Lapkas PSORIASIS
Lapkas PSORIASIS
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Psoriasis adalah penyakit kulit yang bersifat kronik dan residif, ditandai oleh
percepatan pertukaran sel-sel epidermis sehingga terjadi pergantian kulit epidermis atau
proses keratinisasi yang lebih cepat dari biasanya. Penyakit ini tampak sebagai plak
tebal, eritematosa, berbatas tegas dan papul-papul yang tertutup sisik seperti perak,
biasanya terdapat di daerah tubuh yang mudah terkena trauma seperti lutut, siku dan
kulit kepala. Erupsi kulit ini dapat menyerang bagian tubuh manapun, kecuali selaput
lendir.Kejadian psoriasis secara umum terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang
target pada psoriasis terdiri dari beberapa sel, termasuk keratinosit, namun secara
singkat terlihat adanya siklus sel yang memendek sekitar 1,5 hari pada proliferasi
keratinosit psoriasis, fase maturasi dan pelepasan keratinosit memerlukan waktu sekitar
1
4 hari sehingga keratinosit sel basal memperbanyak diri 10 kali lebih cepat
Kortikosteroid, preparat ter, antralin, analog vitamin D, retinoid, dan fototerapi (UVA
dan UVB) merupakan pilihan obat topikal. Agen biologik juga dapat menjadi pilihan
terapi psoriasis.1,3
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. A
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Kegemaran : Menonton
Alamat : Mibo
2.2 Anamnesis
Keluhan utama :
rasa gatalhampir pada seluruh tubuh yang dialami semenjak ± 10 tahun yang
lalu.
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSU Meuraxa dengan keluhan
muncul bercak kemerahan hampir pada seluruh tubuh yang dialami semenjak ±
10 tahun yang lalu. Bercak kemerahan tersebut bersisik tebal berwarna putih
dan berlapis-lapis yang disertai rasa gatal. Bercak ini awalnya muncul pada
3
bagian paha kanan pasien dan berukuran sebesar biji jagung dan berjumlah 1
menjadi sebesar uang logam. Bercak tersebut selanjutnya muncul pada daerah
lain hingga hampir seluruh badan pasien akibat pasien sering menggaruk-garuk
bagian tersebut. Apabila pasien mengangkat sisik yang terdapat pada bercak
tersebut, sebelumnya pasien telah berobat ke puskesmas dan diberi obat oles
pasien.
Pasien ada mengkonsumsi obat yang diberikan oleh puskesmas, namun pasien
a. Keadaan umum
Gizi : Baik
4
Frekuensi pernapasan : 18 x/i
b. Keadaan spesifik
Kepala : Normocepali
5
Ruam primer:
Ruam sekunder:
2.5 Ringkasan
kemerahan pada kulit, bersisik tebal berwarna putih, berlapis-lapis dan disertai rasa
gatal hampir pada seluruh tubuh yang dialami semenjak ± 10 tahun yang lalu. Bercak-
bercak ini muncul pada daerah yang sering digaruk-garuk oleh pasien. Apabila pasien
mengangkat sisik yang terdapat pada bercak tersebut, maka bercak tersebut akan
mengeluarkan darah. Keluhan ini telah dialami pasien selama ± 10 tahun dan hilang
timbul.
puskesmas dan diberi obat oles (salap) namun tidak mengurangi keluhan pasien.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi primer berupa plak dan makula
eritematosa yang berukuran dari lentikular hingga plakat dengan susunan polisiklik dan
6
sirkumskripta. Sedangkan untuk lesi sekundernya didapatkan skuama halus dengan
penyebaran universal.
2.6 Diagnosis
1. Psoriasis Vulgaris
2. Dermatitis numular
3. Tinea Korporis
4. Dermatitis Seboroik
5. Liken Planus
6. Ptiriasis Rosea
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Umum
seperti:
- Cukup istirahat.
2.7.2 Khusus
- Topikal
7
LCD 1 mL + Kloderma oint 5 gr + Acid Salicyl salep yang dioles tipis-tipis
pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.
