Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap orang adalah pemimpin ,pemimpin sangat dibutuhkan sebagai
sesosok individu yang bertugas memberikan komando ,arahan namun tetap ikut
serta dalam mengayomi seluruh anggota – anggotanya untuk mencapai tujuan
yang dari awal dirumuskan bersama serta mempertanggungjawabi apa yang
telah terlaksana dalam proses pencapaian tujuan tersebut...
Pada dasarnya Karena setiap orang merupakan pemimpin , maka jiwa
kepemimpinan itu perlu untuk dihadirkan dalam tiap – tiap individu
.permasalahan yang terjadi belakangan ini adalah setiap individu tersebut
bukannya menumbuhkan jiwa kepemimpinannya tapi malah menguburnya dan
menyembunyikannya dibalik layar bernama “kebergantungan” .kebergantungan
terhadap kemampuan orang lain, tidak peka terhadap keinginan anggota, tidak
memperdulikan keadaan sekitar dan dan bahkan tidak percaya terhadap
kemampuan diri sendirri dalam memimpin suatu organisasi atau memcahkan
sebuah permasalahan. Ketika sikap ini telah menyelimuti diri seseorang inilah
dinamakan masa “krisis kepemimpinan”.
Jiwa kepemimpinan dalam setiap individu dapat dihadirkan dengan cara
mengikuti kegiatan yang mendukung seperti halnya, organisasi internal maupun
eksternal, tidak cukup hanya dengan mengikutinya saja namun harus juga
berperan aktif dan berkontribusi dalam setiap kegiatannya , meskipun berperan
aktif dalam dunia organisasi namun tujuan akademis tidak boleh terasingkan .
karena sesungguhnya para kader HMI merupakan insan akademis yang dapat
menyeimbangkan antara intelektual dan organisasi. Dalam organisasi kita diasah
untuk menumbuhkan jiwa – jiwa kepemimpinan ,hal inilah yang terkadang tidak
diperoleh para kader dalam dunia perkuliahan.

1
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi pengkaderan
penting untuk melihat kualitas dan kuantitas kader itu sendiri. Kader HMI
merupakan kaum intelektual yang memiliki tanggung jawab dalam bidang
akademis maupun dalam bidang keorganisasian. Masing – masing tanggung
jawab dalam bidang tersebut hendaknya dijadikan motivasi bagi para kader
untuk mewujudkan visi HMI “,,,,,,”Dalam pengkaderan HMI terdapat pelatihan
kader berbasis kepemimpinan, pada tingkat komisariat atau tingkatan awal
setelah masa perkenalan calon anggota (maperca) yaitu Latihan Kader 1 (LK1).
Inilah dasar penanaman nilai pengkaderan berbasis kaum intelektual tingkat
pertama.
HMI cabang Ciputat, dengan sejarahnya yang panjang berdiri pada tahun
1960-an telah memiliki kader dengan intelektualitas yang tidak diragukan.
Seperti Nukholis Majid (cak Nur) yang identik dengan Nilai-nilai Dasar
Perjuangan (NDP) HMI. Tokoh nasional saat inipun seperti Azyumardi Azra
dan Komaruddin Hidayat lahir dari kawasan intelektual Ciputat.
Komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Komfakdik)
merupakan komisariat yang baru berdiri pada tahun 2005 dan merupakan
komisariat yang baru di lingkungan HMI cabang Ciputat. Dalam proses
dinamisasi pengkaderan yang terjadi pada Komfakdik ini mengalami pasang
surut. Begitu juga kualitas intelektual dan kuantitas kader tersebut.
Saat ini (Tahun 2014 M) jiwa kepemimpinan dalam tiap kader komfakdik
mengalami penurunan yang tinggi. Maka penulis mencoba membuat makalah
yang bertema krisis kepemimpinan; membangun mentalitas pemimpin dalam
jiwa kader HMI KOMFAKDIK . Yang merupakan bahan tulisan yang menjadi
refleksi, evaluasi dan solusi dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam
kalangan kader HMI KOMFAKDIK.

2
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini merupakan sebuah tulisan yang menjadi salah satu persyaratan
untuk mencalonkan diri sebagai formatur Komisariat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (Komfakdik) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Ciputat. Dan tulisan ini sebagai bahan refleksi dan evaluasi bersama dalam
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri
kader di KOMFAKDIK.

