Prof. Eddy
Hukum pidana internasional berada di persimpangan jalan antara hukum pidana dan hukum
internasional. Pada sisi vertikal hukum pidana, dan horizontal hukum internasional. Hukum
pidana internasional memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan hukum
pidana dan juga tidak identik dengan hukum internasional.
M. Sherif Bassiouni: hukum pidana internasional adalah aspek-aspek pidana dari hukum
internasional dan aspek-aspek internasional dari hukum pidana.
o Pengertian ini meliputi baik hukum pidana internasional materiil maupun hukum
pidana internasional formil
o Aspek-aspek pidana dari hukum internasional = hukum pidana internasional
materiil/substantif = kejahatan-kejahatan internasional.
o Aspek-aspek internasional dari hukum pidana = hukum pidana internasional formil =
penegakan hukum pidana internasional (international criminal law enforcement)
Penegakan hukum pidana internasional secara garis besar dibagi menjadi 4:
1. Direct enforcement system (penegakan hukum pidana internasional secara
langsung). Dibagi menjadi 2:
Bersifat permanen International Criminal Court (ICC)
Bersifat adhoc. Ada 4:
Pengadilan nuremberg
Pengadilan tokyo
ICTY
ICTR
2. Indirect enforcement system (penegakan hukum pidana internasional secara tidak
langsung): menggunakan pengadilan nasional.
3. Hybrid model: model campuran yang menerapkan instrumen hukum internasional
dan instrumen hukum nasional
4. Regional model. Contoh: mahkamah eropa, mahkamah amerika, mahkamah afrika
sistem wilayah.
Kaisar Justianus Romawi Abad 16 M Menurut Cicero dan St. Agustine, perang harus
didasarkan pada just cause (sebab yang adil)
Pasca perang salib, Piracy dianggap merusak hubungan perdagangan antar bangsa.
o Kejahatan antar perang dan piracy (bajak laut) dianggap kejahatan internasional
tertua
o Pulau Saparua: tempat rempah-rempah terbesar di dunia.
o Rempah-rempah di Pulau Saparua merupakan pulau tempat tukar guling antara
Belanda dan Inggris New York ditukar dengan Pulau Saparua.
o Pulau Rum ditukar dengan Manhattan
Fransisco de vittoria, 1480-1546 Ancaman perang dan peperangan tidak dapat dibenarkan
dengan alasan perbedaan agama, perluasan kerajaan, dan kemenangan yang bersifat pribadi
definisi agresi, batas-batas yang dibolehkan dalam self defense, pembatasan penggunaan
senjata.
o Tujuan imperialisme kuno (gold glory gospel emas, kejayaan, menyebar agama).
Ada 1 tujuan yang dirahasiakan.
o Teori heliosentris dianggap bertentangan dengan ajaran gereja sehingga dihukum
mati
o Perjanjian saragosa antara portugis dan spanyol untuk membuktikan apakah betul
bumi itu bulat.
o Ada penandatanganan perjanjian: Portugis berhak atas wilayah nusantara, spanyol
berhak atas wilayah filipina. Portugis berada di wilayah malaka (nusantara), spanyol
berada di wilayah filipina.
o Perintah rahasia Paus terhadap Portugis dan Spanyol untuk membalas dendam
kekalahan tentara nasrani terhadap wilayah yang sudah diduduki oleh islam
menurut Fransisco de vittoria, perang tidak dapat dibenarkan oleh perbedaan agama.
o Agama mulai dipolitisasi oleh Constantio, menyatakan agama resmi imperial romawi
adalah nasrani.
o Fransisco de vittoria dianggap sebagai orang yang melahirkan dasar-dasar hukum
pidana internasional dengan just cause dari Cicero dan St. Agustine.
Abad 16-18 pakar-pakar hukum seperti Alberto Gentuh, Fransisco Suarez, Samuel Pufendorf,
dan Emerich de vattel mencari dan membahas dasar-dasar perang.
Hugo de Groot, 1625 De Jurre Belli As Pascis Libri Tres (Dasar-dasar Hukum Perang)
pelaksanaan perang secara tidak benar layak untuk dituntut. Pelaksanaan perang secara
melawan hukum bertanggung jawab atas akibat-akibat yang terjadi dan sepatutnya diketahui.
