Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Industri minyak bumi merupakan suatu industri yang membutuhkan modal
yang besar, teknologi tinggi serta memiliki resiko yang tinggi pula. Oleh karena itu
dibutuhkan tenaga ahli professional dalam mengelola industri tersebut. Industri ini
dibagi menjadi dua yaitu industri hilir dan industri hulu. Industri hilir dikelola oleh
Badan Pengatur yang ditunjuk pemerintah. Sedangkan industri hulu dikelola oleh
Badan Pelaksana bekerja sama dengan pihak swasta atau kontraktor. Industri hulu
meliputi kegiatan eksplorasi hingga kegiatan produksi. Dan ilmu Teknik
Perminyakan merupakan salah satu ilmu yang mendasari kegiatan industri hulu.
Dalam mempelajari teori atau dasar suatu ilmu dibutuhkan praktek atau tinjauan
lapangan secara langsung untuk dapat memahami konsep-konsep ilmu tersebut.
Maka Kerja Praktek (KP) ini menjadi mata kuliah wajib untuk tingkat sarjana
Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Kerja Praktek memberi bekal kepada seorang calon sarjana Teknik
Perminyakan (Petroleum Engineer) dalam mempersiapkan diri memasuki dunia
kerja nantinya. Kerja Praktek pada dasarnya adalah merupakan aplikasi dari semua
ilmu yang didapatkan dari bangku kuliah dan kemudian diterapkan di lapangan
pada kondisi nyata. Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT PERTAMINA HULU
ENERGI KAMPAR mulai tanggal 4 Februari – 28 Februari 2019.

1.2. Maksud dan Tujuan


Kerja praktek ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
kurikulum pada jurusan Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta yang bertujuan untuk :

1. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke kehidupan


nyata di dunia industri yang sebenarnya.

1
2. Mengetahui dan mengenal secara langsung kondisi yang sebenarnya
terjadi di lapangan, khususnya pada proses yang terjadi di PT Pertamina
Hulu Energi Kampar
3. Mengaplikasikan pemahaman tentang etika, profesionalitas, keamanan
dan kesehatan kerja, serta isu lingkungan.
4. Melaksanakan tanggung jawab pada suatu kondisi yang profesional
(Team Work).
5. Memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Yogyakarta
1.3. Ruang Lingkup
Pelaksanaan kerja praktek dibatasi pada kegiatan dan operasi PT Pertamina
Hulu Energi Kampar. yang berkaitan dengan bidang ilmu Teknik Perminyakan,
yaitu Departemen Production, Departemen Work Over / Well Service, Departemen
Field Production Engineering.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja Praktek ini dilaksanakan pada :
Tempat : PT Pertamina Hulu Energi Kampar
Alamat : Jl. Lintas Timur Sumatera, Desa Lirik Area, Kecamatan
Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau
Telp :-
Tanggal : 04 Februari 2019 s/d 28 Februari 2018
Hari Kerja : Senin s/d Jum’at
Jam Kerja : 07.00 WIB – 16.00 WIB

1.5. Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan kerja praktek meliputi :
1. Konsultasi, yaitu sistem pengumpulan data dan informasi langsung
tentang berbagai hal yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan kerja
praktek dengan mentor, pembimbing lapangan maupun staf engineering
yang berkaitan dalam departement tersebut.

2
2. Studi literatur, yaitu cara mengumpulkan data yang diperoleh dari
pembimbing, dan literatur lain yang berhubungan dengan topik laporan,
dan data-data laporan.
3. Peninjauan lapangan, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada
lapangan tempat Kerja Praktek.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan ini berupa :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum Perusahaan
BAB III : Gathering System dan Fasilitas Produksi
BAB IV : Work Over dan Well Service
BAB V : Well Analizer
BAB VI : Kesimpulan

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. PROFIL PERUSAHAAN


PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan anak perusahaan PT
Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hulu migas. Wilayah Kerja (WK)
Kampar ditetapkan menjadi bagian PT Pertamina Hulu Energi melalui proses alih
kelola kembali WK Kampar dari PT Medco E&P Indonesia sejak November 2015.
Sejarah pengelolaan lapangan Kampar mengalami beberapa kali pergantian sebagai
berikut :

1912 : Berdirinya PT Stanvac Indonesia yang dimiliki oleh Exxon Corp.&


Mobil Oil Corp.
1939 : Ditemukannya Lapangan Lirik di Provinsi Riau
1983 : Sebagian lapangan Lirik diambil alih oleh Pertamina
1995 : PT Stanvac Indonesia diiakusisi oleh PT Exspan Kalimantan anak
perusahaan PT Medco Energi Internasional Tbk dengan nama PT
Exspan Sumatera
1996 : PT Exspan Sumatera menjadi PT Exspan Nusantara
2004 : PT Exspan Nusantara rebranding menjadi PT Medco E&P
Indonesia
2013 : PTMedco E&P Indonesia sebagai caretaker semenjak 28 Nov 2013

Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja Kampar ditandatangani


antara SKK MIGAS dan PT Pertamina Hulu Energi Kampar pada tanggal 1 Januari
2016 dan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2035. Wilayah kerja PHE
Kampar terbagi menjadi dua, yaitu Distrik I dan Distrik II yang terdiri dari Kaju,
Kayuara, East Kayuara, Gemuruh, Merbau, North Merbau, Panduk, Kerumutan,
Binio, Pekanheran, Parum. Sumur yang berproduksi di wilayah kerja PHE Kampar
sekitar 106 sumur.

4
Visi PT Pertamina Hulu Energi yaitu: menjadi perusahaan minyak dan gas
bumi kelas dunia. Untuk mencapai visi itu PT Pertamina Hulu Energi memiliki misi
yaitu: melaksankan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sector minyak dan gas
bumi dan energi secara professional dan berdaya laba tinggi yang memberikan nilai
tambah bagi pemangku kepentingan.