C. Rumusan Masalah
Penulis mencoba merumuskan makalah ini menjadi beberapa tahap
pemahaman, dimulai dari makna pemimpin sampai dengan makna intelektual itu
sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan
2. Mengetahui fungsi pemimpin dalam sebuah organisasi
3. Bagaimana cara menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam setiap kader
4. Penerapan konsep pengkaderan HMI dengan penanaman mentalitas
kepemimpinan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan


“Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tetapi satu orang pemuda dapat
merubah dunia”. Begitulah kutipan dari kata-kata bung Karno.
Terlihat dalam tubuh organisasi, kader memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai
tenaga penggerak organisasi, sebagai calon pemimpin, dan sebagai benteng
organisasi. Secara kualitatif, kader mempunyai mutu, kesanggupan bekerja dan
berkorban lebih dari pada anggota biasa. Kader itu adalah anggota inti yang
meneruskan estafet kepemimpinan.
Dalam bahasa inggris pemimpin disebut leader. Akar katanya to lead. Dalam
kata itu terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal,
berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, menuntun,
membimbing dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.
Dengan menjadi pemimpin, seseorang mendapat kedudukan tertinggi dalam
lingkungan atau organisasinya, kekuasaan, fasilitas dan keuntungan yang melekat
pada jabatan kepemimpinan itu. Namun inti kepemimpinan bukan pertama-tama
terletak pada kedudukan yang ditempati. Inti kepemimpinan adalah fungsi atau tugas,
dia ada demi sesuatu yang lain, bukan karena demi dirinya sendiri.
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang punya pengaruh dalam
satu kelompok (organisasi) untuk menggerakkan individu lain meraih tujuan
bersama. Dengan demikian, pemimpin bukan saja orang yang memiliki
kepemimpinan (potensi), tetapi juga mampu mengaktualisasikannya.
Tugas pemimpin adalah tugas pengabdian, dia dipanggil demi penyelesain
masalah demi tujuan dan cita-cita bersama. Tujuan dan cita-cita merupakan unsur
yang pertama dan paling pokok dalam kepemimpinan.

4
B. Fungsi Pemimpin Dalam Suatu Organisasi
HMI berfungsi sebagai organisasi yang menciptakan pemimpin masa depan,
yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Adapun menurut Prof. Dr.
Sondang P. Siagian, MPA, (1988:46-73) sedikitnya ada lima fungsi dari pemimpin.

Kelima fungsi tersebut sebagai berikut :


1. Pemimpin sebagai penentu arah yaitu untuk menentukan suatu tujuan
tertentu sebuah organisasi. Tujuan tersebut biasanya dibedakan menjadi
tiga, yaitu tujuan jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah, dan
jangka panjang. Ketiga macam tujuan tersebut akan sulit dilaksanakan
apabila anggota organisasinya berjalan sendiri-sendiri tanpa arah yang
jelas dan konkret. Nah, dalam organisasi diperlukan seorang pemimpin
yang mampu mengarahkan anggotanya untuk sampai pada tujuan yang
diharapkan dari ketiga tujuan tersebut.
2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi maksudnya ialah
pemimpin bertugas untuk menjadi juru bicara bagi organisasi yang
dipimpinnya. Dengan kata lain, pemimpin organisasilah yang menjadi
wakil dan juru bicara resmi organisasi dalam hubungan dengan berbagai
pihak di luar organisasi dan harus memperoleh buah-buah yang baik bagi
tercapainya tujuan organisasi yang dipimpinnya.
3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif dengan kata lain pemimpin
harus bisa memelihara hubungan baik secara intern maupun ektern agar
tercapai komunikasi yang baik.
4. Pemimipin berfungsi sebagai mediator yang artinya menjadi perantara
atau penghubung, atau penengah, baik secara intern maupun ekstern.
5. Pemipin sebagai integrator adalah pemimpin yang mampu menyatukan
segala unsur, golongan, atau kelompok dalam organisasi yang
dipimpinnya, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam suatu organisasi
munculadanya kelompok-kelompok kecil berdasrkan satu kepentingan
tertentu. Dalam hal ini lah peran seorang pemimpin yaitu harus dapat
meyatukan semua kelompok yang ada dan menyadarkan mereka untuk
bekerja samademi tercapainya tujuan organisasi itu sendiri.

5
C. Cara Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan Kepada Setiap Kader
.
Wujud profil kader HMI, secara jelas tersirat dalam tujuan HMI; “terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islamdan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil-makmur yang diridhai Allah SWT” yang biasa
disebut 5 kualitas insan cita HMI. Lima kualitas insan cita HMI sebagai kelompok
inteligensia atau intelektual kader HMI dapaat digambarkan dengan: a) tipe
konseptor, b) tipe solidarity maker, c) tipe problem solving, d) tipe administrator atau
pelaksana, dan e) tipe negarawan.