Pada kalimat terakhir disebutkan “Jenderal – prajurit yang dapat mencegah kejadian atau
kerugian dapat dipertanggungjawabkan” crime by commission.
Pasal 277 Diktat Versailles tidak dipatuhi oleh Jerman karena Jerman harus memberikan
kekuasaan terhadap wilayah yang dikuasai
1920 upaya pembentukan mahkamah pidana internasional
LBB 1927 menetapkan a war of aggression sebagai international cirme
Pasca perang Dunia II Lauterpacht dan Hans Kelsen mendesak pembentukan mahkamah
pidana internasional
Nuremberg Trial 1946 Nazi Jerman
Tokyo Trial 1948
o Nuremberg dan Tokyo Trial merupakan landasan paling kokoh dan fundamental
dalam hk pidana internasional.
Tidak terlepas dari hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional. Berkaitan
dengan teori monisme dan dualisme
Teori monisme: hukum nasional dan internasional adalah satu kesatuan dari sistem hukum.
Hukum internasional mengikat individu secara kolektif yang membentuk negara, sedangkan
hukum nasional mengikat individu secara perorangan.
Teori dualisme: antara hukum pidana internasional dan nasional adalah 2 hal yang berbeda.
Perbedaan itu dari segi sumber hukum dan dari segi subjek hukum.
o Dari segi sumber hukum, dalam hukum pidana internasional dasar dari perjanjian
antar negara adalah asas pacta sunt servanda. Sedangkan sumber hukum nasional
adalah state sovereignty (kedaulatan negara, peraturan perundang-undangan).
o Dari segi subjek hukum, subjek hk internasional adalah negara. Sedangkan subjek hk
nasional adalah individu.
Monisme vs Dualisme Dalam Perspektif Hukum Pidana Internasional
Hukum pidana internasional sangat dipengaruhi oleh hukum pidana. Subjek hukum
internasional hanyalah individu, yang tidak sesuai dengan paham monisme hk pidana inter.
Hukum internasional mengikat individu secara kolektif. Padahal hukum pidana internasional
mengikat individu secara perorangan.
Paham dualisme mengatakan subjek hk internasional hanyalah negara, padahal subjek hk
pidana internasional hanyalah individu karena pertanggungjawaban yang dikenal dalam hk
pidana adalah pertanggungjawaban individu. Sehingga sangat mempengaruhi karakteristik hk
pidana internasional.
SOAL UJIAN
Hubungannya adalah hubungan yang bersifat komplementer antara satu dengan yang lain dan
memiliki arti penting dalam rangka penegakan hukum pidana itu sendiri. Hal ini jelas terlihat
banyaknya asas dalam hukum pidana nasional diadopsi sebagai asas-asas dalam hukum
pidana internasional. Dalam ketentuan KUHP di semua negara, khususnya berkaitan dengan
asas berlakunya hukum pidana menurut tempat, tidak hanya meliputi teritorial negara
tersebut tetapi juga meliputi tempat-tempat tertentu yang dianggap perluasan teritorial,
kendatipun berada di wilayah negara lain.
Demikian pula sebaliknya, tindakan-tindakan yang dikualifikasikan sebagai kejahatan
internasional oleh hukum pidana internasional kemudian diadopsi ke dalam ketentuan-
ketentuan dalam hukum pidana nasional dengan tujuan agar kejahatan tersebut tidak terjadi
di negaranya.
Mengapa Hukum Pidana Internasional dikatakan berada di persimpangan jalan antara hukum
pidana dan hukum internasional?!! Karena hukum pidana internasional memiliki sifat dan
karakteristik tersendiri sehingga hukum pidana internasional tidak sama dengan hukum pidana dan
juga tidak identik dengan hukum internasional
Mbak Tata
Kejahatan HAM dapat diadili dengan dua cara yaitu melalui pengadilan pidana internasional
atau pengadilan ad hoc internasional. Bisa juga melalui pengadilan domestik
Eichmann
Adolf Eichmann, merupakan pejabat tinggi NAZI yang diadili oleh Pengadilan Jerusalem atas
perannya dalam memastikan transportasi dari daerah Polandia. Tuduhannya ada genocide,
kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang. Eichmann melakukan perlawanan thd yurisdiksi
pengadilan Jerusalem. Ada 2 perlawanan:
o Pengadilan jerusalem tidak memiliki jurisdiksi teritorial kejahatan bukan terjadi di
wilayah tsb.
o Pengadilan jerusalem tidak memiliki jurisdiksi temporal kejahatan yang dituduhkan
terjadi sebelum negara israel terbentuk
Pengadilan Jerusalem memberikan respon menerapkan asas universal yang berarti asas
teritorial maupun temporarl tidak relevan. Pada akhirnya, Eichmann dijatuhkan pidana mati.
