Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SENI DAN KEINDAHAN

SENI DAN KEINDAHAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IASBD

Dosen Pengampu : Syaiful Muda’i M.Sy

Oleh :
Dewi Martalia Kurniasari

Imala Hidayati

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUSSALAM

2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
S.A.W yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan membimbing umat ke jalan yang
lurus.
Ribuan terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Bapak Syaiful Muda’i yang telah memberikan pengarahan atas
terselesaikannya makalah ini.
2. Pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.

3. Teman-teman semester I.

Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah IASBD. Kami menyadari
tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami senantiasa mengharap
adanya kritik dan saran guna perubahan yang lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami
berharap makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, permohonan maaf kami
haturkan atas segala kekurangan dalam makalah ini.

Krempyang, 10 Agustus 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keindahan menurut etimologi berasal dari kata latin bellum, akar dari kata bonum yang berarti
kebaikan. Menurut cakupannya dibedakan keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (beauty) dan
sebagai sebuah benda tertentu yang indah (the beautiful). (1)
Keindahan tidak dapat dilepaskan dari setiap manusia, karena pada dasarnya setiap manusia
memiliki kecenderungan untuk menghadirkan keindahan dalam hidupnya, mulai dari pakaian, rumah,
sekolah, tempat ibadah, buku dan lain lain ditampilka dengan membawa cita rasa estetik tertentu.
Pentingnya keindahan dalam diri manusia mencerminkan harga dirinya, juga menunjukkan dirinya
memiliki perasaan yang halus dan menghargai kualitas
Mengapresiasi seni berarti menghargai terhadap karya seni itu sendiri. Rasa dan sikap batin
tersebut berangkat dari suatu kemampuan meresapi dan menghayati keindahan serta memahmi makna
yang terkandung di dalamnya. (2)

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimanakah makna dari keindahan?
2. Bagaimana perbedaan antara seni dan keindahan?
3. Bagaimana yang dikatakan karya seni yang tidak indah?
4. Bagaimana sifat-sifat keindahan?
5. Bagaimana keindahan dari sudut pandang Islam?
6. Bagaimana pandangan kita terhadap pencapaian kemakmuran?

