Anda di halaman 1dari 60

SYAMSUDDIN

Historiografi
HMI Cabang Pekalongan

SEJARAH BERDIRI DAN KIPRAHNYA


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( H. M. I. )
DITAHUN 60-AN DI PEKALONGAN
DAN SEKITARNYA

“Diragukan ke-HMI-annya
jika belum pernah
masuk penjara”
--Syamsuddin--

Pengantar : Moh. Khusnul Kowim


(Ketua Umum HMI Cabang Pekalongan)
Masjid Agung Al-Jami'

di teras masjid inilah ide


dan gagasan lahir untuk
membentuk organisasi
mahasiswa Islam yang
digagas oleh Kanda
Syamsuddin, dkk.
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Perjuangan kalangan Cindekiawan

Ide dan gagasan untuk membentuk wadah organisasi


mahasiswa yang memperjuangkan Negara dan Agama
dirasakan tidak hanya wilayah tertentu, atau di titik intim
pemerintahan saja. Kemerdekaan yang diproklamirkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan akhir dari perjuangan
bangsa Indonesia. Kolonial tidak membiarkan Indonesia
merdeka begitu saja menikmati Kemerdekaannnya.
Penjajah Belanda kembali mengobok-obok Kemerdekaan
dengan beberapa kali melakukan serangan-serangan
kepada Rakyat Indonesia.
Namun kekuatan yang lebih berbahaya adalah
serangan ideologi komunis yang dimotori oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang semakin membahayakan
Umat Islam. Selain gerakan ideologis PKI juga ingin
merebut kekuasaan dengan lobi dan aksinya yang luar
biasa. Ranah akademis juga tak luput diserang oleh PKI,
mahasiswa terjerumus dalam budaya hedonis yang sangat
jauh dari agama.
Melihat kenyataan yang sangat kontras dalam hal
keyakinan & moral sosok Lafran Pane muncul ke permukaan
menggalang kesatuan untuk membentuk organisasi
mahasiswa Islam pertama. Di Yogyakarta terbentuklah

i
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Himpunan mahasiswa Islam (HMI) dengan tujuannya


pertama Mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama
Islam. Dengan tujuan mulya ini banyak mahasiswa yang
bersimpati bergabung serta ikut berjuang bersama HMI.
Hingga dalam waktu yang singkat HMI sudah memiliki
anggota di berbagai daerah.
Berkembangnya anggota dan Cabang di berbagai
daerah ini di latar belakangi oleh rasa senasib dan
seperjuangan untuk mempertahankan Negara dan Agama.
PKI yang tersebar luas semakin meresahkan rakyat dan
umat. Ancaman PKI terhadap Bangsa dan Negara semakin
tinggi ketika PKI melakukan sejumlah pemberontakan,
salah satunya di Madiun. Lewat CGMI yang tak lain adalah
underbow PKI melancarkan pengaruhnya ke dalam organ-
organ mahasiswa. Mahasiswa banyak yang terpengaruh
bergabung dengan CGMI.
Demikianlah secuil tentang latar belakang berdirinya
HMI. Selanjutnya sejarah HMI dari tahun ke tahun di bagi
menjadi beberapa fase oleh Kanda Prof. Dr. H. Agus Salim
Sitompul , Sejarawan HMI dalam buku-bukunya. Fase
Konsolidasi Spiritual (1946-1947), Sudah diterangkan
diatas. Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November
1947), Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-

ii
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

reaksi terhadap kelahiran HMI barulah berakhir. Masa


sembilan bulan itu dipergunakan untuk menjawab berbagai
reaksi dan tantangan yang datang silih berganti, yang
kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI
sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.
Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1949), Seiring
dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal berdirinya,
maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan,
HMI terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi
yang dilakukan oleh Belanda, membantu Pemerintah, baik
langsung memegang senjata bedil dan bambu runcing,
sebagai staff, penerangan, penghubung. Fase
Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963), Selama
para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang
pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu
pula pembinaan organisasi terabaikan. Namun hal itu
dilakukan secara sadar, karena itu semua untuk merealisir
tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni tugas
Agama dan tugas Bangsa.
Fase Tantangan (1964 - 1965), Dendam sejarah PKI
kepada HMI merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi
HMI. Setelah agitasi-agitasinya berhasil membubarkan
Masyumi dan GPII, PKI menganggap HMI adalah kekuatan
ketiga ummat Islam. Begitu bersemangatnya PKI dan
simpatisannya dalam membubarkan HMI, terlihat dalam

iv
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

segala aksi-aksinya, Mulai dari hasutan, fitnah, propaganda


hingga aksi-aksi riil berupa penculikan, dsb. Fase
Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 - 1968),
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori
tegaknya Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang
sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak
antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari'e Muhammad
memprakarsai Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober
1965.
Dimana posisi Pekalongan dalam ikut andil dalam
Sejarah HMI di nusantara ?
Kanda Syamsudin dalam buku ini mencoba berbagi
semangat untuk kembali menggelorakan kekaderan di HMI
yang pasca reformasi ini dirasa mengalami degradasi.
Sebagai salah satu sosok pembawa panji Hijau-Hitam di
Kota Pekalongan yang alhamdulillah masih diberi bonus
usia oleh Allah SWT, Bang Syam biasa akrab dipanggil
senantiasa mengobarkan semangat berbagi dengan para
kader HMI Cabang Pekalongan.
Buku ini merupakan karya yang sangat berharga bagi
kader HMI di lingkungan Cabang Pekalongan karena ditulis
oleh pelaku yang terlibat langsung dalam peristiwa pada
saat itu. Dengan sangat detail dan mengalir Bang Syam
mendeskripsikan setiap jengkal peristiwa yang masih lekat
dan mampu dibuka dalam memory yang terlau sulit untuk

v
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

dipaksa menggambarkan secara visual. Hasilnya seperti


yang telah ada di tangan para pembaca saat ini.
Subhanallah !
Sebagai bagian dari masyarakat yang terlalu larut
dalam dunia pragmatis sosok dan semangatnya masih terus
kita harapkan untuk senantiasa menjadi obat dikala galau
dan lupa pada sejarah yang berdarah-darah. Sehingga kita
malu jika kemudian generasi penerusnya hanya berpangku
tangan dan terlalu larut dalam keterbatasan yang tidak
beralasan.
Saya pribadi sepakat bahwa buku sejarah pertama ini
banyak kekurangan. Salah satu jalan untuk
menyempurnakannya adalah kita harus melakukan tugas
sebagai kader HMI yang dicita-citakannya dan
menjadikannya sejarah emas di HMI di kemudian hari !
Yakin Usaha Sampai !
HAS
Pekalongan, 28 Syawal 1433 H
MA I 15 September 2012
S
AN

W
AI
HIMPUN

SLAM

MOH. KHUSNUL KOWIM


Ketua Umum
MI Cabang Pekalongan
N
CA

GA

AN
B

GP ON
EKAL

vi
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

DAFTAR ISI

* Referensi Bapak H. MOCH. CHAERON, BA.