Belgium v. Senegal
Peran DK PBB
Berdasarkan Bab 7 piagam PBB, DK memiliki kewajiban untuk menjaga perdamaian dan
keamanan dunia. Salah satunya dengan cara memastikan bahwa pelaku kejahatan
internasional dapat diadili.
o Resolusi 827 tanggal 25 Mei 1993 yang membentuk International Criminal Tribunal
for the Former Yugoslavia
o Resolusi 995 tanggal 8 November 1994 yang membentuk International Criminal
Tribunal for Rwanda
DK menyatakan karena ada kejahatan di Rwanda dan menyebabkan political
disability didaerah Afrika, maka dibentuk pengadilan ICTR
ICTY dan ICTR merupakan pengadilan adhoc yang dibentuk oleh DK.
o Resolusi DK PBB yang memaksa penangkapan paksa Charles Taylor
Charles Tylor merupakan presiden di negara serylion dan dituduh
menyebabkan kejahatan perang. Awalnya kabur ke negara chad yang disana
presidennya adalah temannya. Tapi akhirnya dengan resolusi PBB yang
memaksa penangkapan charles, akhirnya negara chad mau menyerahkan dan
bisa diadili.
Charles Taylor diadili oleh special court of serylion pengadilan hybrid.
Hybrid merupakan pengadilan yang dibentuk berdasarkan kerjasama antara
nasional dengan DK PBB gabungan mekanisme peradilan yang dibentuk
oleh hk nasional maupun hk internasionalnya. Bentuk kerjasama misalnya
bisa dalam bentuk human resources, kejahatan yang diadili oleh
pengadilannya.
Resolusi DK bisa memberikan sanksi. Resolusi bisa memberikan kekuatan
mengikat, apabila tidak ditaati bisa diberikan sanksi yang diatur dalam pasal
41 PBB. Misal: embargo ekonomi.
o Resolusi DK PBB yang memaksa Sudan untuk mengekstradisi tersangka percobaan
pembunah terhadap Presiden Etiopia.
SOAL UJIAN
Pasal 21 Statuta Roma: merupakan sumber hukum ICC yang bersifat hirarki hukum utama
1. Law of ICC: Mengatur ICC sbg organisasi internasional dan mengatur ICC sbg pengadilan. ICC
adalah organisasi internasional yang berfungsi sebagai judicial organ
Termasuk:
a. Statuta roma: statuta roma berfungsi sebagai KUHP ICC (kejahatan ICC, alasan
penghapus pidana, alasan pembenar, alasan pemaaf)
b. Elements of crime: unsur2 delik. Dalam statuta roma pasal 5-8 mengatur kejahatan
yang bisa diadili ICC. Elements of crime menjabarkan unsur2 delik dari kejahatan yang
sudah diatur
c. Rules of procedure & evidence: rules of procedure seperti KUHAP ICC. Mengatur
prosedur hakim, proses pembuktian.
2. Perjanjian dan Aturan Hukum Internasional hanya perjanjian internasional yang relevan.
Misal: Perjanjian internasional yang mengatur tentang HAM: convention against genocide,
against torture, geneva convention.
Perjanjian dalam konteks statuta roma ada 2 macam:
a. Statuta pengadilan: isinya seperti KUHP. Mengatur kejahatan apa saja yang dapat
diadili, pertanggugnjawaban pidana, yurisdiksi (alasan pembenar, pemaaf) dalam
artian berlaku bagi individu yang melakukan kejahatan internasional
b. Suppression convention: perjanjian yang ditujukan kepada negara, isinya merupakan
kewajiban terhadap negara. Misal: kewajiban untuk mencegah terjadinya keahatan
internasional, kewajiban memberikan reparasi bagi korban kejahatan itnernasional,
dsb. Mengarah pada batasan terhadap perilaku negara negara tidak boleh
melakukan kejahatan internasional, tapi harus menanggulangi kejahatan (State
Responsibility)
Apa yang terjadi apabila suatu negara melanggar perjanjiannya, maka negara menjadi
liable.