Gambar 2.1. Peta Cekungan Sumatera


Sumber : POFD PHE Kampar

5
Gambar 2.1. Wilayah Kerja PT Pertamina Hulu Energi
Kampar
Sumber : POFD PHE Kamper

6
BAB III
GATHERING SYSTEM DAN FASILITAS PRODUKSI

3.1. GATHERING SYSTEM


3.1.1. Gathering system District I
Distrik I terdapat 32 sumur produksi yang berasal dari Lapangan Binio,
Pekanheran, dan Parum. Setiap lapangan terdapat gathering stasiun untuk
memisahkan air dari minyak. Pemisahan air belum sempurna, water cut masih
sekitar 50 - 60 % sehingga harus dipisahkan lagi di gathering stasiun Sungai Karas.
Minyak ditransportasikan dari Distrik I ke Sungai Karas dengan menggunakan
truck. Setelah dilakukan pemisahan di Sungai Karas minyak akan dijual di Terminal
Buatan dengan watercut maksimal 5 %, sedangkan air akan dikembalikan ke
Stasiun Binio untuk diinjeksikan lagi ke dalam sumur injeksi.

Gambar 3.1. Skema Produksi Distrik I


Sumber : POFD PHE Kampar

7
3.1.1.1.Gathering Station Binio
Pada Gathering Station Binio Terdapat sepuluh sumur produksi dan dua
sumur injeksi air (Water injection). Sembilan dari sepuluh sumur produksi
menggunakan atificial lift dikarnakan tekan reservoirnya tidak mampu mendorong
fliuda sampai ke atas lagi. Jenis artifial yang digunakan adalah Suck Rod Pump,
sedangkan satu sumur Natural Flow
Poduksi minyak pada Gathering Station Binio kurang lebih 95 BOPD
dengan water cut mencapai 98%. Pada Gathering Station Binio terdapat dua
manifold, yaitu manifold satelit dan manifold utama. manifold satelit di gunakan
untuk menggabungkan fluida dari 4 sumur terdekat sedangkan manifold utama
digunakan untuk menggabungkan aliran fluida dari enam sumur dan fluida dari
manifold satelit. Di dalam stasiun air akan dipisahkan dari minyak dengan
menggunakan gun barrel, air akan menuju ke water tank sedangkan minyak akan
masuk ke dalam crude tank dan akan di-trucking menuju stasiun di Sungai Karas.

Gambar 3.2. Skema Gathering Station Binio

8
3.1.1.2.Gathering Station Pekanheran
Di Pekanheran Field Terdapat 14 sumur produksi dan 3 sumur water inject.
Dari 14 sumur produksi dua diantaranya menggunkan Electric Submersible Pump
(ESP) dan 12 sumur menggunakan Sucker Rod Pump (SRP). Dari 14 sumur
produksi, 4 sumur onsite tank dan 10 sumur melalui line ke manifold. Fluida yang
dialirkan dengan menggunakan line akan menuju Stasiun Pekanheran. Di Stasiun
Pekanheran air dan minyak akan dipisahkan dengan menggunakan gun barrel.
Pemisahan minyak dari dan air di stasiun ini belum sempurna sehingga harus di
pisahkan lagi di Stasiun Sungai Karas. Sedangkan fluida yang menggunakan onsite
tank akan langsung di-trucking menuju stasiun di Sungai Karas. Field ini
berproduksi sekitar 8600 bfpd dengan net 300 bopd.

Gambar 3.3. Skema Gathering Station Pekanheran

3.1.1.3.Gathering Station Parum


Di Stasiun Parum terdapat 8 sumur produksi dan 3 sumur water inject. Di lapangan
ini terdapat 2 manifold untuk mengalirkan fluida dari 6 sumur yang menggunakan
flowline dan 2 sumur masuk ke onsite tank. Di dalam stasiun ini pemisahan air
menggunakan Free Water Knock Out (FWKO), minyak akan menuju ke crude tank
sedangkan air akan masuk ke water tank untuk diinjeksikan ke dalam sumur injeksi.

9
Fluida di dalam crude tank masih banyak mengandung air sehingga harus
dipisahkan lagi di Stasiun Sungai Karas.

Gambar 3.4. Skema Gathering Station Parum

3.1.2. Gathering system District II


Distrik II terdapat 74 sumur produksi yang berasal dari Lapangan Merbau,
North Merbau, Kerumutan, Panduk, Kayuara, East Kayuara, Gemuruh dan
Kaju. Di Distrik II terdapat 2 Stasiun utama, yaitu Gathering Station Merbau
dan Gathering Stasiun Kayuara. Kedua stasiun ini akan memproses pemisahan
air sampai water cut kurang dari 5 %, setelah itu minyak akan dijual ke Terminal
Buatan. Tapi untuk saat ini sekitar bulan November heater treater yang ada di
stasiun tidak bisa digunakan dikarenakan tidak adanya sumber bahan bakar.
Bahan bakar yang digunakan untuk mengidupkan heater treater menggunakan
energi gas yang berasal dari sumur Merbau 1. Saat ini sumur tersebut dalam
keadaan off sehingga tidak memproduksikan gas. Oleh karena stasiun tidak
dapat bekerja semaksimal mungkin untuk memproses minyak yang dari
lapangan untuk menjadikan watercut sebesar 5% sehingga untuk saat ini
minyak dari stasiun merbau dibawa ke stasiun kayu ara untuk dilakukan
pemisahan di stasiun tersebut setelah itu akan dikirim oleh trucking ke Buatan.

10
Gambar 3.5. Skema Produksi Distrik II
Sumber : POFD PHE Kampar

3.1.2.1. Gathering Station Merbau


Gathering station merbau merupakan stasiun pengempul dari lapangan
Merbau, North Merbau, Panduk, dan Kerumutan. Dari 4 lapangan ini terdapat 32
sumur produksi yang dialirkan dengan menggunakan line (20 sumur) dan onsite
tank (12). Fluida yang dialirkan melalui line akan dihubungkan dari beberapa sumur
dengan 6 manifold. Fluida dari Merbau yang dialirkan melalui line masuk ke gun
barrel 750 bbls dimana dilakukan proses separasi awal minyak dan air secara
gravitasi. Sedangkan fluida dari North Merbau, Panduk dan Stasiun Kerumutan
akan masuk ke dalam FWKO. Fluida yang diproduksi dengan menggunakan onsite
tank akan di-trucking dan masuk ke collecting pit di Stasiun Merbau untuk
pemisahan air. Semua minyak hasil pemisahan kemudian menuju Crude Tank 5000
bbls, sementara produced water dialirkan ke Water Tank 3000 bbls. Gathering
Station Merbau memproduksi minyak sekitar 300 bopd.

