Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

PERSEPSI DAN PRINSIP KOMUNIKASI

NAMA KELOMPOK :
1. Elia Sugiarti
2. Desty Andriyani
3. Lilis Komariah
4. Usep Kurniawan
5. Andrian Wibowo
6. Abdul Muiz Mukallam

STIE ISM TIGARAKSA


T.A 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah


memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Komunikasi, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini memuat tentang “Persepsi dan Komunikasi” yang berisi penjelasan mengenai
pengertian sampai hubungan persepsi dalam komunikasi itu sendiri. Walaupun makalah
ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada guru dosen mata kuliah Pengantar
Ilmu Komunikasi, bapak Hans Hermang M., S. Sos., MA yang telah membimbing kami
agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan
sesuai kaidah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami membutuhkan
kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................... 4
1. Latar Belakang ....................................................................... 4
2. Rumusan Masalah .................................................................. 5
3. Tujuan ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................ 6
A.PERSEPSI .................................................................................... 6
1. Definisi Persepsi ...................................................................... 6
2. Proses Persepsi......................................................................... 6
3. Macam – Macam Persepsi Manusia...................................... 7
4. Sifat Persepsi ........................................................................... 9
5. Kegagalan Perepsi .................................................................. 10
6. Hubungan Persepsi Dalam Komunikasi .............................. 12
B. PRINSIP KOMUNIKASI .......................................................... 12
1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik ................................... 12
2. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi
hubungan ............................................................................... 14
3. Komunikasi terjadi dalam Konteks Ruang dan
Waktu .................................................................................... 14
4. Komunikasi Bersifat Sistemik .............................................. 15
5. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial .................................... 16
6. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan
Transaksional ....................................................................... 16
7. Komunikasi bersifat Irreversible ........................................ 18
BAB III PENUTUP...................................................................... 20
1. Kesimpulan .......................................................................... 20
2. Saran .................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam rangka memenuhi tugas hidupnya selaku makhluk sosial, manusia
senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu manusia telah dibekali dengan
berbagai alat dan kemampuan yang memungkinkan mereka dapat menjalankan
fungsinya. Diantara alat perlengkapan manusia adalah alat indera. Dengan alat-alat
indera tersebut manusia dapat melihat, mendengar, merasakan, dan menyentuh
dunianya sehingga ia dapat menjadi manusia sepenuhnya. Dalam konteks perilaku,
hal itu berarti bahwa alat-alat indera yang dimilikinya telah menyebabkan manusia
mampu berpikir, merasakan, berkehendak, dan memiliki persepsi tertentu mengenai
dirinya dan dunia sekitarnya. Pikiran, perasaan, kehendak, dan persepsi itu sekaligus
merupakan aspek-aspek psikologis yang melengkapi kepribadian manusia.

Pertukaran pesan dari seseorang kepada orang lain melalui media dan
metode tertentu dengan harapan adanya persamaan perspektif atau pemahaman
akan pesan tersebut, kendatinya sudah dilakukan manusia sejak lahir bahkan sejak
masih dalam kandungan.Komunikasi yang awalnya tidak diperhatikan karena
sudah dilakukan sejak manusia baru saja dilahirkan, kini menuai kemajuan yang
begitu pesat dimana kesalahan komunikasi akhirnya meruntuhkan dunia.
Kesalahan komunikasi ini terjadi karena tidak adanya prinsip-prinsip yang
diterapkan dalam kegiatan berkomunikasi. Komunikasi seharusnya tidak berjalan
begitu saja, tapi setiap yang berilmu memaknai komunikasi haruslah memiliki
prinsip-prinsip nyata demi baiknya komunikasi yang sedang berlangsung dalam
masyarakat.
Komunikasi merupakan sebuah proses yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Komunikasi bukan saja menghubungkan, tapi juga mendekatkan antara
pribadi satu dan lainnya. Sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan manusia,
komunikasi haruslah memiliki posisi yang penting karena niscaya yang tidak pernah
berkomunikasi akan terisolasi dari masyarakat.Komunikasi memiliki ragam prinsip-
prinsip dan aspek-aspek yang selalu melekat pada prosesnya. Setiap pengertian dan
hakikat sesuatu akan lebih dimengerti maknanya apabila ada prinsip-prinsip yang

4
dijabarkan untuk memperluas pengertian dan hakikat tersebut. Demikian pula prinsip-
prinsip komunikasi berfungsi untuk memperjelas dan menjabarkan definisi dan
hakikat komunikasi.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu persepsi?
2. Bagaimana proses terbentuknya persepsi?
3. Sebutkan sifat-sifat persepsi!
4. Apa saja macam-macam persepsi?
5. Adakah kegagalan dalam persepsi? Jelaskan!
6. Bagaimana hubungan persepsi dalam komunikasi? Jelaskan!
7. Apa saja prinsip-prinsip dalam Komunikasi?