Manusia dalam menjalankan perannya sebagai khalifah tidak dengan berdiam


diri dan melihat perubahan tatanan dan lingkungan masyarakatnya berjalan dengan
sendirinya. Namun peran khalifah itu harus dijalankan manusia dengan berusaha dan
berjuang sepenuhnya untuk pembentukan tatanan masyarakat yang diridhoi oleh
Allah SWT dan tentunya tatanan itu berjalan dengan dasar nilai-nilai Islam yang
berlaku didalamnya.

Cara menumbuhkan jiwa kepemimpinan kepada setiap kader dengan cara


memotivasi para kader agar mau bertindak, mau mengarahkan orang lain untuk
mengikuti pendapatnya serta menjalankan diskusi rutin mingguan tentang para
pemimpin yang berkarakter kuat dan para pemimpin revosioner.

Mendorong dan membimbing kader untuk mengarah kepada jiwa kepemimpinan


yang real serta dorongan diri dalam hati para kader untuk meningkatkan kualitas
pribadi menjadi lebih baik.

6
D. Penerapan konsep pengkaderan HMI dengan penanaman mentalitas
kepemimpinan

HMI sebagai organisasi kader menerapkan sistem berjenjang pada tingkatan


pendidikan formal HMI. Penerapan sistem pengkaderan inilah yang menjadi langkah
pembentukan 5 insan cita yang berkualitas.

Dalam modul latihan kader satu yang diterbitkan oleh pengurus HMI cabang
Ciputat memiliki beberapa unsur materi yang dilakukan pada pendidikan HMI.
Materi tersebut adalah sejarah HMI, konstitusi HMI, Nilai Dasar Perjuangan (NDP),
Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan, dan teknik persidangan. Materi-materi
tersebut sebagai dasar pengembangan kader.

Setiap komisariat memiliki kultur berbeda dalam pemikiran kader tersebut,


sehingga perlu adanya penerapan konsep yang berbeda dalam pengkaderan HMI di
komisariat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (komfakdik).

Materi-materi pengkaderan yang keluarkan pengurus cabang merupakan dasar


dari penanaman ideologi HMI di setiap kader, namun perlu ada pengembangan yang
meningkatkan kapasitas intelektual kader berbasis kesehatan dilingkungan
komisariat.

Media publikasi sebagai informasi awal terhadap rekruitmen anggota menjadi


tolak ukur untuk masalah peningkatan kuantitas kader. Namun banyak yang
mengabaikan masalah tersebut, sehingga perlu adanya arah perubahan media
publikasi yang mengarahkan keminatan besar kepada calon-calon anggota.

Peningkatan kapasitas ideologi kader HMI komfakdik yang saat ini menjadi
wacana menarik, karena tidak sedikit dari kader tersebut tidak mengerti dari tujuan
HMI itu sendiri. Inilah yang menjadikan rasa kepemilikan terhadap HMI dikalangan
komfakdik berkurang. Penerapan ideologi ini dilakukan tidak harus pada pelatihan
awal atau pendidikan dasar HMI tersebut, perlu adanya peningkatan kembali atau
pemahaman kembali dalam sebuah kajian diskusi.

7
Kapasitas kuantitas kader yang mumpuni dan ideologi kader yang tertanam
inilah yang akhirnya menciptakan kader HMI. Namun dengan adanya kuantitas yang
banyak dan ideologi yang tertanam akhirnya tidak akan menciptakan kader yang
memiliki insan cita berkualitas. Kajian pada tataran dunia kesehatan dan penanaman
keislaman pada diri kader menjadi perhatian khusus yang harus terus dilakukan
komisariat. Kajian-kajian kesehatan dan keislaman inilah yang akhirnya menjadi
nilai tambah kader dalam mencapai tujuan HMI.

Kemudian kajian mengenai mentalitas pemimpin harus sering dilaksanakan pada


kepengurusan selanjutnya, karena banyak para kader HMI KOMFAKDIK takut
bahkan tidak mau menjadi pemimpin. Orientasi dari semua materi atau pembelajaran
yang kita dapat dari berorganisasi tidak lain adalah untuk menumbuhkan dan
mengasah mental kita sebagai pemimpin.

8
BAB III

KESIMPULAN

Bahwa kepemimpinan itu tidak lepas dari pengaruh, mempengaruhi, dan yang
dipengaruhi. Banyak ahli yang mengemukakan tentang kepemimpinan seperti yang
diuraikan diatas, akan tetapi akan diambil suatu pengertian kepemimpinan secara
universal yaitu : gaya seorang pemimpin dalam mempengaruhi seseorang ataupun
kelompok guna agar yang dipengaruhi mengikutinya.