11
Gambar 3.6. Skema Produksi dari Sumur ke Gathering Stasiun Merbau

Gambar 3.7. Proses Separasi Minyak-Air di Gathering Stasiun Merbau

3.1.2.2. Gathering Station Kayuara


Gathering System Kayuara merupakan stasiun pengumpul dari beberapa
lapangan di Distrik II diantaranya yaitu Kayuara, East Kayuara, Gemuruh dan Kaju.
Pada stasiun kayuara ini nantinya akan mengolah crude oil yang awalnya memiliki
water cut tinggi kemudian nantinya akan di olah hingga water cut maksimum 5%.

12
Sumur yang menuju Stasiun Kayuara sebagian besar menggunakan SRP dan ada
yang menggunakan ESP. Fluida dari sumur akan di alirkan dengan menggunakan
line dan onsite tank. Gathering Station Kayuara menghasilkan produksi minyak
sekitar 500 bopd.

Gambar 3.8. Skema Produksi Gathering Station Kayuara

3.2. FASILITAS PRODUKSI

3.2.1. Peralatan Transportasi

Merupakan komponen atau peralatan untuk mengalirkan fluida (minyak, air


dan gas bumi) dari well-head atau x-mas tree menuju Gathering Station.

3.2.1.1. Flowline

Flowline adalah pipa penyalur minyak dan gas bumi dari suatu
sumur menuju manifold. Flowline biasanya memiliki diameter 2-4 inch
(tergantung dari kapasitas sumur). Dilapangan penempatan flowline tidak
selalu terletak pada bidang datar tetapi disesuaikan dengan topografi daerah
walaupun tetap diusahakan agar menempati posisi horizontal.

13
Gambar 3.9. Flowline
Sumber : PHE Kampar

3.2.1.2. Trunk line

Trunk line merupakan pipa untuk mengalirkan fluida dari manifold


menuju ke fasilitas pemisah. Trunk line memiliki ukuran yang lebih besar
dari flowline.

Gambar 3.10. Trunk line


Sumber : PHE Kampar

14
3.2.1.3. Manifold

Manifold merupakan sekumpulan dari valve yang dideretkan untuk


mengatur aliran yang merupakan akhir pertemuan flowline yang berasal dari
beberapa sumur.

Gambar 3.11. Manifold


Sumber : PHE Kampar

3.2.1.4. Vacuum truck

Vacuum truck adalah truk tangki yang memiliki pompa dan tangki.
Pompa dirancang untuk menyedot fluida yang ada di onsite tank menuju
stasiun pengumpul.

Gambar 3.12. Vacuum truck


Sumber : PHE Kampar

15
3.2.2. Peralatan Pemisah

Setiap fluida yang diproduksikan dari sumur minyak pasti mengandung air,
oleh karena itu diperlukan adanya rangkaian peralatan untuk memisahkan minyak,
gas dan air. Setiap perusahaan memiliki cara dan peralatan sendiri untuk
memisahkan air dan minyak. Berikut adalah peralatan-peralatan yang digunakan
untuk memisahkan air dari minyak dan gas yang ada di PHE Kampar:

3.2.2.1. Gun Barrel atau Wash Tank

Wash tank adalah suatu alat yang digunakan untuk menampung


fluida yang datang dari sumur-sumur minyak untuk memisahkan air dan
minyak. Cara kerjanya yaitu liquid yang masuk melalui inlet line dari
manifold akan disebarkan oleh spreader ke arah dasar tangki, kemudian
liquid yang telah tersebar naik keatas, air yang secara gravity lebih berat
akan turun kebawah dan minyak yang lebih ringan akan naik ke atas.

Gambar 3.13. Gun Barrel


Sumber : PHE Kampar

16
3.2.2.2. Free Water Knock Out (FWKO)

FWKO Untuk memisahkan air bebas dari hidrokarbon cair. Alat ini
terdiri dari beberapa komponen pemisah yang digunakan untuk
memisahkan 2 fluida yang immiscible dalam gas stream.

Gambar 3.14. FWKO


Sumber : PHE Kampar

3.2.2.2. Collecting Pit

Kolam ini bersifat emergensi yang berfungsi untuk separasi minyak


dari air.

Gambar 3.15. Collecting Pit


Sumber : PHE Kampar

17
3.2.2.3. Gas Scrubber
Alat ini berfungsi untuk memisahkan butir cairan yang masih terikut
di gas.

Gambar 3.16. Gas Scrubber


Sumber : PHE Kampar

3.2.2.4. Demulsifier

Cairan ini berguna untuk membantu pemecah antara minyak dan air
sehingga akan mempermudah dalam proses pemisahan air dan minyak.
Cairan akan di masukkan ke dalam aliran fluida dalam pipa.

Gambar 3.17. Demulsifier


Sumber : PHE Kampar

18
3.2.2.5. Oil Skimmer

Oil Skimmer adalah alat yang digunakan untuk memisahkan partikel


cair yang berada diatas cairan lain atau cairan yang mengambang
dikarenakan cairan tersebut tidak homogeny.

Gambar 3.18. Oil skimmer


Sumber : https://bit.ly/2Hb7MnU

3.2.3. Fasilitas Penampung

Setelah fluida reservoir dipisahkan, minyak hasil pemisahan diharapkan


hanya mengandung air sangat sedikit dialirkan ke penampung sementara di dalam
kompleks block-station, kemudian minyak akan di-trucking ke pusat penampungan
di Terminal Buatan untuk kemudian pada waktu tertentu dikirim ke refinery.