3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Mengetahui apa itu persepsi.
2. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya persepsi
3. Mampu menyebutkan sifat-sifat persepsi.
4. Mampu menyebutkan macam-macam persepsi.
5. Mampu menjelaskan bagaimana kegagalan dalam persepsi.
6. Mampu menjelaskan bagaimana hubungan persepsi dalam komunikasi.
7. Untuk memahami lebih dalam prinsip-prinsip komunikasi

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSEPSI
1. DEFINISI PERSEPSPI
Persepsi adalah proses interaksi yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita.
Definisi persepsi menurut beberapa pakar:

 Brian Fellows
Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan
menganalisis informasi.

 Kenneth K. Sereno dan Erward M. Bodaken


Persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan
sekeliling dan lingkungan kita.

 Philip Goodacre and Jennifer Follors


Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.

 Joseph A. DeVito
Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimuilus
yang mempengaruhi indra kita.

Persepsi juga merupakan inti komunikasi, sedangkan penafsiran


(interpretasi) merupakan inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik
(decoding) dalam proses komunikasi. Untuk lebih jelasnya berikut skema persepsi
dan interpretasi.

2. PROSES PERSEPSI
Cara seseorang mempersepsikan suatu hal dengan orang lain berbeda,
meski indera dan penggunaannya sama. Persepsi merupakan inti komunikasi
karena jika persepsi seseorang tidak akurat, tidak mungkin orang tersebut
berkomunikasi dengan efektif. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi,

6
sehingga semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok
identitas.

Persepsi meliputi pengindraan melalui reseptor indrawi, atensi (perhatian),


dan interpretasi; yang terdiri dari tiga aktivitas, yaitu:
1. Seleksi
Mencakup sensasi dan atensi, yakni proses pemilihan suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain.
2. Organisasi
Proses pengelompokan pesan sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
bermakna.
3. Interpretasi
Proses penafsiran pesan dan penerimaan makna yang disampaikan.

Ketiganya berlangsung nyaris serempak sehingga tidak dapat dibedakan


secara tegas kapan satu tahap berakhir dan kapan tahan berikutnya mulai.
Namun rangsangan/pesan yang menarik perhatian cenderung dianggap lebih
penting daripada yang tidak menarik perhatian. Peningkatan perhatian pada
rangsangan yang satu akan mengurangi perhatian pada rangsangan lain. Oleh
karena itu, dalam beberapa kasus, orang yang paling kita perhatikan cenderung
dianggap yang paling berpengaruh.

3. MACAM PERSEPSI MANUSIA


Secara garis besar persepsi manusia terbagi menjadi 2, yaitu: persepsi
manusia terhadap objek, dan persepsi manusia terhadap manusia lain. Berikut
perbedaan kedua macam persepsi tersebut:

7
Persepsi Manusia
Persepsi Manusia Terhadap Manusia Lain
Terhadap Objek
Melalui lambang-
Melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal
lambang fisik
Menanggapi sifat-sifat Menanggapi sifat-sifat luar dan dalam
luar (perasaan, motif, harapan, dsb)
Manusia yang dipersepsikan bereaksi dan
Objek tidak bereaksi mampu melakukan berpsepsi balik kepada
orang yang melakukan persepsi tersebut

a. Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik


Persepsi sering mengecoh kita, itulah yang disebut ilusi perseptual.
Untuk lebih. Dalam menilai suatu benda saja, manusia tidak selalu sepakat.
Tipuan mata juga sering menimbulkan perbedaan pendapat. Bahkan
kadang-kadang, realita adalah apa yang berlangsung di pikiran, bukan apa
yang terjadi di tempat berlangsungnya.

b. Persepsi Sosial
Persepsi Sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan
kejadian-kejadian yang dialami seseorang di dalam lingkungannya. Setiap
orang memiliki gambaran berbeda mengenai realitas di sekelilingnya.

c. Persepsi Berdasarkan Pengalaman


Persepsi manusia terhadap suatu hal dan reaksi mereka terhadap hal
itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka terhadap
hal serupa. Persepsi manusia sangat bergantung pada apa yang telah
diajarkan budaya kita mengenai hal itu. Misalnya: Di Barat dan di sebagian
besar wilayah Indonesia, bersendawa seusai makan dianggap tidak sopan.
Sedangkan di Arab, Cina, Jepang, Aceh, dan di Sumatera Barat,
bersendawa malah dianjurkan karena menandakan penerimaan makanan
dan kepuasan makan.

Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek


akan membuat seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan
semata, atau pengalaman yang mirip. Hal tersebut menyebabkan seseorang
memperlakukan objek itu seperti sebelumnya, padahal terdapat rincian lain

8
dalam objek tersebut. Dengan demikian, tidak jarang manusia akan
bereaksi lain terhadap cara berbeda dalam memperlakukan objek tersebut.

4. SIFAT PERSEPSI
a. Persepsi Bersifat Selektif
Atensi atau perhatian kita terhadap suatu rangsangan merupakan factor
utama yang menentukan selektivitas kitas atas rangsangan tersebut. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi antensi seseorang:
1. Internal
Faktor biologis (lapar, haus, atau perasaan seseorang), faktor fisiologis
(tinggi, pendek, atau kondisi fisik seseorang), dan faktor sosial budaya
(agama, gender, pendidikan, dll). Semakin besar perbedaan ketiga aspek
tersebut, semakin besar pula perbedaan persepsi mereka mengenai suatu
hal.
2. Eksternal
Atribut-atribut suatu objek juga mempengaruhi atensi seseorang, seperti
gerakan, intensitas, kontras, dan perulangan objek. Rangsangan yang
intensitasnya menonjol jauh lebih menarik atensi seseorang.

b. Persepsi Bersifat Dugaan


Hal ini memungkinkan manusia menafsirkan suatu objek dengan makna yang
lebih rangkap dari sudut pandang mana pun. Informasi yang diterima oleh
seseorang akan diorganisasikan, lalu diditempatkan pada rincian-rincian yang
lebih terskema sehingga seseorang akan memperoleh makna yang lebih umum
dalam berpersepsi.

c. Persepsi Bersifat Evaluatif


Tidak ada persepsi yang bersifat objektif. Persepsi persifat subjektif dan pribadi.

d. Persepsi Bersifat Kontekstual


Tidak ada interpretasi atas suatu pesan, baik verbal maupun non
verbal, dan tidak ada makna dari suatu hubungan yang dapat diperoleh tanpa
menempatkannya pada konteks atau pola tertentu.

9
Prinsip pertama, struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip
kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Ketika seseorang menerima pesan
yang tidak lengkap, maka dia cenderung akan melengkapinya dengan suatu
dugaan yang logis dan mendekati konteks pesan tersebut.

Prinsip kedua, manusia cenderung mempersepsi suatu rangsangan


atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya. Sama seperti
ketika seseorang dihadapkan pada sebuah gambar yang bisa menunjukkan
beberapa objek yang berbeda tergantung dari latar pandangan orang tersebut.

5. KEGAGALAN PERSEPSI
Persepsi manusia sering tidak cermat. Hal ini biasanya disebabkan oleh
asumsi atau ekspektasinya. Beberapa kekeliruan atau kegagalan persepsi adalah
sebagai berikut:

a. Kesalahan Atribusi
Atribusi adalah proses dalam diri seseorang untuk memahami penyebab
perilaku orang lain. Salah satu sumber kesalahan atribusi adalah pesan yang
dipersepsikan tidak utuh atau tidak lengkap. Misal, kita menduga sifat seseorang
dari apa yang kita lihat. Namun dugaan kita tidak selalu benar.

b. Efek Hallo
Efek hallo adalah penilaian sifat spesifik terhadap seseorang ketika kita
membentuk kesan menyeluruh mengenai orang tersebut. Kesan menyeluruh ini
sering diperoleh dari kesan pertama yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit
digoyahkan. Celakanya, kesan pertama kita terhadap seseorang sering
mempengaruhi persepsi kita jangka panjang terhadap orang tersebut. Misal,
ketika seseorang melakukan kesalahan sampai kita membencinya, seolah-olah
dia akan terlihat buruk dalam segala hal yang dia lakukan terhadap kita.

c. Stereotip
Stereotip adalah pengkategorian atas suatu kelompok secara serampangan
dengan mengabaikan perbedaan individual. Kelompok ini mencakup; kelompok
ras, kelompok suku, kelompok agama, kelompok profesi, sampai kelompok

