Anda di halaman 1dari 12

CO-CULTURAL

CO-CULTURAL
THEORY
THEORY
Tarcisia Diatania W - 210110170082 - B
Tokoh Pencetus
Mark Orbe
Dr. Mark Orbe adalah seorang profesor di
Sekolah Komunikasi, Western Michigan
University. Ketertarikan Orbe pada
pengajaran dan penelitian berputar pada
hubungan antara budaya dan komunikasi
yang berada dalam sejumlah konteks
(intrapersonal, interpersonal, antar
kelompok, media massa).
Co-Cultural Theory Munculnya keinginan untuk membuat teori
hanya didasarkan pada pengalaman yang ia
rasakan. Pengalaman itu terjadi saat dirinya
baru saja lulus dari sekolah dan berpindah ke
Ohio untuk melanjutkan pendidikannya.
Kondisi nya sebagai anak dari kedua orang
tua yang berbeda budaya dengan kondisi
ekonomi yang lemah membuatnya merasa
seperti outsider di lingkungan yang baru. Apa
yang dialaminya membuat ia penasaran
bagaimana prosesnya ketika kejadian
tersebut berpengaruh terhadap cara ia
berkomunikasi.
Mengenai Teori
Budaya Pendamping

Teori budaya pendamping adalah teori


mengenai percakapan antara anggota
kelompok dominan dan yang terwakilkan,
termasuk orang-orang berwarna, wanita,
gay, lesbian, biseksual, transgender, orang
yang tidak berkemampuan, dan
sebagainya.
Co-Cultural Theory Teori ini pertama kali dikembangkan oleh
Mark Orbe pada tahun 1998.
Dilatarbelakangi oleh ketertarikan nya untuk
mempelajari komunikasi dan hubungannya
dengan budaya, Co-Cultural Theory
mempelajari bagaimana anggota dari
kelompok orang-orang yang termarginalkan
berkomunikasi dengan anggota dari
kelompok dominan.
Dirancang untuk memfasilitasi pemahaman
pada bagaimana anggota kelompok budaya
yang pendamping mengatasi perbedaan
budaya mereka dengan yang lainnya.
5 Asumsi Co-Cultural
Theory
SATU
Hierarki kekuasaan ada di setiap masyarakat, dimana kelompok
orang tertentu memiliki akses kekuasaan yang lebih besar
daripada yang lainnya.

DUA
Anggota kelompok dominan menempati sebagian posisi kekuasaan
masyarakat, dimana posisi yang berpengaruh ini digunakan untuk
membuat dan mempertahankan struktur sosial yang sangat
menguntungkan kepentingan mereka, termasuk membisukan orang
lain.
TIGA
Kekuatan dari kelompok dominan berpengaruh terhadap
kelompok minoritas.

EMPAT
Mengakui akan perbedaan-perbedaan yang ada diantara kelompok
budaya yang berbeda. Namun, secara bersamaan juga mengenali
kesamaan yang terdapat di dalam dan di seluruh kelompok yang
menempati posisi sosial yang serupa.

LIMA
Anggota kelompok minoritas akan berkomunikasi secara strategis
dengan mencerminkan orientasi komunikasi tertentu dan tidak
semua anggota kelompok memiliki orientasi komunikasi yang
sama.
Bagaimana seorang anggota
kelompok minoritas
berkomunikasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :

field of experience, situational context,

abilities to enact different practices, perceived

costs and rewards, preferred

outcome (assimilation, accommodation, or

separation), and communication

approach (nonassertive, assertive, or

aggressive).
Kekurangan
Terdapat kritik bahwa proses komunikasi

dalam teori ini tidak khusus untuk kelompok-

kelompok tertentu. Artinya, itu adalah

sesuatu yang semua orang alami saat

mereka menduduki posisi yang lemah atau

kurang kuat selama hidup mereka.

Meskipun terdapat beberapa keterbatasan

dalam teori ini, tetapi co-cultural theory

memegang janji besar untuk mempromosikan

peningkatan pemahaman mengenai

hubungan yang tidak dapat terlepas antara

budaya, kekuasaan, dan komunikasi.


Penerapan Dalam
Kehidupan
Orbe mengatakan bahwa teori ini mudah untuk dipahami masyarakat. Hal itu disebabkan karena
dalam satu titik kehidupan, kita pernah merasakan rasanya menjadi orang yang termarginalkan.

Contohnya adalah kehadiran kelompok Punk di Indonesia yang dianggap sebagai sub budaya
negatif yang mengedepankan gaya, trend, dan perilaku yang menyimpang. Namun, Kemunculan
Punk Medsos menitikberatkan pada pandangan Punk sebagai budaya dengan pemikiran-
pemikirannya secara masif tanpa harus menunjukkan atribut; pakaian, musik, atau simbol lainnya.
Daftar Pustaka

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia of Communication Theory.Thousand Oaks,


California: Sage.
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2018). Teori Komunikasi.Jakarta: Salemba Humanika.
Nurwahid, A. F. (2017). INTERAKSI KELOMPOK PUNK DENGAN NETIZEN (Kajian Fenomenologi
Gerakan "Punk Medsos" dalam Situs Direktori Konten Punk). Interaksi Online, 1-15.
Orbe, M. (2018, Agustus 1). Mark Orbe on Co-Cultural Theory, Part 1 & 2. (A. Ledbetter, Interviewer)
Thank You

Anda mungkin juga menyukai