1. Pendahuluan ……………………………………………………… 1

2. Bab I Langkah Awal ……………………………………………… 3

3. Bab II HMI Berkiprah dan Menyusun Taktik/Strategi ………… 6

4. Bab III Perjuangan Mati Hidupnya Organisasi ………………… 11

5. Bab IV HMI Menghimpun Potensi Ummat Islam ……………… 16

6. Bab V Perjuangan Fisik, Taktik dan Strategi ………………….. 20

7. Bab VI Ikut Mempelopori Terbentuknya Kesatuan Aksi …… 25

8. Bab VIII Perjuangan Sebenarnya ………………………………..... 29

9. Bab VIII Merasakan Kemenangan ………………………………..... 37

10. Bab IX Penutup …………………………………………………….......... 46

11. Biodata Penulis …………………………………………………….......... 48

vii
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

SEJARAH BERDIRI DAN KIPRAHNYA


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( H. M. I. )
DITAHUN 60-AN DI PEKALONGAN
DAN SEKITARNYA

PENDAHULUAN
Pada tahun 1962 di Pekalongan atas dasar inisiatif
dari Bapak Bupati Pekalongan yang bernama R. M. OESMAN
berdirilah sebuah Perguruan Tinggi yang diberi nama
SEKOLAH TINGGI EKONOMI PEKALONGAN disingkat STEP.
Karena baru ada satu-satunya perguruan tinggi yang
ada di Kota Pekalongan ini maka animo para tamatan SMA
yang baru tamat dan juga yang sudah lama tamat tapi tidak
melanjutkan pendidikannya. Karena belum adanya
perguruan tinggi di Pekalongan, maka kesempatan ini
mereka pergunakan dan mendaftar untuk mengikuti
pendidikan di perguruan tinggi di Sekolah Tinggi Ekonomi
Pekalongan (STEP) tersebut yang pada waktu itu tidak
kurang dari seratus pendaftar sebagai calon mahasiswa.
Tempat kuliahnya di Pendopo Kabupaten yang
berlokasi di Jalan Nusantara Kota Pekalongan ( Kantor
Bupati Kabupaten Pekalongan yang lama ) dan waktu
kuliahnya pada waktu sore hari, jadi memang sangat
memungkinkan bagi calon mahasiswanya untuk bisa ikut
kuliah dan tetap bekerja baik diinstansi Pemerintah

1
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

maupun yang diswasta.


Penulis pun tidak mau ketinggalan untuk mendaftar
dalam mengikuti perkuliahan tersebut, yang pada waktu
itu penulis berprofesi sebagai Kuasa Usaha dari perusahaan
pamannya dibidang perdagangan batik dan palekat.
Beberapa minggu setelah perkuliahan, diadakanlah
pertemuan mahasiswa untuk membentuk SENAT
mahasiswa, dimana sebelum pertemuan itu diadakan oleh
beberapa teman-teman yang rajin mendirikan shalat
maghrib dimasjid Agung Al-Jami' yang sudah kenal antara
satu dengan yang lainnya sebagai alumni Pelajar Islam
Indonesia (PII) secara tidak langsung bertemu diteras
masjid dan membicarakan taktik dan strategi dalam
pemilihan anggota senat tersebut.
Dan Alhamdulillah dapat memilih pada posisi yang
baik antara lain sebagai ketuanya adalah M. Turmudhi,
Sekretarisnya Abdullah Nurhidayat, Bendaharanya adalah
Syamsuddin (penulis) dan beberapa posisi yang lainnya diisi
oleh para alumni PII.

2
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB I
LANGKAH AWAL

Selama dua tahun perkuliahan tetap berjalan dengan


normal sebagaimana umumnya Perguruan Tinggi yang lain
ditempat yang berbeda.
Akan tetapi pada waktu akhir tahun 1963 dan
memasuki tahun 1964 sangat terasa adanya dominasi
kekuatan politik yang ingin menguasai mahasiswa untuk
menyalurkan aspirasi politiknya baik secara nasional
maupun lokal dan termasuk yang ada di Pekalongan tidak
terlepas akan tekanan tersebut.
Pada era itu kekuatan para alumni PII sangat dominan
di senat mahasiswa jadi tetap kami sepakat untuk tidak
mendirikan organisasi ekstra universiter yang beraliran
Islam, akan tetapi oleh orang-orang yang beraliran komunis
dan nasional sudah mendirikan organisasinya yaitu untuk
mahasiswa komunis bernama CGMNI dan yang beraliran
nasional bernama GMNI.
Dengan kekuatan organisasi mereka, kami sering
mengalami keterpojokan dalam mengambil keputusan,
akan tetapi berbekal kader dari PII kami dengan
semampunya dapat menetralisasikan hal semacam itu
dengan mudah.
Walaupun kami dapat menghalangi keinginan mereka

3
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

dengan kekuatan di senat mahasiswa kami pun akhirnya


juga berpikir agar tidak selalu terdesak maka kami pun
mengadakan pertemuan informal diluar kampus untuk
menyusun taktik dan strategi, dan hasilnya kami pun
mengambil keputusan untuk mendirikan organisasi ekstra
universiter yaitu HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI).
Keputusan ini kami tindak lanjuti dengan membentuk
Panitia Persiapan Pembentukan HMI yang diketuai oleh
SIBIK PRMUDJITO dan dibantu beberapa teman, yang
berjalan tidak lebih dari tiga bulan maka oleh Sibik
Pramudjito mengadakan konferensi Cabang Pertama yang
bertempat di SD Muhammadiyah di dekat rumah kediaman
Bapak Mr. Muh. Room disudut jalan Dr. Cipto dengan jalan
Dr. Wahidin Pekalongan.
Dalam konfercab tersebut penulis memang sengaja
untuk tidak datang mengikutinya dengan harapan agar Sdr.
Sibik Pramudjit0 lah yang meneruskan kepemimpinan HMI
Cabang Pekalongan dan penulis dengan kedudukan di senat
mahasiswa cukup untuk mendominasinya. Akan tetapi
ternyata tidak demikian yang terjadi, peserta konfercab
menghendaki agar penulis yang tampil untuk memimpin
HMI Cabang Pekalongan dan mengutus seseorang peserta
untuk menemui penulis, penulis pada saat itu sempat
mengatakan sebaiknya jangan saya dengan perhitungan di
senat dapat kita pertahankan posisi yang menentukan.

4
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Walaupun demikian alasan penulis, mereka tetap


menghendaki agar penulis mengikuti konfercab tersebut.
Maka penulis pun datang dan ternyata acaranya tinggal
pemilihan Ketua Umum dan begitu penulis datang dengan
aklamasi semua peserta menghendaki penulis sebagai Keua
Umum HMI Cabang Pekalongan. Dan penulis pun dengan
sangat terharu menerima aspirasi anggota HMI itu dan
bersedia untuk menduduki jabatan Ketua Umum HMI
Persiapan Cabang Pekalongan.
Dan pertama yang memberikan selamat diluar
peserta adalah Ketua PII Cabang Pekalongan pada waktu itu
adalah M. ZAKY ARSLAN DJUNAID dan mengatakan bahwa
HMI dibawah kepemimpinan penulis yang diakui apakah PII
Bunga atau PII Menteng, penulis pun dengan cepat
mengatakan bahwa HMI Cabang Pekalongan mengakui PII
Menteng. Pada waktu itu PB. HMI mengakaui PII Jalan
Bunga, hanya penulis berpendirian bahwa pada era itu
kalau pelajar Islam yaa PII dan kalau anggota PII menjadi
mahasiswa yaa HMI. Sedangkan PII Cabang Pekalongan
penulis tahu betul adalah PII Menteng.

5
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB II
HMI BERKIPRAH DAN MENYUSUN TAKTIK / STRATEGI

Dalam waktu seminggu penulis sudah menyusun


kepengurusan HMI yang masih penulis ingat Sekretarisnya
adalah FARUK HASAN. Dan tidak begitu lama kemudian
penulis mengutus teman pengurus untuk menemui Mas
Chaeron, B.A. yang waktu itu beliau adalah pegawai di
Kantor Gubernuran di Semarang selaku Badko HMI Jawa
Tengah Bagaian Utara, akan tetapi beliau tidak ada di
tempat jadi tidak bertemu dan oleh teman yang kami utus
berinisiatif meneruskan misinya ke Yogyakarta untuk bisa
menemui Mas Yusuf Syakir selaku Ketua Badko HMI Jawa
Tengah dan berhasil bertemu dan oleh Mas Yusuf Syakir
mengatakan silahkan bergerak sebagai HMI Cabang
Pekalongan penuh dengan jaminan beliau. Utusan pun
kembali dan kami segera mempersiapkan segala
sesuatunya sebagai cabang penuh sambil menunggu surat
keputusan pengesahan cabang.
Memang beberapa bulan berjalan diawal tahun 1964
sampai pertengahan tahun berjalan seperti biasa
sebagaimana jalannya suatu organisasi, akan tetapi pada
waktu memasuki bulan-bulan selanjutnya kami sudah
merasakan adanya tekanan dan teror yang begitu santer
baik didalam maupun di luar kampus.