10
berdasarkan cirri fisik, dan masih banyak lagi. Misal, laki-laki berfikir logis
sedangkan wanita emosional, orang jawa halus pembawaannya, dll. Pada
umumnya, stereotip bersifat negatif dan tidak berbahaya selama hanya ada
dalam pikiran kita. Namun hal ini akan berdampak buruk ketika kita
mengkategorikan suatu kelompok hanya dikarenakan sesuatu hal lantas
menganggap semua sama rata. Pada akhirnya stereotip akan mendorong
seseorang agar berperilaku seperti yang kita ekspektasikan.

d. Prasangka
Prasangka adalah sikap tidak adil terhadap seseorang atau suatu kelompok.
Prasangka merupakan hal ilmiah dan konsekuensi dari stereotip. Penggunaan
prasangka memungkinkan kita merespons lingkungan secara umum bahkan
khas. Pengaruh prasangka terhadaap komunikasi adalah ketika kita bersikap
terhadap seseorang berdasarkan apa yang kita prasangkakan maka akan ada
masanya orang tersebut akan salah mempersepsikan kita. Cara memelihara
prasangka adalah dengan mengenal atau mengetahui sesuatu hal lebih jauh.

e. Gegar Budaya
Gegar budaya adalah benturan persepsi antara penggunaan persepsi berdasarkan
faktor internal (nilai budaya) yang telah dipelajari orang tersebut dengan
lingkungan baru yang nilai budayanya berbeda dan belum dipahami. Tahapan
gegar budaya adalah sebagai berikut.
1. Tahap kontak
Ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan terhadap suatu
budaya baru.
2. Tahap Disintegrasi
Ditandai dengan kebingungan mengenani identitas diri, cemas, merasa
terasing dan sulit mengatasi situasi tersebut.
3. Tahap reintegrasi
Ditandai dengan penolakan budaya kedua. Perlahan memasuki masa transisi,
orang tersebut mungkin mencari hubungan dengan orang-orang yang berasal
dari budaya yang sama.
4. Tahap otonomi

11
Ditandai dengan kepekaan budaya, keluwesan pribadi yang meningkat,
pemahaman atas budaya baru, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan
budaya baru tersebut.
5. Tahap independensi
Ditandai dengan adanya rasa menghargai kemiripan dan perbedaan budaya.
Pada tahap ini seseorang dapat menjadi manusia antar budaya yang mampu
bergaul dengan orang-orang dari bedbagai budaya lain tanpa harus
mengorbankan nilai-nilai budaya sendiri.

6. HUBUNGAN PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI


Hubungan persepsi dalam komunikasi adalah upaya menyamakan persepsi.
Amat sulit menyamakan persepsi, karena setiap orang memiliki pengalaman yang
berbeda-beda. Sehingga persepsinya pun berbeda. Untuk itulah manusia
berkomunikasi satu sama lain.

B. PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI

1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik


Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti di katakan sussanne K.
Langer, adalah kebutuhan kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Dan
itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dengan keistimewaan
mereka sebagai animal symbolicum.

Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk


suatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata
– kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek maknanya di sepakati
bersama, misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan
kehormatan atau kecintaan terhadap Negara kemampuan manusia menggunakan
lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan
antara manusia dan objek baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia
dan objek tersebut.Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara
tanda dengan objek dapat di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan.

12
Ikon adalah suatu benda fisik yang menyerupai yang direpresentasikannya.
Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya, patung soekarno adalah
ikon soekarno dan Foto anda di KTP adalah ikon anda. Indeks adalah suatu tanda
yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering
digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari
disebut juga gejala (symptom). Indek muncul berdasarkan hubungan antara sebab
akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap indeks hujan yang
akan turun, sedangkan asap adalah indeks api.
Lambang memiliki beberapa sifat sebagai berikut :

a. Lambang bersifat sembarang, manasuka atau wewenang – wenang


Apasaja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Alam
tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan 2
lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu baik yang
konkret atau pun yang abstrak.

b. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang memberi


makna pada lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu
sendiri. Persolan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi
makna yang sama pada suatu kata. Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang
alami antara lambang dengan referent (objek yang ditujunya).

c. Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke
tempat lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga
lambang yang kita berikan pada lambang tersebut. Makna yang di berikan
kepada sesuatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun
berubahan makna itu berjalan lambat. Misalnya, panggilan Bung yang pada
zaman revolusi lazim di gunakan dan berkonotasi positif karena menunjukan
kesederajatan kini tidak pouler lagi, kecuali di gunakan oleh penyaji acara olah
raga ketika berbicaranya dengan nara sumbernya di studio TV.