Gambar 3.19. Crude Oil Tank


Sumber : PHE Kampar

19
3.3. METODE PRODUKSI

3.3.1. Semburan Alam (Natural Flow)

Sumur produksi ini memiliki fluida reservoir yang dapat mengalir dengan
sendirinya ke permukaan melalui tubing karena memiliki tekanan reservoir (Pr)
yang lebih tinggi daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang berada di dalam
lubang sumur tersebut. Biasanya tekanan reservoir besar ketika awal sumur
diproduksi sehingga bisa dilakukan metode natural flow. Lama kelamaan tekanan
sumur akan menurun seiring berjalannya waktu sehingga harus menggunakan
metode artificial lift. Tekanan di reservoir bisa meningkat lagi ketika dibantu
dengan dorongan air dari sumur injeksi. Sehingga ada sumur tua yang ada di
Wilayah Kerja Kampar bisa diproduksikan dengan natural flow, akan tetapi water
cut yang diproduksikan juga akan semakin tinggi.

3.3.2. Metode Artificial Lift

Merupakan salah satu metode pengangkatan fluida sumur dengan cara


memberikan tenaga tambahan kedalam sumur (bukan ke dalam reservoir) dimana
metode ini diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak mampu lagi
mendorong fluida ke permukaan atau untuk maksud-maksud peningkatan produksi.
Pemilihan artificial lift yang dipakai pada suatu sumur harus disesuaikan dengan
karakteristik sumurnya. Beberapa pertimbangan dasar dalam pemilihan artificial
lift yang tepat yaitu :

 Karakteristik sumur: kedalaman, tenaga pendorong, GOR, WC, IPR


curve
 Biaya operasi dan perawatan alat
 Power yang dibutuhkan, misalnya untuk ESP dan SRP
 Source, misalnya source gas untuk gas lift.
Di Wilayah Kerja PHE Kampar metode artificial lift yang digunakan adalah
SRP dan ESP.

20
3.3.2.1. Sucker Rod Pump (SRP)
Sucker Rod Pump (Pompa Angguk) merupakan salah satu metode
pengangkatan minyak dari dalam sumur ke permukaan menggunakan pompa
dengan rod (tangkai pompa). Sumur dengan laju produksi dari yang sangat
rendah sampai menengah sangat cocok menggunakan pompa sucker rod
dalam pengangkatan fluida produksi ke permukaan.
Peralatan pompa sucker-rod terdiri dari mesin penggerak mula,
peralatan di atas dan di bawah permukaan. Penggerak mula merupakan
sumber utama seluruh peralatan pompa sucker rod di mana bahan bakarnya
dapat berupa gas alam yang berasal dari sumur sucker-rod digunakan, solar
atau listrik tergantung pada jenis mesin yang digunakan.
Peralatan diatas permukaan berfungsi untuk memindahkan energi dari
Prime mover ke pompa sucker rod, dimana untuk selanjutnya diteruskan ke
peralatan bawah permukaan. Peralatan ini juga berfungsi untuk mengubah
gerak naik turun dan melalui gear reducer mengubah kecepatan prime mover
menjadi langkah pemompaan yang sesuai.
3.3.2.1.1. Peralatan di atas permukaan

Gambar 3.20. Rangkaian SRP atas permukaan


Sumber : PHE Kampar

21
1. Prime mover (Motor Penggerak)
Prime Mover merupakan penggerak utama yang berfungsi untuk
menyediakan energi mekanis yang pada akhirnya ditransmisikan ke
pompa dan digunakan untuk pengangkatan fluida. Prime Mover yang
digunakan pada suatu instalasi harus memiliki energi keluaran yang cukup
untuk pengangkatan fluida pada laju alir yang diinginkan.
2. Crank Arm
Crank Arm menghubungkan sumbu putaran rendah (crank shaft)
yang keluar dari gear box yang berputar 360 derajat. Lubang pada Crank
juga sebagai tempat kedudukan crank pin bearing yang menghubungkan
crank dengan piman, dan tempat merubah panjang langkah pompa. Crank
arm juga sebagai tempat dari kedudukan counter weight.
3. V-Belt
V-Belt merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari prime
mover ke gear reducer.
4. Gear reducer
Gear reducer berfungsi mengubah kecepatan putar dari prime
mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga
merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari
prime mover, gerak putaran prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
5. Counter Weight
Counter Weight merupakan sepasang pemberat yang berada di
Crank, berjumlah empat buah dan dipasang masing-masing dua buah pada
tiap Crank. Berfungsi memberikan efek balance (distribusi beban yang
merata) pada satu siklus pemompaan.
6. Equalizer
Equalizer merupakan alat yang menghubungkan dua Pitmen
supaya gerakan kedua pitmen tersebut menjadi sama.
7. Pitman

22
Pitman merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan
antara crank pada pitmen bearing. Fungsinya adalah mengubah dan
meneruskan gerak putar menjadi gerak bolak-balik naik turun.
8. Saddle Bearing
Saddle Bearing adalah tempat kedudukan dari walking bean
pada sampson post pada bagian atas.
9. Horse head
Horse head merupakan gerak dari walking beam ke unit pompa
kedalam sumur melalui bridle polished rod dan sucker rod string atau
merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai kuda dengan
bentuk 1/8 lingkaran agar gerakan Rod string naik turun tetap senter
dengan lubang sumur.
10. Walking Beam
Walking beam, merupakan tangkai horizontal yang di belakang
horse head. Fungsinya meneruskan gerak naik turun yang di hasilkan oleh
pasangan pitmen counter balance, kerangkaian pompa di dalam sumur
melalui tangkai rod.
11. Bridle
Bridle berupa sepasang kabel baja yang dihubungkan dengan
Horse Head berfungsi sebagai tali penggantung Carrier Bar.
12. Polished Rod Clamp
Polished Rod Clamp merupakan komponen yang bertumpu pada
Carrier Bar yang berfungsi menahan Polished Rod pada Carrier Bar
supaya tetap berhubungan dengan peralatan di permukaan.
13. Carrier bar
Carrier bar merupakan penyangga dari polished rod clamp.
14. Sampson post
Sampson post merupakan kaki penyangga atau penampang
walking beam.
15. Polish Rod

23
Polish Rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang
muncul di permukaan. Berfungsi untuk menghubungkan antara rangkaian
rod di dalam sumur dengan peralatan di permukaan.
16. Stuffing box
Stuffing box dipasang diatas kepala sumur untuk mencegah atau
menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama naik turunnya polish
rod. Dengan demikian seluruh aliran minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flowline.