C. Tujuan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang makna keindahan.
2. Untuk mengetahui perbedaan seni dan keindahan.
3. Untuk mengetahui tentang karya seni yang tidak indah.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat keindahan.
5. Untuk mengetahui keindahan ditinjau dari sudur pandang Islam.
6. Dapat memberikan pandangan terhadap pencapaian kemakmuran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Keindahan
Makna keindahan secara akademis sudah dipelajari manusia sejak abad ke-18 oleh para filsuf yang
tertarik untuk mengembangkan estetika. Berawal dari sanalah dapat dilihat pandangan dari berbagai
ahli tentang makna keindahan tersebut. Keindahan bersal dari kata indah, artinya bagus, permai,
cantik dan sebagainya. Menurut The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetika, keindahan
berasal dari bahasa Inggris, yaitu beautiful, bahasa Perancis yaitu beau, dan Italia juga Spanyol yaitu
bello. Kata-kata tersebut berasal dari bahasa Latin bellum. (1)
Beberapa pendapat mengenai keindahan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1. Alexander Baungarten
Ia berpendapat bahwa keindahan adalah keseluruhan yang tersusun secara teratur dari bagian bagian
yang saling berhubungan satu sama lain (beauty is an order of parts in their manual relations and in
their relation to the whole)
2. Sulzer
Ia berpendapat bahwa yang indah hanyalah yang baik, jadi jika tidak baik belum dapat dikatakan
indah.
3. Shaftesbury
Ia berpendapat bahwa yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis.
4. Tolstoy
Ia berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang
melihat. (2)
Dari berbagai pendapat tersebut, pengertian keindahan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Berdasar Landasan Objektif dan Subjektif
Secara objektif yaitu keindahan memang ada pada objeknya. Secara subjektif, yaitu keindahan
ditinjau dari segi subjek yang menghayati sehingga menimbulkan rasa senang
2. Berdasarkan Cakupannya
Berdasarkan cakupannya keindahan dibedakan menjadi dua yaitu keindahan sebagai kualitas abstrak
dan sebagai benda tertentu yang memang indah. (3)
3. Berdasarkan Luasannya
Keindahan dalam arti luas dimana didalamnya terdapat kebaikan. Terdapat istilah symmetria untuk
keindahan berdasarkan penglihatan, dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi,
keindahan dalam artian yang luas meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual. Keindahan
dalam arti sempit yakni keindahan yang terlihat meliputi bentuk dan warna. Serta keindahan dalam
arti estetis murni yang merupakan pengalaman estetis seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang diamati tanpa tujuan lain selain untuk pengamatan itu sendiri. (4)
Keindahan pada dasarnya merupakan kualitas pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu. Kualitas
yang paling sering disebut yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry),
keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast). (5) Rumusan keindahan yang paling sederhana
adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk yang ada diantara kesadaran persepsi yang memberikan
kesenangan. (6)
B. Perbedaan Seni dan Keindahan
Kesalahan mengenai konsep seni dan keindahan seringkali ditimbulkan oleh kurang tepatnya
penggunaan kata seni dan keindahan. Anggapan yang berkembang yaitu bahwa seni itu indah dan
yang indah adalah seni, padahal seni tidak selalu harus identik dengan keindahan. Karena penilaian
keindahan yang terdapat pada suatu karya seni sifatnya berubah, bisa menurut zaman maupun
lingkungan.
Perlu di perhatikan bahwasanya manusia yang menciptakan karya seni dan menikmatinya sendiri.
Manusia tidak melulu merupakan homo estheticus, melainkan sebagai makhluk sosial yang secara
historis berakar dari suatu masyarakat dan zaman tertentu, itulah sebabnya dalam menciptakan
barang-barang seni seorang seniman juga terpengaruh lingkungan dan zamannya, dimana mungkin
pada generasi sebelumnya atau sedudahnya kurang diperhatikan sehingga terdapat perubahan
penilaian sebuah karya seni, terlepas dari sifat keindahan yang abadi, sehingga karya seni yang
keindahannya tidak abadi belum dapat dikatakan indah. (7)
Pada saat ini penciptaan seni juga tidak selalu didorong oleh hal-hal yag indah, melainkan banyak
diantaranya yang merupakan bentuk ekspresi dari apa yang seniman alami yang sifatnya lebih riil dan
dapat dirasakan oleh penikmat seni pda umumnya, karena realita yang ada lebih bermakna dan lebih
mendesak ketimbang mengekspresikan apa yang dinikmati di tempat yang tenang dan tenteram. (8)
C. Karya Seni yang Tidak Indah
Jika kita mengamati perjalanan sejarah seni, maka kita akan melihat bahwa seni yang berkembang
saat ini terlihat seperti tidak ada aturannya. Orang sering mengatakan bahwa zaman ini adalah zaman
kontemporer, sehingga seni yang hidup di zaman kontemporer juga mengikuti gaya kontemporernya.
Jika pada zaman sebelumnya seni dapat diukur dengan jelas berdasarkan kriterianya seperti
