OLEH :
(KELOMPOK 10)
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dewasa madya adalah masa peralihan dari masa dewasa muda. Dewasa madya disebut
juga dengan dewasa pertengahan. Masa dewasa madya memiliki rentang usia antara 40-65 tahun.
Dewasa madya mengalami perkembangan dari berbagai aspek, baik itu dari aspek fisik maupun
kognisi. Kognisi pada masa dewasa madya yang mengalami perkembangan atau peningkatan
diantaranya adalah inteligensi atau kecerdasan, kreatifitas, pemecahan masalah, dan lai-lain.
Pada usia dewasa madya biasanya juga lebih mengorientasikan pada pengembangan karir dan
tanggungjawab terhadap keluarga.
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
3. Untuk mengetahui peran berdasarkan usia apakah sudah usang atau bahkan menjadi
penghalang
BAB II
PEMBAHASAN
Secara kognitif, orang-orang dewasa madya sedang berada dalam keadaan yang puncak.
Walaupun penurunan secara konsisten terhadap kemampuan perseptual sudah dimulai sejak usia
25 tahun serta kemampuan numerik juga menurun pada usia 40 tahun namun penalaran induktif,
orientasi spasial, kosakata, dan memori verbal meningkat pada usia dewasa madya ini. Dalam
keempat kemampuan tersebut, orang-orang dewasa madya, khususnya wanita, berada diatas rata-
rata dibandingkan ketika mereka berusia 25 tahun. Orientasi spasial, kosakata, dan memori pada
pria mencapai puncaknya ketika berusia lima puluhan sedangkan pada wanita terjadi pada usia
enam puluhan. Dengan kata lain, kecepatan perseptual pada wanita menurun lebih cepat
dibandingkan dengan pria.
Tabel tes kemampuan mental utama yg didapat dari studi longtudinal seattle terhadap
kecerdasan orang dewasa.
Kesimpulannya, tidak ada satu orangpun yang menurun pada segala bidang dan ada
banyak orang yang malah meningkat pada bidang-bidang tertentu. Tren pada kelompok
penelitian yaitu menyatakan bahwa masyarakat AS bisa jadi mendekati batas peningkatan dalam
kemampuan kognitif dasar yang berhubungan dengan gaya hidup dan kesehatan ( Schaei, 1990).
Lini riset lainnya telah membagi kecerdasan menjadi dua aspek yaitu fluid dan crystallized.
Kecerdasan fluid adalah kemampuan memecahkan masalah baru yang tidak membutuhkan
pengetahuan atau pengalaman sebelumnya, seperti menemukan pola dalam rangkaian gambar.
Kecerdasan ini mencakup memerhatikan hubungan, membentuk konsep, dan menarik
kesimpulan. Kemampuan ini cenederung menurun seiring bertambahnya usia. Sedangkan
kecerdasan crystallized adalah kemampuan mengingat dan menggunakan informasi yang
diperoleh selama hidup. Misalnya, dalam menemukan sinonim dalam sebuah kata. Kecerdasan
ini diuji dengan mengetes kosakata, pengetahuan umum, dan respon terhadap situasi sosial dan
dilema. Kemampuan ini berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman kultural. Kemampuan ini
akan terus bertahan bahkan meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Salah satu kemampuan fluid yang memuncak lebih awal yaitu pada usia dua puluhan
adalah kecepatan perseptual. Orang-orang pada usia dewasa madya biasanya lebih
mengorientasikan pada pengembangan karir dan tanggungjawab terhadap keluarga.
2.2 Perbedaan kognisi pada dewasa madya
Peran keahlian
Beberapa studi terhadap beberapa bidang pekerjaan seperti pemain catur, pedagang kaki
lima, kasir, pakar fisika mengilustrasikan bagaimana pengetahuan tertentu memberikan
kontribusi terhadap performa superior dalam bidang tertentu. Bahkan dalam bidang tersebut,
kepakaran bisa sangat spesial. Para pakar juga memperhatikan bahwa orang yang sudah memiliki
kemampuan yang spesial ini akan berbeda dengan orang yang pemula dalkam segi memecahkan
masaalah. Pemula biasanya lebih fleksibel. Namun para pakar pada umumnya tidak sepenuhnya
menyadari proses berpikir yang mendasari keputusan mereka. Keputusan para pakar ini
seringkali bersifat intuitif yang berdasarkan pengalaman. Hal ini merupakan karakteristik yang
disebut pemikiran postformal.
