Tatalaksana Sepsis Sesuai SSC 2018
Tatalaksana Sepsis Sesuai SSC 2018
oleh:
Preseptor:
PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
digunakan dalam manajemen sepsis berat dan syok septik. Sepsis berat dan syok
orang di seluruh dunia, membunuh satu dari empat (bahkan lebih). Sepsis adalah
suatu keadaan sistemik, dimana terdapat respon pejamu terhadap infeksi yang
dapat menyebabkan terjadinya sepsis berat (disfungsi organ akut sekunder oleh
pajanan infeksi) dan syok septik (sepsis berat ditambah hipotensi yang tidak
sebagai sepsis ditambah disfungsi organ sepsis yang diinduksi atau hipoperfusi
dan demam/ hipotermia serta gangguan metabolik lainnya atau disfungsi organ).2
Sepsis berat adalah penyebab utama kematian di rumah sakit. Diagnosis dini,
pemberian antibiotik awal, dan resusitasi cairan yang cukup merupakan kunci
serangan jantung atau stroke karena ada gangguan dalam pemasukkan oksigen
epidemiologinya sepsis hampir diderita oleh 18 juta orang di seluruh dunia setiap
yang meningkat lebih dari 100 kali lipat berdasarkan umur (0,2/1.000 pada anak-
Dalam makalah ini akan disajikan beberapa aspek penting dari sepsis dan
TINJAUAN PUSTAKA
ditambah dengan disfungsi organ akibat sepsis atau hipoperfusi jaringan. Syok
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP) <90 mmHg atau tekanan arteri
rata – rata (MAP) <70mmHg atau penurunan SBP> 40 mmHg atau kurang dari
dua standar deviasi di bawah normal untuk usia tanpa adanya penyebab lain dari
hipotensi.3
masuk ke peredaran darah tidak esensial, sampai terjadi inflamasi lokal dan juga
adanya kerusakan organ yang jauh serta hipotensi. Pada kenyataannya kultur
darah terdapat bakteri atau jamur hanya sekitar 20-40% dari kasus severe sepsis
dasar predisposisi, penyakit penyebab, respons tubuh dan disfungsi organ atau
disingkat menjadi PIRO (predisposing factors, insult, response and organ
Gambar 3. Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada
sepsis 10
pada sepsis 3
2.3 Patogenesis
berat. Hal ini dikatakan berat karena sifatnya yang tidak terkontrol dan
dikatakan peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah perluasan dari
peradangan biasa.6
antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau
represi terhadap respon yang berlebihan. Keseimbangan dari kedua respon ini
bertujuan untuk melindungi dan memperbaiki jaringan yang rusak dan terjadi
proinflamasi akan meluas menjadi respon sistemik. Respon sistemik ini meliputi
immunosupressan. Kedua proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga
antibody (LPSab). LPSab yang beredar didalam darah akan bereaksi dengan
mengekspresikan imunomodulator.6
Jika penyebabnya adalah bakteri gram positif, virus atau parasit. Mereka
dapat berperan sebagai superantigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag
sebagai APC (Antigen Presenting Cell). Antigen ini membawa muatan polipeptida
yang bermuatan MHC akan berikatan dengan CD 4+ (Limfosit Th1 dan Limfosit
mengeluarkan substansi dari Th1 dan Th2. Th1 yang berfungsi sebagai
Stimulating Factor), sedangkan Th2 akan mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-
10, IFN-g, IFN 1β dan TNF α yang merupakan sitokin proinflamantori. IL-1β
yang merupakan sebagai imunoregulator utama juga memiliki efek pada sel
endotel lisis sehingga endotel akan terbuka dan menyebabkan kebocoran kapiler.