- Sistemik
2.8 Prognosis
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI
Psoriasis adalah peradangan kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak bercak eritema berbatas tegas; ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis
berwarna putih.5 Penyebab yang kuat adalah genetik dengan perubahan pertumbuhan
dan diferensiasi sel epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya
3.2 EPIDEMIOLOGI
bervariasi pada populasi yang berbeda mulai dari 0,1% sampai11,8%.1 Psoriasis dapat
terjadi pada laki-laki maupun perempuan, menyerang semua usia tetapi umumnya lebih
sering terjadi pada orang dewasa antara usia 15-30 tahun dan jarang pada usia dibawah
adalah pada usia 33 tahun dan 75%kasus terjadi setelah usia 46 tahun.8 Psoriasis
dibedakan menjadi dua bentuk berdasarkan onset penyakit yaitu; psoriasis tipe I yang
dimulai sebelum usia 40 tahun serta berhubungan dengan Human Leucocyte Antigen
(HLA) dan tipe II yang terjadi setelah usia 40 tahun dan umumnya tidak terkait HLA.7
9
3.3 FAKTOR PENCETUS
Beberapa faktor pencetus kimiawi, mekanik dan termal akan memicu psoriasis melalui
gembfibrosil dan beberapa antibiotik. Bakteri, virus, dan jamur juga merupakan faktor
mengakibatkan efek patologik dengan aktifasi sel limfosit T, makrofag, sel langerhans
dapat memicu ekspresi antigen limfosit kulit yang berperan dalam migrasi sel limfosit
T bermigrasi ke kulit. Walaupun pada psoriasis vulgaris tidak dapat dideteksi antigen
streptokokus, beberapa antigen asing dan auto-antigen dapat memicu interaksi APC dan
3.4 ETIOPATOGENESIS
kelainan imunologi, biokimia atau vaskular yang multipel.1 Hal lain yang mendukung
adanya faktor genetik yaitu Human Leukocyte Antigen (HLA).2,7 Psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6
10
dengan HLA-B27 dan Cw2.7 Awalnya psoriasis merupakan penyakit yang dianggap
sebagai kelainan keratinosit primer,tetapi setelah ditemukan bahwa terjadi aktivasi sel
pada sel T dan sistem imun.1 Defek genetikpada psoriasis dapat diekspresikan pada
salah satu dari tiga jenis sel yakni limfosit T, antigenpresenting cell, atau keratinosit.
disebutkan dalam kepustakaan antara lain stres psikis, infeksi lokal,trauma, endokrin,
Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai patogenesis psoriasis,
tetapi peranan autoimunitas dan genetik dapat merupakan akar yang dipakai dalam
prinsip terapi. Mekanisme peradangan kulit psoriasis cukup kompleks, yang melibatkan
regulasi keratinosit, sel-sel radang dan pembuluh darah; sehingga lesi tampak menebal
Aktivasi sel T dalam pembuluh limfe terjadi setelah sel makrofag penangkap
(MHC) mempresentasikan antigen tersangka dan diikat oleh ke sel T naif. Pengikatan
sel T terhadap antigen tersebut selain melalui reseptor sel T harus dilakukan pula oleh
ligan dan reseptor tambahan yang dikenal dengan ko-stimulasi. Setelah sel T teraktivasi
sel ini berproliferasi menjadi sel T efektor dan memori kemudian masuk dalam
Pada lesi plak dan darah pasien psoriasis dijumpai: sel Th1 CD4+, sel T
sitotoksik 1/Tc1CD8+, IFN-γ, TNF-α dan IL-12 adalah produk yang ditemukan pada
kelompok penyakit yang diperantarai oleh sel Th-1. Pada tahun 2003 dikenal IL-17
11
yang dihasilkan oleh Th-17. IL-23 adalah sitokin dihasilkan sel dendrit bersifat
heterodimer terdiri atas p40 dan p19, p40 juga merupakan bagian dari IL-12. Sitokin
IL-17A, IL-17F, IL-22, IL-21 dan TNF-α adalah mediator turunan Th-17. Telah
karakteristik psoriasis. Injeksi intradermal IL-23 dan IL-21 pada mencit memicu