6
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Perlu kami sampaikan juga pada tahun ini 1964 juga


telah dibuka satu fakultas lagi yaitu fakultas HUKUM, maka
otomatis akan ada Dewan Mahasiswa dan senat di fakultas
Hukum tersebut.
Didewan Mahasiswa pun kami dapat mendominasi dan
juga disenat fakultas hukum nya, Alhamdulillah kami
semuanya dapat menguasainya. Hal ini memang anggota
HMI di dua fakulats adalah mayoritas.
Selain itu Perguruan Tinggi di lain sempat juga
bermunculan yang antara lain fakultas ekonomi oleh
Perserikatan Muhammadiyah dan fakultas hukum oleh
perguruan tinggi Untag.
Di dua tempat ini pun anggota HMI Cabang
Pekalongan khususnya di fakultas ekonomi Muhammadiyah
dapat dikatakan 100 % adalah anggota HMI dan di fakultas
hukum Untag lumayan juga walaupun yang dominan disana
adalah GMNI.
Karena situasi pada pertengahan dan akhir tahun
1964 yang demikian mencekam maka kami ambil suatu
keputusan bahwa setiap penerimaan anggota baru selalu
kami membaiat para anggota baru setelah melalui TC
(Traning Centre). Hal ini kami melihat perkembangan
situasi dan kondisi perpolitikan di Indonesia yang sangat
didominasi oleh kaum komunis (PKI) yang selalu
mengadakan show aforce baik dalam menggalang massa

7
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

dan mengadakan pawai keliling kota dan ber yel-yel yang


sangat menyakitkan hati ini yang terang-terangan yang
tidak kalah gencarnya adalah teror secara diam-diam baik
melalui surat ke instansi pemerintah maupun dengan
telepon, tapi tidak mau memberikan identitasnya.
Memang kaum komunis/PKI bermotto tempuh segala
cara tidak ada istilah haram atau halal semua harus
ditempuh untuk mencapai tujuan yaitu mengkomuniskan
Indonesia.
Untuk memantapkan taktik strategi menghadapi
kaum kmomunis/PKI dilingkungan kampus maka kami
mengambil kebijakan untuk membentuk organisasi selain
HMI antara lain PMII yang diwakili oleh kader HMI ialah ALI
CASMAT, IMM diwakili oleh kadera HMI ialah ABDULLAH
SUGIARSO dan SEMMI diwakili oleh kader HMI
Dan ada satu moment yang tak bisa penulis lupakan
yaitu HMI Cabang Pekalongan mendapat surat undangan
untuk menghadiri pertemuan membentuk organisasi
SEKBER GOLKAR di mako KODIM 0710 di Pekalongan, dan
penulis pun datang atas nama HMI Cabang Pekalaongan
bersama Sekretaris Cabang Ahmad Abdul Madjid. Hal ini
yang diundang adalah organisasi independen tidak
berafiliasi dengan partai apapun. Dalam uraian dari
Jakarta lupa namanya mengatakan antara lain untuk
menghadapi rongrongan kaum komunis/PKI yang selalu

8
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

mengobrak- abrik perpolitikan di Indonesia.


Dijelaskan dalam pertemuan itu adalah tujuan
utamanya mendirikan organisasi ini untuk membendung
dan menghadapi kiprah kaum komunis yang begitu
mencekam dan menyakitkan hati bagi kaum beragama.
Organisasi ini dipelopori oleh tiga arganisasi yang
kebetulan dibawah pimpinan Jenderal-Jenderal yaitu
MKGR, KOSGORO dan SOKSI.
Karena masalah ini berada diluar kewenangan Cabang
maka dalam pertemuan itu penulis minta waktu selama dua
hari untuk menentukan sikap. Pulang dari pertemuan itu
penulis dan sekretaris bertukar pikiran bagaimana langkah
dan sikap kami dalam masalah ini. Dan akhirnya kami
memutuskan untuk menghubungi Mas Chaeron dan Mas
Yusuf Syakir yang waktu itu keduanya adalah BADKO HMI
JAWA TENGAH akan tetapi kebetulan keduanya tidak ada
ditempat, maka besok harinya kami menghubungi PB HMI
yang kebetulan yang menerima telepon kami adalah Sekjen
PB HMI yaitu Mar'ie Muhammad dan beliau menghatakan
kepada penulis, o.k. tanda tangani saja dan sempat penulis
menyampaikan bahwa ini adalah tanggung jawab Mar'ie
dan beliau pun mengatakan yaa saya bertanggung jawab,
pada hari itu pulalah penulis datang ke Kodim untuk
menandatangani surat berdirinya SEKBER GOLKAR di
Pekalongan dan sekitarnya.

9
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Selanjutnya oleh Dan Dim 0710 Pekalongan dalam hal


ini adalah Bapak Let.Kol SOEGIARTO meminta kepada saya
selaku Ketua Umum HMI untuk menempatkan seorang
kadernya sebagai Sekretris Eksekutif dari Sekber Golkar
tersebut.
Atas kebijakan oleh kami, maka kami menempatkan
Sekretaris HMI Cabang Pekalongan sebagai sekretaris
Ekskutif dari Sekber Golkar ialah AHMAD ABDUL MADJID.
Ini berlangsung agak lama kurang lebih selama
setahun jadi Ahmad Abdul Madjid mengalami tekanan yang
luar biasa juga karena di Kodim itu ada lima Seksi, empat
diantaranya dikuasai oleh oknum komunis dibawah
kordiner Kapten Bernadi dan hanya satu yang tidak
dipegang oleh kaum komunis yaitu Kasi V yang dipegang
oleh Kapten Yahya dan orang inilah yang menjadi sumber
informasi baik langsung kepada kami maupun melalui
Ahmad Abdul Majid.
Diantara yang sangat santer pada waktu itu oknum
komunis di Kodim mengeluarkan isu bahwa H. A. DJUNAID
menyimpan uang sekamar dirumahnya di Pesindon, isu ini
langsung penulis menindaklanjuti dengan mendatangi
rumah Bapak H. A. DJUNAID dan ternyata itu adalah isu
yang tidak bertanggung jawab alias bohong semata hanya
untuk menjelekkan nama baik Bapak H. A. DJUNAID yang
kebetulan pada waktu itu beliau adalah Ketua Umum

10
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

G.K.B.I. dan Ketua PPIP.


Perlu penulis jelaskan sedikit bahwa setelah penulis
menjadi Ketua Umum HMI Cabang Pekalongan selama
belum ada kantor yang representif bagi organisasi yang
besar ini maka kami menempatkan kantor sementara di
rumah tempat kami bermukim dan kantor kerja kami di
Jalan Hayam Wuruk No. 1 Telepon 148 Pekalongan.
Kurang lebih berkantor sementara di situ selama
lebih dari setahun maka kami usahakan untuk
mendapatkan Kantor yang sangat Representatif yaitu di
Gedung Yayasan Muslimin Jalan Gajah Mada No. 5
Pekalongan dan ini atas jasa dan restu dari Bapak H.A.
DJUNAID, H. BASYARI ACHMAD, ACHMAD BAKRI, Ustadz
BARAGBAH dan lainnya yang sudah saya lupa namanya,
semoga jasa dan restu beliau-beliau diterima oleh ALLAH
S.W.T . Amien Yaa rabbalalamien.
Dengan adanya Kantor HMI Cabang Pekalongan itu,
maka segala aktivitasnya pindah ke Kantor yang baru dan
setiap hari dan malam di Gedung Yayasan Muslimin itu
selalu penuh dengan aktivitas oleh para aktivis dan kader-
kader ummat Islam. Ini disebabkan karena situasi politik
sangat mencekam terutama gerakan-gerakan kaum
komunis/PKI yang memang telah menguasai organisasi
yang beraviliasi dengannya antara lain SOBSI, BTI,
GERWANI, PEMUDA RAKYAT dan lainnya.