Kasus: Serbia dan Bosnia. Genosida ICT. Serbia melakukan negligance (pembiaran)
tahu ada kejahatan internasional tapi tidak melakukan apa-apa. Digugat ke ICC dan
dinyatakan bersalah karena tidak melakukan apa-apa.
Kebiasaan:
a. State practice: suatu tindakan yang dilakukan atas dasar kesopanan. Merupakan
courtesy
b. Opinio juris: kepercayaan bahwa suatu praktek negara adalah lawful, harus dilakukan
dan dia benar.
Dalam konteks hukum pidana itnernasional, seseorang bisa diadili berdasarkan hukum
kebiasaan yang mengesampingkan hukum tertulis. nulum crimen sine jure, seseorang bisa
diadili berdasarkan hukum kebiasaan dan bukan hukum tertulis. dalam hk pidana
internasional, hukum tertulis terbentuk berdasarkan hukum kebiasaan. Sebelum ada rome
statute, statuta pngadilan lainnya yang ada adalah hukum kebiasaan, banyak yang dari state
practice.
Contoh: furundzija dituduh telah melakukan penyiksaan sebagai salah satu bentuk
kejahatan perang. Dalam ICTY, penyiksaan tidak diatur sebagai kejahatan perang. Tapi
menurut hakim ICTR termasuk kebiasaan dalam kejahatan perang. Maka menjadi tetap diadili.
Kejahatan perang adalah pelanggaran paling berat terhadap konvensi jenewa termasuk
hukum kebiasaan perang.
3. Prinsip/asas hukum.
Dapat mempunyai 2 fungsi, yaitu berfungsi sebagai metode penafsiran dan untuk mengisi
kekosongan hukum.
Hukum pidana internasional merupakan intersection hukum pidana dan hukum
internasional.
Asas-asas hukum banyak yang diambil dari hukum nasional. Tapi bukan berarti semua
asas hukum nasional bisa diterapkan dalam ICC.
Ada kriterianya, yaitu:
i. Suatu asas itu harus diakui oleh berbagai macam sistem negara (di negara
anglo saxon, eropa kontinental, islam law) asas bersifat universal.
ii. Asas harus sesuai dengan tujuan peradilan pidana internasional. Yaitu tujuan
untuk mencapai keadilan, melindungi human dignity
iii. Suatu asas harus berlaku bagi seluruh kelompok masyarakat, termasuk
kelompok minoritas.
iv. Suatu asas harus beralasan dan mempertimbangkan HAM/kemanusiaan.
Suatu asas hukum internasional memiliki 3 kemungkinan:
o Tidak berlaku sama sekali
Contoh: kadaluarsa hak jaksa untuk menuntut. Dalam hukum pidana
internasional tidak ada namanya kadaluarsa, karena tidak sesuai dengan
prinsip hukum pidana internasional untuk menciptakan keadilan. Kadaluarsa
bertolak belakang dengan prinsip erga omnes.
o Berlaku tapi secara parsial karena mengalami penyimpangan.
Contoh:
Asas legalitas. Aturannya tidak boleh menerapkan analogi. Tapi
dalam konsep hk pidana internasional, analogi diperbolehkan dalam
konteks menafsirkan “. inhumane acts” termasuk kejahatan yang
diatur dalam Pasal 7 Statuta Roma huruf h. yang dimaksud adalah
kejahatan pidana yang mirip dengan huruf a-j, tapi ada elemen yang
membedakan.
Kasus Brima. Diadili oleh Special Court of Serilion (SCSL). Jaksa
membuat dakwaan berdasarkan pemerkosaan (Rape), tapi menurut
hakim SCSL, perbuatan bukan termasuk pemerkosaan tapi other
inhumane acts. Karena brima tidak hanya melakukan pemerkosaan,
tapi juga menculik, memperkosa, dikawinkan, dan dipaksa untuk
berperan menjadi istri (perbuatan pidana mirip dengan
pemerkosaan, tapi ada unsur-unsur lain yang membedakan). Dalam
kasus ini analogi diterapkan.