merupakan ciri khas psoriasis, IL-22 dan IL-17A seperti juga kemokin CCR6 dapat
factor), EGF, IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, IL-17, IL-23 dan TNF-α. Akibat peristiwa
banjirnya efek mediator terjadi perubahan fisiologis kulit normal menjadi keratinosit
akan berproliferasi lebih cepat, normal terjadi dalam 311 jam, menjadi 36 jam dan
produksi harian keratinosit 28 kali lebih banyak dari pada epidermis normal. Pembuluh
12
Gambar 2. Perkembangan lesi psoriasis dari kulit normal
3.5 KLINIS
3.5.1 Anamnesis
Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset penyakit dan
riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga berkaitan dengan tingginya
eksistensi dan rekurensi penyakit. Selain itu, tentukan apakah lesi merupakan bentuk
akut atau kronis, serta keluhan pada persendian, karena kemunkinan artritis psoriatika
dalam bentuk akut, lesi dapat muncul mendadak dalam beberapa hari.1,11
13
Kemungkinan relaps juga bervariasi antar individu. Pasien yang sering relaps
biasanya memliki lesi yang lebih berat, cepat meluas, melibatkan area tubuh yang lebih
Gambaran klasik berupa plak eritematosa diliputi skuama putih disertai titik-
titik perdarahan bila skuama dilepas (tanda Auspitz)., berukuran dari seujung jarum
sampai dengan plakat menutupi sebagian besar area tubuh, umumnya simetris. Penyakit
ini dapat menyerang kulit, kuku, mukosa, dan sendi tetapi tidak mengganggu rambut.6
yang cerah (“hot” psoriasis) biasanya diikuti gatal sampai merah pucat (“cold”
psoriasis). Fenomena koebner adalah peristiwa munculnya lesi psoriasis setelah terjadi
trauma maupun mikrotrauma pada kulit pasien.7 , lebih sering terjadi saat penyakit
sedang kambuh. Reaksi tersebut timbul 7-14 hari setelah trauma.1 Pada lidah dapat
dijumpai plak putih berkonfigurasi mirip peta yang disebut lidah geografik.6
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yaitu sebanyak kira-kira 50%,
khas disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan yang tak
khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan
14
Gambar 3. Tanda Auspitz, yaitu adanya titik perdarahan
15
3.5.3 Klasifikasi Psoriasis
1. Psoriasis Vulgaris/Plakat
Kira-kira 90% pasien mengalami psoriasis vulgaris. Lesi ini biasanya dimulai
dengan makula eritematosa, papul yang melebar kearah pinggir dan bergabung
beberapa lesi menjadi satu. Lingkaran putih pucat mengelilingi lesi psoriasis plakat
yang dikenal dengan woronoff’s ring. Dengan proses pelebaran lesi yang berjalan
bertahap maka bentuk lesi dapat beragam seperti bentuk utama kurva linier (psoriasis
girata), lesi mirip cincin (psoriasis anular), dan papul berskuama pada mulut folikel
lumbal dan retroaurikuler. Hampir 70% pasien mengeluh gatal, rasa terbakar atau
nyeri.7
2. Psoriasis Inversa
eritematosa. Bentuknya nyaris tidak berskuama dan merah merona, mengkilap, berbatas
tegas, seringkali mirip dengan ruam intertrigo, misalnya infeksi jamur. Lesi dijumpai di
Gambar 5. Psoriasis fleksura, dengan pinggir jelas, dengan plak yang nyata dan
kemerahan.1
16
3. Psoriasis Gutata
Khas pada dewasa muda, bila terjadi pada anak sering bersifat swasirna. Bentuk
spesifik yang dijumpai adalah lesi papul eruptif berukuran 1-10 mm berwarna merah
4. Psoriasis Pustulosa
Bentuk ini merupakan komplikasi lesi klasik dengan pencetus putus obat kortikosteroid
sistemik, infeksi, ataupun pengobatan topikal bersifat iritasi. Psoriasis pustulosa jenis
von zumbusch terjadi bila pustul yang muncul sangat parah dan menyerang seluruh
