NIM : 18021065
Hubungan empatik selalu melibatkan saling pengaruh (interplay) pengalaman dunia dalam
konseli dengan pengalaman dunia dalam konselor
Pengejawantahan dunia internal ke dunia eksternal dan relasi interpersonal terjadi melalui
mekanisme identifikasi proyektif yang berlangsung secara nirsadar
- Proyeksi
- Identifikasi Introyektif
Pentingnya Empati
Secara alamiah empati selalu tepat dan berlangsung dalam hubungan ibu-anak (mother-child
dyad)
Konseling memiliki cirri-ciri yang serupa dengan cirri-ciri hubungan ibu-anak yang berhasil
menumbuhkembangkan kepribadian si anak:
- Empati
- Pemuasan
- Frustasi
Menghidupi dan memelihara relasi konseling dengan cara menyediakan “kendaraan” bagi
konselor untuk menjadi tokoh yang secara emosional penting dan berpengaruh dalam kehidupan
konseli.
Dalam terminology Eric Berne, peran yang diejawantahkan empati adalah reparenting.
Mendengarkan
Menerima
Me-mirror dan mengintroyeksikan kembali pengalaman yang kini sudah menjadi kurang toksik.
Kesulitan terjadi karena penghambatan oleh perasaan konselor yang berkembang setelah
konselor mendengarkan konseli mengungkap pengalaman dan perasaannya.
Konselor menunjukkan sikap mengerti tentang kebutuhan dan keinginan konseli tanpa
memberikan pemuasan actual
Tanggapan dengan “pembatasan” jika dikombinasikan dengan sikap hangat dan “tanggapan
validasi” (tanggapan memvalidasi pengalaman)
Tanggapan dengan pembatasan (yang tidak serta merta memuaskan kebutuhan konseli) akan
memungkinkan konseli mengeksplorasi pengalaman dan perasaannya secara lebih mendalam.
Tangggapan dengan pembatasan itu juga diperlukan untuk memberi pengaman yang bagi
pelaksanaan konseling professional terutama pengaman dari tindakan tertentu oleh konseli.
Berempati berarti menyediakan diri untuk menjadi wadah penampung yang penuh kasih saying
bagi konseli yang sudah mengungkap dirinya seperti apapun sebagaimana adanya.
Empati bagaikan tempat atau ruang yang benar-benar andal untuk memberikan keleluasaan,
kebebasan, perlindungan dan keamanan bagi pasien untuk menjadi diri sejati (true self), bukan
seperti yang sering ia alami sebelumnya harus menjadi “diri palsu” (false self) karena orang lain
dan lingkungan mengharuskan pasien menjadi diri sebagaimana mereka kehendaki.
Berempati berarti mengasuh dengan lebih menonjolkan ekspresi bagian feminim atau yin dari
kepribadian konselor.
Mendengarkan
Menerima
Me-mirror dan mengintroyeksikan kembali pengalaman yang kini sudah menjadi kurang toksik.
Kesulitan terjadi karena penghambatan oleh perasaan konselor yang berkembang setelah
konselor mendengarkan konseli mengungkap pengalaman dan perasaannya.
Konselor menunjukkan sikap mengerti tentang kebutuhan dan keinginan konseli tanpa
memberikan pemuasan actual
Tanggapan dengan “pembatasan” jika dikombinasikan dengan sikap hangat dan “tanggapan
validasi” (tanggapan memvalidasi pengalaman)
Tanggapan dengan pembatasan (yang tidak serta merta memuaskan kebutuhan konseli) akan
memungkinkan konseli mengeksplorasi pengalaman dan perasaannya secara lebih mendalam.
Tangggapan dengan pembatasan itu juga diperlukan untuk memberi pengaman yang bagi
pelaksanaan konseling professional terutama pengaman dari tindakan tertentu oleh konseli.
Berempati berarti menyediakan diri untuk menjadi wadah penampung yang penuh kasih saying
bagi konseli yang sudah mengungkap dirinya seperti apapun sebagaimana adanya.
Empati bagaikan tempat atau ruang yang benar-benar andal untuk memberikan keleluasaan,
kebebasan, perlindungan dan keamanan bagi pasien untuk menjadi diri sejati (true self), bukan
seperti yang sering ia alami sebelumnya harus menjadi “diri palsu” (false self) karena orang lain
dan lingkungan mengharuskan pasien menjadi diri sebagaimana mereka kehendaki.
Berempati berarti mengasuh dengan lebih menonjolkan ekspresi bagian feminim atau yin dari
kepribadian konselor.
TAHAP BIBLIOEDUKASI
IDENTIFIKASI: proses mengidentifikasi kebutuhan siswa
Seleksi: proses menyeleksi bacaan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa/aspek
psikologis yang dikembangkan; usia siawa
Tindak lajut: proses menguji coba komitmen dan merefleksikan serta mengevaluasi komitmen
BIBLIOTERAPI KOGNITIF
Asumsi: Semua Tingkah laku merupakan hasil belajar, oleh karena itu dapat diubah melalui
“relearned” dengan bimbingan.
Biblioterapi kognitife = proses belajar dari bahan bacaan berkalitas tingi untuk keperluan
terapeutik