Laporan Sumbat Vagina Hamster 57832892eec41
Laporan Sumbat Vagina Hamster 57832892eec41
Siklus Reproduksi
Pengamatan Sumbat Vagina Pada Hamster
DISUSUN OLEH :
A. LATAR BELAKANG
Reproduksi atau perkembangbiakkan merupakan bagian dari ilmu faal
(fisiologi). Organ reproduksi betina terdiri dari : organ primer meliputi ovarium
dan hormon yang dihasilkan serta organ sekunder yang terdiri dari tuba fallopi,
uterus, cervik, vagina dan vulva. Secara anatomik terdiri dari gonad atau ovarium,
saluran reproduksi dan alat kelamin luar. Organ reproduksi primer yaitu ovarium
yang berfungsi ganda, eksokrin (menghasilkan ovum atau sel telur) dan endokrin
(menghasilkan hormon esterogen dan progesteron). Organ reproduksi sekunder
yaitu, oviduk atau tuba fallopi atau Salping atau tuba uterina merupakan tempat
pertemuan antara sperma dan ovum. Siklus reproduksi adalah perubahan siklus
yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan
betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu
dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan
silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan
siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi). Pada siklus
estrus ini dikenal adanya empat fase yaitu, fase proestrus, estrus, metaestrus, dan
diestrus. Semua fase ini memiliki ciri-ciri tersendiri dan dapat dilihat dengan
membuat apusan vaginanya. Jadi, pada praktikum kali ini kita akan membahas
tentang pengamatan siklus estrus dengan pengamatan apusan vagina pada hewan
yaitu pada hamster.
B. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati adanya sumbat
vagina pada hamster betina.
C. KAJIAN PUSTAKA
Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem
reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak
hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus
reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi, sedangkan
siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus
ditandai dengan adanya estrus (birahi).
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti
“kegilaan” atau “gairah”, hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan
gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku
kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang
dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi.
Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing
hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami
kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif,
dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian kepada mencit
jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan
akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan
akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam panggilan ultrasonik
dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang dilakukan sesering
mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit
betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial
yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian
mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ
vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya. Pada tahap ini vagina
pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada
mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-
sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran
uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu tahap estrus akhir dimana
terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.
Pada dasarnya dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia
betina. Manusia dan banyak primata lain mampunyai siklus menstrtuasi
(menstrual cycle), sementara mamalia lain mempunya siklus estrus (estrous
cycle). Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus ini
setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan
uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus
itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Pada siklus
mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina
dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada siklus estrus
endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang
banyak (Campbell, 2004).
Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus,
proestrus, estrus, dan metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan
melihat gambaran sitologi apusan vagina. Paad saat estrus, vagina
memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat
pada hewan hewan laboratorium, umpanya mencit dan tikus, sebelum hewan
jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal.
Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya
sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahjwa kopulasi telah berlangsung,
dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006). Pada
fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel kornifikasi
yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan
kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama diestrus,
leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan dikarakteristikkan
oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan pengaruh hormon
gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase
metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus
dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan
mungkin berakhir 1-5 hari. Beberapa hewan mengeluarkan akibat penurunan
tingkatan estrogen. Pada fase metestrus dimana uterus dipengaruhi oleh
progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir
1-5 hari.Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana
dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006).
D. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengamatan sumbat vagina hamster dilaksanakan pada
Hari / tanggal : Minggu - Senin, 10 - 11 April 2016
Waktu : Pukul 19.00 – 07.00 WIB
Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi Fkip Untan
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja Pengamatan Sumbat Vagina Hamster adalah sebagai berikut
1. Hamster betina yang sudah siap kawin disatukan dengan hamster jantan.
2. Keesokan harinya (± 12 jam) hamster betina diambil, dipegang dengan tangan
kiri, kemudian tengkuknya atau leher dorsal dipegang dengan ibu dan telunjuk
jari. Badan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking.
3. Diamati terjadinya sumbat vagina pada hamster tersebut.
F. KESIMPULAN
1. Siklus estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan
akan melakukan perkawinan.
2. Pada siklus estrus ini dikenal adanya empat fase yaitu, fase proestrus,
estrus, metaestrus, dan diestrus.
3. Pada pengamatan tidak terjadi sumbat vagina pada hamster.
4. Hal ini disebabkan hamster belum memasuki fase estrus.
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan
fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses
reproduksi, terjadinya pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor
yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin
(gametogenesis). Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang lebih
berpengaruh yaitu hormone.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: UNM.
Berg, Mary Helen. 201 Do Hamster Have Menstrual Cycle?. Fast Review,
Publishing & Printing International Journal (US Published). (online)
(http://animals.pawnation.com/hamsters-menstrual-cycles-1772.html
diakses 18 April 2016)
Campbell, dkk. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Hill, Mark. 2006. Estrous Cycle. The university of new south wales. Sidney.
http://www.lpp.uns.ac.id/web/moodle/moodledata/125/3Oogenesis.pdf.
Tanggal akses 18 April 2016
Leavitt, W.W, dkk. 1973. Structure and function of the hamster corpus luteum
during the estrous cycle. Issue American Journal of Anatomy American
Journal of Anatomy. Volume 136, Issue 2, pages 235–249.
M. Fitzgerald, Kathleen. 1976. Physiology. Circadian organization of the estrous
cycle of the golden hamster Proc. Natl. Acad. Sci. USA Vol. 73, No. 8,
pp. 2923-2927, August 1976 (online)
(http://www.jstor.org/discover/10.2307/11298?sid=21105837794381&uid
=3738224&uid=4&uid=2 diakses 18 April 2016)
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung.