Anda di halaman 1dari 16

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

PERBANDINGAN KONSTITUSI

Oleh:
Ahmad Rizqi Robbani Kaban
1906408983
HTN SORE

PASCA SARJANA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2019
1. Dalam buku Comparative Law in a Changin World, Peter De Cruz
mengemukakan teori tentang 8 langkah dalam melakukan perbandingan hukum,
yaiut :
1) Identify The Problem : Dalam Tugas Mata Kuliah Perbandingan Konstitusi ,
Problem yang menjadi tajuk utama pembahasan adalah Perbandingan yang
berkaitan dengan pendidikan dan kebudayaan khususnya mengenai aturan
yang dimuat dalam konstitusi negara-negara objek perbandingan berkaitan
dengan peran negara dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
anggaaran dan peran negara dalam mengembangkan pokok-pokok pikiran
kebudayaan.
2) Membandingkan aturan yang dimuat dalam UUD NRI 1945 dengan
Konstitusi-Konstitusi negara lain. Negara-Negara yang dijadikan objek
penelitian adalah negara-negara yang memiliki persamaan sistem
pemerintahan dan sistem negara, yaitu sistem presidensiial. Adapun kondisi
sosial dan histori dari negara-negara tersebut tidak dapat ditarik pada satu
benang merah yang sama, karena negara-negara yang dijadikan objek
penelitian berada pada macam-macam sejarah yang tidak saling berkaitan,
adapun yang berkaitan hanyalah beberapa.
3) Primary Sources yang menjadi sumber bahan penelitian diddapat dari
berbagai macam literatur, jurnal, website internet, sertal Konstitusi-Konstitusi
negara-negara objek penelitian itu sendiri
4) Materi materi yang dikumpulkan adalah hasil dari penelitian yang dilakukan
peneliti melalui studi pustaka dengan mencari konstitusi-konstitusi di setiap
negara pembanding, melakukan telaah jurnal berkaitan dengan penulisan yang
membahas tentang perbandingan konstitusi, membandingan peraturan yang
memuat tentang pendidikan dan kebudayaan.
5) Organise the materials, dalam penelitian kami telah membagi menjadi
beberapa bagian, dengan diawali Bab 1 latar belakang yang memuat tentang
gambaran dasar mengenai anggaran pendidikan di Indonesia yang juga dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan, disamping itu kesejahteraan guru juga
menjadi persoalan fundamental yang patut untuk ditelaah. Selajutnya pada
bab yang sama dimuat kerangka teori, seperti Teori Konstitusi, Teori
Komparatif, Teori Pendidikan, dan Teori kebudayaan, Teori-teori itu akan
dijadikan peneliti sebagai pisau analsia dalam membedah pembahasan yang
diangkat dalam penelitian. Pada Bab II dimuat inti dari penelitian, diawali
dengan gambaran umum pada 22 Konstitusi Negara dibidang pendidikan dan
Kebudayaan, Selanjutnya dalam sub-bab B pada Bab II dimuat tabel yang
dalam hal ini peneliti membaginya menjadi 7 pokok aturan dasar yang
sejatinya harus diatur dalam Konstitusi atau aturan dasar yang dipandang
penting berkaitan dengan kualitas dan pengembangan Pendidikan disuatu
negara. Dalam Sub-Bab C, peneliti melakukan pembahasan mengenai peran
negara dalam meningkatkan mutu Pendidikan Dasar dengan menganalisa
konstitusi yang memuat aturan yang berkaitan dengan alokasi anggaran dari
negara-negara terhadap pembembangan pendidikan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap mutu Pendidikan Dasar dinegara-negara tersebut. Pada
Bab III Peneliti memuat pembahasan yang berkaitan dengan peran negara
dalam mengembangkan pokok-pokok pikiran kebudayaan daerah, dilengkapi
dengan tabel negara-negara beserta Pasal-pasal pada Konstitusi negara
tersebut yang memuat tentang pelestarian, pengembangan, atau apapun yang
berkaitan dengan kebudayaan di negara tersebut, Selanjutnya hal itu diperinci
oleh peneliti dengan membagi lagi menjadi sub-sub-bab 1 tentang Konstitusi
negara yang memuat tentang aturan promosi kebudayaan, dan sub-sub-bab 2
tentang negara yang pada konstitusinya tidak mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan “Budaya”.
6) Step keenam menurut Peter De Cruz adalah melakukan mapping terhadap
jawaban permasalahan dan membandingkannya dengan berbagai macam
pendekatan telah dilakukan oleh peneliti pada pembahasan Bab II dan Bab III.
7) Criically analyse the legal princples juga menjadi step yang dilakukan peneliti
guna menjawab permasalahan yang dikaji dalam penelitian, khususnya dalam
Bab II dan Bab III hal itu dapat dilihat.