keharmonisan, keteraturan, kesimetrisan, atau warna-warna yang rapi dan teratur, maka pada zaman
kontemporer kita merasa kesulitan untuk mengatakan bahwa sebuah seni itu indah atau tidak.
Seni pada saat ini memang sulit dimengerti, karena daya tariknya tidak hanya mengacu pada
keindahan dan atau keharmonisan, melainkan suatu yang menggemparkan. Seniman mencurahkan
imajinasinya secara blak-blak an, seperti menunjukkan rasa frustasi, pemberontakan, atau perasaan
lain yang dirasakannya, membiarkannya terekspose untuk menarik penikmat seninya.
Dalam karya seni yang baik tentu saja mengandung nilai keindahan, yang oleh Horace dan dikutip
oleh Wellek dan Warren (1987) disebut dulce et utile, yang artinya berguna dan menyenangkan.
Dengan kata lain sebuah karya seni yang baik haruslah berguna bagi yang menikmatinya dan mampu
menghibur atau menyenangkan. Aspek kegunaan inilah yang kemudian diidentikkan dengan
kebenaran, karena mampu menggugah perasaan dan pikiran manusia tentang hal kebaikan. Sebuah
karya seni yang sebatas memberikan kesenangan namun tidak menggugah perasaan ke arah kebaikan,
maka dapat dikatakan karya tersebut tidak memiliki nilai keindahan. (9)
Jika dipandang dari sudut indah atau tidaknya suatu karya seni, maka akan kembali pada dasar
penilaiannya yaitu relatif atau berbeda tiap individu yang menilai. Jika keindahan dalam hal ini
dikaitkan dengan kebaikan, maka indah tidaknya karya seni juga menyangkut proses dan tujuan
pembuatan karya tersebut. Misalnya, tidak indah apabila suatu karya merupakan jiplakan, atau suatu
karya dibuat dengan tujuan untuk menghujat pada sasaran yang tidak tepat, termasuk juga karya seni
yang melangkahi norma atau aturan, seperti lukisan (graffity) bertema vullgar yang sering kita jumpai
di tepi jalan kota-kota besar.
D. Sifat-Sifat Keindahan
Untuk mengatakan sesuatu itu indah atau tidak, berikut ini akan diungkapkan sifat keindahan.
1. Keindahan itu kebenaran
Kebenaran artinya bukan tiruan. Oleh karena itu, tiruan lukissn Monalisa tidak indah karena dasarnya
tidak benar.
2. Keindahan itu abadi
Abadi artinya tidak pernah dilupakan, tidak hilang atau susut dari masa ke masa atau tidak terikat
waktu.
3. Keindahan itu mempunyai daya tarik
Daya tarik artinya memikat perhatian orang, menyenangkan, tidak membosankan. Sebuah tempat
wisata, seperti candi Borobudur menyenangkan orang, juga mempunyai daya tarik, oleh karena itu
dikatakan Borobudur indah.
4. Keindahan itu universal
Universal artinya tidak terikat selera perseorangan, waktu, dan tempat. Mode tidak universal karena
terikat pilihan seseorang dan dalam kurun waktu tertentu.
5. Keindahan itu wajar
Wajar artinya tidak berlebihan juga tidak minim, atau apa adanya. Seperti foto, perempuan yang
nampak cantik apa adanya jika difoto dengan tambahan aplikasi B612 akan tampak berbeda dari
aslinya dan hasil fotonya terkesan berlebihan..
6. Keindahan itu kenikmatan
Kenikmatan artinya kesenangan atau memberikan kepuasan. Pencipta karya seni akan puas bila
karyanya dikatakan indah. Contoh sebuah novel yang diangkat menjadi film dan mendapat banyak
penonton menyebabkan si pengarang merasa puas.
7. Keindahan itu kebiasaan
Kebiasaan artinya dilakukan berulang-ulang. Sesuatu yang tidak indah dapat diubah menjadi indah
karena kebiasaan. Contohnya yaiktu pemakaian pakaian adat saat pernikahan.
E. Keindahan Menurut Sudut Pandang Islam
Al - Ghazali, seorang filsuf islam berpendapat bahwa keindahan suatu benda terletak pada
kesempurnaannya, yang dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Contohnya adalah karangan
yang indah adalah karangan yang susunannya harmonis, hubungan kalimatnya teratur, dan dapat
membawa pembacanya meresapi makna dari karangan tersebut.-Seperti yang kita ketahui bahwa seni
merupakan salah satu media penyebaran ajaran Islam. Seni dalam Islam lebih menonjolkan nilai suci
atau sakral yang dapat dinikmati estetikanya. Hal tersebut menjelaskan bahwa seni dan estetika Islam
sangat menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak dengan moralitas untuk
menghaailkan karya yang indah, suci, dan dapat dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya.-Seni
dalam islam merupakan sebuah upaya untuk menuturkan kebesaran Illahi dalam berbagai aspek
kehidupan. Contohnya puji-pujian. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda yang artinya"Allah itu
indah dan menyukai keindahan" dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam ajaran islam juga terdapat
kaitan dengan keindahan atau seni. Sebagai wujud keindahan tidak hanya dalam karya seni, namun
juga dapat ditemukan dalam keindahan akhlak,
F. Pandangan Hubungan Keindahan terhadap Pencapaian Kemakmuran dan
Sebaliknya
Ketika berbicara mengenai kemakmuran, hal pertama yang akan terlintas dalam pikiran kita adalah
materi atau uang. Padahal kemakmuran tidak semata mengenai harta, seperti halnya ketentraman hati,
kemakmuran waktu dan lain lain.