Batas: analogi tidak boleh membuat aturan/kejahatan baru. Analogi
hanya boleh diterapkan sebagai metode penafsiran.
Asas Non-Retroaktif (hukum tidak boleh berlaku surut): berdasarkan
statuta roma, ICC tidak boleh mengadili kejahatan internasional
sebelum statuta roma berlaku yaitu tanggal 1 Juli 2002.
Penyimpangan diatur dalam Pasal 12 (3) Declaration on the
Acceptance of ICC Jurisdiction. Konsekuensi hukum: negara ybs hanya
menerima jurisdiksi ICC untuk kasus tertentu.
Misal: terjadi kejahatan genosida di indonesia. Presiden bingung,
ingin membawa kejahatan ke ICC tapi juga tidak ingin menjadi negara
anggota tetap ICC. Kemudian presiden membuat Declaration
berdasarkan pasal 12 (3). ICC diberikan kewenangan mengadili
kejahatan pada tanggal sekian sampai sekian. Setelah selesai, ICC
tidak punya kewenangan mengadili lagi yurisdiksi ICC hanya
berlaku sementara. Hal ini merupakan penyimpangan asas non
retroaktif.
Asas nebis in idem. Penyimpangannya yaitu asas ini tidak berlaku jka
terindikasi adanya shame trial (ada proses peradilan, tapi hanya
untuk formalitas).
Misal: ada pelaku genosida yang merupakan pejabat tinggi negara,
tapi negara ybs tidak ada itikad baik mengadili. Jadi tidak ingin ICC
untuk mengadili, kemudian mengadili sendiri di pengadilan nasional,
akhirnya hanya diberikan pidana ringan bukan bermaksud
mengadili pelaku tapi hanya untuk formalitas. Hal ini merupakan
salah satu indikasi adanya shame trial.
o Berlaku secara keseluruhan.
Contoh: asas actus reus dan mens rea unsur-unsur delik selalu terbagi dua.
Prinsip atau asas hukum juga bisa digunakan untuk mengkriminalisasi pelaku.
Contoh: kasus Furundzija dituduh melakukan pemerkosaan. Jaksa menggunakan
pasal pemerkosaan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan. Padahal dalam
kejahatan terhadap kemanusiaan harusnya kejahatan konvensional, tapi yang
dilakukan Furundzija bukan konvensional. Berdasarkan asas human diginity, jadi bisa
diadili karena menurut asas tsb semua kejahatan pemerkosaan itu tidak
diperbolehkan.
Asas ini bersifat menafsirkan bukan creating a new law.
4. Jurisprudensi: tidak mengikuti asas stare decisis. Tidak ada kewajiban bagi hakim ICC
mengikuti putusan2 sebelumnya.
Stare dicisis: merupakan asas yang berlaku di negara anglo saxon, hakim harus patuh
terhadpa yurisprudensi hakim sebelumnya (Ada konsistensi penerapan hukum).
Dalam Nuremberg trial, jurisprudensi berfungsi sebagai hukum utama karena pada
masa itu belum ada hukum pidana internasional digunakan asas legalitas dan
commander respobsibility. Nuremberg yang pertama kali menemukan asas
commander responsibility (pertanggungjawaban atasan).
Dalam hukum pidana internasional, pidana nya lebih berat yang merencanakan
daripada yang melaksanakan. Yang melaksanakan biasanya prajurit bawahan, yang
melaksanakan adalah atasan (prajurit tinggi), sehingga pidana nya yang lebih berat
adalah yang merencanakan.
Irrelevance of office: ketidakrelevanan hk nasional saat dibawa ke hk internasional.
Menurut hakim Nuremberg, apabila ada seseorang yang diadili atas kejahatan
genosida, tapi orang tsb meng argue, negara tsb tidak mengkriminalisasi kejahatan
genosida. Menurut hakim, hukum nasional tidak relvan ketika dibawa ke hukum
pidana internasional.
Apabila terjadi penyimpangan terhadap suatu asas, harus tetap melindungi hak terdakwa.
Antara crime control dan due process harus seimbang
Segala proses ICC harus sesuai dengan HAM.
Mas Akbar
Asas Hukum
Aspek internasional dalam hk pidana: misalnya berkaitan dg hk acara. Ada orang indonesia melakukan
pembunuhan di malaysia terhadap WN Inggris. Terdapat unsur internasional dalam pidana tsb
walaupun yg dipakai adalah hk nasional.