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
8) Kesimpulan pada Penelitian Perbandingan Konstitusi yang memuat aturan
tentang pendidikan dan kebudayaan, dimuat dalam Bab terakhir dalam
penelitian dengan gambaran besarnya adalah, Iindonesia dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD terdapat poin yang memuat tentang kemederkaan negara,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan kebudayaan adalah indikator
utama dalam persoalan yang berkaitan dengan penilaian kecerdasan suatu
bangsa negara. Amerika Serikat sebagai salah satu negara didunia yang
menjadi destinasi para pelajar untuk menimba suatu ilmu tidak memuat aturan
apapun yang berkaitan dengan Pendidikan dalam Konstitusi Federalnya hal
ini berbanding terbalik dengan kualitas pendidikan yang telah ditunjukan
Amerika Serikat melalui tokoh-tokoh dunia yang telah mengeyam pendidikan
di Amerika Serikat, walaupun secara Pemerintahan Pusat Amerika Serikat
tidak memiliki aturan tentang pendidikan dasar di Konstitusi Federal pada
konstitusi setiap negara bagian diseluruh Amerika Serikat telah secara tegas
memuat aturan-aturan tersebut khusunya mengenai kewajiban Pendidikan
Dasar, dan jaminan Pendidikan Gratis bagi warga negara Amerika. Sedangkan
Negara-negara Amerika Latin yang dijadikan objek perbandingan seperti,
Bolivia, Brazil, Paraguay dan Venezuela yang secara sistem pemerintahan
memiliki kesamaan dengan Indonesia, telah memuat aturan yang lebih
spesifik dan tegas berkaitan dengan Pendidikan dalam Konstitusinya, berbeda
dengan Indonesia yang hanya memuat aturan yang berkaitan dengan
kewajiban pemerintahn memberikan Pendidikan kepada Warga Negara
Indonesia diatur dalam Pasal 31 ayat (2) UUD 1945. Selanjutnya peran negara
dalam mengembangkan kebudayaan yang secara konkrit dimuat dalam aturan
pada konstitusinya telah dilakukan oleh Guatemala, Honduras, Georgia,
Bolivia, Ghana, Brazil, Venezuela, dan Belarusia. Berbeda dengan Indonesia
yang memiliki nilai kebudayaan yang sangat mahal hanya memuat 2 aturan
dalam konstitusinya yaitu pada Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (2) UUD
NRI 1945.

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
2. Alaasan terpenting melakukan perbandingan politik dan perbandingan
pemerintahan adalah :
1) We Cannot Understand Our Own Country Without a Knowledge of Others:
Berkaitan dengan hal ini peneliti telah menggambarkan secara luas berkaitan
dengan dasar permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini pada
latar belakang. Selanjutnya fondasi yang dimuat dalam latar belakang
dikembangkan pada Bab II dan Bab III dengan pertama pembahasan
mengenai Alokasi anggaran Pendidikan yang dilakukan Indonesia adalah 20%
dari total APBN dan APBD diperuntukan terhadap pendidikan guna
memenuhi penyelenggaraan pendidikan Nasional, dan selanjutnya aturan
tersebut kami bandingkan dengan negara seperti Brazil memuat aturan pada
konstitusi yang mewajibkan 18% hasil pendapatan Negara diperuntukan
terhadap pengembangan dan persoalan pendidikan dan 25% dari hasil
pendapatan daerah diperuntukan untuk pengembangan dan persoalan yang
bekaitan dengan pendidikan di daerah-daerah masing-masing. Selanjutnya
dalam penelitian telah dimuat sebuah tabel (2.3) pada Bab 2 yang membahas
negara-ngera yang mengatur pendidikan dasar gratis dalam Konstitusinya.
Selanjutnya dalam tabel 2.4 telah peneliti lakukan pembagian tentang negara-
negara mana saja yang memuat aturan tentang pendidikan dasar gratis.
Selanjutnya, ifnrormasi dan pengetahuan peneliti berkaitan dengan isu
kebudayaan yang diangkat dalam penelitian ini telah di tuangkan dalam Bab
II tentang peran negara dalam mengembangkan pokok-pokok pikiran
kebudayaan darah, informasi tersebut dibantu dengan tabel 3.1 yang peneliti
buat untuk mempermudah informasi berkaitan dengan negara-negara mana
saja yang memuat aturan tentang kebudayaan pada Konstitusnya. Pada sub-
bab selanjutnya peneliti tuangkan dalam tabel 3.2 yang memuat informasi
pasal-pasal dalam konstitusi-konstitusi negara yang dijadikan objek
pembanding berkaitan dengan aturan tentang promosi budaya.
2) We Cannot Understand other countries without a knowledge of their
backround, institusions, and history, pemahaman tentang backround serta