3.3.2.1.2. Peralatan di bawah permukaan


Fungsi peralatan pompa sucker rod di dalam sumur adalah
untuk membantu menaikan fluida sumur ke permukaan melalui
tubing. Unit pompa sucker rod di dalam sumur terdiri dari :

Gambar 3.21. Rangkaian SRP bawah permukaan


Sumber : PHE Kampar

1. Tubing, digunakan untuk mengalirkan minyak dari dasar sumur ke


permukaan setelah minyak diangkat oleh pompa yang di
tempatkan pada ujung tubing.

24
2. Working barrel, merupakan tempat di mana plunger dapat
bergerak naik turun sesuai dengan langkah pemompaan dan
menampung minyak sebelum diangkat oleh plunger pada saat up
stroke.
3. Plunger, merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam
barrel dan dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai
pengisap minyak dari formasi masuk ke dalam barrel yang
kemudian diangkat ke permukaan melalui tubing.
4. Standing valve, merupakan katup yang terdapat di bagian bawah
working barrel yang berfungsi memberi kesempatan minyak dari
dalam sumur masuk ke working barrel saat upstroke dan untuk
menahan minyak agar tidak keluar dari working barrel pada saat
plunger bergerak ke bawah (downstroke). Standing valve ini
mempunyai peranan yang penting dalam sistem pemompaan,
karena effisiensi volumetris pompa sangat tergantung pada cara
kerja dan bentuk dari ball dan seat standing-valve.
5. Travelling valve, merupakan ball and seat yang terletak pada
bagian bawah dan atas dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas
dan ke bawah menurut gerakan plunger. Pada saat plunger
bergerak ke bawah travelling valve mengalirkan atau
memindahkan minyak dari working barrel masuk ke plunger. Pada
saat plunger bergerak ke atas (up stroke) minyak tertahan,
sehingga minyak tersebut dapat pindah ke tubing untuk
selanjutnya dialirkan ke permukaan.
6. Sucker Rod, energi yang di transmisikan dari peralatan di permukaan
ke bawah permukaan melalui rangkaian sucker rod. Sucker rod adalah
stang baja yang pejal, menurut standar API mempunyai panjang 25 feet
dan 3 feet. Ujung sucker rod berupa pin-pin, atau box-pin, atau box-
box, untuk menyambung sucker rod untuk membentuk rangkaian (rod
string) digunakan Sucker Rod coupling, dan untuk menyambung dua
ukuran yang berbeda digunakan reducer coupling.

25
3.3.2.2. Electrical Submarsible Pump (ESP)
Pompa centrifugal atau electric submersible pump adalah pompa
bertingkat yang memiliki banyak porosnya dihubungkan langsung dengan
motor penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik yang
disuplai dari permukaan dengan kabel dan sumbernya diambil dari power
plant lapangan.
Unit peralatan electric submersible pump, terdiri dari beberapa
komponen utama yaitu peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah
permukaan.

3.3.2.2.1. Peralatan di atas permukaan


 Switchboard, alat ini berfungsi sebagai kontrol dipermukaan guna
melindungi peralatan-peralatan bawah permukaan. Alat ini
merupakan gabungan dari starter, upperload dan underload
protection dan recorder instrument (alat pencatat) yang bekerja
secara otomatis jika terjadi penyimpangan.
 Junction box adalah tempat (kotak) yang terletak diantara
switchboard dan well head. Fungsinya untuk menghubungkan
kabel switchboard dengan kabel dari well head, agar gas yang
terikut dari sumur bisa terbebaskan dan tidak mencapai
switchboard.
 Transformer , alat ini digunakan untuk mengubah tegangan
(voltage) sumber arus (generator) menjadi tegangan yang sesuai
dengan operating voltage motor dibawah permukaan.
 Tubing head, pada pompa centrifugal agak berbeda dengan tubing
head biasa perbedaannya terutama terletak adanya kabel yang
melalui tubing head.
3.3.2.2.2. Peralatan Di Bawah Permukaan

26
Peralatan dibawah permukaan dari pompa centrifugal terdirir dari
motor listrik sebagai unit penggerak protector, gas separator, pompa
centrifugal multistage dan kabel listrik.
1. Motor listrik penggerak pompa 3 phase, motor listrik ini dimasukan
kedalam rumah motor yang diisi dengan minyak motor untuk pendingin
dan merupakan isolasi motor terhadap fluida sumur.
2. Protector / seal section, alat dipasang dibawah pompa fungsinya antara
lain :
a. Mencegah fluida sumur masuk kedalam motor atau rumah motor
b. Menyimpan minyak motor dan minyak pompa.
c. Mengijinkan terhadap pengembangan pengurutan minyak motor
dan minyak pelumas motor.
d. Untuk keseimbangan tekanan dalam dengan tekanan luar yaitu
tekanan fluida sumur pada kedalaman penenggelaman.
3. Pompa, jenis pompanya merupakan pompa multistage dengan masing
masing stage terdiri dari satu impeller dan satu diffuser yang
dimasukkan dalam rumah pompa, pada impeller terdapat sudu-sudu
atau blades yang akan mengalirkan fluida produksi.
4. Gas separator, untuk sumur yang Gas Oil Ratio (GOR) tinggi, gas
separator dapat disambungkan pada pompa guna memperbaiki
effisiensi pompa, gas separator ini sekaligus berfungsi sebagai intake
pompa (tempat masuknya fluida kedalam pompa) dan karena perbedaan
densitas gas dan minyak maka gas akan terpisah dari minyak.
5. Kabel, tenaga listrik dari permukaan dialirkan ke motor melalui kabel,
yang terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain. Kabel
diklem dengan tubing pada interval jarak tertentu sampai ke tubing
head.
6. Check valve, letaknya satu joint di atas pompa, berfungsi sebagai :
a. Bila pompa berhenti bekerja (shut down), menahan fluida agar
tidak keluar dari tubing (turun ke pompa lagi) dan menahan
partikel-partikel padat agar tidak mengendap dalam pompa.