Hipoksia sendiri merangsang sel epitel untuk melepaskan TNF-α, IL-8, IL-
6 menimbulkan respon fase akut dan permeabilitas epitel. Setelah terjadi reperfusi
pada jaringan iskemik, terbentuklah ROS (Spesifik Oksigen Reaktif) sebagai hasil
metabolisme xantin dan hipoxantin oleh xantin oksidase, dan hasil metabolisme
asam amino yang turut menyebabkan kerusakan jaringan. ROS penting artinya
bagi kesehatan dan fungsi tubuh yang normal dalam memerangi peradangan,
membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah, Namun
bila dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dia
akan menyerang isi sel itu sendiri sehingga menambah kerusakan jaringan dan
dia juga menggangu proses fibrinolisis melalui pengaktifan IL-1 dan TNFα dan
tetapi karena adanya thrombin dan trombomodulin, dia berubah menjadi enzyme-
sangat penting dalam mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Semua proses ini
oleh tanda-tanda non spesifik seperti demam, menggigil dan gejala konstitutif
seperti lelah, malaise, gelisah dan tampak kebingungan. Tempat infeksi yang
paling sering adalah paru-paru, traktus digestifus, traktus urinarius, kulit, jaringan
lunak dan sistem saraf pusat. Gejala sepsis tersebut akan semakin berat pada
pendeita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama yang sering
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (-) dengan prosentase
60-70% dari kasus, yang menghasilkan berbagai macam produk yang dapat
menstimulasi sel imun. Sel tersebut kemudian dipacu untuk melepaskan mediator
pada pasien yang terinfeksi. Bakteri gram positif lebih jarang menyebabkan sepsin
jika dibandingkan bakteri gram negatif. Angka kejadiannya hanya berkisar 20-
Eksotoksin berbagai kuman juga dapan menjadi faktor penyebab karena dapat
merusak integritas membran sel imun secara langsung. Dari semua faktor tersebut
yang terpenting adalah LPS endotoksin gram negatif yang dinyatakan sebagai
penyebab sepsis terbanyak. LPS tidak mempunyai sifat toksik, tetapi merangsang
(TNF) dan interleukin (IL-1), IL-6 dan IL-8 yang merupakan mediator kunci dan
mengalami sepsis.
Variabel General
Heart Rate > 90/ menit atau lebih besar 2 kali dari nilai normal dalam kategori umur
Takipnea
Edema yang signifikan atau balans cairan yang positif (> 20 ml/kg dalam 24 jam)
Hiperglikemia (glukosa plasma > 140 mg/dL atau 7,7 mmol/L) tanpa adanya kehadiran
Diabetes
Variabe Inflamatori
Hitungan sel darah putih dalam batas normal dengan bentuk imatur > 10%
Variabel Hemodinamik
Hipotensi arterial (tekanan darah sistolik < 90mmHg, tekanan rata-rata arteri < 70
mmHg, atau tekanan darah sistolik menurun > 40 mmHg pada orang dewasa atau kurang
Oliguria akut (pengeluaran urin < 0,5 mL/ kg/ jam selama paling tidak 2 jam setelah
thromboplastin Time.
Kriteria diagnosis sepsis pada populasi pediatric adalah tanda dan gejala inflamasi
ditambah dengan infeksi dengan hiper atau hipotermia (suhu rektal >38,5 ° atau <
35°C), takikardia (mungkin tidak ada pada pasien dengan hipotermi), dan
setidaknya terdapat satu dari indikasi fungsi organ yang berubah: perubahan status
mental, hipoksemia, peningkatan laktat dalam serum, atau denyut nadi pols yang
bounding.
