2 2
2 2
PENDAHULUAN
1
2. Mengetahui dan mengenal secara langsung kondisi yang sebenarnya
terjadi di lapangan, khususnya pada proses yang terjadi di PT Pertamina
Hulu Energi Kampar
3. Mengaplikasikan pemahaman tentang etika, profesionalitas, keamanan
dan kesehatan kerja, serta isu lingkungan.
4. Melaksanakan tanggung jawab pada suatu kondisi yang profesional
(Team Work).
5. Memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Yogyakarta
1.3. Ruang Lingkup
Pelaksanaan kerja praktek dibatasi pada kegiatan dan operasi PT Pertamina
Hulu Energi Kampar. yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik Perminyakan,
yaitu Departemen Production, Departemen Work Over / Well Service, Departemen
Field Production Engineering.
2
2. Studi literatur, yaitu cara mengumpulkan data yang diperoleh dari
pembimbing, dan literatur lain yang berhubungan dengan topik laporan,
dan data-data laporan.
3. Peninjauan lapangan, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada
lapangan tempat Kerja Praktek.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan ini berupa :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum Perusahaan
BAB III : Gathering System dan Fasilitas Produksi
BAB IV : Work Over dan Well Service
BAB V : Well Analizer
BAB VI : Kesimpulan
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
4
Visi PT Pertamina Hulu Energi yaitu: menjadi perusahaan minyak dan gas
bumi kelas dunia. Untuk mencapai visi itu PT Pertamina Hulu Energi memiliki misi
yaitu: melaksankan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sector minyak dan gas
bumi dan energi secara professional dan berdaya laba tinggi yang memberikan nilai
tambah bagi pemangku kepentingan.
5
Gambar 2.1. Wilayah Kerja PT Pertamina Hulu Energi
Kampar
Sumber : POFD PHE Kamper
6
BAB III
GATHERING SYSTEM DAN FASILITAS PRODUKSI
7
3.1.1.1.Gathering Station Binio
Pada Gathering Station Binio Terdapat sepuluh sumur produksi dan dua
sumur injeksi air (Water injection). Sembilan dari sepuluh sumur produksi
menggunakan atificial lift dikarnakan tekan reservoirnya tidak mampu mendorong
fliuda sampai ke atas lagi. Jenis artifial yang digunakan adalah Suck Rod Pump,
sedangkan satu sumur Natural Flow
Poduksi minyak pada Gathering Station Binio kurang lebih 95 BOPD
dengan water cut mencapai 98%. Pada Gathering Station Binio terdapat dua
manifold, yaitu manifold satelit dan manifold utama. manifold satelit di gunakan
untuk menggabungkan fluida dari 4 sumur terdekat sedangkan manifold utama
digunakan untuk menggabungkan aliran fluida dari enam sumur dan fluida dari
manifold satelit. Di dalam stasiun air akan dipisahkan dari minyak dengan
menggunakan gun barrel, air akan menuju ke water tank sedangkan minyak akan
masuk ke dalam crude tank dan akan di-trucking menuju stasiun di Sungai Karas.
8
3.1.1.2.Gathering Station Pekanheran
Di Pekanheran Field Terdapat 14 sumur produksi dan 3 sumur water inject.
Dari 14 sumur produksi dua diantaranya menggunkan Electric Submersible Pump
(ESP) dan 12 sumur menggunakan Sucker Rod Pump (SRP). Dari 14 sumur
produksi, 4 sumur onsite tank dan 10 sumur melalui line ke manifold. Fluida yang
dialirkan dengan menggunakan line akan menuju Stasiun Pekanheran. Di Stasiun
Pekanheran air dan minyak akan dipisahkan dengan menggunakan gun barrel.
Pemisahan minyak dari dan air di stasiun ini belum sempurna sehingga harus di
pisahkan lagi di Stasiun Sungai Karas. Sedangkan fluida yang menggunakan onsite
tank akan langsung di-trucking menuju stasiun di Sungai Karas. Field ini
berproduksi sekitar 8600 bfpd dengan net 300 bopd.