Didalam islam juga mengatur tentang kepemimpinan. Kepemimpinan islam


mengacu bagaimana Rasullullah SAW beserta sahabatNya memimpin umat. Rasulullah
saw bersabda dalam sebuah hadits yang sangat terkenal : “Setiap dari kalian adalah
pemimpin, dan setiap dari kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya”. Artinya
kepemimpinan itu jangan dijadikan ajang perlombaan dimana untuk mendapatkan
kekuasaan harus saling mengalahkan.

Setiap kader HMI adalah calon pemimpin-pemimpin masa depan yang harus
digali dan dilatih potensinya mulai dari mahasiswa. Pemimpin yang baik itu adalah
pemimpin yang mampu mengayomi aspirasi anggotanya dan mampu mempengaruhi
kader-kadernya untuk bekerja dalam mencpai tujuan dari organisasi tersebut. Kemudian
dari segi akademis, kader HMI harus mampu bersaing bahkan mampu menjadi yang
terdepan ketimbang mahasiswa-mahasiswa yang apatis, yang berada di sekeliling
mereka.

Dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan kepada kader HMI, pemimpin harus


bisa memberi contoh kepemimpinan yang bagus dan patut diteladani. Disamping itu
kader HMI juga harus lebih berani menjadi pemimpin jangan hanya menonton dan
sebagai pesuruh saja.

Untuk mendapatkan kader yang berprestasi dalam hal berorganisasi dan akademis
kader-kader HMI harus tahu isu-isu yang berkembang saat ini dan mencoba mengkritisi
sendiri masalah tersebut, dalam hal lain bisa juga berdiskusi dengan kader HMI lain
agar mengetahui lebih dalam situasi yang terjadi saat ini di sekitar kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Alfan. Alfian.2009. Menjadi Pemimpin Polotik: Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.
 Mangunhardjana. A.M. 1979. Kepemimpinan:Yogjakarta: Kanisius.
 Dwiwibawa. Rudy. 2008. Siap Jadi Pemimpin?: Yogjakarta: Kanisius.
 Pengurus HMI Cabang Ciputat. 2010. Modul Latihan Kader 1. Ciputat: HMI
Cabang Ciputat

10
Curiculum Vitae

Nama : Tharlis Dian Syah Lubis


Tempat, tanggal lahir : Batang Toru, 28 Oktober 1994 M.
Alamat Rumah : Jl. Duta Lestari V, No. VI Perumahan Pondok Hijau (Legoso),
Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Motto : Sekali Hidup, Hidup yang Benar


Pendidikan :
 Sekolah Dasar Negeri 1 Batang Toru tahun: 2000 – 2006 M
 MTsS Pondok Pesantren Darul Mursyid tahun: 2006 – 2009 M
 MAN 2 Model Padangsidempuan tahun: 2009 – 20012 M
 Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun: 20012 – sekarang

Pengalaman Organisasi :
 Anggota OSIS MAN 2 Model Padangsidempuan, Bidang Pidato (Pidato Bhs.
Arab) (2009-2010 M)
 Ketua UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) MAN 2 Model Padangsidempuan
(2010-2011 M)
 Staf Ahli BEM Farmasi UIN Jakarta Divisi Kesenian dan Olah Raga (2012-
2014)
 Pengurus HMI Komfakdik (2014-Sekarang)
 Pengurus LKMI Komfakdik (2014-Sekarang)
 Wakil Ketua Futsal Farmasi (2014-Sekarang)
 Wakil Ketua KOMPASS Jakarta (Komnitas Mahasiswa Padangsidempuan dan
Sekitar) (2014-Sekarang)
 Menteri Pemuda dan Olah Raga KMSU Jakarta (Komunitas Mahasiswa
Sumatera Utara) (2014-Sekarang)

Prestasi :

 Juara II MTQ Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2004.


 Juara I Futsal Pelajar Padang Sidempuan Tahun 2009 dan 2010.
 Juara III Basket Pelajar Padang Sidempuan Tahun 2010.
 Juara Futsal Antar Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

11
VISI DAN MISI PENCALONAN FORMATUR KOMISARIAT

Visi : “Menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri kader serta meningkatkan


kualitas dan kuantitas kader HMI KOMFAKDIK”

Misi :
 Peningkatan kuantitas kader komisariat berbasis mahasiswa kesehatan
(Quantity)
 Penanaman ideologi HMI pada setiap kader (Sense of Belonging) dan ideologi
kepemimpinan dalam HMI
 Menumbuhkan wacana berfikir kritis Kader terhadap dunia Kesehatan dan
keislaman (Quality)
 Memupuk kembali mentalitas kepemimpinan terhadap kader HMI sebagai
pondasi awal menuju arah yang lebih baik lagi. (Quality).

12

Anda mungkin juga menyukai