tubuh, sering diikuti dengan gejala konstitusi. Keadaan ini bersifat sistemik dan
mengancam jiwa. Tampak kulit yang merah, nyeri, meradang dengan pustul milier
tersebar diatasnya. Pustul terletak nonfolikuler, putih kekuningan, terasa nyeri, dengan
dasar eritematosa. Pustul dapat bergabung membentuk lake of pustules, bila mengering
17
dan krusta leapas meninggalkan lapisan merah terang. Pustul tersebut bersifat steril
dan tenar, sedangkan pada daerah plantar mengenai sisi dalam telapak kaki atau dengan
sisi tumit. Perjalanan lesi kronis residif dimulai dengan vesikel bening, vesikulopustul,
kontinua supurativa dari hallopeau, ditandai dengan pustul yang muncul pada ujung jari
tangan dan kaki, bila mengering menjadi skuama yang meninggalkan lapisan merah
kalau skuama dilepas. Destruksi lempeng kuku dan osteolisis falangs distal sering
psoriasis.7
generalisata (Von Zumbusch) dengan pustul kecil berdiameter 1-2 mm dan kulit yang
eritem. Panel C dan D merupakan psoriasis pultulosa lokalisata pada tungkai dan kaki.
Panel E menunjukkan psoriasis pustulosa yang telah pecah sehingga menghasilkan area
18
5. Eritroderma
Keadaan ini dapat muncul secara bertahap atau akut dalam perjalanan psoriasis
plakat, dapat pula merupakan serangan pertama, bahkan pada anak. Lesi ini harus
dibedakan menjadi dua bentuk; psoriasis universalis yaitu lesi psoriasis vulgaris yang
luas hampir seluruh tubuh, tidak diikuti dengan gejal demam atau menggigil, dapat
disebabkan kegagalan terapi psoriasis vulgaris. Bentuk yang kedua adalah bentuk yang
lebih akut sebagai peristiwa mendadak vasodilatasi generalisata. Keadaan ini dapat
dicetuskan antara lain oleh infeksi, tar, obat atau putus obat kortikosteroid sistemik.
jantung, kegagalan fungsi hati dan ginjal. Kulit tampak eritema difus biasanya disertai
dengan demam, menggigil dan malese. Bentuk psoriasis pustulosa generalisata dapat
mengancam jiwa.7
19
6. Psoriasis Kuku
Lesi beragam, terbanyak yaitu 65% kasus merupakan sumur sumur dangkal
(pits). Bentuk lainnya adalah kuku berwarna kekuning-kuningan disebut yellowish dis-
coloration atau oil spots, kuku yang terlepas dari dasarnya (onikolisis), hiperkeratosis
20
7. Psoriasis Arthritis
Bermanifestasi pada sendi sebanyak 30% kasus. Keluhan pasien yang sering
dijumpai adalah artritis perifer, etesitis, tenosinovitis, nyeri tulang belakang, dan
atralgia non spesifik, dengan gejala kekakuan sendi pagi hari, nyeri sendi persisten,
3.6 DIAGNOSIS
b. Fenomena koebner
Merupakan peristiwa munculnya lesi psoriasis pada daerah yang sering terjadi
trauma.
c. Histopatologis
psoriasis yang dapat terjadi pada epidermis maupun dermis adalah sebagai
berikut:
ridge epidermis.
21
Parakeratosis adalah terdapatnya inti stratum korneum sampai hilangnya
stratum granulosum
Pada papila dermis terlihat pembuluh darah yang lebih banyak dari kulit
radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel mast terdapat disekitar
pembuluh darah.
22
3.7 DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Numularis
terbentuk dari papul dan papulovesikel yang berkonfluens, kemudian pecah dan
2. Dermatitis Seboroik
Sering mengenai daerah yang berambut, sangat jarang menjadi luas, dengan lesi
3. Tinea Korporis
Merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas yang terdiri atas eritema,
skuama halus, kadang-kadang terdapat papul atau vesikel di tepi, dengan tengah
4. Liken Planus
5. Ptiriasis Rosea
berbentuk oval dan anular. Ruam berupa eritema, skuama halus di pinggir.