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
sejarah negara-negara yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini
adalah dengan secara tegas peneliti memilih negara yang memiliki sistem
Presidensial dan hal ini sejalan dengan background serta sejarah dari negara-
negara tersebut. Disamping itu pula, dalam pembahasan serta kesimpulan
pada penlitian ini telah dimuat beberapa tabel yang menunjukan informasi
mengenai background serta institusi-institusi yang memiliki kewewnangan
pada negara-negara tersebut.
3) We Cannot Arrive at valid generlations about government and politics without
the comparative method, Peneliti memberikan jaminan validitas penelitian ini
dengan memuat penegasan pembahasan pada sub-bab F dalam Bab 1, hal ini
juga ditunjang dengan salah satu teori yang peneliti gunakan dalam
melakukan analisa permasalahan penelitian, yaitu teori hukum komparatif
yang dikemukakan oleh Peter De Cruz.

3. Berkaitan dengan sistem pemerintahan yang saat ini berlaku di Dunia, saya
memandang dengan sudut pandang yang cukup berbeda dengan kebanyakan
literasi yang membahas tentang sistem pemerintahan negara-negara. Dewasa kini
perkembangan suatu sistem pemerintahan terus terjadi, ada beberapa sistem
pemerintahan yang baru muncul dan ada juga sistem pemerintahan yang telah
hilang seperti sistem pemerintahan khilafah yang pada awal abad ke-20 atau tahun
1900an awal masih digunakan Turki Otoman selanjutnya hilang pada proses
revolusi keukuasaan turki pada tahun 1910an dan hingga saat ini belum ada lagi
negara yang memiliki sistem pemerintahan islam seperti sistem pemerintahan
Turki Otoman. Selanjutnya diantara beberapa sistem yang masih berlaku dan
digunakan negara-negara didunia saat ini diantara lain adalah:

1) Monarki, atau dalam istilah lain negara dengan sistem kerajaan. Dalam sistem
negara seperti ini kepala negara adalah Seorang Raja/Ratu/Sultan/dll, yang
memiliki kekuasaan berdasarkan garis keturunan serta tanpa batas waktu.

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
Sedangkan kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri atau Presiden.
Dalam perkembangannya didunia, negara yang masih memiliki raja atau ratu
sebagai penguasa utamanya memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri.
Contoh: Ratu Elizabeth adalah Ratu Inggris (United Kingdom) yang secara de
facto juga adalah ratu negara-negara jajahan inggris (common wealth country)
dan pemerintahaan inggris sendiri di Pimpin oleh seorang Perdana Menteri.
Selanjutnya Saudi Arabia yang dipimpin oleh Raja Salman sebagai kepala
negara namun kepala pemerintahannya adalah Pangeran Muhammad bin
Salman, berbeda dengan Uni Emirat Arab yang berisikan tujuh negara dengan
tujuh raja yang berbeda dan pimpinan pemerintahannya adalah seorang
presiden yang dipilih oleh raja-raja tersebut. Dalam beberpa literatur negara
Monarki dibagi menjadi tiga yaitu, Monarki Absolut ( Saudi Arabia, Brunei
Darusalam), Monarki Parlementer (Inggris, Jepang, Belgia), dan Monarki
Konstitusional (Emirat) (United Emirat Arab). Menurut pandangan saya,
Negara yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang absolut (Raja
Saudi/Sultan Brunei) akan memiliki kelebihan dalam hal pembangunan dan
pengembangan negara, dengan kewenangan yang hanya dimiliki satu orang
dan tak tergantikan maka negara tersebut akan memiliki karakter dan arah
tujuan negara secara tegas dan terarah, namun negara dengan sistem
kekuasaan yang absolut rentan terhadap kediktatoran atau kesewenangan
kekuasaan, tanpa adanya suatu kekuatan atau isntansi penyimbang yang
memiliki kewenangan dalam memberikan pengawasan serta nasihat maka
pemimpin-pemimpin seperti itu akan cenderung melakukan tindakan-
tindakan yang dapat dipastikan merugikan banyak pihak khususnya warga
negara. Selain itu, kesempatan terhadap setiap individu untuk dapat
mengembangkan hak-hak dasarnya pasti terbatas, selanjutnya apabila sang
penguasa tidak dapat memberikan kesejahteraan dan memfasilitasi kebutuhan
warga negaranya maka dapat dipastikan akan terjadi gerakan masyarakat yang
berujung pada penggulingan atau pergantian kekuasaan. Selanjutnya pada
Negara Monarki Parlementer yang berlaku di dunia saat ini, kekuasaan yang
dimiliki seorang ratu di Inggris saat ini hanya sebatas formalitas belaka hal ini

