Makalah Farmasi Klinik
Makalah Farmasi Klinik
Disusun Oleh:
Kelompok IV (Farmasi A)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunianyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Mungkin dari hasil makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang
perlu dikembangkan lagi, untuk itu saran dan masukan dari pembaca sangat
diharapkan untuk dapat dikembangkan. Atas kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini, kami harap dapat memperbaiki pada kesempatan yang berikutnya.
Kelompok IV
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……..
2. Rumusan masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……..
3. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……..
BAB II PEMBAHASAN
1. Fungsi Ginjal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………………………….
2. Penyebab Gangguan Ginjal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………………
3. Obat yang menyebabkan Gangguan Ginjal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …….
4. Cara Pemilihan Obat bagi Pasien yang Menderita Gangguan Ginjal. . . . . . . . . . . . .
5. Penyesuaian Dosis terhadap Pasien Gagal Ginjal………………………………….
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi dari ginjal.
2. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan ginjal.
3. Untuk mengetahui contoh obat yang menyebabkan gangguan pada ginjal.
4. Untuk mengetahui cara pemilihan obat bagi pasien yang menderita gangguan ginjal.
5. Untuk mengetahui cara penyesuaian dosis pada pasien gangguan ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
Kerusakan ginjal memperpanjang waktu parah obat yang diekskresikan melalui ginjal.
Waktu untuk konsentrasi seimbang (steady state) adalah ~5 kali waktu paruh. Dengan demikian,
seperti pada pasien dengan fungsi ginjal normal, dosis awal (loading dose) mungkin diperlukan
jika diinginkan efek yang lebih cepat, terutama jika interval pemberian dosis diperpanjang. Dosis
awal pada pasien dengan kerusakan ginjal sama dengan dosis awal pada pasien dengan fungsi
ginjal normal.
Obat tertentu harus sering diperiksa jika terdapat kecurigaan adanya gagal ginjal. Pada
banyak kasus, obat-obat tersebut tidak hanya diekskresikan terutama di ginjal, tetapi kerusakan
ginjal lebih lanjut. Selain itu, efek samping yang disebabkan oleh akumulasi tersebut dapat
disalahartikan sebagai deteriosasi penyakit. Jika memungkinkan, hindari obat yang berpotensi
nefrotoksik pada pasien dengan kerusakan ginjal.
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2006
Rute eliminasi
Eliminasi obat merupakan parameter yang paling penting untuk dipertimbangkan pada saat
penentuan dosis karena eliminasi obat atau metabolitnya mungkin menurun sehingga
menyebabkan peningkatan efek farmakologis atau tokksisitas.
Sebelum menyesuaikan dosis obat apapun, harus ditentuka secara jelas rute eliminasi bahan
tersebut. Eliminasi sebagian besar obat yang terutama melalui ginjal akan menurun pada
gangguan ginjal. Sampai tingkatan mana gangguan ginjal dapat mempengaruhi eliminasi
tergantung pada prosentase obat dalam bentuk tidak berubah yang dikeluarkan ginjal (misalnya,
metabolism melalui hati) tidak terlalu berubah pada penderita dengan penyakit ginjal. Kecuali
jika produk metabolit suatu senyawa secara farmakologis aktif atau toksik dan terutama
bergantung pada ginjal untuk eliminasinya, maka penyesuaian dosis diperlukan.
Indeks Terapi
Indeks terapi suatu obat merupakan pengukuran secara garis besar mengenai keamanan obat jika
digunakan, dengan cara memperhatikan hubungan antara dosis eekti dan toksiknya.
Aminoglikosida dan vankomisin, misalnya, merupakan obat dengn indeks terapi sempit (yang
juga terutama dieliminasi melalui ginjal). Untuk obat-obat jenis ini kadar toksik dalam plasma
sangat mendekati rentang terapinya dan sangat mungkin terjadi kesalahan dosis. Oleh karena
sempitnya batas keamanan obat, maka pemantauan obat yang didasarkan pada filtrasi glomeruler
harus digunakan, disertai penyesuaian selanjutnya yang tergantung respon klinis dan kadar obat
dalam plasma.
Penyesuaian dosis
Pengobatan yang benar-benar bermanfaat diperlukan oleh pasien dengan gangguan ginjal dan
penyesuaian dosis berupa penurunan terhadap total dosis penjagaan harian sering kali diperlukan.
Perubahan dosis obat yang sering dijumpai adalah penurunan dosis atau perpanjangan interval
pemberian obat atau gabungan keduanya. Untuk berbagai obat yang hanya memiliki efek
samping ringan atau tidak bergantung dosis, perubuhan pemberian obat yang sangat rinci tidak
penting dan cukup menggunakan skema penurunan dosis secara sederhana. Berbagai pustaka
rujukan, seperti British National Formulari,Bennett’DrugPrescribing in Renal Farlure-Dosing
Guidelines For Adults, dan Bunn’s The Renal Drug Handbook, memberikan anjuran dosis yang
didasarkan pada tingkat keparahan gangguan ginjal, yang dinyatakan dalam istilah laju filtrasi
glomeruler (LFG).