27
b. Menjaga tubing tetap penuh dengan fluida pada saat pompa
berhenti, sehingga pada saat pompa kembali bekerja, tidak terjadi
putaran fluida yang berlawanan dengan putaran pompa yang bisa
menyebabkan pompa putus.
7. Bleeder valve, dipasang satu joint tubing diatas check valve berfungsi
untuk mengijinkan aliran fluida keluar pada waktu dilaksanakan
pencabutan pompa sentrifugal.

Gambar 3.22. Rangkaian ESP

Prinsip kerja ESP sama seperti pompa sentrifugal lainnya. Setiap


stage terdiri dari impeller dan diffuser. Dalam operasinya fluida diarahkan
ke dasar impeller dengan arah tegak, gerak putar diberikan pada cairan oleh
sudu-sudu impeller. Gaya sentrifugal fluida menyebabkan aliran radial dan
cairan meninggalkan impeller dengan kecepatan tinggi dan diarahkan
kembali ke impeller selanjutnya oleh diffuser. Fluida produksi akan lewat
pada impeller-impeller yang disusun berurutan pada setiap stage yang akan
membentuk head untuk kemudian sampai ke permukaan.

28
BAB IV
WORK OVER DAN WELL SERVICE

4.1. PENGERTIAN WORK OVER DAN WELL SERVICE (WO/WS)


Setiap sumur produksi memiliki masalah-masalah yang dapat menurunkan
produksi minyak, sehingga perlu dilakukan adanya work over (kerja ulang) dan well
service (perawatan sumur). Work over adalah merupakan pekerjaan yang juga
mempertahankan atau memperbaiki/menambah produksi tetapi dengan cara-cara
mengubah atau mengolah zona produksi atau mengganti zona produksi. Sedangkan
well service adalah pengerjaan rutin untuk mempertahankan produksi atau
memperbaiki tanpa mengubah zona produksi dengan stimulasi. Jika sumur produksi
mengalami masalah pada reservoir maka perlu dilakukan work over sedangakan
apabila terjadi masalah peralatan bawah permukaan maka harus dilakukan well
service.

4.2. PROBLEM SUMUR PRODUKSI


4.2.1. Problem Reservoir
Yang dimaksud dalam problem reservoar ialah problem yang berasal dari
reservoar itu sendiri, hal ini tergantung dari faktor sementasi batuan, kandungan
mineral batuan, dan juga kandungan asam. Berikut merupakan beberapa problem
yang berasal dari reservoar :

4.2.1.1. Problem Kepasiran


Ikut terproduksinya pasir bersama fluida produksi merupakan problem yang
sering dihadapi di lapangan minyak, yang biasanya berhubungan dengan formasi
dangkal berumur tersier, dan pada beberapa daerah problem kepasiran dijumpai
pada kedalaman 12,000 ft atau lebih. Hal ini disebabkan karena sumur-sumur
berproduksi dari lapisan yang unconsolidated (mudah lepas) dimana faktor
sementasinya < 0,2. Problem ini dapat mengganggu produktivitas sumur serta dapat
merusakan peralatan produksi dan juga dapat mengakibatkan pompa stuck.

29
Pencegahan problem kepasarian yaitu antara lain dengan menggunakan
gravel pack, screen linear, atau menahan laju produksi agar dibawah Q kritis
kepasiran. Untuk lapangan PHE Kampar kebanyakan menggunakan artificial lift
sehingga sering kali terjadi pompa stuck. Oleh karena itu kebanyakan pompa harus
dilakukan service dengan membersihkan pompa.

4.2.1.2.Problem Gas
Untuk sumur yang sudah menggunakan pompa, terproduksinya gas dapat
mengakibatkan terjadinya gas lock. Sehingga effisiensi pompa menurun.

4.2.2. Problem Mekanis


Selain problem yang berasal dari reservoir, problem yang sering
ditanggulangi oleh WO/WS ialah problem mekanis. Adapun problem mekanis
antara lain:

4.2.2.1.Tubing Leak
Tubing leak ialah tubing bocor yang diakibatkan oleh berbagai hal, antara lain
 Peralatan yang sudah tua
 Kualitas tubing yang tidak memenuhi standar
 Tekanan didalam tubing yang terlalu besar
 Korosi
 Tubing Aus
Problem ini mengakibatkan fluida yang sudah dipompakan kembali jatuh
kedalam annulus, sehingga produksipun menurun.

4.2.2.2. Rod Putus


Penyebab terjadinya rod putus ialah :
 Beban rod yang terlalu besar
 Kualitas rod yang sudah jelek
 Korosi
 Stuck
 Rod Aus

30
Problem ini mengakibatkan Pompa tidak dapat bekerja karena tidak ada
sumber tenaga , atau pompa tidak dapat bergerak naik - turun (Pump Jack).

4.2.2.3.Pompa Bocor
Pompa bocor disebabkan oleh :

 Standing dan/atau Traveling valve yang bocor


 Pump Barrel yang rusak
 Plunger yang tidak dapat menghisap fluida
 Effisiensi pompa yang menurun
Untuk peralatan – peralatan yang mengalami problem mekanis, peralatan tersebut
harus diganti dengan peralatan yang baru.