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
dapat dilihat dari dinamisnya kondisi sosial politik di Inggris dalam beberapa
waktu terakhir, menunjukan figur Ratu Elizabeth sebagai kepala negara
hanyalah simbolis belaka dan dengan kata lain fungsi Kepala Negara sebagai
seorang yang memimpin suatu negara secara konkrit telah hilang, karena
dalam beberapa kasus yang pernah terjadi, seorang raja/ratu tidak dapat ikut
campur atau intervensi secara langsung terhadap keputusan yang diambil oleh
parlemen, disamping itu sistem monarki parlemen adalah sistem yang
menurut pandangan saya adalah sistem yang tidak memiliki keadilan secara
struktur sosial, karena dalam praktiknya sebuah negara monarki parlementer
membagi kelompok masyarakat yang dapat menjadi bagian dalam parlemen
berdasarkan kelas sosialnya, bangsawan dan rakyat biasa. Hal itu dapat
menjadi permasalahan besar apabila seorang bangsawan yang menjadi bagian
dari parlemen tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapi.

2) Sistem Pemerintahan Presidensial, dari banyak negara didunia kebanyakan


negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial adalah negara
yang berbentuk Republik. Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu
sistem pemerintahan yang menggunakan dasar teori trias politica dalam
pembagian kewenangan dan kekuasaan menjadi tiga kelompok, yaitu
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dalam sistem ini Presiden adalah seorang
yang memiliki tanggung jawab sebagai kepala negara serta kepala
pemerintahan. Presiden dapat berkuasa melalui mandat rakyat yang
dimanifesatikan dalam suatu sitem pemilihan yang pada pemilihan tersebut
warga negara/rakyat memberikan legitimasinya melalui pilihannya. Dalam
sistem pemerintahan presidensial yang berlaku saat ini di dunia, pemilihan
yang dilakukan oleh masayarakat adalah untuk memilih kepala negara dan
kepala pemerintahaannya dalam hal ini disebut eksekutif dan memilih wakil-
wakil rakyat yang bertugas menjadi penyalur aspirasi masyarakat yang disebut
legislatif. Secara teori sistem presidensial dengan konsep trias politica yang

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
memberikan kewenangan terhadap legislatif guna mengawasi eksekutif dan
penugasan yudiaktif dalam hal kekuasaan penegeakan hukum, dapat
dikatakan terbaik tapi tidak sempurna. Namun, pada faktanya dan ditunjukan
dengan permasalahan beberapa waktu terakhir hampir diseluruh dunia, Fungsi
pengawasan yang dilaukan legislatif dalam mengawasi eksekutif dalam
memerintah negara dan pemerintahan hanya sebatas teori dan formalitas
belaka. Nyatanya, terdapat beberpa kasus konkrit yang menunjukan adanya
kerja sama secara langsung antara eksekutif dan legislatif demi mendapat
kekuasaan dan tak jarang memuat suatu aturan yang tidak mengakomodir
aspirasi masyarakat melainkan aturan yang hanya menyenangkan sekolompok
orang dan bukan seluruh masyarakat. Disamping itu kekuataan presiden
dalam sistem pemerintahan sistem presidensial dapat dikategorikan dengan
sistem yang memberikan kekuatan yang tak dapat dijatuhkan oleh pihak
manapun kepada seorang yang menjadi presiden. Walaupun ada aturan
tentang impeachment dan lain-lain yang berkaitan dengan kontrol kekuasaan,
kerumitan proses impeachment dan hal-hal yang berkaitan dengan akses
dalam penyampaian aspirasi terhadap ketidak senangan masayarakat pada
Presiden menjadi suatu kendala lainnya. Fungsi kontrol yang dimiliki
legislatif dalam sistem presidensial hanyalah sebatas fungsi kontrol terhadap
kebijakan Presiden dalam hal yang berkaitan dengan pembuatan undang-
undang, selebihnya apabila Presiden (eksekutif) melakukan tindakan yang
bertentangan dengan norma dan aturan yang berkaitan tidak dapat dikontrol
oleh lembaga legislatif. Dan yang paling parah dalam sistem presidensial
adalah adanya negosiasi atau transaksi aturan antara eksekutif dan legislatif
dalam hal pembahasan aturan, keputusan, atau kebijakan negara terhadap
suatu hal. Seringkali legislatif dan eksekutif membuat aturan yang hanya
meberikan kesewenangan, mengutamakan kepentingan legislatif dan
eksekutif dan menyampingkan kebutuhan masayarakat. Sistem presidensial
yang menggunakan pemilihan sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam
menentukan pemimpinya juga memiliki permasalahan tersendiri. Sistem
pemilihan yang berlaku, kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas pendidikan