Asas Legalitas
Pasal 28I ayat (1) UUD NRI Tahun 1945: non derogable rights (tidak dapat dikurangi
sebagaimana apapun) pengaturan asas-asas legalitas tercantum dalam kelompok ini
o Ada 7 hak, salah satunya adalah hak tidak dituntut dengan hk yang berlaku surut.
o Ada ketentuan lex praevia dalam pasal ini.
Pasal 1 ayat 1 KUHP
Pasal 1 ayat 2 KUHP: pengecualian asas legalitas. Ada kemungkinan berlaku surut jika dan
hanya jika peraturan yang baru lebih ringan dari peraturan yang sebelumnya
penyimpangan dalam KUHP
Beberapa Putusan MK
o No. 13/PUU-I/2003, 22 Juli 2004 UU 16 Tahun 2003. MK setuju bahwa tidak boleh
pidana berlaku surut.
o No. 69/PUU-II/2004, 14 Februari 2005 Pasal 68 UU 30 Tahun 2002. Dikatakan
melanggar asas retroaktif. KPK bisa menyidik dan mengadili kasus korupsi sebelum
adanya KPK.
o No. 65/PUU-II/2004, 3 Maret 2005 UU 26 Tahun 2000. MK mengatakan
konstitusional berdasarkan UU pengadilan ham. Berkaca pada tokyo trial, nuremberg
trial, dsb.
UU Pengadilan HAM: Sampai saat ini UU yang masih diberlakukan surut adalah UU pengadilan
HAM pengecualian asas legalitas
Diluar KUHP, pengecualian asas legalitas:
o Pelanggaran berat HAM dimungkinkan ada pidana khusus.
o Terorisme (dalam UU terorisme). Megawati mengeluarkan Perpu 1/2002 tapi tidak
berlaku surut. Kemudian, dibuat perpu 2/2002, yang memberlakukan surut perpu
1/2002.
o Perpu 1/2002 menjadi UU 15/2003 dan Perpu 1/2002 menjadi UU 16/2003. Terorisme
sudah tidak berlaku surut karena sudah dibatalkan putusan MK
Lingkup Internasional
Article 11 Universal Declaration of Human Right: soft adoption di Indonesia dalam UU HAM.
o Tidak ada orang yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan tindak pidana
yang dinyatakan sebagai kejahatan menurut nasional atau international law.
o Seseorang hanya bisa dinyatakan melakukan tindak pidana apabila sudah diatur
dalam national atau international law
Article 15 ICCPR: sudah diatur tentang asas legalitas.
Bisa tidak mendakwa seseorang menggunakan konvensi internasional? KPK mendakwa Luthfi
dengan UICIC. Boleh saja, tapi tidak ada ancaman pidananya. Dalam asas legalitas harus ada
perbuatan dan ancaman pidananya.
o Kalau konvensi ratifikasi maka sudah berlaku. Ada juga yang berpendapat, perlu ada
peraturan pelaksanaan (implementing).
Ayatl 1: Hanya yurisdiksi pidana yang dapat diadili oleh ICC yang diatur dalam statuta roma
ICC hanya bisa mengadili perkara yang diatur sebagai yurisdiksi statuta roma.
Yurisdiksi statuta roma hampir sama dengan yurisdiksi pengadilan HAM.
o Yurisdiksi pengadilan HAM 26/2000:
Genosida
Kejahatan terhadap kemanusiaan
o Yurisdiksi statuta roma:
Genosida
Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan perang
Agresi
Terorism ketika belum diatur dalam statuta roma, maka bukan yurisdiksi ICC. Walaupun
kejahatan kemanusiaan dilakukan dalam bentuk terorism, tapi tidak bisa masuk ICC kalau
tidak dilakukan secara sistematis.