Manusia yang berpikir tentunya menginginkan keindahan dalam hidupnya, baik keindahan seni,
keindahan alam, keindahan moral, maupun keindahan intelektual. Seiring berjalannya waktu, tingkat
keindahan dapat berubah yang biasanya berbanding lurus dengan perubahan kemakmuran. Dapat
dikatakan jika terjadi peningkatan keindahan akan menjadikan perubahan pula pada kemakmuran,
namun dalam suatu perubahan kemskmuran tidak selalu berdampak baik bagi keindahan.
Seperti yang banyak kita jumpai di sekitar kita, adanya peningkatan keindahan akan berdampak pada
kemakmuran, sebagai contoh, jika moralitas kaum muda yang awalnya tidak tertata, setelah keindahan
moralnya diperbaiki akan berpengaruh pada kemakmuran seperti menurunnya angka kejahatan.
Dalam hal keindahan intelektual, jika seseorang tingkat intelektualitasnya meningkat, maka ia akan
dapat memberikan pemikiran, gagasan, atau tindakan yang mungkin sedang di butuhkan dalam
masyarakat.
Namun jika dibalik, peningkatan kemakmuran tidak selalu berbanding lurus dengan keindahan.
Dalam kaitannya dengan kemamuran materiil, tidak semua orang yang berkecukupan ekonominya
dapat mengarahkan apa yang ia miliki ke arah yang baik, tidak sedikit dari mereka yang berfoya-foya,
hal ini menunjukka bahwa keindahan moral orang tersebut tidak sebanding dengan kemakmurannya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keindahan pada dasarnya merupakan kualitas pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu. Kualitas
yang paling sering disebut yaitu kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry),
keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast). Rumusan keindahan yang paling sederhana
adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk yang ada diantara kesadaran persepsi yang memberikan
kesenangan.
2. Kesalahan mengenai konsep seni dan keindahan seringkali ditimbulkan oleh kurang tepatnya
penggunaan kata seni dan keindahan. Anggapan yang berkembang yaitu bahwa seni itu indah dan
yang indah adalah seni, padahal seni tidak selalu harus identik dengan keindahan. Karena penilaian
keindahan yang terdapat pada suatu karya seni sifatnya berubah, bisa menurut zaman maupun
lingkungan.
3. Dalam karya seni yang baik tentu saja mengandung nilai keindahan, yang oleh Horace dan dikutip
oleh Wellek dan Warren (1987) disebut dulce et utile, yang artinya berguna dan menyenangkan.
Dengan kata lain sebuah karya seni yang baik haruslah berguna bagi yang menikmatinya dan mampu
menghibur atau menyenangkan. Aspek kegunaan inilah yang kemudian diidentikkan dengan
kebenaran, karena mampu menggugah perasaan dan pikiran manusia tentang hal kebaikan. Sebuah
karya seni yang sebatas memberikan kesenangan namun tidak menggugah perasaan ke arah kebaikan,
maka dapat dikatakan karya tersebut tidak memiliki nilai keindahan.
4. Sifat sifat keindahan yaitu : Keindahan itu kebenaran, keindahan itu abadi, keindahan itu
mempunyai daya tarik, keindahan itu universal, keindahan itu wajar, keindahan itu kenikmatan, dan
keindahan itu kebiasaan
5. Al - Ghazali, seorang filsuf islam berpendapat bahwa keindahan suatu benda terletak pada
kesempurnaannya, yang dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Seni dalam Islam lebih
menonjolkan nilai suci atau sakral yang dapat dinikmati estetikanya. Seni dan estetika Islam sangat
menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak dengan moralitas untuk menghaailkan
karya yang indah, suci, dan dapat dihargai sebagai karya seni yang sebenarnya. Seni dalam islam
merupakan sebuah upaya untuk menuturkan kebesaran Illahi dalam berbagai aspek kehidupan.
6. Seiring berjalannya waktu, tingkat keindahan dapat berubah yang biasanya berbanding lurus
dengan perubahan kemakmuran. Dapat dikatakan jika terjadi peningkatan keindahan akan menjadikan
perubahan pula pada kemakmuran, namun dalam suatu perubahan kemskmuran tidak selalu
berdampak baik bagi keindahan.
B. Saran
Manusia tidak pernah lepas dari keinginan untuk memberikan keindahan dalam berbagai aspek
kehidupannya. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya yang mendukung terciptanya keindahan
harus dapat dikelola secara efektif. Agar keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan
keindahan intelektual terwujud secara seimbang dan berjalan beriringan.-Seluruh komponen
masyarakat dapat turut serta dalam proses peningkatan kemakmuran dan keindahan. Perubahan
lingkungan dan zaman hendaknya tidak merubah total budaya sebagai perwujudan seni itu sendiri
sehingga bangsa ini tetap memiliki kekhas an dan tidak akan kehilangan jati dirinya.
1. Mawardi dan Nurhidayati, IAD, ISD DAN IBD, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm 158
2. Sujarwa, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2014, hlm 120
3. Ibid, hlm 121
4. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm 103
5. Ibid
6. Mawardi dan Nurhidayati, IAD, IBD DAN ISD, Pustaka Setia, Bandung, 2007, hlm 144
7. Mawardi, hal 478.
8. Ibid, hlm 469.
9. Sujarwa, 314

Anda mungkin juga menyukai