4.3. OPERASI WO/WS


PT Pertamina Hulu Energi Kampar memiliki Rig IDECO 1 yang digunakan
untuk operasi WO/WS. Dengan adanya rig ini menghemat biaya dan
mempermudah operasi WO/WS, tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama
apabila melakukan pemesanan terlebih dahulu yang dapat menghambat kelancaran
operasi yang sedang atau akan dilaksanakan. Well service yang biasanya dilakukan
yaitu mengganti jenis pompa, memperbaiki pompa dan mengganti sumur produksi
menjadi sumur injeksi. Untuk melakukan kerja tersebut dibutuhkan rig.
4.3.1. Acidizing
Acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur untuk
menanggulangi atau mengurangi kerusakan formasi dalam upaya peningkatan laju
produksi dengan melarutkan sebagian batuan, dengan demikian akan memperbesar
saluran yang tersedia atau bahkan membuka saluran baru sebagai akibat adanya
pelarutan atau reaksi antara acid dengan batuan.

4.3.2. Hydraulic Fracturing


Proses ini melibatkan injeksi "larutan peretak" bertekanan tinggi dan
umumnya menggunakan air yang mengandung pasir ke dalam sumur untuk
membuat patahan/retakan di formasi batuan dalam yang akan membuat minyak

31
atau gas dapat mengalir lebih bebas melalui retakan tersebut atau membuat
permeabilitas formasi lebih besar.

4.3.3. Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL)


Kerja Ulang Pindah Lapisan adalah suatu metode pindah lapisan dengan
membuka lapisan baru yang produktif dengan tujuan untuk mengoptimalisai
produksi hidrokarbon suatu formasi. Untuk menentukan lapisan mana yang
mengandung hidrokarbon maka diperlukan evaluasi formasi dengan cara re-
interpretasi log baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
4.3.4. Mengganti Jenis Pompa
Mengganti jenis pompa bertujuan untuk memaksimalkan produksi minyak
dari sumur tersebut. Jika sumur memiliki rate yang besar biasanya menggunakan
ESP, sedangkan apabila rate-nya kecil maka menggunakan SRP. Sumur-sumur tua
khususnya di WK Kampar sering tekanan di dalam reservoirnya berubah-ubah
karena adanya injeksi air. Sumur yang awalnya menggunakan SRP tiba-tiba
memiliki rate yang besar sehingga diganti dengan ESP. Untuk mengganti sumur
SRP menjadi sumur ESP tentunya rangkaian pompa ESP di bawah permukaan
harus diangkat terlebih dahulu. Untuk mengangkat rangkaian pompa tersebut
digunakan Rig IDECO 1. Setelah rangkaian SRP di permukaan di angkat ke
permukaan baru bisa dipasang ESP.

4.3.5. Memperbaiki Pompa


Pada sumur produksi sering terjadi kerusakan pompa seperti rod putus,
stuck, dan pompa bocor. Problem ini ditandai dengan adanya penurunan produksi
atau bahkan fluida tidak mengalir sama sekali. Biasanya apabila SRP mengalami
penurunan produksi langkah awal yang dilakukan adalah replacement yaitu
menggetarkan rangkaian pompa untuk merontokkan kotoran atau pasir dari pompa.
Apabila cara ini tidak berhasil maka harus dilakukan perbaikan pompa
dipermukaan dengan mengggunakan Rig IDECO 1. PT Pertamina Hulu Energi
Kampar memiliki barrel shop sebagai tempat untuk memperbaiki pompa. Di barrel
shop inilah pompa akan dirakit dan dipasang di sumur produksi.

32
4.3.6. Converse well
Sumur tua memiliki water cut yang tinggi. Apabila sumur tersebut memiliki
water cut 100 % tentunya tidak diproduksikan lagi. Akan tetapi apabila sumur
tersebut memiliki kriteria menjadi sumur injeksi maka sumur tersebut harus diubah
menjadi sumur injeksi. Untuk merubah menjadi sumur injeksi maka rangkaian
pompa dalam sumur harus dikeluarkan dengan menggunakan rig. Setelah itu sumur
tersebut diinjeksikan air dengan rate tertentu, apabila sumur tersebut bisa
diinjeksikan air dengan rate yang besar maka sumur tersebut bisa menjadi sumur
injeksi. Selain untuk membuang air dari hasil separasi, air yang telah diinjeksikan
bisa mendorong minyak untuk masuk ke sumur produksi sehingga bisa
meningkatkan produksi.

Gambar 4.1. Skema Injeksi Water


Sumber : www.goolge.com

4.4. Rig IDECO 1


Rig milik PT Pertamina Hulu Energi kampar ini berdaya 200 HP dengan
tahun pembuatan pada 1977. Rig ini berjenis truck mounted rig . Rig ini dibuat oleh
pabrikan Ideco yang berasal dari Texas, USA. Rig saat ini masih beroperasi untuk
melakukan kegiatan Work Over maupun Well Service yang dilakukan PT
Pertamina Hulu Energi Kampar. Berdasarkan surat Inspeksi PT Sucofindo
indonesia yang melakukan Inspeksi Rig Ideco pada bulan Juli 2018 kemarin, rig ini

33
layak operasi hingga tahun 2022. Inspeksi Rig harus dilakukan secara rutin untuk
mengecek kelayakan rig tersebut. Permasalahan pada rig milik PHE ini yaitu umur
yang tua dari Rig Ideco.

Gambar 4.2. Rig IDECO 1


Sumber : PHE Kampar

BAB V
WELL ANALYZER

Tujuan utama dari Well Analyzer adalah untuk membantu operator


menganalisa kinerja (performance sumur) menggunakan semua data yang dianggap
perlu. Sasaran ini dapat terpenuhi dengan menggunakan kombinasi perangkat keras

34
dan perangkat lunak yang secara khusus digunakan untuk pengukuran tertentu
dengan system Konfigurasi secara umum dari Well Analyzer System di jelaskan
dengan skematik blok diagram dapat dilihat pada gambar. Aplikasi dan interpretasi
pengukuran yang di buat dengan Well Analyzer dapat membantu menjawab
sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan produksi. Di perusahaan PHE
Kampar Sonolog test yang dilakukan pada sumur minyak menggunakan alat Total
Well Management Echometer (TWM) sebagai Well Analyzer pada sumur di
Pertamina Hulu Energi Kampar.
5.1. Acoustic Test
Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL)
untuk sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih
berproduksi. Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang
berasal dari gas N2. Getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi
untuk menggambarkan pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati
tubbing joint, pola grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan
lagi ke permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalam fluid level
dapat dilihat dari jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan
kedalaman.