Ayat 2: Harus dikonstruksikan secara tegas dan tidak boleh dilakukan dengan analogi (lex
stricta). Bila terdapat ambiguitas dalam penafsiran, maka penafsirannya harus yang paling
meringankan bagi orang yang didakwa, dituntut, atau dipidana (“more favourable clause”)
o KUHP tidak mengatur terkait tidak boleh dilakukan analogi, hanya mengatur terkait
legalitas.
o Berbeda dengan pasal 22 ayat (2) yang mengatur secara tegas terkait analogi. Dalam
RUU KUHP sudah diatur terkait analogi
o Contoh: kejahatan kemanusiaan dapat dilakukan pembunuhan secara meluas dan
sistematis. Apakah itu pembunuhan berencana atau biasa? Dalam penafsiran,
pembunuhan berencana lebih meringankan karena lebih sulit dibuktikan oleh
penuntut umum.
Ayat 3: asas legalitas pasal 22 tidak berlaku untuk semua TP internasional. Berlaku hanya
untuk pidana internasional yang ada dalam statuta roma saja.
o Kalau berlaku untuk semuanya akan sangat berat untuk melakukan pemidanaan
terhadap TP internasional lainnya.
Pasal 22 menekankan bahwa asas legalitas hanya berlaku pada hukum pidana internasional
yang diatur dalam statuta roma. Tidak mempengaruhi semua TP internasional lainnya.
Art 23 Nulla poena sine lege
o Konvensi inter against corruption sudah diratifikasi indo dengan UU 7/2006. Bisa tidak
konvensi internasional digunakan sebagai dakwaan alternatif di indo? Tidak bisa
karena tidak ada sanksi pidana, butuh implementing legislation sebagai sanksi
pidananya.
o Pasal 23 mengatur terkait ancaman pidana. Tidak boleh menggunakan hk nasional
apapun.
o Hanya dapat dipidana berdasar aturan statuta roma.
o Perbedaan mendasar dengan UU pengadilan HAM: di UU pengadilan ham ada pidana
mati, di statuta roma tidak ada hukuman pidana mati.
o Statuta roma merupakan statuta pertama yang mencakup aturan pidana.
o Kalau meratifikasi statuta roma, tidak perlu implementing legislation karena sudah
lengkap mencantumkan ancaman pidana
Pasal 24 ayat (1): berlaku bukan ketika statuta roma disahkan tetapi ketika statuta roma
memiliki entry into force (tahun 2002 ketika sudah terpenuhi ratifikasi oleh 60 negara).
Pasal 24 ayat (2): ada dalam pasal 1 ayat 2 kuhp. Ketika terdapat perubahan aturan, berlaku
yang paling meringankan. In the event of a change in the law appblicable, maka digunakan
aturan yang paling meringankan.
Pengaturan asas legalitas berlaku kuat adlam konsep statuta roma
Nuremberg Trial Holocaust Crimes against peace, war crimes, and crimes against
humanity
o Bila kalah perang, negara diadili di negaranya sendiri untuk menunjukan bahwa ia
kalah perang
o Saat itu belum ada konvensi itnernasional yg dapat menjerat crimes against peace
(kejahatan perang)
o Ketika jerman kalah, baru dibuat nuremberg charter berlaku surut. Pembelaan dari
jerman adalah victory justice (keadilan untuk para pemenang perang karena
sebenarnya berlaku surut tidak boleh)
o Menuntut dengan melanggar asas legalitas adalah tidak adil, tapi tidak menghukum
pelanggar ham itu lebih tidak adil tetap menghukum para pelanggar ham meskipun
melanggar asas legalitas
Court of Tokyo prinsip nullum crimen sine lege bukanlah prinsip keadilan, melainkan
kebijakan negara untuk melindungi masyarakat dari ketidakadilan.
o Jepang kalah, diadili di jepang. Kemudian dibuat Tokyo charter yang berlaku surut,
sama seperti nuremberg charter
o Ketika terdapat pelanggaran yang tidak melindungi masyarakat, maka boleh asas
legalitas dilanggar selama melindungi masyarakat itu sendiri.
ICTY resolusi DK PBB Th 1993 mengadili semua kejahatan sejak 1991
o Ada 4 tujuan: untuk mengadili pelanggar hukum internasional, memberikan keadilan
bagi korban, mencegah kejahatan lainnya, untuk mengembalikan kedamaian
o Dianggap sah2 saja karena untuk melindungi masyarakat
ICTR.
o 3 yurisdiksi:
Rationae materiae: Kejahatan thd kemanusiaan dan genosida
Rationae temporis: Hanya yg terjadi th 94
Rationae person: pelaku tentara ruanda dan tentara lain yang terlibat dalam
kejahatan ruanda.