Pemikiran Integratif
Walaupun tidak dibatasi kepada periode tertetu masa dewasa, pemikiran postformal
tampaknya pas dengan tugas yang kompleks, multiperan, dan pilihan yang membingungkan,
serta tantangan paruh baya (Sinnott, 1998). Fitur penting pemikiran postformal adalah karakter
alamiah integratifnya. Orang dewasa yang sudah matang mengintegrasikan logika dengan intuisi
dan emosi, mereka mengintegrasi fakta dan ide yang saling bertentangan, dan mereka
mengintegrasi informasi baru dengan apa yang telah mereka ketahui.
Dalam sejumlah studi, kualitas keputusan praktis (seperti mobil apa yang ingin dibeli,
perawatan apa yang harus didapat untuk kanker payudara) hanya mengandung hubungan-
hubungan yang sederhana, jika ada, dengan kinerja tugas seperti dalam tes kecerdasan., dan
sering kali tidak ada hubungannya dengan usia.
Dalam studi lain dimana masalahnya adalah nyata, bukan hipotesis, dan merupakan
masalah yang dialami oleh partisipan sendiri, dan dimana solusinya diperngkat berdasarkan
kualitas bukan kuantitas, kemampuan memecahkan masalah praktis tidak tampak menurun
setelah usia paruh baya.
Ada perbedaan dalam jenis masalah yang dipelajari berbagai periset, dalam relevansi
dalam masalah ini dengan kehidupan nyata, dan dalam kriteria yang digunakan untuk
memeringkat solusi. Juga perbedaan individual,misalnya dalam level pendidikan bisa
mempengaruhi bagaimana orang menerima dan memecahkan masalah.
Sebagian studi fokus pada masalah instrumental, atau aktifitas kehidupan sehar-hari,
seperti membaca peta. Kemampuan ini amat berkaitan dengan kecerdasan yang cair dan
menunjukkan penurunan beriring usia. Sebaliknya, studi bagaimana yang dipaparkan di atas
sebagian besar berkaitan dengan masalah sosial.
Kreatifitas
Kreatifitas dimulai dengan bakat, tetapi bakat saja tidak cukup. Anak-anak mungkin
menunjukan potensi kreatif. Apa dan seberapa banyak pikiran negative dapat dihasilkan. Bakat
khusus lebih banyak didapat dari belajar ketimbang keturunan karena bakat tersebut menuntut
pelatihan dan praktik sistematis. Pencapaian kreatif yang luar biasa, menurut salah satu analisa,
bersumber dari pengetahuan mendalam yang terorganisir terhadap subjek, motivasi instrinsik
untuk bekerja keras demi pekerjaan tersebut, dan bukan untuk imbalan eksternal, dan kelekatan
emosional yang kuat dengan pekerjaan tersebut, yang memacu pencipta tersebut untuk tekun
dalam menghadapi berbagai rintangan.
Hubungan antara kreativitas dan kepakaran bersifat kompleks. Orang-orang yang sangat
kreatif adalah self-starter dan pengambil resiko, mereks cenderung independen, tidak komformis,
tidak konvensional, dan fleksibel, serta terbuka kepada ide dan pengalaman baru. Kreatifitas
berkembang sepanjang hidup dalam konteks sosial, dan tidak harus dalam nurturing
environment.
Kecerdasan umum, yang diukur dengan tes IQ standar, hanya sedikit memiliki hubungan
dengan performa kreatif. Komponen kemampuan memahami membantu (insightful) membantu
menentukan masalah atau melihat masalah dengan sudut pandang baru. Orang kreatif
memperlihatkan pemahaman istimewa dalam tiga cara :
Komponen analitis kecerdsan dapat mengevaluasi ide dan memutuskan mana yang layak
dikejar. Aspek praktis dari kecerdasan dari kecerdasan mulai memainkan peran dalam “menjual”
ide-menjadikan ide tersebut diterima.
