa
4. Pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa
5. Pengembangan sarana dan prasarana pedesaan
6. Pemantapan keterpaduan pembangunan desa berwawasan lingkungan.

Pembangunan masyarakat desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu
keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan
bersifat lebih kualitatif terhadap pola hidup masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi
perkembangan aspek mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran
bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi, pencapaian objektif dan target pembangunan desa
pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem
pembangunan desa. Salah satu misi yang diusung oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional adalah membangun harmonisasi
antara berbagai kutub perencanaan yang ada, yaitu perencanaan teknokratis, perencanaan
politis, perencanaan partisipatif. Muara akhir dari upaya tersebut adalah terakomodirnya
aspirasi dan kebutuhan berbagai stakeholders dalam penyusunan perencanaan dan
penganggaran pembangunan.
Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan.
Menurut Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu:
1. Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada
potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini
meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang.
2. Isi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar
potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat
pemabangunan pedesaan.
3. Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa yang
mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan
Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan
desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun
perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa.
A. Jenis Pembangunan Desa
Pembangunan Desa terdiri atas dua hal. Secara umum, menurut Kuncoro (di dalam
Ahmad, 2013: 80) pembangunan Desa terbagi atas :
a. Pembangunan Fisik
Pembangunan fisik merupakan pembangunan yang hasilnya tampak secara mata, atau
hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Pembangunan ini merupakan salah
satu penunjang dan sarana masyarakat yang bisa digunakan untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Contoh dari pembangunan fisik atau infrastruktur antara lain yaitu
berupa bangunan, fasilitas umum, pembangunan jalan raya, jembatan, pasar, listrik, air
bersih, transportasi, dan sebagainya.
b. Pembangunan Non Fisik
Pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang muncul dari adanya dorongan
masyarakat setempat, dan memiliki jangka waktu yang tidak sebentar. Pelaksanaan antara
pembangunan fisik dan non fisik harus dilakukan dengan seimbang. Pembangunan yang
bersifat fisik kemudian dijadikan dasar dalam pembangunan fisik. Contoh dari pembangunan
non fisik antara lain dalam pemenuhan kebutuhan di bidang ekonomi, pendidikan, dan
sebagainya.

B. Prinsip-Prinsip Pembangunan Desa


Pembangunan pedesaan seharusnya menerapkan pninsip-prinsip yaitu:
1. Transaparansi (keterbukaan)
2. Partisipatif
3. Dapat dinikmati mayarakat
4. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabilitas)
5. Berkelanjutan (sustainable).

Kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan dapat dilanjutkan dan dikembangkan


ke seluruh pelosok daerah, untuk seluruh lapisan masyarakat. Pembanguan itu pada dasarnya
adalah dari, oleh dan untuk seluruh rakyat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat seharusnya
diajak untuk menentukan visi (wawasan) pembangunan masa depan yang akan diwujudkan.
Masa depan merupakan impian tentang keadaan masa depan yang lebih baik dan lebih mudah
dalam arti tercapainya tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Pembangunan pedesaan
dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistik), partisipatif, berlandaskan pada
semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan
pemanfaatan sumberdaya pembangunan secana serasi dan selaras dan sinergis sehingga
tercapai optimalitas. Ada tiga prinsip pokok pembangunan pedesaan, yaitu : Kebijaksaan dan
langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada pencapaian sasaran
pembangunan berdasarkan Trilogi Pembangunan.

Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu :


a. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
b. pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan
c. stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di setiap sektor, temasuk desa dan kota, di
setiap wilayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan
terpadu.

C. Masalah-masalah Dalam Pembangunan


Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas sistem sosial
atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi Modern seolah-olah
tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini. Tetapi selain masalah yang
berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyk masalah lain yang
menyebabkan timbulnya masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional, masalah-
masalah tersebut terutama adalah:
1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin
berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam).
2. Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi
produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan,
rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa.
3. Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak
dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar.

Masalah-masalah yang terjadi di desa Transisional adalah:


1. Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa Tradisional)
2. Masalah pertanahan timbul, karena hubungan dengan dunia luar
3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa tradisional)
4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik local
5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan
6. Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase
7. Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian
8. Masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan
akumulasi modal)

D. Strategi Pembangunan Desa dalam Mengetaskan Kemiskinan

1. Penyusunan tata ruang desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya
pembangunan desa. Dalam proses penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan berbagai
potensi yang ada, keunikan, kultur yang melandasi dan harapan harapan yang ingin dicapai,
sehingga wujud desa nantinya menjadi khas, seperti desa wisata, desa tambang, desa kebun,
desa peternakan, desa nelayan, desa agribisnis, desa industri, desa tradisional dan lain
sebagainya. Dalam tata ruang tersebut, harus tersusun rencana infrastruktur, site plan untuk
office, pemukiman, comercial area, lahan usaha/budidaya berbasis sentra(satu hamparan),
kemampuan daya dukung lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk maksimal),
lokasi pendidikan, sarana pelayanan kesehatan, pasar, terminal dan ruang publik (alun alun,
taman) dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.
2. Penetapan aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan ekonomi
desa, didasarkan analisis terhadap potensi yang ada, kemampuan masyarakat pada umumnya,
potensi pasar, minat dan kultur masyarakat.
3. Pembentukan lembaga lembaga masyarakat yang akan berperan sebagai stakeholders, dan
akan memberikan berbagai masukan dalam proses pembangunan desa.
4. Perumusan perencanaan pembangunan untuk satu masa jabatan Kepala Desa, serta
program pembangunan setiap tahunnya. Perumusan harus melibatkan harus melibatkan
seluruh komponen di desa, didasarkan kepada tata ruang yang telah disusun serta didasarkan
kepada kewajaran dan ketersediaan anggaran.
5. Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten / Kota dapat memberikan asistensi, masukan sesuai
dengan kebijakan, misi dan visi terhadap dokumen perencanaan yang disusun, serta
memberikan dukungan berupa pengalokasiandana dalam bentuk tugas pembantuan atau
bantuan yang diarahkan (specific grand ), Dengan demikian tidak ada lagi program charity,
baik dari Kabupaten/Kota, Provinsi maupun dari pusat. Seluruh aktivitas pembangunan di
desa sudah terintegrasi programnya (commited program ) dan sudah terintegrasi juga alokasi
anggarannya (commited budget).
6. Untuk pembangunan pendidikan, terutama dalam menuntaskan program wajardikdas
sembilan tahun, di desa perlu di bangun sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama dalam
satu lokasi, ini dilakukan untuk mengefisiesikan biaya pembangunan dan pemeliharaan
sekolah, juga untuk meringankan beban orang tua murid yang besar, yaitu komponen
transport.
7. Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di desa perlu dibangun Puskesmas
Pembantu atau sejenis, dan untuk desa yang sangat terpencil dapat didukung dengan Unit
Pelayanan Kesehatan Keliling.
8. Meningkatkan SDM aparat desa dilakukan dengan meningkatkan program dan kegiatan
yang telah berjalan melalui program pusat, provinsi dan kabupaten / kota, efektivitas program
lomba desa dan peningkatan program Non Governtment (NGO).

2. SDGS

Anda mungkin juga menyukai