11
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Didepan Gedung Yayasan Muslimin itu adalah Stasiun


Kereta Api yang kaum buruhnya sangat dikuasai oleh SOBSI,
mereka dengan halus maupun terang-terangan
memperlihatkan kekuatan man powernya.
Alhamdulillah kami bisa meliwati tahun (1964) yang kami
anggap sangat mencekam itu, menuju ke tahun
berikutnya yaitu tahun 1965.

12
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB III
PERJUANGAN MATI HIDUPNYA ORGANISASI

Ternyata di tahun ini, tahun 1965 bukannya lebih


tentram bahkan jauh lebih mencekam dari tahun yang lalu,
justru kekuatan kaum komunis/PKI betul-betul
memperlihatkan kekuatan dan kemampuannya
menghimpun man power begitu dahsyatnya, selalu
mengadakan pawai-pawai besar dengan mengerahkan
massanya sebanyak mungkin, mereka mendatangkan
massa dari luar kota dari Batang (waktu itu masih status
Kecamatan Kabupaten Pekalongan), dari Pemalang dan
bahkan dari Tegal dan Brebes, bisa dibayangkan massa
mereka selalu meneriakkan yel-yel yang menyakitkan hati
ummat Islam umumnya dan HMI pada khususnya.
Memang kami sudah menetapkan bahwa lambat atau
cepat kaum komunis/PKI pasti akan memberontak
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Ditahun ini oleh D.N. Aidit ketua umum CC PKI dalam
salah satu pidatonya mengatakan kepada organisasi
pemudanya yaitu Pemuda Rakyat “kalau Pemuda Rakyat
TIDAK BISA MENGHANCURKAN HMI MAKA LEBIH BAIK PAKAI
ROK SAJA”. Hal ini disebabkan DN Aidit sangat marah
kepada PKI Cabang Bogor yang mengadakan pernyataan
bersama dengan HMI, pernyataannya salah lupa

13
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

naskahnya, akan tetapi wajar DN Aidit marah karena PKI


Cabang Bogor itu adalah partai besar sedangkan HMI itu
adalah oprganisasi kecil, begitu pandangan DN Aidit.
Atas dasar itulah maka kaum komunis terhadap HMI
sangat benci dan marah betul, walaupun hanya pidato dari
ketuanya mereka menganggap sebagai perintah / instruksi.
Hal ini tidak hanya dialami oleh HMI yang cabang
besar tetapi juga yang cabang kecil pun merasakan hal ini
termasuk HMI Cabang Pekalongan.
Situasi seperti ini kami Pengurus HMI Cabang
Pekalongan selain selalu mengadakan konsulidasi kedalam
juga kami selalu dan tak henti-hentinya mengadakan
silaturahmi dengan orang-orang, tokoh-tokoh masyarakat
dan orgasnisasi-organisasi Islam di Kota Pekalongan dan
sekitarnya dengan demikian HMI Cabang Pekalongan
dalam waktu yang relatif sangat singkat sudah dapat
membumi walaupun ini adalah organisasi baru di kota
Pekalongan.
Soal silaturahmi yang tak henti-hentinya kami tekuni
itu sangat bermanfaat bagi kelancaran dan kehidupan
program-program HMI dihampir semua sektor kegiatan baik
internal maupun eksternal organisasi. Sebab menurut kami
apa yang kami utarakan diatas bahwa PKI / kaum komunis
lambat atau cepat pasti akan memberontak terhadap
Negara Kesatuan Republik dan bahkan terhadap agama

14
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Islam ini. Untuk antisipasi hal itu jauh-jauh hari mestinya


kita harus menggalang potensi ummat Islam yang sering
berceceran dan mengandalkan potensinya masing-masing,
karena semacam ini memang sudah dibuat dan direncakan
oleh musuh-musuh Islam dan bangsa Indonesia yang pro
terhadap Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 itu.
Dipihak lain yaitu kaum komunis dengan PKI-nya dan
organisasi under bouwnya, mereka tak henti-hentinya pula
mengadakan show force mengerahkan massanya yang
memang begitu besar (harus diakui hal ini) dengan
momentum apa saja mereka gunakan untuk
memperlihatkan kemampuannya. Selain mengerahkan
massa yang begitu besar juga hal-hal yang sangat
menyakitkan hati ummat Islam dengan yel yel nya diwaktu
itu sangat gencar adalah lagu genjer-genjer, saya tidak
tahu dan tidak paham apa artinya genjer-genjer itu yang
jelas baik kata-katanya mapun tingkah lakunya sangat
menyakitkan dan mereka ingin kita terpancing untuk
melawannya. Syukur kami betul-betul bisa menahan diri
akan tetapi dengan perhitungan yaa hari ini kamu Insya
Allah besok kami.
Pada situasi seperti itu kami dan Dewan Mahasiswa
dan Senatnya memutuskan diadakannya latihan milier, hal
ini adalah atas usul dari HMI. (secara pribadi hanya ada
tiga orang yaitu M. TURMUDHI, ROVIUDDIN dan

15
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

SYAMSUDDIN yang mengetahui “rahasia” ini, ialah dengan


latihan militer ini kami akan menginstruksikan semua
anggota HMI wajib mengikuti latihan militer itu, rahasianya
adalah hari ini kami dilatih oleh oknum komunis akan tetapi
besok kami akan berhadapan dan menyatakan perang
dengan mereka alias senjata makan tuan.
Adapun “alasan” mengadakan latihan militer itu
adalah untuk menghadapi nekolim Malaysia dan ternyata
hal ini sangat disenangi oleh Kapten Bernadi. Secara
kebetulan yang diutus oleh mahasiswa adalah penulis
sendiri dan langsung ke Kodim dan ditemui oleh Kapten
Bernadi dan Kapten M. Yahya, walaupun sesudah
pertemuan itu saya dan Kapten M. Yahya secara pribadi
mendatangi rumahnya di jalan Surabaya itu dan
menyampaikan missi kami dalam hal ini. Dan beliau pun
sangat memperhatikan dan mengatakan bahwa sebelum
kamu sampaikan itu saya sudah mengerti apa yang kalian
inginkan itu karena saya juga adalah aktifis Hisbullah.
Dengan akrabnya kami dengan Kapten M. Yahya
selaku kasi V di Kodim 0710 Pekalongan kami dan seluruh
jajaran HMI tambah bersemangat baik dalam latihan
militer maupun dalam menyusun taktik dan strategi
menghadapi mereka kaum komunis/PKI yang tambah hari
tambah beringas. Informasi dari Kapten M. Yahya tentang
kiprah dan gerakan kapten Bernadi tidak akan lepas dari

16
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

pantauan Kapten M. Yahya dan meneruskan kepada kami.