Setelah 4-10 hari muncul lesi yang sejajar dengan costae, sehingga menyerupai
papul berskuama yang melebar ke arah pinggir dan beberapa lesi bergabung
23
menjadi satu, dengan lingkaran putih pucat yang mengelilingi lesi disebut
woronoff’s ring.
namun yang sering digunakan adalah metode Fredriksson T, Pettersson U (1987) yang
telah banyak dimodifikasi oleh peneliti lain. Psoriasis Area dan Severity Index (PASI)
berdasarkan gambaran klinis dan luas area yang terkena, cara ini digunakan untuk
pengukuran tingkat keparahan psoriasis. Beberapa elemen yang diukur oleh PASI
adalah eritema, skuama dan ketebalan lesi dari setiap lokasi di permukaan tubuh seperti
kepala, badan, lengan dan tungkai. Bagian permukaan tubuh dibagi menjadi 4 bagian
antara lain: Kepala (10%), abdomen, dada dan punggung (20%), lengan (30%) dan
tungkai termasuk bokong (40%). Luasnya area yang tampak pada masing-masing area
tersebut diberi skor 0 sampai dengan 6, seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:14
Karakteristik klinis yang dinilai adalah: eritema (E), skuama (S) dan ketebalan
lesi/indurasi (T). Karakteristik klinis tersebut diberi skor sebagai berikut : tidak ada lesi
diatas dikalikan dengan weighting factor sesuai dengan area permukaan tubuh : kepala
= 0,1, tangan/lengan = 0,2, badan = 0,3, tungkai/kaki = 0,4. Total nilai PASI diperoleh
dengan cara menjumlahkan keempat nilai yang diperoleh dari keempat bagian tubuh.
Total nilai PASI kurang dari 10 dikatakan sebagai psoriasis ringan, nilai PASI antara
10-30 dikatakan sebagai psoriasi sedang, dan nilai PASI lebih dari 30 dikatakan sebagai
psoriasis berat.14
24
Tabel 1. Lembar Psoriasis and Severity Index (PASI)
3.9 PENATALAKSANAAN
sempurna, bertujuan mengurangi tingkat keparahan dan ekstensi lesi sehingga tidak
Terapi Promotif15
sangat penting, menekankan bahwa psoriasis tidak menular dan tersedianya pengobatan
Terapi Preventif15
Menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis, infeksi fokal dan
25
Terapi Topikal1
meskipun memakan waktu lama dan juga secara kosmetik tidak baik, sehingga
1. Kortikosteroid
3. Anthralin (Dithranol)
26
4. Tar Batubara
Penggunaan tar batu bara dengan konsentrasi 2-5% dimulai dengan konsentrasi
rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan, agar lebih efektif maka
3% atau lebih. Untuk mengurangi daya iritasi dapat ditambahkan seng oksida
5. Tazarotene
Merupakan generasi ketiga retinoid yang dapat digunakan secara topikal untuk
27
7. Emolien
Emolien seperti urea (hingga 10%) sebaiknya digunakan selama terapi, segera
setelah mandi, untuk mencegah kekeringan pada kulit, mengurangi nyeri akibat
Fototherapi1
Terapi UVB inisial berkisar antara 50-75% minimal erythema dose (MED).
tercapai atau bila perbaikan klinis lebih lanjut tidak tercapai dengan peningkatan
dosis.
PUVA merupakan kombinasi psoralen dan long wave ultravioletA yang dapat
keduanya.
3. Excimer Laser
4. Terapi Fotodinamik
28
Terapi Obat Sistemik Per Oral1
1. Metotreksat
Metotreksat (MTX) merupakan pilihan terapi yang sangat efektif bagi psoriasis
tipe plak kronis, juga untuk tatalaksana psoriasis berat jangka panjang termasuk
2. Acitretin
untuk pengobatan psoriasis sejak tahun 1997. Monoterapi acitretin paling efektif
perhari.