Diadaptasi dari Levy MM, Fink MP, Marshall JC, et al: 2001
Definisi sepsis berat + sepsis yang diinduksi oleh hipoperfusi jaringan atau disfungsi organ
Pengeluaran urin < 0,5 mL/kg/jam setelah lebih dari 2 jam pemberian resusitasi cairan
yang adekuat
Acute lung injury dengan PaO2/FiO2 < 250 dengan ketiadaan pneumonia sebagai sumber
infeksi
Acute lung injury dengan PaO2/FiO2 < 200 dengan adanya pneumonia sebagai sumber
infeksi
Diadaptasi dari Levy MM, Fink MP, Marshall JC, et al: 2001
masuk ICU. Selama 6 jam resusitasi, tujuan resusitasi awal sepsis yang
a. CVP 8-12 mm Hg
b. MAP ≥ 65 mm Hg
serius untuk sepsis berat untuk meningkatkan identifikasi awal sepsis dan
2.6 Diagnosis
dengan setidaknya satu ditarik perkutan dan satu ditarik melalui setiap
dimasukkan. Kultur darah ini dapat ditarik pada saat yang sama jika
mereka diperoleh dari akses yang berbeda . Kultur dari area lain
infeksi, juga harus diperoleh sebelum terapi antimikroba jika hal itu tidak
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencangkup stabilisasi
pengobatan fokus infeksi dan resusitasi serta terapi suportif apabila telah
o Terapi cairan
o Terapi vasopresor
dan phenylephrine8
o Terapi inotropik
dll.3
o Terapi suportif, mencangkup9 :
2.9 Komplikasi
diatas.
o ARDS
Syndrome.
Gambar 11. Patofisiologi sepsis menyebabkan ARDS
o Gastrointestinal :
sadar dan terpasang intubasi dan tidak dapat makan, maka bakteri
limfe).12
organ ginjal. 9
Gambar 12a dan b. Patogenesis sepsis menyebabkan gagal ginjal akut11
o Syok septik5
menyebabkan hipotensi.
dan hasil penelitian terbaru. Pada sepsis bundle edisi sebelumnya dikenal bundle-3
dan bundle-6 yang artinya kumpulan tatalaksana awal pasien sepsis yang harus
dilakukan dalam 3 jam pertama dan 6 jam pertama sejak pasien masuk rumah
sakit. Tahun 2018, sepsis bundle direvisi menjadi bundle-1 dimana semua
pada 1 jam pertama sejak time zero yaitu waktu pasien masuk triase pada instalasi
gawat darurat ataupun masuk ke bagian lain sebagai rujukan dari rumah sakit lain
keadaan sepsis dan syok sepsis tergolong kepada kondisi gawat darurat yang
pada pasien sepsis dan syok sepsis dapat terjadi melebihi 1 jam, tetapi inisiasi
untuk tatalaksana harus dimulai dalam 1 jam ini. Tindakan resusitasi awal yang
biasanya dilakukan adalah berupa pemberian cairan kristaloid dengan target untuk
pada tabel 1.
Gambar 1. Hour-1 Surviving Sepsis Campaign Bundle of Care
Pada pasien sepsis dan syok sepsis akan terjadi gangguan hemodinamik
sirkulasi akut yang dapat berujung pada kerusakan organ-organ vital, seperti
jantung, ginjal dan otak. Evaluasi terhadap perfusi jaringan dapat dilakukan secara
jaringan.14
maka proses pembentukan energi di tingkat seluler akan terjadi secara aerobik
Semua metabolisme baik karbohidrat, lemak ataupun protein akan menjadi suatu
produk umum yaitu asetil-KoA yang kemudian akan dioksidasi dalam siklus asam
sitrat untuk membentuk energi. Tetapi pada kasus tidak cukupnya sirkulasi
anaerob dengan hasil produknya laktat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
Jumlah ATP yang dihasilkan pada reaksi anaerob pun lebih sedikit dibandingkan
jairngan, yaitu otot lurik, otak, sel darah merah dan ginjal. Pada kondisi normal,
laktat darah pada kondisi normal dipertahankan dalam kadar <1 mmol/L.15
anaerobik yang dapat meningkatkan kadar laktat dalam darah sehingga dipakai
ataupun sebab lainnya. Pada lima percobaan terkontrol acak pada 647 pasien
berguna sebagai skrining pada pasien yang secara hemodinamis stabil. Pada studi