Masaalah Sekretaris Eksekutif nya Sekber Golkar Sdr.
Ahmad Abdul Madjid yang berkantor di Kodim tidak henti-
hentinya mendapat teror dan sindiran yang menyakitkan
hati ini disampaikan pada penulis dan penulis menyatakan
harap bersabar dan tetap menjalankan tugas hanya
penulis pesan agar tetap waspada dan segala gerakan
mereka supaya sampaikan kepada penulis.
Memang diantara pidato-pidato dari ketua umum PKI
D N Aidit selalu dikatakan bahwa revolusi dalam keadaan
mengandung dan hampir melahirkan untuk itu kepada
semua “ kaum revolusioner untuk bersiap siap menerima
bayi yang akan hadir. Ini pun tidak terlepas dari analisa
kami dan tetap menyakinkan bahwa yang dikatakan
mengandung dan hampir melahirkan adalah
pemberontakannya terhadap Agama, Bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ini.
Semua pidato-pidato ketuanya kaum komunis/PKI
merupakan perintah dan instruksi bagi jajarannya dibawah
sampai kepada anggotanya untuk dapat menyesuaikan
keadaan setempat terutama menghimpun massa yang
sedikit bersimpati kepada kaum komunis/PKI itu.
HMI Cabang Pekalongan dibawah kepemimpinan
penulis betul-betul prihatin karena anggota HMI wannya
tidak sebanyak yang diharapkan yang berdomisili di Kota

17
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Pekalongan banyak yang dari luar kota, justru COHATI nya


yang banyak. Memang situasi demikian perlu analisa yang
mendalam untuk menghimpun massa kaum Muslimin dan
Muslimat. Maka penulis mengambil langkah yaitu :
Silaturahmi dengan para pemuka, ulama, kiyai, tokoh-
tokoh, pimpinan organisasi terutama PELAJAR ISLAM
INDONESIA yang memang mempunyai massa yang luar
biasa. Hubungan erat ini kami bina terus-menerus baik
secara organisatori maupun secara pribadi. Langkah ini
betul-betul berhasil, dalam membawa missi dan visi Islam
menghadapi kaum komunis/PKI dan seluruh ormasnya.
Dalam menandingi gerakan-gerakan kaum komunis/PKI
ini banyak ormas-ormas Islam mengadakan dan
membentuk group DRAM BAND karena pada waktu itu
kaum komunis/PKI sangat gencar gerakannya dengan
drum band dan seluruh ormasnya mempunyai drum band.
Jadi pada waktu itu setiap ada moment dalam
mengerahkan massa selalu diiringi dengan drum band.

18
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB IV
HMI MENGHIMPUN POTENSI UMAT ISLAM

Perlu penulis utarakan disini bahwa silaturahmi


bukan hanya diadakan di kota Pekalongan diluar kota pun
kami tetap mengadakan silaturahmi terutama di
Kabupaten Pekalongan, saya masih ingat antara lain di
Wonopringgo Bapak H. THAMRIN (seorang tokoh Nahdatul
Ulama) dan di Pekajangan antara lain Bapak IBRAHIM KADIR
dan dosen-dosen kami yang berasal dari Pekajangan yang
umumnya adalah alumni HMI, yang pada waktu itu banyak
menjadi pengurus Muhammadiyah dan pengusaha
pertenunan palekat dan pembatikan.
Begitulah kurang lebihnya kami dalam memimpin HMI
ini dengan antisipasi masa mendatang yang sangat
mencekam ini dari teror kaum komunis/PKI, kami selalu
mengkordiner potensi ummat Islam ini dengan untuk
sementara meninggalkan organisasinya dan menggalang
potensi ummat Islam secara keseluruhan. Sebab ada
ucapan sahabat dan sekaligus menantu Rasulullah ALI BIN
ABI THALIB mengatakan:
“ Kaum MINORITAS bisa mengalahkan kaum
MAYORITAS karena koordinasi yang baik (management)
yang dilaksanakan dengan tertib “
Berdasarkan inilah kami tidak akan berhenti

19
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

silaturahmi ini untuk menggalang potensi ummat Islam di


Pekalongan dan sekitarnya. Oleh karena dengan potensi
yang teratur rapi atau manajemen yang handal Insya Allah
kita akan mendapat hidayah dan inayah dari Allah dalam
bentuk kesatuan persepsi karena memang kita mempunyai
landasan yang sama yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadist, hanya
kita sering tidak mengindahkan hal semacam ini dalam
melangkah, untuk itu kami berusaha sekuat dan semampu
kami untuk itu dan Alhamdulillah kami dapat manfaat yang
luar biasa dalam keadaan yang sangat mencekam dan
dalam keadaan yang sangat sulit kita kaum Muslimin dan
Muslimat dikota Pekalongan dan sekitarnya bisa bersatu
padu menghadapi teror – teror dari kaum komunis/PKI yang
tidak henti-hentinya mengadakan pameran kekuatan
dalam pengerahan massa.
Kesatuan persepsi kaumMUslimin dan Muslimat yang
sangat terkesan bagi penulis adalah dengan adanya kata-
kata dari pimpinan ormas Islam bahwa “BARISAN HMI
HARUS DITEMPATKAN DITENGAH-TENGAH agar kalau ada
yang mau menyerang barisan maka kamilah yang lebih
dahulu menghadapinya” Sungguh suatu situasi yang sangat
menyenangkan dalam arti kata membanggakan bagi HMI.
Selain itu ada juga hal yang sangat terkesan bagi
penulis, dihampir semua pertemuan atau pun rapat HMI,
yang namanya Ustadz ACHMAD YAHYA kalau rapat HMI

20
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

penulis tidak memberitahukan beliau justru penulis dapat


sentilan dari beliau. Dan ada kata-kata dari beliau bahwa
HMI selain inisial HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM juga adalah
HIDUP MATINYA ISLAM. Kesemuanya ini sebenarnya bukan
karena penulis akan tetapi tetap adalah NAMA BESAR HMI
ITU SENDIRI.
Berbicara pada awal tahun 1965 HMI Cabang
Pekalongan memang tidak henti-hentinya ketempatan
untuk mengadakan aktifitas baik lokal maupun nasional.
Sebabnya HMI Cabang Yogyakarta mendapat tekanan yang
luar biasa dari “penguasa” dalam hal ini birokrat yang
hampir di segala lapisan sudah dikuasai oleh kaum
komunis/PKI dalam arti kata sulit untuk tidak atau sudah
kurang berani melawan keinginan dari kamu komunis/PKI.
Tidah sedikit aktifitas Cabang Yogyakarta
ditempatkan di Pekalongan dengan alasan yang direkayasa
sebagai aktifitas HMI Cabang Pekalongan. Dan betul oleh
Pemerintah pusat membekukan segala aktifitas HMI
Cabang Yogyakarta, maka hampir semua rapat dan
pertemuannya di adakan di Pekalongan dan Alhamdulillah
situasi inilah yang menyebabkan penulis pernah
“ditangkap” oleh aparat kepolisian walau hanya setengah
hari karena kiprah kami dan Badko HMI Jawa Tengah dekat
dengan DAN POLWIL dan DAN POLRES Pekalongan (waktu itu
polisi juga menjabat sebagai KOMANDAN bukan KEPALA)

21
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

seperti sekarang.
Jadi penulis lulus dari UJIAN SEBAGAI KADER HMI
sebab pada waktu itu ada istilah bagi aktifis yang belum
pernah ditangkap polisi masih diragukan KEKADERANNYA.
Berkat HMI Cabang Yogyakarta pada waktu itu dibawah
Ketua Umumnya NURBASYA DJUNAID.
Situasi politik tambah mencekam dengan akan
lahirnya “bayi” revolusi oleh kaum komunis/PKI, hampir
setiap hari mereka mengadakan aktifitas yang arahnya
untuk menjelek-jelekkan para ulama, kiyai, dai, dan
bahkan seluruh pemimpin agama dan orang-orang yang
selalu mempertahankan Negara Kesatuan Rebuplik
Indonesia ini dan tidak mereka lupakan para aktifis-aktifis
organisasi Islam.
Walaupun demikian kami kaum Muslimin muslimat
dan seluruh pimpinan organisasi Islam tetap bisa menahan
diri akan tetapi selalu mengadskan konsolidasi antar
organisasi Islam dan selalu mengintesifkan silaturahmi agar
persatuan dan kesatuan ummat tetap terjaga dalam
menghadapi segala kemungkinan yang secara matematis
politik kaum komunis/PKI pasti memberontak dalam waktu
singkat ini.
Untuk menghadapi lahirnya bayi revolusi ala kaum
komunis/PKI tiada hari tanpa adanya gerakan yang
mengerahkan massanya baik dalam bentuk pawai keliling

22
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

kota maupun bentuknya sebagai hiburan masyarakat


dengan panggung dengan nyanyian genjer-genjernya,
selain itu juga selalu mendatang tokoh-tokoh komunis
antara lain pimpinan LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat)
dalam hal ini yang bernama Pramudiya Anantatur yang
kebetulan penulis sempat mengintip jalannya pertemuan
itu penulis masih ingat betul kata-kata Pramudiya
Anantatur bahwa dalam waktu singkat ini akan lahir bayi
revolusi kita dan siapa yang menghalangi supaya minggir
saja dan kalau tidak mau minggir maka seluruh anggota
lekra diperintahkan untuk menyingkirkannya juga
mengatkan nyamuk-nyamuk nekolim harus dibasmi dari
muka bumi Indonesia ini.