9
Fluida di dalam crude tank masih banyak mengandung air sehingga harus
dipisahkan lagi di Stasiun Sungai Karas.
10
Gambar 3.5. Skema Produksi Distrik II
Sumber : POFD PHE Kampar
11
Gambar 3.6. Skema Produksi dari Sumur ke Gathering Stasiun Merbau
12
Sumur yang menuju Stasiun Kayuara sebagian besar menggunakan SRP dan ada
yang menggunakan ESP. Fluida dari sumur akan di alirkan dengan menggunakan
line dan onsite tank. Gathering Station Kayuara menghasilkan produksi minyak
sekitar 500 bopd.
3.2.1.1. Flowline
Flowline adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi dari suatu
sumur menuju manifold. Flowline biasanya memiliki diameter 2-4 inch
(tergantung dari kapasitas sumur). Dilapangan penempatan flowline tidak
selalu terletak pada bidang datar tetapi disesuaikan dengan topografi daerah
walaupun tetap diusahakan agar menempati posisi horizontal.
13
Gambar 3.9. Flowline
Sumber : PHE Kampar
14
3.2.1.3. Manifold
Vacuum truck adalah truk tangki yang memiliki pompa dan tangki.
Pompa dirancang untuk menyedot fluida yang ada di onsite tank menuju
stasiun pengumpul.
15
3.2.2. Peralatan Pemisah
Setiap fluida yang diproduksikan dari sumur minyak pasti mengandung air,
oleh karena itu diperlukan adanya rangkaian peralatan untuk memisahkan minyak,
gas dan air. Setiap perusahaan memiliki cara dan peralatan sendiri untuk
memisahkan air dan minyak. Berikut adalah peralatan-peralatan yang digunakan
untuk memisahkan air dari minyak dan gas yang ada di PHE Kampar:
16
3.2.2.2. Free Water Knock Out (FWKO)
FWKO Untuk memisahkan air bebas dari hidrokarbon cair. Alat ini
terdiri dari beberapa komponen pemisah yang digunakan untuk
memisahkan 2 fluida yang immiscible dalam gas stream.
17
3.2.2.3. Gas Scrubber
Alat ini berfungsi untuk memisahkan butir cairan yang masih terikut
di gas.
3.2.2.4. Demulsifier
Cairan ini berguna untuk membantu pemecah antara minyak dan air
sehingga akan mempermudah dalam proses pemisahan air dan minyak.
Cairan akan di masukkan ke dalam aliran fluida dalam pipa.
18
3.2.2.5. Oil Skimmer
19
3.3. METODE PRODUKSI
Sumur produksi ini memiliki fluida reservoir yang dapat mengalir dengan
sendirinya ke permukaan melalui tubing karena memiliki tekanan reservoir (Pr)
yang lebih tinggi daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang berada di dalam
lubang sumur tersebut. Biasanya tekanan reservoir besar ketika awal sumur
diproduksi sehingga bisa dilakukan metode natural flow. Lama kelamaan tekanan
sumur akan menurun seiring berjalannya waktu sehingga harus menggunakan
metode artificial lift. Tekanan di reservoir bisa meningkat lagi ketika dibantu
dengan dorongan air dari sumur injeksi. Sehingga ada sumur tua yang ada di
Wilayah Kerja Kampar bisa diproduksikan dengan natural flow, akan tetapi water
cut yang diproduksikan juga akan semakin tinggi.
20
3.3.2.1. Sucker Rod Pump (SRP)
Sucker Rod Pump (Pompa Angguk) merupakan salah satu metode
pengangkatan minyak dari dalam sumur ke permukaan menggunakan pompa
dengan rod (tangkai pompa). Sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah sangat cocok menggunakan pompa sucker rod
dalam pengangkatan fluida produksi ke permukaan.