Age Differentiated adalah struktur kehidupan dimana peran utama- belajar, bekerja, dan
bersantai didasarkan berdasarkan usia dan biasanya terdapat pada masyarakat industri. Orang
muda adalah pelajar, orang dewasa awal dan pertengahan adalah pekerja , orang yang dewasa
lebih tua mengorganisir hidup mereka seputar pensiun dan bersenang – senang. Peran
berdasarkan perbedaan usia terunda dari mulai ketika hidup menjadi lebih pendek dan industri
sosial kurang beragam. Dengan berkonsentrasi pada pekerjaan, orang dewasa mungkin lupa
bagaimana bermain. Kemudian ketika pensiun , mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan
dengan waktu santai yang berlimpah.
Age integrated adalah struktur kehidupan dimana peran primer- belajar, bekerja dan
bersantai – terbuka bagi semua orang dewasa diseua usia dan dapat diselang seling sepanjang
rentang kehidupan. Mahasiswa dapat mengambil program program kuliah magang atau cuti
beberapa ssat sebelum melanjutkan pendidikan mereka. Orang yang sudah matang mengambil
kelas sore atau mengambil waktu libur untuk mengejar minat khusus mereka. Seseorang bisa
mengambil karir berurutan , yang tiap karir tersebut menuntut pendidikan atau palatihan
tambahan. Para pensiun mencurahkan waktu untuk belajar atau untuk mencari kerja baru.
Teori yang mencoba menangkap karakter dinamis perkembangan perkerjaan adalah yang
dicetuskan oleh Eli Ginzberg ( 1972). Setelah menguji sejarah pekerjaan pria dan wanita dari
berbagai latar belakang, Ginzberg menyimpulkan bahwa jalur karir dibagi kedalam dua pola
yaitu : stabil ( Stable ) dan berpindah ( Shifting ).
Orang – orang dengan pola karir stabil bertahan dengan satu pekerjaan dan pada usia
pertengahan seringkali sudah mencapai posisi yang berkuasa dan tanggung jawab. Pria paruh
baya dengan karir yang stabil cendrung gil kerja atau melambat ( Tamir, 1989). Orang yang gila
kerja bekerja gila – gilaan, dengan upaya maksimal untuk mencapai keamanan finansial sebelum
mereka pensiun atau karena mereka merasa sulit melepaskan otoritas. Orang – orang yang
melambat telah puas dengan level prestasi mereka, bahkan walaupun mereka tidak dapat
mencapai apa yang mereka cita –citakan. Mereka yang paling baik dalam menyesuaikan diri
adalah mereka yang rileks. Walaupun mereka ingin melakukan pekerjaan yang menantang ,
mereka tidak memasukkan kondisi emosional mereka kedalam pekerjaan mereka ( Bray dan
Howard, 1983).
Sebaliknya, orang yang mengikuti pola berpindah- pindah, tidak terus bertahan pada
pilihan pekerjaan awal , mereka mencoba mencapai kecocokan yang lebih baik antara apa yang
mereka dapat lakukan , apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka harapkan dari pekerjaan
mereka dan keuntungan apa yang mereka harapan dari hal ini. Reevalusi ini dapat mengarahkan
pada perubahan karir. Masa paruh baya dengan perubahan tanggung jawab keluarga dan
kebutuhan keuangan merupakan waktu umum untuk melakukan hal tersebut. Karena lebih
sedikit wanita paruh bya dan yang lebih tua telah bekerja sepanjang masa dewasa, mereka
berkecendrungan lebih rendah menunjukkan pola stabil dibandingkan pria. Dan jikapun mereka
melakukan hal tersebut , merka mungkin mencapai tahap perkembangan karir tradisional lebih
lamban daripada pria( Avolio dan Sosik, 1999).