23
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB V
PERJUANGAN FISIK, TAKTIK DAN STRATEGI

Singkat cerita pada bulan-bulan Juli, Agustus dan


September ditahun 1965 betul-betul sangat mencekam
situasinya, mereka kaum komunis/PKI sangat beringas,
kebetulan kediaman penulis ada di jalan Hayam wuruk dan
selalu dilewati oleh pawai-pawai mereka dan berhenti di
depan rumah kediaman penulis disitulah mereka
meneriakkan kata-kata kotor yang dilontarkan kepada
kaum Muslimin, dan orang – orang beragama lainnya.
Khusus dibulan Agustus dan September 1965
merupakan era yang bagi mereka kaum komunis/PKI
berusaha untuk mengalihkan perhatian masyarakat ke
daerah di luar Jawa antara lain di Sumatera dengan
peristiwa Betsi, teror di Kalimantan dan di Sulawesi dan hal
ini sangat diintensifkan akan tetapi mereka menyusun
taktik dan strateginya dan mengerahkan massanya ke
Jakarta secara diam-diam.
Walaupun demikian mereka tetap mengadakan
pengerahan massa dan mengadakan pawai-pawai yang
mereka katakan sebagai gerakan anti Nekolim, anti atau
ganyang Malaysia. Dan siapa yang tidak revolusioner akan
diganyang.
Betul pada malam 30 September 1965 mereka

24
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

mengadakan serangan yang sangat memperhatikan bangsa


Indonesia dan masyarakat dunia karena besok harinya, oleh
kader mereka Let. Kol. Untung (Komandan pasukan
Cakrabirawa, sebagai pasukan elit dan pengawal
Intana/Presiden) mengumumkan atau jelasnya
memproklamasikan bahwa mulai hari ini pemerintahan
dipegang oleh Let. Kol. Untung dan semua angkatan yang
pangkatnya diatas Let. Kol. diturunkan menjadi paling
tinggi Let. Kol.
Mereka mengatakan gerakan ini adalah Gerakan 30
September (G 30 S) sebagai gerakan Dewan Revolusi (DR)
dan mengganyang apa yang dikatakan oleh mereka Dewan
Djenderal (DD), pengumuman ini selalu diumumkan dan
tidak ada berita lainnya di Radio Republik Indonesia (RRI)
dan Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Secara kebetulan HMI Cabang Pekalongan pada
tanggal 1 Oktober 1965 itu mengadakan rapat di rumah
INDRAWATI seorang anggota COHATI dijalan Kartini Gg.7.
Saat itu hampir seluruh pengurus datang dan secara
kebetulan pula penulis membawa radio transistor kecil dan
penulis ingat betul pada saat itu kurang lebih jam 19.30
lampu listrik di seluruh kota Pekalongan dipadamkan oleh
oknum komunis yang tergabung dalam SOBSI di PLN. Karena
kami ada radio transistor maka pengumuman Untung kami
pantau dalam pertemuan itu dan rapat oleh Ketua HMI

25
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

dinyatakan diskor tanpa batas waktu dan meminta kepada


seluruh pengurus untuk pulang ke rumah masing-masing
dan jangan sampai lengah menghadapi situasi ini dan oleh
ketua sudah dipastikan gerakan ini adalah oleh
komunis/PKI. Selain itu juga disampaikan agar komunikasi
jangan sampai terputus.
Pulang dari pertemuan itu penulis sempat mampir
dirumah Bapak H. A. Djunaid di Pesindon akan tetapi
kebetulan beliau masih di Jakarta dan penulis teruskan ke
rumah Ustads H. Ahmad Yahya dan terus ke kediaman
Bapak H. Gafar Ismail dan bertemu, beliau pun sudah
memastikan bahwa gerakan Untung itu adalah gerakan
komunis/PKI, beliau sampaikan beberapa saran yang
sangat bermanfaat bagi penulis sekaligus sebagai Ketua
Umum HMI dan karena situasi yang tidak menentu itu
beliau juga mengatakan tetap waspada dan sering-sering
kemari (di kediaman beliau) dan penulis pun siap untuk itu.
Malam itu juga penulis menelepon Bapak Let. Kol.
Sugiarto Dan Dim 0710 dan bertemu beliau, beliau pesan
untuk sementara jangan tidur di rumah tingkatkan
kewaspadaan sebab ini adalah gerakan kamum
komunis/PKI dan kalau bisa penulis diperintahkan untuk
bisa bertemu dirumah Pak Turmudhi jalan Jawa, penulis
siap kesana dan kira-kira jam 01 dini hari kami berempat
bertemu di sana, jadi pada hakekatnya hampir semua

26
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

tokoh-tokoh masyarakat mengetahui bahwa gerakan ini


adalah gerakan kaum komunis/PKI. Dalam pertemuan itu
tidak banyak yang kami ambil sebagai keputusan akan
tetapi selalu meningkatkan kewaspadaan dan sampai pagi
pun kami tetap dirumah Pak Turmudhi.
Ternyata pada waktu itu Kapten Bernadi berusaha
untuk menculik Let. Kol Sugiareto dan mendatangi rumah
kediamannya dan ditemui oleh istri beliau, istri beliau
dibentak oleh Kapten Bernadi dasar seorang Ibu Sugiarto
mulai saat itu Ibu Sugiarto mengidap penyakit jantung
maka setelah itu sering sekali kambuh dan itulah yang
menyebabkan meninggalnya beberapa waktu kemudian,
jenazahnya dimakamkan di pekuburan umum Sapuro dan
penulis pun ikut mengurusi jenazah almarhumah sampai
selesai dalam pemakamannya.
Situasi berkembang dengan sangat mencekam itu
membuat para aktifis organisasi Islam terutama pemuda-
pemudinya, mahasiswanya, pelajarnya dan seluruh
masyarakat. Sebab kita tentu bertanya-tanya siapa
sebenarnya lawan dan teman secara pribadi yang jelas
musuh kita adalah kaum komunis/PKI yang ingin merombak
negara ini menjadi negara komunis dan kaum agama akan
disirnakan dari muka bumi Indonesia.
Penulis mulai awal peristiwa G 30 S/PKI memang
sudah tidak atau jarang sekali tidur di rumah dan ada hal