Peralatan pompa sucker-rod terdiri dari mesin penggerak mula,
peralatan di atas dan di bawah permukaan. Penggerak mula merupakan
sumber utama seluruh peralatan pompa sucker rod di mana bahan bakarnya
dapat berupa gas alam yang berasal dari sumur sucker-rod digunakan, solar
atau listrik tergantung pada jenis mesin yang digunakan.
Peralatan diatas permukaan berfungsi untuk memindahkan energi dari
Prime mover ke pompa sucker rod, dimana untuk selanjutnya diteruskan ke
peralatan bawah permukaan. Peralatan ini juga berfungsi untuk mengubah
gerak naik turun dan melalui gear reducer mengubah kecepatan prime mover
menjadi langkah pemompaan yang sesuai.
3.3.2.1.1. Peralatan di atas permukaan
21
1. Prime mover (Motor Penggerak)
Prime Mover merupakan penggerak utama yang berfungsi untuk
menyediakan energi mekanis yang pada akhirnya ditransmisikan ke
pompa dan digunakan untuk pengangkatan fluida. Prime Mover yang
digunakan pada suatu instalasi harus memiliki energi keluaran yang cukup
untuk pengangkatan fluida pada laju alir yang diinginkan.
2. Crank Arm
Crank Arm menghubungkan sumbu putaran rendah (crank shaft)
yang keluar dari gear box yang berputar 360 derajat. Lubang pada Crank
juga sebagai tempat kedudukan crank pin bearing yang menghubungkan
crank dengan piman, dan tempat merubah panjang langkah pompa. Crank
arm juga sebagai tempat dari kedudukan counter weight.
3. V-Belt
V-Belt merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime
mover ke gear reducer.
4. Gear reducer
Gear reducer berfungsi mengubah kecepatan putar dari prime
mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga
merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari
prime mover, gerak putaran prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
5. Counter Weight
Counter Weight merupakan sepasang pemberat yang berada di
Crank, berjumlah empat buah dan dipasang masing-masing dua buah pada
tiap Crank. Berfungsi memberikan efek balance (distribusi beban yang
merata) pada satu siklus pemompaan.
6. Equalizer
Equalizer merupakan alat yang menghubungkan dua Pitmen
supaya gerakan kedua pitmen tersebut menjadi sama.
7. Pitman
22
Pitman merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan
antara crank pada pitmen bearing. Fungsinya adalah mengubah dan
meneruskan gerak putar menjadi gerak bolak-balik naik turun.
8. Saddle Bearing
Saddle Bearing adalah tempat kedudukan dari walking bean
pada sampson post pada bagian atas.
9. Horse head
Horse head merupakan gerak dari walking beam ke unit pompa
kedalam sumur melalui bridle polished rod dan sucker rod string atau
merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai kuda dengan
bentuk 1/8 lingkaran agar gerakan Rod string naik turun tetap senter
dengan lubang sumur.
10. Walking Beam
Walking beam, merupakan tangkai horizontal yang di belakang
horse head. Fungsinya meneruskan gerak naik turun yang di hasilkan oleh
pasangan pitmen counter balance, kerangkaian pompa di dalam sumur
melalui tangkai rod.
11. Bridle
Bridle berupa sepasang kabel baja yang dihubungkan dengan
Horse Head berfungsi sebagai tali penggantung Carrier Bar.
12. Polished Rod Clamp
Polished Rod Clamp merupakan komponen yang bertumpu pada
Carrier Bar yang berfungsi menahan Polished Rod pada Carrier Bar
supaya tetap berhubungan dengan peralatan di permukaan.
13. Carrier bar
Carrier bar merupakan penyangga dari polished rod clamp.
14. Sampson post
Sampson post merupakan kaki penyangga atau penampang
walking beam.
15. Polish Rod
23
Polish Rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang
muncul di permukaan. Berfungsi untuk menghubungkan antara rangkaian
rod di dalam sumur dengan peralatan di permukaan.