Banyak pekerja paruh baya dan yang lebih tua saat ini , terperangkap antara tabungan
atau pensiun yang tidak cukup dan sistem sosial yang ketat atau tidak mau meninggalkan
keinginan untuk bekerja, memilih untuk tidak pensiun dan mencoba lini kerja baru. Dengan
demikian pensiun meningkatkan transisi dalam, buka dari, masa paruh baya ( Kim dan Moen,
2001,hlm.488). lebih ajuh lagi , transisi telah menjadi kabur, “ mengandung multitransisi keluar
dari dan masuk kedalam pekerjaan yang dibayar dan yang tidak dibayar” (hlm.489).
Penentu utama pensiun adalah kesehatan, dana pensiun yang memenuhi syarat dan
kondisi keuangan. Status perkawaninan juga bisa menimbulkan perbedaan karena waktu pensiun
salah seorang dari pasagan tersebut harus dinegoisasikan dengan pasagan yang lain ( Moen, Kim
dan Hofmiester, 2001). Pria menikah yaang merupakan anggota kelompok usia muda , yang
berstatus sosialekonomi rendah , yang berjalur karir tradisional , yang tidak puas dengan
pekerjaan mereka, yang telah merencanakan pensiun adalah mereka yang berkecendrungan lebih
besar untuk pensiun dini ( Kim dan Moen, 2001).
Pekerjaan dan Perkembangan Kognitif
Perolehan dalam sebagian besar kemampuan kognitif ditemukan dalam kelompok usia
paruh baya dan lebih tua dalam studi longitudinal Seatle bisa jadi merefleksikan perubahan
tempat kerja yang menekankan manajamen mandiri , tim multifungsi dan menaruh keutamaan
pada adaptabilitas, inisiatif dan desentraliasasi pembuatan keputusan ( Avolio dan Sosik, 1999).
Pekerja lebih tua jarang ditawari atau dimintai secara sukeral untuk pelatihan, pendidikan dan
penugasan pekerjaan yang menantang karean kepercayaan yang salah bahwa orang yang lebih
tua tidak dapat menangani tugas yang seperti itu. Bahkan studi Seatle menemukan bahwa
penurunan kemampuan kognitif tidak terjadi sampai pada usia yang sangat tua, setelah bertahun
– tahun bekerja.
Orang dewasa dapat secara aktif memengaruhi perkembangan kognitif masa depannya
dengan pilihan pekerjaan yang mereka buat. Mereka yang senantiasa berusaha mencari peluang
yang menantang akan berkecendurangan yang lebih besar untuk tetap pintar ( Avolio dan Sosik,
1999).
Pelajar Berumur
Perkembangan teknologi dan perubahan pasar tenaga kerja menuntut pembelajran seumur
hidup. Bagi banyak orang dewasa pendidikan formal merupakan cara megembangkan potensi
kognitif dan terus mengimbangi dunia kerja yang terus berubah. Pada tahun 1999, hampir dari
satu sampai lima mahasiswa universitas dan perguruan tinggi dan sepertiga yang mendaftar
sebagai paruh waktu adalah mereka yang berusia 35 tahun atau yang lebih tua ( Snyder dan
Hoffman, 2002). Demi mengakomodasikan kebutuhan praktis mahasiswa dengan usia yang
lebih tua ini, beberapa sekolah tinggi memberikan kredit kepada pengalaman dan pendidikan
sebelumnya. Mereka juga menawarkan matrikulasi paruh waktu, kelas malam minggu, dan kelas
malam dan studai independen, pengasuhan anak, bantuan keuangan, kursus gratis atau dengan
potongan harga dengan pelajaran jarak jauh via komputer atau closed circuit broadcast .
Sebagian institusi pendidikan tidak dibangun untuk memenuhi kebuthan pendidikan dan
psikologis pelajar berumur tua atau mengambil keuntungan dari kekuatan kognitif mereka.
Pelajar dewasa muncul dengan kepakaran mereka sendiri an seringkali dengan pemikiran
postformal dan mereka membutuhkan pengetahuan yang dapat mereka aplikasikan kepada
masalah tertentu. Studi kooperatif yang dibangun berdasarkan masalah yang dialami sendiri atau
proyek yang dibuat sendir dianggap paling sesuai bagi orang dewasa ( Sinnot, 1998).
BAB III
KESIMPULAN