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
masayarakat sangat berpengaruh terhadap citra serta kualitas ekesekutif dan
legislatif. Apabila masyarkaat yang tidak pintar dan mudah di hasut dengan
janji janji menjadi mayoritas pemilih maka orang-orang yang terpilih niscaya
adalah orang-orang yang hanya pandai menghasut dan berjanji, hal ini juga
diperparah apabila orang-orang yang ingin menjadi bagian didalam legislatif
atau eksekutif adalah orang yang hanya memiliki materi secara finasial yang
mumpuni tanpa ditopang dengan materi pengetahuan serta pemahaman
terhadap situasi dan isu tertentu. Pembagian kekuasaan dalam sistem
pemerintahan presidensial dapat tidak tidak berlaku dalam situasi dimana
pemenang pemilihan dalam lembaga legislatif dan lembaga eksekutif berasal
dari satu partai yang sama, teori tentang check n balances dalam sistem ini
tidak berlaku dengan dapat dipastikan bahwa orang-orang yang berasal dari
partai yang sama pasti memiliki agenda dan kepentingan yang sama maka
yang terjadi hanya balances saja istilah check atau pengawasan hanya akan
menjadi formalitas tekhnis belaka.

3) Sistem Pemerintahan Parlementer, sistem pemerintahan yang dimana peranan


pemerintahan di pegang oleh parlemen. Dalam sistem ini, parlemen memiliki
legitimasi dan kewenangan dalam mengangkat Perdana Menteri sebagai
kepala pemerintahan dan sekaligus parlemen dapat menjatuhkan
pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan parlemen yang dapat menjatuhkan
dan mengangkat seorang Perdana Menteri sebagai kepala negara secara
mudah dapat berdampak terhadap stabilitas pemerintahan dan negara itu
sendiri. Disamping itu kekuataan parlemen dan pemerintah ditentukan
berdasarkan kekuatan presentase yang ada di parlemen, dan presentase
kekuatan dapat ditentukan dari hasil pemilihan dan kursi partai-partai di
parlemen. Apabila perdana menteri sebagai kepala pemerintahan adalah
berasal dari partai minoritas maka besar kemungkinan akan adanya perubahan
segera terhadap pengisi posisi perdana menteri. Disamping itu apabila pihak-
pihak yang menjabat pada posisi dikabinet adalah orang yang berasal dari

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
partai mayoritas parlemen maka secara tidak langsung dapat dikatakan kabinet
dapat mengendalikan parlemen, walaupun dalam satu situasi pengawasan
yang dilakukan oleh parlemen terhadap pemerintah dapat dikatakan
pengawasan yang kuat dan berdampak terhadap kehati-hatian pemerintah
dalam menjalankan pemerintahannya.

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah negara
yang berbentuk Repbulik, selanjutnya ditegaskan kedaulatan berada di tangan
rakyat pada Pasal 1 ayat (2) yang menurut para ahli maksud dari Pasal 1 ayat (2)
ini adalah negara indonesia adalah Negara Demokrasi dengan memberikan beban
kepada rakyat indonesia adalah adalah sebgai penentu kedaulatan selanjutnya
Pasal 1 ayat (3) menyebutkan Indonesia adalah Negara Hukum, dengan aturan
tersebut telah memberikan gambaran jelas bahwa Indonesia adalah negara yang
menempatkan posisi hukum pada tingkat teratas, tidak ada tindakan, kewenangan,
atau kekuasaan tanpa dasar hukum. Dalam Bab III tentan Kekuasaan
pemerintahan negara, Pasal 4 ayat (1) menegaskan tentang sistem presidensial
yang beralku saat ini adalah amanah pada pasal tersebut dengan perintah Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahaan menurut Undang-
Undang Dasar. Menurut pandangan saya terlebih lagi dengan situasi
pemerintahan saat ini, secara teori dalam ilmu sistem pemerintahan presidensial
pada umumnya tidaklah sama dengan situasi dan kondisi pemerintahan Indonesia
saat ini. Ketua DPR sebagai lembaga legislatif serta pemenang Pemilu penguasa
parlemen dan Presiden Indonesia selaku eksekutif berasal dari 1 Partai yang sama.
Konsep check n balances yang harusnya berfungsi dalam negara sistem
presidensial pada umunya tidak berlaku di. Indonesia. Terlalu naif dan menafikan
kebenaran apabila masih berharap besar kepada DPR untuk bersikap objektif, dan
profesional apabila lembaga tersebut diketuai oleh sesorang yang juga memiliki
kendaraan yang sama dengan Presiden. Terlebih lagi permasalahan permasalahan
nyata yang tengah dialami oleh banyak masyarakat diberbagai daerah tidak di
sambut dengan kinerja serta kebijakan yang tepat dari para pihak yang memiliki