3. Siklosporin A (CsA)
CsA per oral merupakan sangat efektif untuk psoriasis kulit ataupun kuku,
mengubahan respons sel Th1 menjadi Th2. Terapi ini dapat diberikan jangka
lama (>2 tahun) untuk mencegah relaps ataupun singkat (hingga tercapai
perbaikan).
29
5. Sulfasalazine
psoriasis.
6. Steroid Sistemik
Steroid sistemik tidak rutin dalam tatalaksana psoriasis, karena resiko kambuh
tinggi jika dihentikan. Preparat ini diindikasikan pada psoriasis persisten yang
tidak terkontrol dengan modalitas terapi lain, bentuk eritroderma dan psoriasis
7. Mikofenolat Mofetil
8. 6-Thioguanin
Merupakan analog purin yang sangat efektif untuk tatalaksana psoriasis. Efek
samping yang sering adalah mal, diare, serta gangguan fungsi hepar dan supresi
sumsum tulang.
9. Hidroksiurea
dalam tatalaksana psoriasis, tetapi 50% pasien yang berespons baik terhadap
terapi ini mengalami efek samping supresi sumsum tulang (berupa leukopenia
30
Terapi Kombinasi1
Terapi kombinasi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping terapi,
serta dapat memberikan perbaikan klinis yang lebih baik dengan dosis yang lebih
rendah. Kombinasi yang biasa diberikan untuk artritis inflamatorik adalah MTX dan
Terapi Biologis1
Agen-agen biologis memiliki efektivitas yang setara dengan MTX dengan risiko
hepatotoksisitas yang lebih rendah. Meski demikian, harganya cukup mahal, serta
karena itu, terapi ini hanya diindikasikan bila penyakit tidak berespons atau memiliki
1. Alefacept
dengan IgG 1 yang dapat mencegah interaksi antara LFA-3 dan CD2, sehingga
pasien psoriasis.
2. Efalizumab
31
memblokade CD11a (sub unit LFA 1), sehingga mencegah interaksi LFA
inflamatorik. Saat ini terdapat 3 jenis obat yangs udah dipakai di Amerika
Infliximab dan adalimumab adalah dua regimen yang telah disetujui oleh US
Food dan Drugs Administration untuk terapi artritis psoriatika, dan terbukti
lebih baik dibandingkan etanercept pada psoriasis tipe plakat kronis. Meskipun
Blokade interleukin 12 yang penting dalam diferensiasi sel Th1 dan interleukin
kronis.
32
3.10 Prognosis1
residif. Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-16 minggu
tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi lesi plakat kronis. Psoriasis
tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup dan interval antara gejala tidak dapat
diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada 50% pasien dalam waktu yang bervariasi.
Eritroderma dan generalized pustular psoriasis memiliki prognosis yang lebih buruk
33
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leff el DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
2. Griffi th CEM, Camp RDR HI, Baker J. Psoriasis. In: Burn T, Breathnach S, Cox
2007.p.189-95.
213-221
189-203
34
10. Langley RGB, Krueger GG and griffiths CEM. “Psoriasis: Epidemiology, Clinical
Features and Quality of Life”. In : British Medical Journal. Vol 64. 2005. pp ii18-
12. James, W.D., Berger, T.G dan Elston, D.M. 2011. Psoriasis dalam Andrews
Disease of the Skin Clinical Dermatology, 11th Edition. China: Saunders Elsevier.
13. Nestle FO, Kaplan DH, Barker J. Mechanism of disease psoriasis. N Eng J Med
[Internet]. 2009. [cited 2015 Jan 24]; 361: 496-509. Available from:
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra0804595
14. Astindari, Suwitri dan Sardhika, W. 2014. Perbedaan Dermatitis Seboroik dan
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Vol 26. No. 1 April 2014.
15. Sinaga,d. Pengaruh Stress Psikologis terhadap Pasien Psoriasis. 2013. Jurnal ilmiah
35