yang dilakukan oleh Shapiro dkk terhadap 1278 pasien dengan infeksi
Diagram 1. Hubungan kadar laktat dan tingkat Mortalitas (Shapiro et al. Ann
Emerg Med. 2005; 45:524-28)
infeksi dari sumber manapun yang mungkin, seperti seluruh rongga tubuh pasien,
adanya luka terbuka ataupun hal lainnya. Pengambilan sampel kuman untuk
dilakukan kultur agar dapat diketahui jenis patogen penyebab harus dilakukan
seluruh sampel infeksius dari pasien yang diduga kuat menjadi sumber infeksi.23
Pada pasien sepsis dapat dijumpai manifestasi klinis infeksi yang kentara
dari satu sistem organ tertentu, tetapi dapat juga tidak, sehingga membutuhkan
sepsis yang berdasarkan riwayat penyakit dan gejala yang timbul besar dugaan
menjadi sumber infeksi. Tetapi rekomendasi ini sekali lagi bukan untuk diartikan
Pemeriksaan kultur mikrobiologis rutin yang baik idealnya terdiri atas dua
set sampel kultur darah yang aerobik dan anaerobik. Pengambilan darah sebisa
signifikan pada kultur kuman apabila dilakukan pengambilan darah serial ataupun
pada saat pasien sedang demam tinggi. Teknik pengambilan dan transport sampel
berguna karena sterilisasi kultur dapat terjadi dalam hitungan menit hingga jam
menunjukkan bahwa adanya jeda yang panjang pada pemberian antibiotik dengan
saat pasien diketahui sepsis dapat meningkatkan angka mortalitas pasien
25
begitupun dengan gejala penyerta akibat kerusakan organ target yaitu ginjal26,
kepada pasien sepsis ataupun syok sepsis dimana pilihan antibiotik tersebut
Contohnya adalah kurangnya perhatian dalam deteksi kondisi sepsis atau syok
interpersonal staf rumah sakit, baik dokter, perawat dan pegawainya. Pemberian
Hal yang juga perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah akses
dipertimbangkan juga mengenai akses vena yang cukup baik untuk diberikannya
antibiotik. Apabila pada saat itu, akses vena belum ditemukan maka akses
intraoseus dapat menjadi alternative. Bila hal ini sulit dilakukan maka pemberian
5. Umur dan penyakit komorbid pada pasien yang tergolong kronis dan
6. Ada atau tidaknya alat-alat invasif seperti kateter vena sentral atau kateter
sensitifitas keluar maka harus diganti ke antibiotik yang jauh lebih sensitif. Tetapi
bila hasil kultur negative dan antibiotik empiris menunjukkan perbaikan maka
sepsis atau syok septik. Mengingat keadaan darurat medis ini, resusitasi cairan
awal harus dimulai segera setelah mengenali pasien dengan sepsis dan / atau
hipotensi dan peningkatan laktat, dan selesai dalam 3 jam dari awal diagnosis.
cairan kristaloid. Meskipun sedikit literatur dan data untuk mendukung volume
ini, studi intervensi baru-baru ini menggambarkan ini sebagai praktik biasa pada
tahap awal resusitasi, dan didukung bukti observasional. Tidak adanya manfaat
yang jelas setelah pemberian koloid dibandingkan dengan larutan kristaloid pada
rekomendasi yang kuat untuk penggunaan larutan kristaloid dalam resusitasi awal
pasien dengan sepsis dan septik. syok. Karena beberapa bukti menunjukkan
penilaian yang cermat dari kemungkinan bahwa pasien tetap responsif cairan.13
Ukur tingkat laktat. Ukur kembali jika Rekomendasi lemah, kualitas bukti
pemberian antibiotik.
moderat
Berikan antibiotik spektrum luas
laktat ≥ 4 mmol / L
≥ 65mmHg
bagian penting dari resusitasi. Ini tidak seharusnya terlambat. Jika tekanan darah
tidak pulih setelah cairan awal resusitasi, maka vasopressor harus dimulai dalam
jam pertama untuk mencapai tekanan arteri rata-rata (MAP) dari ≥ 65mm Hg.13
norepinefrin.