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
otoritas. Salah satu contoh yang dari beberapa tahun terakhir hingga saat ini masih
belum selesai dan belum ada tindakan konrit dari pemerintah, maupun legislatif
periode lalu dan periode ini adalah Permasalahan BPJS. Ditengah isu yang
dilemparkan eksekutif yang diwakili oleh Pejabat Menteri tentang bahaya
radikalisme, kondisi sosial, dan ekonomi masyarakat kecil masih belum berubah.
Padahal saat ini kondisi Indonesia secara pandangan jelas dan panggung terbuka
dalam kondisi baik-baik saja, maka isu bahaya radikalisme bukanlah suatu
dagangan yang harus terus dipromosikan melainkan permasalahan angka
pecapaian pendidikan, angka kesejahteraan, dan hal hal fundamental bagi warga
negara lainnya yang sejatinya lebih penting. Belum lagi permasalahan penegakan
hukum, seperti kasus mahasiswa yang hilang pasca demo KUHP baru dan RUU
KPK, tidak adanya tanggung jawab negara (Polisi) dalam kematian warga negara
pada bentrokan pasca Demo hasil pilpres di depan Bawaslu lalu, berlakunya UU
ITE sebagai senjata penguasa dalam menebas hak-hak kebebasan berpendapat
warga negara, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Semua permasalahan
permasalahan itu muncul akibat dari sistem penentuan pejabat yang sarat akan
KAPITALISME. Saya berpandangan bahwa, Sistem pemerintahan Presidensial
yang berlaku di Indonesia saat ini dapat di istilahkan dengan sistem pemerintahan
presidensial formalitas, hal itu dapat dilihat dari komposisi ketua DPR. Ketua
MPR, dan pejaba-pejabat tinggi lainnya (Ketua MK, Ketua MA). Bukan suatu
rahasia lagi apabila pemilihan yang telah berjalan di Indonesia sejak merdeka
hingga saat ini tidak pernah terlepas dari isu money politik atau intrik-intrik
lainnya. Hal ini semestinya menjadi pembelajaran bahwa sistem pemilihan yang
selama ini berjalan, adalah sistem yang gagal dan harus segera diganti dengan
sistem lainnya. Mayoritas warga negara Indonesia yang dapat menentukan pilihan
dalam Pemilihan Umum adalah warga negara Indonesia yang dapat dikategorikan
berpendidikan rendah, apabila ada argumentasi bahwa rakyat Indonesia saat ini
sudah pintar sejatinya itu hanyalah anekdot atau lelucon yang harus dipandang
sebagai sindiran bahwa Rakyat Indonesia masih belum pintar, hal itu sesuai
dengan orang-orang yang saat ini mengisi posisi jabatan-jabatan publik yang
bertugas sebagai penyalur aspirasi warga negara. Pemilu 2019 dengan aturan