27
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

yang selalu penulis ingat juga adalah adanya EMPAT


SERANGKAI kesemuanya adalah pengurus HMI yaitu :
penulis sendiri, Mahmudy Zaeni, Rochmat Nahrawi dan
Abdul Gani, keempatnya selalu mengikuti setiap langkah
yang kami ambil baik pertemuan dengan pihak eksternal
apalagi pertemuan internal HMI Cabang Pekalongan. Tentu
ada yang bertanya mengapa harus selalu berempat ini,
yang pertama dan utama sebagai pengurus untuk bisa
penulis ajak untuk mengambil keputusan sudah ada yang
bertukar pikiran dan selanjutnya segala kebijakan yang
terpaksa penulis ambil maka ketiganya kami tugaskan
untuk segera menginfomasikan kepada pengurus lainnya
karena pada waktu itu untuk menghubungi rekan yang lain
masih sangat sulit ada telepon di rumah tapi yang akan
kami ajak berbicara belum ada teleponnya. Jadi dengan
adanya rekan tiga ini kami bisa dengan segera
menyebarkan informasi, yang pada waktu itu kalau kita
terlambat mengambil keputusan yang tepat, tegas,
terperinci justru kita akan ketinggalan dan sangat
berbahaya terhadap misi kita, yaitu menghancurkan
kekuatan komunis/PKI, khususnya di Kota Pekalongan ini.
Ada tindakan yang sangat NEKAD yang kami
berempat mengambil keputusan yaitu: MENULIS DENGAN
CAT DI TENGAH JALAN TEPATNYA DI JALAN HAYAM WURUK
tulisannya : BUBARKAN PKI ini kami lakukan dengan alasan

28
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

agar masyarakat jangan sampai ragu untuk menghancurkan


komunis/PKI ini kami lakukan pada sekitar jam 02.00 dini
hari dan membagi diri satu orang menjaga di sebelah barat
dan seorang lagi di sebelah timur dan dua orang menulisnya
(yang menulis adalah Rokhmat Nahrawi dan dibantu oleh
Abdul Gani), karena pada waktu itu patroli dari KODIM aktif
sekali. Betul setelah pagi hari kami datang ke lokasi orang
sudah berkerumun ada yang mengatakan sungguh berani
betul yang menulis ini. Kami pun diam hanya sedikit kami
komentari memang harusnya komunis/PKI itu tidak hidup
di Indonesia ini, karena mereka adalah atheis (tidak
mengenal ada Tuhan). Ini kami lakukan kalau tidak salah
ingat pada bulan Desember 1965.

29
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB VI
IKUT MEMPELOPORI TERBENTUKNYA KESATUAN AKSI

Dan pada bulan-bulan Desember melangkah ke bulan


Januari 1966 memang sudah terbentuk suatu organisasi
Kesatuan Aksi-kesatuan aksi dan di Pekalongan pun juga
kami bentuk pula KESATUAN AKSI MAHASISWA INDONESIA
(KAMI) konsulat Pekalongan dan pimpinannya secara
Presidium dan penulis sebagai salah seorang presidumnya
bersama dengan Ali Tjasmat.
Pada waktu itu pula HMI merobah strukturnya dari
presidensial menjadi KOMANDO seperti persis dengan
strukturnya KODIM: Komandan, Kepada Staf dan Kasi-kasi.
Di Pekalongan pada waktu itu karena penulis sudah di KAMI
maka pengurus HMI setuju menunjuk Sdr. NGUMAR sebagai
komandan HMI, akan tetapi Ngumar hanya sanggup
melaksanakan tugasnya sekitar dua bulan dan
menyerahkan kepada penulis. Jadi penulis rangkap jabatan
sebagai Komandan HMI dan Ketua presidium KAMI. Hanya
pada waktu itu penulis sempat berpikir kok jadi jabatan
rangkap, maka ingin agar ada seorang dari pengurus HMI
yang mau menerima jabatan sebagai Komandan HMI, tapi
tidak ada yang mau, akhirnya penulis melihat situasi yang
tambah mencekam penulis tidak berlarut-larut masalah itu
tah antara Ketua presidium KAMI dan Komandan HMI

30
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

sejurus dan searah perjuangannya jadi penulis pun


menerimanya, walaupun sangat berat tapi demi ummat
tidak apalah.
Dengan terbentuknya kesatuan – kesatuan aksi baik
dari pelajar, pemuda, sarjana sampai kepada abang becak.
Maka setiap gerakan demonstrasi agak mudah
mengerahkan massa terutama KESATUAN AKSI PELAJAR
PEMUDA INDONESIA (KAPPI) ini dipimpin Ketuanya Sdr.
CHUROZY MULYO seorang aktifis PII dan mantan ketua
umum PII Cabang Pekalongan.
Melalui organisasi inilah kami unsur pemuda,
mahasiswa dan masyarakat muslim di Pekalongan sering
sekali mengadakan demonstrasi besar-besaran yang
intinya menghendaki agar PKI dan seluruh ormasnya
dibubarkan termasuk kabinet 100 menteri supaya mundur
karena kabinet ini betul-betul hanya memenuhi keinginan
PKI. Dengan memasukkan orang-orangnya minimal
simpatisannya, bahkan ada seorang yang kerja sehari-
harinya mengkoordinir tukang copet di Jakarta masuk
menjadi menteri namanya kalau tidak salah ingat Syafii,
maksud PKI memasukkan agar dapat mengkoordinir anak
buahnya menghadapi demonstran yang dilakukan oleh
KAPPI dan KAMI di seluruh kota-kota besar di seluruh
Indonesia dan yang terbesar adalah di Jakarta.
Karena situasi yang begitu refresif dan sangat tidak

31
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

kondunsif khususnya di Pekalongan dan sekitarnya, maka


apa yang telah dilakukan oleh penulis yaitu silaturahmi
sesama muslim dan masyarakat yang pro pada gerakan
KAMI dan KAPPI juga telah menekuni audensi dengan
aparat keamanan khususnya Kepolisian.
Ada suatu peristiwa secara kebetulan penulis
menghadap DAN POLWIL Bapak AKBP TUNGGUL untuk
mendiskusikan situasi dan kondisi yang tak menentu itu,
belum lama kemudian datanglah ajudannya mengatakan
bahwa Kapten Bernadi akan menghadap beliau dan penulis
melihat Pak Tunggul mempersiapkan senjatanya yang
selalu siap di pinggangnya karena situasi yang tidak
menentu ini dan penulis pun siap-siap, karena penulis pun
juga punya pistol dari Kejaksaan Negeri Pekalongan karena
penulis diangkat menjadi seorang intel Kejaksaan yang
pada waktu itu Kepala Kejaksaan adalah Bapak MANAIKE,
SH. Hal ini oleh beliau menganggap bahwa jiwa penulis
terancam berdasarkan surat-surat dan omongan para
aktifis kaum komunis/PKI yang sering menghasut
Kejaksaan akan tetapi tidak mempan. Kembali mengenai
kedatangan Kapten Bernadi di ruang kerja Bapak DAN
POLWIL, KAPTEN Bernadi mengatakan dan menanyakan
bahwa Polisi mendukung DR (Dewan Revolusi) atau DD
(Dewan Djenderal) dan dengan mantap Pak Tunggul
mengatakan bahwa : “ Saya belum menerima perintah dari

32
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

atasan saya, akan tetapi Pekalongan dan sekitarnya saya


sudah kuasai dan mendapat dukungan dari ummat Islam,
wakilnya ini Syamsuddin “.
Dengan tidak etis kapten Bernadi balik kanan dan
meninggalkan kami dan penulis pun hanya sedikit waktu
dan kami pun meninggalkan ruang kerja beliau, hanya
pesan beliau pada penulis bahwa tingkatkan kewaspadaan,
galang persatuan dan kesatuan ummat Islam dan penulis
pun mengatakan siap untuk itu.
Besok harinya penulis dipanggil oleh Pak Tunggul di
Kantor dari situ pun penulis mendapat senjata pistol dan
surat izinnya dan Pak Tunggul mengatakan kalau kamu
yakin musuhmu akan membunuhmu tembak saja toh kamu
sudah mendapat latihan militer kan, berani nggak
menembak, penulis mengatakan lha orang musuh rakyat,
musuh agama, musuh negara mengapa harus tidak berani
menembaknya. Walaupun sebenarnya hati penulis gemetar
juga.
Memang harus diakui bahwa peranan Bapak H. A.
DJUNAID sangat dominan pada masa itu beliau sangat
berpengaruh, keatas beliau disegani dan kebawah sangat
menjadi anutan masyarakat, selain itu beliau juga memang
lihai sekali dalam menentukan dan mengambil keputusan
serta sikap yang tegas dan terarah. Penulis sendiri
berpendapat kalau Pak Djunaid tidak seperti itu maka