Bagi beberapa jenis obat, apabila dosis penjagaan diturunkan, merupakan hal penting
untuk menambahkan suatu dosis muatan, jika diinginkan efek yang segera. Hal ini disebabkan
oleh keadaan dimana penderitaa yang diberi suatu dosis lazim obat apapun akan memerlukan
lebih dari lima kali waktu paruh untuk mencapai kadar plasma tunak (steady state). Oleh karena
waktu paruh obat dalam plasma yang diekskresikan melalui ginjal diperpanjang pada gagal
ginjal, maka diperlukan beberapa hari sebelum dosis obat (yang sudah diturunkan/lebih rendah)
tersebut dapat mencapai kadar terapeutik dalam plasma. Dosis muatan biasanya sama besarnya
seperti dosis awal bagi penderita dengan fungsi ginjal normal.
Obat yang bersifat nefrotoksik
Obat yang bersifat nefrotoksik sedapat mungkin harus dihindari pada pasien dengan
penyakit ginjal karena efek yang diakibatkan oleh nefrotoksisitasnya akan lebih berbahaya, jika
cadangan ginjal telah menurun.
Karakteristik obat yang ideaal
Idealnya, obat yang digunakan untuk mengobati penderita penyakit ginjal memiliki karakteristik
berikut :
Tidak menghasilkan metabolit aktif.
Disposisi obat tidak dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan cairan.
Disposisi obat tidak dipengaruhi oleh perubahan ikatan protein.
Respon obat tidak dipengaruhi oleh perubahan kepekaan jaringan.
Mempunyai rentang terapi yang lebar.
Tiddsk bersifat nefrotoksik.
Oleh karena itu obat yang diusulkan untuk digunakan adalah yang paling mendekati karakteristik
diatas. Dalam praktek, perubahan dosis obat tidak dapat dihindarikan bagi sebagian besar obat.
Perhitungan dosis
Anjuran dosis didasarkan pada tingkat keprahan gangguan ginjal, yang biasanya dinyatakan
dengan istilah laju filtrasi glomeruler (LFG)., umumnya diperkirakan dengan mengukur klirens
kreatinin. Jika dianggap klirens kreatinin normal adalah 120ml/menit, maka untuk tujuan
peresepan gangguan ginjal dapat dibagi menjadi :
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2006
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal yang harus diperlukan dalam praktek farmasi klinis.
Rincian tentang pasien dan pengobatannya. Pemahamn terhadap fungsi hati dan ginjal
penderita, riwayat pengobatannya srta mekanisme eliminasi obat-obat yang digunakan
merupakan hal-hal yang mendasar dalam pemilihan pengobatan. Agar dapat memberikan
masukan berarti pada segala pengambilan keputusan dalam peresepan, farmasi klinis
harus mengetahui cara kerja dan karakteristik farmakokinetika obat.
Identifiasi paasien dengan penyakit aaau gangguan ginjal
Farmasi klinis harus dapat mengenali penderitaa yang mungkin mengalami gangguan
ginjal. Kelompok pasiean ini dapat ditentukan melalui jenis ruangan dimana pasiean
dirawat, dokter spesialis yang merawat serta obat yang diberikan (misalnya, sediaan
alumunium hidroksida, kalsium, resonium, kalsidol, cairan dialisis). Oleh karena fungsi
gunjal mengalami penurunan sesuai bertambahnya usia, maka sangat bijaksana jika
menganggap setidaknya terjadi gangguan ugsi ginjal ringan pada pasien yang berusia
lanjut. Untuk penderita lanjut usia diperlukan pemantauan obat secara khusus.
Pemantauan fungsi ginjal
Fungsi ginjal harus dipantau secara cermat karena perubahan apapun yang terjadi
mungkin menunjukkan gangguan ginjal yang makin meningkat akibat perubahan pada
kondisi klinis pasien maupun sebaagai hasil dari toksisitas obat. Uji laboratorium yang
harus dicermati meliputi Kreatin, Klirens kreatin, Urea, dan Elektrolit.
Pengujian pengobatan saat ini dan usulan pengobatan
Berdasarkan kadar obat terapeutik dalam plasma dan uji fungsi ginjal, pemakaian obat-
obat tertentu mungkin perlu ditinjau ulang atau dibuat penyesuaian dosis (misalnya,
penurunan dosisi dan / atau perpanjangan interval dosis).
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aslam,Mohamed dkk,2003.Farmasi Klinik (Clinikal Pharmacy)
MenujuPengobatanRasionaldanPengharapanPilihanPasien.PtElex Media Kompetindo:Jakarta
PedomanPelayananFarmasi(TatalaksanaTerapiObatUntukPasienGeriatri).KeputusanDirekturJe
ndralPelayananKefarmasiandanAlatKesehatanRI,No : HK 00.DJ.II.051.
Wiffen,Philip,dkk.2014.FarmasiKlinisOxford.EGC:Jakarta