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
Presidential Threshold telah mengamini kepentingan mayoritas penguasa
parelemen untuk memudahkan dan mengamankan kepentingan-kepentingannya.
Pemaksaan aturan Presidential Threshold dalam Pemilu lalu menunjukan kualitas
anggota DPR yang tidak faham Konsep Tata Negara dibantu dengan putusan
Mahkamah Konstitusi yang memaksakan argumen dalam menolak judicial
review terhadap presidential threhsold. Sistem pemerintahan presidensial dengan
konsep trias politica, harus di isi oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan
dan intelektual yang mumpuni dan sesuai dibidangnya. Apabila para pengisi
jabatan dalam kursi DPR adalah pengusaha kaya raya, atau orang bodoh yang
kebetulan kaya dapat dipastikan tidak menjadikan kepentingan, kebutuhan, serta
kesejahteraan masyarkaat sebagai prioritas utama dalam penentuan pembuatan
kebijakan. Pemilu yang dalam masa kampanye memaksa calon anggota legislatif
mengeluarkan biaya yang besar akan menjadi dasar alasan utama para anggota
yang terpilih untuk mencari pengganti modal kampanye atau mencari modal
untuk kampanye selanjutnya, dan pola itu akan terus berlaku. Terlebih lagi dengan
aturan yang saat ini memberikan legitimasi kokoh serta kuat kepada Presiden
dalam posisinya untuk memilih jabatan-jabatan penting. Seperti memilih hakim
Mahkamah Konstiusi, 3 dari 9 Hakim Mahkamah Konstitusi adalah pilihan
presiden, 3 pilihan DPR, dan 3 dari Mahkamah Agung. Dengan budaya sopan
santun, balas budi, serta tata krama yang berlaku di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Kecil kemungkinan apabila hakim-hakim yang dipilih atau ditunjuk
presiden tidak mengamankan kepentingan presiden, hakim-hakim yang dipilih
atau direkomendasikan DPR tidak menjaga dan mengamankan kepentingan DPR.
Ditambah lagi dengan aturan dewan pengawas KPK yang dipilih oleh Presiden,
KPK yang bertugas menjadi Komisi Pemberantas tindak pidana Korupsi yang
juga tengah menjadi penyakit kronis yang menular di seluruh tingkatan strata
sosial dan penjuru serta pelosok wilayah Indoneisa harus melakukan tindakan
yang secara tidak langsung menunggu persetujuan Presiden. Maka kesimpulan
yang dapat saya sampaikan bahwa, aturan aturan tentang kewenangan Presiden
seperti rekomendasi MK, rekomendasi Kapolri, penunjukan Dewan Pengawas
MK dll dapat membahayakan stabilitas negara karena apabila kewnangan

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
presiden itu terus bertambah maka akan menjadi suatu sistem presidensial dengan
gaya diktator. Disamping itu sistem pemilihan dalam penentuan wakil rakyat juga
harus diperbaiki, orang-orang yang tidak berkompeten menjabat sebagai anggota
DPR/DPRD Provinsi/DPRD Kota&Kabupaten adalah salah satu faktor utama
banyaknya kebijakan atau aturan yang tidak pro rakyat. Dan hal itu akan
berdampak apda persoalan-persoalan lainnya

4. Konstitusi yang tertulis maupun tidak tertulis adalah produk hasil dari
Kebudayaan yang bersifat dinamis, khususnya Konstitusi Indonesia adalah hasil
dari budaya yang berlaku di Indonesia dari ujung Aceh hingga Papua. Nilai-nilai,
Norma-norma, aturan adat istiadat yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia
adalah dasar pemikiran pembentukan dari Konstitusi di Indonesia, hal itu dapat
dilihat dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dalam lambang negara Garuda
Pancasila yang ditegaskan dalam Pasal 36A UUD 1945. Menurut Lawrence
Friedman ada tiga kompnonen untuk merumuskan sistem hukum yaitu; struktur,
substansi, dan kultur hukum atau dalam bahasa lain adalah, struktur hukum,
materi norma muatan hukum, dan budaya hukum. Suatu struktur tercermin dalam
kelembagaan pemerintahan dan kenegaraa, sedangkan materi norma hukum
dimanifestasikan dalam bentuk naskah-naskah hukum berupa reglingen,
beschikkings, dan vonnis, kontrak, konvensi, dan perjanjian internasional serta
berbagai dokumen aturan kebijakan lainnya. Semua itu dapat kita sebut sebagai
institusi hukum yang tumbuh berkembang menjalankan fungsinya dalam konteks
kebudayaan hukum atau tradisi hukum. Konstitusi sebagai institusi hukum pada
pokoknya memuat kandungan tradisi hkum yang tewarisi daralah perjalanan
sejarah, dan sekaligus berfungsi sebagai instrumen prekayasaan dan pencerahan
kebudayaan ke arah cita-cita hidup bersama. Maka dari itu Konstitusi dapat
berfungsi efektif dalam proses pembangunan kebudayan dan peradaban bangsa
menuju standar kmenuasiaan yang universal. Suatu Konstitusi negara dibuat
berdasarkan kebutuhan secara umum seluruh warga negaranya, dan hal itu dapat