Peralatan Sonolog Test terdiri dari :


1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan pada
kepala sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran dari
dalam sumur.

35
Gambar 5.1 Total Well Management Echometer

Prinsip Kerja alat ini yaitu Gas Gun dipicu untuk menimbulkan bunyi yang
kemudian merambat di annulus dan dipantulkan oleh permukaan cairan. Pantulan
(selama proses berlangsung bunyi direkam secara terus menerus) akan diterima
oleh mikrofon dan komputer akan menghitung waktu yang dipergunakan bunyi
untuk merambat dari permukaan, dipantulkan oleh permukaan cairan sampai
kembali ke permukaan.

Gambar 5.2 Prinsip Kerja Alat


Sumber : www.google.com

Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang.
Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk
menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan
ukuran kemampuan siatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi
fluid level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.

36
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan
untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Fluid level terdiri atas Static Fluid Level dan Working
Fluid Level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika
WFL sumur tersebut sekitar 300 – 400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah support
disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat menghisap fluida dari
dalam sumur dengan efisiensi yang optimal dan tidak merusaknya. Ukuran fluid
level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu diganti atau tidak. Suatu
sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa pompa yang ada
perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju alirannya. Sedangkan
untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size up.
5.2. Dynagraph Test
Dynagraph Test adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui kinerja pompa
angguk (Sucker Rod Pump) dengan peralatan yang disebut dynamometer.
Dynamometer adalah alat untuk mengukur besaran beban. Beban ini dilapangan
biasanya disebut dengan Polished Rod Load. Beban ini diukur dalam kondisi di
namik dan statik. Beban dinamik diukur ketika pompa angguk dalam keadaan
beroperasi. Beban dinamik direkam kontinu sebagai fungsi dari posisi translasi
“rod”. Satu siklus beban dinamik ini disebut dengan “Dyno Card”. Beban dinamik
yang diukur yaitu Travelling Valve load dan Standing Valve Load. Travelling Valve
load diukur pada kedudukan dimana Travelling Valve dalam keadaan tertutup.
Secara teori keadaan ini adalah pada posisi awal dari langkah angkat fluida
(upstroke). Sedangkan Standing Valve Load diukur pada kedudukan dimana
Standing Valve dalam keadaan tertutup. Posisi ini yaitu ketika awal dari langkah
downstroke dimulai.

37
Gambar 5.3 Dynag: raph Card
Sumber

Gambar 5.4 Dynagraph Tool

38
BAB VI
KESIMPULAN

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan anak perusahaan PT


Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor hulu migas. Wilayah Kerja (WK)
Kampar ditetapkan menjadi bagian PT Pertamina Hulu Energi melalui proses alih
kelola kembali WK Kampar dari PT Medco E&P Indonesia sejak November 2015.
Sumur yang ada di WK Kampar merupakan sumur tua dengan water cut tinggi.
Pada WK Kampar ini terdapat sekitar 106 sumur produksi dari 11 lapangan dengan
produksi sekitar 1200 bopd. Di WK Kampar juga terdapat sumur gas yang hanya
digunakan sebagai bahan bakar mesin.

Sebagian besar sumur di WK Kampar diproduksikan dengan menggunakan


SRP dan ada yang menggunakan ESP, ada juga sumur yang diproduksikan dengan
metode natural flow. Penggunaan pompa sering mengalami kerusakan sehingga
harus sering dilakukan WO/WS. problem yang biasanya terjadi seperti pompa
bocor, rod putus, tubing leak dan lain-lain. PHE Kampar memiliki Rig IDECO 1
sehingga lebih mudah dalam melakukan WO/WS apabila terjadi problem pada
suatu sumur. Selain itu dengan adanya rig ini juga lebih menghemat biaya karena
tidak perlu menyewa,.

Minyak dari sumur sebagian besar ditransportasikan dengan menggunakan


line menuju ke stasiun. Problem yang sering terjadi yaitu pipa bocor, ini karena
umur pipa yang sudah tua dan telah terkorosi. Sebagian minyak dari beberapa
sumur masuk ke onsite tank kemudian di-trucking menuju stasiun.

Di stasiun pengumpul minyak, gas dan air akan dipisahkan dengan


menggunakan gun barrel, FWKO, gas scrubber dan collecting pit. Untuk
mempermudah pemisahannya fluida akan diberikan demulsifier. Setelah
dipisahkan dengan air, minyak akan jual di Terminal Buatan

39
BAB VIII
REKOMENDASI

1. Perbaikan alat dilakukan lebih cepat agar proses produksi lebih optimal.
Karena apabila alat tidak dapat bekerja maksimal makan fungsi dari alat
akan menurun.
2. Penambahan penggunaan Skimmer Tank disetiap stasiun, agar setiap air
yang diinjeksikan terbebas dari minyak.
3. Pencarian kannidat sumur gas untuk lapangan parum. Bertujuan untuk
efisiensi penggunaan gas untuk engine.
4. Mempertimbangkan segala aspek pemipaan (flow line, trunk line) yang
menuju ke stasiun penumpul.

DAFTAR PUSTAKA

40
1. McCain, William D, Jr (1990): The Properties of Petroleum Fluids, Second
Edition, PennWell Books,PennWell Publishing Co., Tulsa, Oklahoma
2. Puji Santoso, Anas , “Diktat Kuliah Teknik Produksi I “ , Program Studi
Teknik Perminyakan, UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Database team POFD PHE KAMPAR
4. Dokumentasi Lapangan PHE Kampar

41

Anda mungkin juga menyukai