16. Stuffing box
Stuffing box dipasang diatas kepala sumur untuk mencegah atau
menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama naik turunnya polish
rod. Dengan demikian seluruh aliran minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flowline.
24
2. Working barrel, merupakan tempat di mana plunger dapat
bergerak naik turun sesuai dengan langkah pemompaan dan
menampung minyak sebelum diangkat oleh plunger pada saat up
stroke.
3. Plunger, merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam
barrel dan dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai
pengisap minyak dari formasi masuk ke dalam barrel yang
kemudian diangkat ke permukaan melalui tubing.
4. Standing valve, merupakan katup yang terdapat di bagian bawah
working barrel yang berfungsi memberi kesempatan minyak dari
dalam sumur masuk ke working barrel saat upstroke dan untuk
menahan minyak agar tidak keluar dari working barrel pada saat
plunger bergerak ke bawah (downstroke). Standing valve ini
mempunyai peranan yang penting dalam sistem pemompaan,
karena effisiensi volumetris pompa sangat tergantung pada cara
kerja dan bentuk dari ball dan seat standing-valve.
5. Travelling valve, merupakan ball and seat yang terletak pada
bagian bawah dan atas dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas
dan ke bawah menurut gerakan plunger. Pada saat plunger
bergerak ke bawah travelling valve mengalirkan atau
memindahkan minyak dari working barrel masuk ke plunger. Pada
saat plunger bergerak ke atas (up stroke) minyak tertahan,
sehingga minyak tersebut dapat pindah ke tubing untuk
selanjutnya dialirkan ke permukaan.
6. Sucker Rod, energi yang di transmisikan dari peralatan di permukaan
ke bawah permukaan melalui rangkaian sucker rod. Sucker rod adalah
stang baja yang pejal, menurut standar API mempunyai panjang 25 feet
dan 3 feet. Ujung sucker rod berupa pin-pin, atau box-pin, atau box-
box, untuk menyambung sucker rod untuk membentuk rangkaian (rod
string) digunakan Sucker Rod coupling, dan untuk menyambung dua
ukuran yang berbeda digunakan reducer coupling.
25
3.3.2.2. Electrical Submarsible Pump (ESP)
Pompa centrifugal atau electric submersible pump adalah pompa
bertingkat yang memiliki banyak porosnya dihubungkan langsung dengan
motor penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik yang
disuplai dari permukaan dengan kabel dan sumbernya diambil dari power
plant lapangan.
Unit peralatan electric submersible pump, terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah
permukaan.
26
Peralatan dibawah permukaan dari pompa centrifugal terdirir dari
motor listrik sebagai unit penggerak protector, gas separator, pompa
centrifugal multistage dan kabel listrik.
1. Motor listrik penggerak pompa 3 phase, motor listrik ini dimasukan
kedalam rumah motor yang diisi dengan minyak motor untuk pendingin
dan merupakan isolasi motor terhadap fluida sumur.
2. Protector / seal section, alat dipasang dibawah pompa fungsinya antara
lain :
a. Mencegah fluida sumur masuk kedalam motor atau rumah motor
b. Menyimpan minyak motor dan minyak pompa.
c. Mengijinkan terhadap pengembangan pengurutan minyak motor
dan minyak pelumas motor.
d. Untuk keseimbangan tekanan dalam dengan tekanan luar yaitu
tekanan fluida sumur pada kedalaman penenggelaman.
3. Pompa, jenis pompanya merupakan pompa multistage dengan masing
masing stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser yang
dimasukkan dalam rumah pompa, pada impeller terdapat sudu-sudu
atau blades yang akan mengalirkan fluida produksi.
4. Gas separator, untuk sumur yang Gas Oil Ratio (GOR) tinggi, gas
separator dapat disambungkan pada pompa guna memperbaiki
effisiensi pompa, gas separator ini sekaligus berfungsi sebagai intake
pompa (tempat masuknya fluida kedalam pompa) dan karena perbedaan
densitas gas dan minyak maka gas akan terpisah dari minyak.
5. Kabel, tenaga listrik dari permukaan dialirkan ke motor melalui kabel,
yang terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain. Kabel
diklem dengan tubing pada interval jarak tertentu sampai ke tubing
head.
6. Check valve, letaknya satu joint di atas pompa, berfungsi sebagai :
a. Bila pompa berhenti bekerja (shut down), menahan fluida agar
tidak keluar dari tubing (turun ke pompa lagi) dan menahan
partikel-partikel padat agar tidak mengendap dalam pompa.
27
b. Menjaga tubing tetap penuh dengan fluida pada saat pompa
berhenti, sehingga pada saat pompa kembali bekerja, tidak terjadi
putaran fluida yang berlawanan dengan putaran pompa yang bisa
menyebabkan pompa putus.
7. Bleeder valve, dipasang satu joint tubing diatas check valve berfungsi
untuk mengijinkan aliran fluida keluar pada waktu dilaksanakan
pencabutan pompa sentrifugal.
28
BAB IV
WORK OVER DAN WELL SERVICE
29
Pencegahan problem kepasarian yaitu antara lain dengan menggunakan
gravel pack, screen linear, atau menahan laju produksi agar dibawah Q kritis
kepasiran. Untuk lapangan PHE Kampar kebanyakan menggunakan artificial lift
sehingga sering kali terjadi pompa stuck. Oleh karena itu kebanyakan pompa harus
dilakukan service dengan membersihkan pompa.
4.2.1.2.Problem Gas
Untuk sumur yang sudah menggunakan pompa, terproduksinya gas dapat
mengakibatkan terjadinya gas lock. Sehingga effisiensi pompa menurun.
4.2.2.1.Tubing Leak
Tubing leak ialah tubing bocor yang diakibatkan oleh berbagai hal, antara lain
Peralatan yang sudah tua
Kualitas tubing yang tidak memenuhi standar
Tekanan didalam tubing yang terlalu besar
Korosi
Tubing Aus
Problem ini mengakibatkan fluida yang sudah dipompakan kembali jatuh
kedalam annulus, sehingga produksipun menurun.
30
Problem ini mengakibatkan Pompa tidak dapat bekerja karena tidak ada
sumber tenaga , atau pompa tidak dapat bergerak naik - turun (Pump Jack).
4.2.2.3.Pompa Bocor
Pompa bocor disebabkan oleh :
31
atau gas dapat mengalir lebih bebas melalui retakan tersebut atau membuat
permeabilitas formasi lebih besar.
32
4.3.6. Converse well
Sumur tua memiliki water cut yang tinggi. Apabila sumur tersebut memiliki
water cut 100 % tentunya tidak diproduksikan lagi. Akan tetapi apabila sumur
tersebut memiliki kriteria menjadi sumur injeksi maka sumur tersebut harus diubah
menjadi sumur injeksi. Untuk merubah menjadi sumur injeksi maka rangkaian
pompa dalam sumur harus dikeluarkan dengan menggunakan rig. Setelah itu sumur
tersebut diinjeksikan air dengan rate tertentu, apabila sumur tersebut bisa
diinjeksikan air dengan rate yang besar maka sumur tersebut bisa menjadi sumur
injeksi. Selain untuk membuang air dari hasil separasi, air yang telah diinjeksikan
bisa mendorong minyak untuk masuk ke sumur produksi sehingga bisa
meningkatkan produksi.
33
layak operasi hingga tahun 2022. Inspeksi Rig harus dilakukan secara rutin untuk
mengecek kelayakan rig tersebut. Permasalahan pada rig milik PHE ini yaitu umur
yang tua dari Rig Ideco.
BAB V
WELL ANALYZER
34
dan perangkat lunak yang secara khusus digunakan untuk pengukuran tertentu
dengan system Konfigurasi secara umum dari Well Analyzer System di jelaskan
dengan skematik blok diagram dapat dilihat pada gambar. Aplikasi dan interpretasi
pengukuran yang di buat dengan Well Analyzer dapat membantu menjawab
sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan produksi. Di perusahaan PHE
Kampar Sonolog test yang dilakukan pada sumur minyak menggunakan alat Total
Well Management Echometer (TWM) sebagai Well Analyzer pada sumur di
Pertamina Hulu Energi Kampar.
5.1. Acoustic Test
Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL)
untuk sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih
berproduksi. Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang
berasal dari gas N2. Getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi
untuk menggambarkan pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati
tubbing joint, pola grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan
lagi ke permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalam fluid level
dapat dilihat dari jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan
kedalaman.
35
Gambar 5.1 Total Well Management Echometer
Prinsip Kerja alat ini yaitu Gas Gun dipicu untuk menimbulkan bunyi yang
kemudian merambat di annulus dan dipantulkan oleh permukaan cairan. Pantulan
(selama proses berlangsung bunyi direkam secara terus menerus) akan diterima
oleh mikrofon dan komputer akan menghitung waktu yang dipergunakan bunyi
untuk merambat dari permukaan, dipantulkan oleh permukaan cairan sampai
kembali ke permukaan.
Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang.
Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk
menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan
ukuran kemampuan siatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi
fluid level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.
36
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan
untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Fluid level terdiri atas Static Fluid Level dan Working
Fluid Level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika
WFL sumur tersebut sekitar 300 – 400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah support
disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat menghisap fluida dari
dalam sumur dengan efisiensi yang optimal dan tidak merusaknya. Ukuran fluid
level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu diganti atau tidak. Suatu
sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa pompa yang ada
perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju alirannya. Sedangkan
untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size up.
5.2. Dynagraph Test
Dynagraph Test adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui kinerja pompa
angguk (Sucker Rod Pump) dengan peralatan yang disebut dynamometer.
Dynamometer adalah alat untuk mengukur besaran beban. Beban ini dilapangan
biasanya disebut dengan Polished Rod Load. Beban ini diukur dalam kondisi di
namik dan statik. Beban dinamik diukur ketika pompa angguk dalam keadaan
beroperasi. Beban dinamik direkam kontinu sebagai fungsi dari posisi translasi
“rod”. Satu siklus beban dinamik ini disebut dengan “Dyno Card”. Beban dinamik
yang diukur yaitu Travelling Valve load dan Standing Valve Load. Travelling Valve
load diukur pada kedudukan dimana Travelling Valve dalam keadaan tertutup.
Secara teori keadaan ini adalah pada posisi awal dari langkah angkat fluida
(upstroke). Sedangkan Standing Valve Load diukur pada kedudukan dimana
Standing Valve dalam keadaan tertutup. Posisi ini yaitu ketika awal dari langkah
downstroke dimulai.
37
Gambar 5.3 Dynag: raph Card
Sumber
38
BAB VI
KESIMPULAN
39
BAB VIII
REKOMENDASI
1. Perbaikan alat dilakukan lebih cepat agar proses produksi lebih optimal.
Karena apabila alat tidak dapat bekerja maksimal makan fungsi dari alat
akan menurun.
2. Penambahan penggunaan Skimmer Tank disetiap stasiun, agar setiap air
yang diinjeksikan terbebas dari minyak.
3. Pencarian kannidat sumur gas untuk lapangan parum. Bertujuan untuk
efisiensi penggunaan gas untuk engine.
4. Mempertimbangkan segala aspek pemipaan (flow line, trunk line) yang
menuju ke stasiun penumpul.
DAFTAR PUSTAKA
40
1. McCain, William D, Jr (1990): The Properties of Petroleum Fluids, Second
Edition, PennWell Books,PennWell Publishing Co., Tulsa, Oklahoma
2. Puji Santoso, Anas , “Diktat Kuliah Teknik Produksi I “ , Program Studi
Teknik Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Database team POFD PHE KAMPAR
4. Dokumentasi Lapangan PHE Kampar
41