13
2. Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan
disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu
apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh,
kalimat ‘aku benci kamu’ yang di ucapkan nada menggoda mungkin sekali jutru
berarti sebaliknya.

Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan
berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa,
dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada
unsur-unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda bila
disajikan dengan media yang berbeda.Cerita yang penuh dengan kekerasan dan
sensualitas yangdisajikan televisi boleh jadi menimbulkan pengaruh lebih hebat,
misalnya dalam bentuk peniruan oleh anak anak atau remaja, bila di bandingkan
dengan penyajian cerita yang sama lewat majalah atau radio, karena televisi
memiliki sifat audio visual, sedangkan majalah mempunyai sifat visual saja, dan
radio mempunyai sifat audio saja.

3. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan
psikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan, misalnya
orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain,
sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang berkomunikasi,
misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua
tidak ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keadaan akan bisa lebih
mencair.

Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna


tertentu, sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang,
waktu, sosial, dan psikologis. Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan

14
dengan ruang adalah akan dianggap “kurang sopan” apabila menghadiri acara
protokoler dengan memakai kaos oblong. Adapun waktu dapat mempengaruhi
makna komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut seoarang yang
berlangganan koran Republika dan koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian
dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai
persepsi-persepsi tertentu.

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim,
suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-
topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan
seperti “lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa
kurang sopan bila dikemukakan dimasjid.

Suasana psikologis peserta komunikas juga sangat mempengaruhi suasana


komunikasi. Contohnya ketika diputarkan lagu mellow, seseorang yang sedang
patah hati bisa menjadi sentimental kemudian menangis karena lagu itu
mendukung suasanya hatinya. Sebaliknya, jika lagu itu didengar seorang
workaholic akan terkesan sangat cengeng. Komunikasi begitu kompleks, kita
harus paham betul pada situasi apa dan dimana kita berkomunikasi agar dapat
berjalan efektif.

4. Komunikasi Itu Bersifat Sistemik


Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh
latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi
internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system).


Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua
sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu: sistem internal
(seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi
dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai
lingkungan sosialnya) dan sistem eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur

15
dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk
berbicara, isyarat fisik peserta, dan temperatur ruangan).

Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara sistem internal dan


sistem eksternal tersebut. Lingkungan dan objek memengaruhi komunikasi kita
namun persepsi kita atas lingkungan kita juga memengaruhi cara berperilaku.
Lingkungan dimana para peserta komunikasi itu berada merupakan bagian dari
suatu sistem yang lebih besar.

5. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial


Meskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar komunikasi
mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini. Komunikasi sirkuler
ditandai dengan beberapa hal berikut :
1. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.
2. Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).
3. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
4. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.

Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang
bersifat linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses
komunikasi boleh jadi beroprasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula,
setidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak.

6. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional

Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikasi tidak mempunyai awal


dan tidak mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung
(Continous). Bahkan kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “Tolong ambil
garam” melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi
permintaan tersebut. Untuk lebih memudahkan pengertian, kita dapat megatakan
bahwa peristiwa itu dimulai kEtika orang A meminta garam dan berakhir ketika
orang B membirikan garam itu. Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu
hanya berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian

16
garam itu. Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk
merumuskan dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak.

Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dalam pernyataan


Heraclitus enam abad sebelum Masehi bahwa “ seorang manusia tidak akan
pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.Jadi dalam kehidupan manusia,
tidak pernah saat yang sama datang dua kali. Pandangan serupa juga dapat
diterapkan padafenomena berikutini. Ketika Anda menonton sebuah film Titanic
misalnya untuk kedua kalinya keesokan harinya pada jam yang sama dan duduk 8
dikursi yang sama sekalipun, maka hakikatnya film itu bukanlah film yang sama,
karena film yang anda tonton kedua untuk kedua kalinya itu adalah film yang
pernah anda tonton sebelumnya.

Begitu jugalah komunikasi ; komunikasi terjadi sekali waktu dan


kemudian menjadi bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu, para
peserta mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat kaomunikasi
verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Menanggapi salah satu elemen
komunikasi, misalnya pesan verbal saja dengan mengabaikan semua elemen
lainya, menyalahi gambaran komunikasi yang sebenarnya sebagai proses yang
sinambung dan dinamis yang kita sebut sebagai transaksi. Transaksi menunjukan
bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita tidak dapat
mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan lainnya.

Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artifisial


dalam arti bahwa kita coba menangkap suatu gambaran diam (statis) dalam
proses tersebut dengan maksud untuk menganalisis kerumitan pristiwa tersebut,
dengan menonjolkan komponen-komponen atau aspek-aspeknya yang penting.
Implikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para
peserta komunikasi berubah ( dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah
pandangan dunia dan perilakunya).

Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses


penyadian (enconding) dan penyadian balik (decoding). Kedua proses itu,
meskipun secara teoretis dapat dipisahkan, sebenarnyaterjadi serempak, bukan
bergantian. Sebetulnya, para peserta komunikasi merupakan sumber informasi,

17
dan masing-masing membeeri serta menerima pesan secara serentak. Pandangan
dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami
perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Jadi, perspektif transaksional
memberi penekanan pada dua sifat pristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling
mempengaruhi. Para pesertanya menjadi saling bergantung, dan komunikasi
mereka hanya dapat dianilisi berdasarkan konteks pristiwanya.

7. Komunikasi Bersifat Irreversibel

Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan


peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”.
Misalnya para pemimpin negara yang menyalahgunakan kekuasaan dan
kemudian jatuh dari kekuasaan akibat ulah mereka, seperti Ferdinand Marcosdan
soeharto, dan menimbulkan efek tertentu berupa perubahan persepsi dan sikap
masyarakat terhadap para pemimpin itu, pengaruh itu tidak bisa ditiadakan sama
sekali, meskipun kita berupaya meralatnya.

Apa lagi bila penyampaian pesan itu dilakukan untuk pertama kalinya.
ketika anda tempil pertama kali untuk melakukan presentasi atau pidato, anda
harus mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan halayak terhadap
kinerja anda akan cenderung sulit dihilangkan sama sekali berdasarkan prinsip
ini. Curtis et al mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam
kaitan ini, kita bisa memahami pribahasa “sekali lancung ke ujian, seumur hidup
orang tak percaya”.

Pesan yang menyinggung perasaan orang lain mungkin bisa dimaafkan


tapi tidak bisa dilupakan (to forgive but not to forget). Sifat irreversible ini adalah
implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini
seyogyanya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam
menyampaikan pesan kepada orang lain sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama
sekali meskipun kita berusaha meralatnya.

Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang


tanpa disengaja mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu
sulit dikembalikan lagi ke posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radio

18
atau televisi itu telah minta maaf dan memuat hak jawab sumber berita secara
lengkap. Ada saja pihak yang telah menaruh prasangka buruk kepada sumber
berita sudah dipulihkan melalui permohonan maaf media cetak dan media
elektronik yang bersangkutan atau pemuatan hak jawab sumber berita secara
lengkap, bahkan bila hal itu misalnya dicetak satu halaman penuh pada halaman
dimana berita pencemaran nama baik sumber berita dimuat sebelumnya.

Sekali kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan


pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan
tersebut sama sekali. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi
sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya menyadarkan
kita bahwa kita harus berhati2 untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang
lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali.

19
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kalaupun tidak dihasilkan persepsi yang sama, pada akhirnya manusia akan
belajar bagaimana menghargai persepsi masing-masing orang.

Dari semua uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip


komunikasi menurut Dedddy Mulyana dibagi dalam 12 prinsip, yaitu komunikasi
adalah suatu proses simbolik; setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi;
komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan; komunikasi itu berlangsung
dalam berbagai tingkat kesengajaan; komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan
waktu; komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi; komunikasi itu
bersifat sistemik; semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi; komunikasi bersifat nonsekuensial; komunikasi bersifat prosesual,
dinamis, dan transaksional; komunikasi bersifat irreversibel; dan komunikasi
bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Terdapat 12 Prinsip komunikasi yang bisa diterapkan dalam kehidupan


sehari-hari agar komunikasi berjalan lancar dan efektif. Komunikasi mempunyai
beberapa prinsip - prinsip yangg penting yang harusdiperhatikan oleh seorang
komunikan, dan prinsip - prinsip ini mempunyai peranpenting untuk seseorang
yang melakukan komunikasi baik secaraindividumaupun dengan orang lain, karena
dengan berpegang teguh kepada 12 prinsip ini kesalahan komunikasi dapat
dihindari

2. SARAN
Dalam berkomunikasi dan berpersepsi, kita sebaiknya membuka mindset
untuk menerima dan memahami suatu informasi lebih baik.
mempelajari prinsip-prinsip Ilmu Komunikasi, alangkah baiknya
mahasiswa juga menerapkannya di dunia perkuliahan. Sehingga mahasiswa
menjadi semakin cerdas dalam berkomunikasi

20

Anda mungkin juga menyukai