UU pengadilan ham menggabungkan statuta roma dan konsep peradilan adhoc. Dapat
membuat peradilan ad hoc untuk melanggar asas legalitas dengan merujuk pada ICTR dan
ICTY. Dalam sejarah, baru hanya melakukan penyimpangan untuk kasus timur leste saja.
Kesimpulan
Asas legalitas hanya berlaku ketat pada statuta roma. Tidak berlaku ketat pada hukum pidana
nasional lainnya.
Machteld Boot: asas legalitas pada hukum pidana nasional dan internasional tidak dapat
dipersamakan. Tidak semua hukum pidana internasional dikodifikasikan.
Berkaitan dengan gross violence of human rights, dapat berlaku surut.
Tidak bisa dipersamakan konsep pidana internasional dan pidana nasional.
Asas Teritorial
Pasal 2 UU KUHP
Pengecualian:
o Par in parem in hebet in perium: kepala negara. Duta besar dan konsul serta diplomat,
petugas lembaga internasional hanya bisa diadili di Indonesia.
o Pengecualian dalam statuta roma: Pasal 27 (1) statuta roma berlaku kepada semua
orang tanpa ada perbedaan apapun, terutama berbasis pada kapasitas official jabatan
tertentu. Tidak dapat dibeda2kan. Dapat menjerat bahkan presidennya, sehingga
banyak negara yang tidak meratifikasi. Kalau sudah ratifikasi, tidak dapat dibeda2kan
setiap orang, semuanya tetap dapat dijerat.
Double criminality principle berlaku berlaku dimana semua negara tersebut diatur sebagai tindak
pidana, maka prinsip ini bisa berlaku. Contoh: di belanda ganja sah kalau untuk rekreasi. Kemudian ke
indo menggunakan ganja, apakah dapat dipidana? Tidak, berlaku prinsip double criminallity.
Ne Bis in Idem
Pasal 76 KUHP: seseorang tidak dapat diproses pada suatu peradilan apda perkara yang sama
Didasarkan pada 2 konsep:
o Nemo debet bis vexari
o Nihil in lege intolerabillius et quam eandem rem diverso jure censeri
Reasons:
o Res judicata in criminal
o HAM: setiap perkara harus ada kejelasan. Melindungi agar seseorang tidak diadili
berulang2.
o Kepastian hukum: supaya seseorang bisa lega
Dalam hukum indonesia, nebis in idem tidak ada pengecualiannya.
Dalam statuta roma, nebis in idem ada pengecualiannya.
Pengaturan dalam 3 pasal. ICC berbeda dengan pengadilan lain, dimana ada pengadilan lagi di tingkat
nasional (pengadilan ham indo) dan regional (european court of human rights, pengadilan ham afrika)
1. Pengadilan tidak boleh mengadili sesuatu yang sudah diadili pengadilan (the court)
Berbicara ICC
Kalau ICC sudah mengadili, maka ICC tidak boleh mengadili kembali.
2. Berkaitan dengan pengadilan lain (another court, baik regional, nasional, maupun lokal).
Kalau ICC sudah mengadili, another court (pengadilan lainnya) tidak boleh mengadili
lagi
3. Siapapun yng sudah diadili di pengadilan lain, tidak boleh diadili di ICC.
Pengecualian: walaupun pengadilan HAM indo boleh mengadili, ICC tetep boleh
mengadili. Asal terpenuhi 2 syarat:
i. Tujuan pengadilan tersebut saat mengadili adalah untuk shielding the persons
(melindungi orang yang didakwa). Contoh: pengadilan HAM indo mau
melindungi panglima jend TNI untuk bebas. Maka ICC bisa mengadili.
Apabila another court tsb terkesan untuk membebaskan, melindungi maka
bisa ICC mengadili.
ii. Pengadilan dianggap not independent/not impartial. Dalam ICC harus menilai
terlebih dahulu, melindungi atau dianggap not independent. Jaksa harus bisa
membuktikan pengadilan melakukan hal tsb. Jika dibuktikan, dalam konsep
ICC disebut sbg “unable” (tidak mampu)
Ketika dianggap unable, maka berlaku ICC dianggap unable karena ada konflik
interest dengan pelaku. Sehingga ICC boleh mengadili walaupun sudah dibebaskan.