dengan takiaritmia resiko rendah dan bradikardi absolut atau relatif) (weak
evidence).
of evidence). Jika diinisiasi, dosis harus dititrasi hingga titik akhir yang
memiliki kateter arteri yang sudah terpasang segera bila tersedia (weak
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Seluruh pasien yang ditemukan mengalami sepsis atau syok sepsis harus
dilakukan tatalaksana gawat darurat berupa resusitasi dan inisiasi terapi
lainnya.
2. Pada pedoman penatalaksanaan sepsis dan syok sepsis yang dibuat oleh
Surviving Sepsis Campaign pada tahun 2018 menggabungkan seluruh
tatalaksana kepada pasien yang termasuk dalam bundle-6 dan bundle-3
menjadi bundle-1 sejak pasien ditemukan dalam konteks pelayanan kesehatan.
3. Terdapat lima langkah yang tercakup dalam bundle-1 yaitu penghitungan kadar
laktat darah, pengambilan sampel kultur sebelum diberikannya antibiotik,
berikan antibiotik intravena secepatnya, pemberian cairan kristaloid 30
ml/kgBB untuk resusitasi cairan dan berikan vasopressor dengan target inisial
MAP ≥65 mmHg.
3.2 Saran
3. Perlunya metode pengawasan yang ketat dan kerjasama dari seluruh elemen
rumah sakit dalam penatalaksanaan pasien sepsis dan syok sepsis sesuai
rekomendasi dari bundle-1.
DAFTAR PUSTAKA
2. PAPDI, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Departemen Ilmu Penyakit
http://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156. Diunduh
September 2012.
4. Besten, Andrew D. et al. 2009. Oh’s Intensive Care Manual Sixth Edition.
British Library
multiple organ dysfunction. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, eds.
Textbook of critical care. 15th ed. London: Elsevier Saunders Co. p: 1249-57
randomized trial of protocol-based care for early septic shock. N Engl J Med
2014; 370(18):1683-1693
10. A.Guntur.H. Sepsis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III . Edisi
http://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/Website/lectures/lecture/sepsis.htm.
Dalam Edisi I. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2010. 123-5.
13. Mitchell ML, Laura EE dan Andrew R. The Surviving Sepsis Campaign
Bundle : 2018 Update. Society of Critical Care Medicine and the European
0000000000003119
15. Andra LB. Lactate-A Marker for Sepsis and Trauma. 2007. EMCREG-
International.
http://emcreg.org/publications/monographs/acep/2006/alb_acep2006.pdf.
17. Jansen TC, van Bommel J, Schoonderbeek FJ, et al; LACTATE studygroup.
182:752–761
18. Jones AE, Shapiro NI, Trzeciak S, et al. Emergency Medicine Shock Research
clearance rate and central venous oxygen saturation inpatients with septic
20. Tian HH, Han SS, Lv CJ, et al. The effect of early goal lactate clearance rate
21. Yu B, Tian HY, Hu ZJ, et al. Comparison of the effect of fluid resuscitation
saturation in patients with sepsis. Zhonghua Wei Zhong Bing Ji Jiu Yi Xue
2013; 25:578–58
22. Shapiro NI, Howell MD, Talmor D, et al. Serum lactate as a predictor of
2005;45(5):524-528
Sepsis and Septic Shock : 2016. Society of Critical Care Medicine and
24. Baron EJ, Miller JM, Weinstein MP, et al. A guide to utilization of the
the American Society for Microbiology (ASM). Clin Infect Dis 2013; 57:e22–
e121
reduces mortality in severe sepsis and septic shock from the first hour: results
2014; 42:1749–1755
27. Iscimen R, Cartin-Ceba R, Yilmaz M, et al. Risk factors for the development
and IL-10 polymorphisms in patients with sepsis. Crit Care 2006; 10:R111