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
dilihat dari hak-hak dan kebutuhan-kebutuhan dasar yang berlaku pada
masyarakat. Budaya atau tradisi kelompok masyarakat yang memiliki nilai
kemnausiaan dalam proses kehidupan adalah awal dari suatu kelompok
masayarakat itu dapat survive dalam suatu peradaban. Hal ini tercermin dengan
Konstitusi Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai bahan dasar rujukan
pembuatan Konstitusi. Pancasila sendiri merupakan sistem nilai falsafah yang
terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia, yang pada sila-sila tersebut memuat
aturan dan gambaran dasar tentang masyarkat Indonesia dapat bersikap dalam
kehidupan bermasyarakat. Maka menurut saya UUD NRI 1945 adalah konstitusi
kebudayaan karena hal itu dicerminkan melalui Pancasila sebagai bahan dasar
rujukan Konstitusi Indonesia. Hal ini senada juga dengan Konstitusi Bolivia,
yang dalam Konstitusinya memuat lebih dari 11 Pasal yang berkaitan dengan
kebudayaan. Konstitusi Bolivia juga memuat aturan khusus mengani penduduk
asli yang berada di beberapa wilayah tertentu, selain itu aturan dasar dan khusus
mengenai tumbuhan khas bolivia juga dituangkan dalam konstitusi Bolivia.
Berbeda dengan Indonesia yang memuat kebudayaan melalui Pancasila untuk
dapat implementasikan nya dalam UUD NRI 1945, Konstitusi Bolivia secara
langsung memasukan nilai-nilai dan tradisi-tradisi kebudayaan Bolivia dalam
bab-bab tertentu pada Konstitusinya. Selanjutnya apabila melihat Konstitusi
Amerika Serikat, pemaknaan kebudayaan, serta nilai nilai yang berlaku di tengah
masyarkat dapat menjadi rujukan nilai serta materi muatan dalam pembuatan
aturan di UUD NRI 1945. Sebagai Negara dengan sejarah yang bukan sebagai
penduduk asli setempat, secara terang tidak ada aturan dimuat dalam Konstitusi
Amerika Serikat yang tercemrin berdasarkan kebudayaan warga negaranya
terlebih lagi warga negara Amerika Serikat adalah orang-orang yaang memiliki
latar belakang, ras, serta sejarah yang berbeda satu sama lain, sehingga dalam
perkembangannya konstitusi Amerika Serikat memuat aturan-aturan yang secara
umum berlaku secara Universal.

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE
5. Penentuan 20% anggaran untuk pendidikan yang dimuat dalam UUD NRI 1945,
dalam praktiknya memiliki implikasi hukum dan berbagai aspek lainnya. Pada
situasi tertentu hal ini memiliki dampak positif dan pada situasi lainnya aturan ini
memiliki beban tertentu. Apabila melihat pada bagian dalam Pembukaan UUD
1945 tentang salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia adalah Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa maka penentuan angka 20% anggaran untuk kepentingan
pendidikan adalah suatu hal fundamental yang tidak dapat dikurangi atau
dihilangkan namun dapat ditambahkan besarannya dan dikembangkan
pengaturannya. Dalam Sitausi apabila aturan tentang penentuan tersebut dilanggar
maka penegakan hukum yang harus dilakukan adalah membuat suatu tindakan
paksa kepada pihak yang berkaitan untuk memberikan bantuan tambahan
terhadap pendidikan, dan hukum atau sanksi sosial yang memerbikan kewajiban
kepada pihak terkait untuk membuat suatu projek atau konsep atau kegiatan yang
berkaitan dengan pengembangan pendidikan diwilayah dimana aturan atau situasi
dan tindakan itu terjadi. Apabila ada suatu pemerintahan daerah yang terbukti
secara jelas mengurangi besaran angka 20% anggaran untuk pendidikan dan
digunakan untuk hal lain maka harus dibuat suatu mekanisme yang dapat
memberikan ketakutan kepada Pejabat terkait untuk melakukan itu. Pendidikan
adalah salah satu hal yang fundamental dan sangat penting terhadap kondisi
peradaban suatu bangsa, maka apabila suatu negara ingin menjadi negara yang
memiliki peradaban maju dari aspek pemerintahan, tata kelola, serta warga
negaranya maka menjunjung tinggi pendidikan adalah satu hal yang wajib.
Apabila ada pejabat mengabaikan hal-hal seperti itu maka semestinya dibuat
aturan salah satu alasan dapat di Impeacht/ diturunkan dari jabatannya nya
seorang pejabat adalah karena mengurangi besaran angka 20% anggaran untuk
pendidikan dan atau mengalihkan besaran angka 20% tersebut kepada aspek lain.
Maka selanjutnya pejabat tinggi setingkat dibawahnya, atau wakil dari pejabat
tersebut mengisi kekosongan pemerintahan dengan maksud agar stabilitas negara
dapat terjaga. Dari berbagai konstitusi yang dijadikan objek perbandingan dalam
penelitian yang telah kami lakukan tidak ada 1 negara pun yang memuat tentang
aturan situasi tersebut didalam konstitusinya.

JAWABAN UAS PERBANDINGAN KONSTITUSi


AHMAD RIZQI ROBBANI KABAN 1906408983
KELAS HTN-SORE

Anda mungkin juga menyukai