33
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

sejarah Pekalongan kemungkinannya tidak seperti


sekarang di Kota Pekalongan ini.
Dari sinilah juga penulis banyak sekali ilmu dari beliau
yang sangat bermanfaat dalam kepemimpinan. Beliau
sangat terbuka dan siap untuk berkorban baik pikiran,
waktu, tenaga dan material/dananya. Rumahnya di
Pesindon selalu bisa dipergunakan untuk keperluan
perjuangan dan kalau beliau tidak di Pekalongan beliau
pesan pada penulis kalau mau menggunakan rumahnya
beritahu saja Ustadz H. M. Yahya. Karena beliau selain
sebagai ketua PPIP juga sebagai Ketua umum GKBI.
Penulis kalau mengenang beliau selalu mendoakan
agar arwahnya diterima oleh Allah SWT dan diampuni dosa-
dosanya, Amien.

34
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB VII
PERJUANGAN SEBENARNYA

Peristiwa dan atau langkah-langkah tersebut di atas


memang merupakan prolog untuk mengukur kemampuan
yang ada dalam arti kata sangat mengharapkan ummat
Islam ini jangan terkotak-kotak harus menyusun shof yang
terkoordinasi dengan rapi. Hal ini bukan sekali dua kali
penulis atas persetujuan Pak Djunaid mendatangkan tokoh-
tokoh baik dari Jakarta maupun dari Yogyakarta untuk
memberikan motivasi ummat Islam agar melangkah
bareng, kompak dan terkoordinasi. Antara lain yang penulis
ingat dari Yogyakarta adalah Abdul Kahar Muzakkir dari
Jakarta dan Zamroni
Setelah itu juga atas dasar evaluasi belum
memberikan keyakinan untuk bergerak secara serentak.
Maka penulis ingat betul, penulis bersama dengan Pak
Djunaid dan Ust. A. Yahya dalam satu mobil yang disetir
oleh Pak Djunaid sendiri dan penulis tidak tahu dengan
spontan mengatakan : “Saya ada usul bagaimana kalau
Pak Djunaid mengundang semua tokoh-tokoh ummat
Islam, duduk bersama dan kalau bisa di rumah Pak
Djunaid untuk membicarakan situasi dimana kaum
komunis tambah beringas dan ummat Islam mengambil
keputusan untuk menentukan sikap dalam arti

35
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

menyerang lebih dahulu secara mendadak. Hal ini


sangat bisa kalau terlihat tokoh-tokoh tersebut sudah
ada keinginan untuk melaksanakannya, kompak dan
harmonsi.”
Usul ini disetujui kedua beliau Pak Djunaid dan Ust. A.
Yahya. Dan beberapa hari kemudian penulis mendapat
pemberitahuan per telepon bahwa pada hari tanggal
(sudah lupa) diadakan pertemuan seluruh eksponen ummat
Islam di Pekalongan, penulis merasa bersyukur. Pada waktu
pertemuan itu penulis tidak tepat waktu karena ada
pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Maka pada
kurang lebih jam 22.00 WIB malam penulis ditelepon untuk
segera hadir, maka penulis pun hadir dan sangat berbangga
bahwa ummat Islam sebenarnya cukup kuat dan tetap
kompak serta harmonis. Penulis jadi heran karena Pak
Djunaid memanggil penulis dengan kode tangannya untuk
duduk di sebelahnya.
Dengan gaya kebapakan Pak Djunaid memberikan
penjelasan bahwa semua unsur ummat Islam sepakat dan
menyetujui untuk malam ini mengadakan serangan
mendadak dan penangkapan terhadap orang-orang
komunis (PKI). Selain itu beliau Pak Djunaid menambahkan
bahwa untuk melaksanakan keputusan ini secara bulat
menyerahkan kepada penulis akan tetapi secara pribadi
Pak Djunaid mengatakan bahwa berat sekali saya

36
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

menyetujui keputusan ini kata Pak Djunaid karena penulis


adalah ketua umum HMI jadi kalau ada apa-apa HMI-nya
diikutkan. Dan kesempatan ini diberikan kepada penulis
untuk menyampaikan tanggapannya.
Penulis dalam tanggapannya pertama-tama
menyatakan rasa syukur bahwa atas dasar keputusan yang
kuat ini Insya Allah akan terwujud cita-cita kita yaitu
menghancurkan kelompok orang-orang komunis, atheis
dan mencoba berjuang akan mengkomuniskan Indonesia.
Selanjutnya untuk melaksanakan keputusan ini penulis
mengusulkan syarat-syarat :
1. Penulis mengharap siapa yang ditunjuk agar ikut
bersama melaksanakan keputusan tersebut
2. Harap menghubungi Pak Tunggul (waktu itu beliau
adalah Dan Polwil) untuk bisa mempersiapkan
beberapa orang anak buahnya untuk menjaga
keselamatan kami dalam menjalankan tugas (walau
waktu itu penulis sudah berpistol)
3. Yang hadir di sini jangan pulang menunggu hasil
perjuangan kami berhasil atau tidak
Memang untuk melaksanakan keputusan ini
taruhannya adalah mati atau hidup, untuk mendapat
dukungan syarat pertama di atas sangat-sangat sulit, ini
dalam benak penulis dan kenyataannya memang demikian.
Sedangkan untuk syarat kedua Pak Djunaid sendiri

37
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

menelpon Pak Tunggul, jawaban Pak Tunggul boleh dan


Syamsudin (Penulis) suruh ke rumah saya.
Maka orang-orang yang penulis tunjuk untuk bersama
dan ada 3 orang dari pengurus teras HMI, ialah Machmudy
Zaeni, Rahmat Nahrawi dan Abdul Gani sebelum keluar
rumah Pak Djunaid kami dengungkan takbir Allahu Akbar 3x
dan Basmallah maka kami berangkat menuju kediaman Pak
Tunggul akan tetapi sampai tujuan hanya 4 orang itu (dari
pengurus HMI semua). Kami disambut Pak Tunggul dengan
pakaian piyama dan oleh penulis menyampaikan keputusan
ummat Islam Pekalongan Pak Tunggul mantuk-mantuk dan
mengatakan : “kamu tahu bahwa orang-orang PKI itu
ada senjatanya, Tjung (senjata buatan Cina)”. Tidak
lama pembicaraan di luar rumah ramai dari pasukan
Brimob ada 2 atau 3 truk lengkap persenjataan perangnya
dari komandannya menghadap Pak Tunggul kami berlima
berdiri mengikuti upacara singkat yaitu perintah untuk
menangkap orang PKI se-Pekalongan. Setelah komandan
Brimob mengatakan : “SIAP, PERINTAH DILAKSANAKAN.”
penulis berbisik pada Pak Tunggul, : “kami ikut Pak”,
dengan sikutnya menyikut penulis, “diam saja kamu.”
Setelah waktu berjalan terus dan sudah menunjukkan
kurang lebih jam 01.00 tengah malam dan Pak Tunggul
keluar dari dalam ternyata beliau membawa proyektor dan
beberapa gulungan film, kami diberi kebebasan untuk

38
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

memutar proyektor tersebut termasuk juga makanan kecil.


Memang dengan adanya hiburan itu tidak terasa sudah
mendekati waktu sholat subuh dan Pak Tunggul keluar dari
kamarnya dan membawakan kami sajadah. Padahal beliau
adalah seorang katolik fanatik tapi di rumahnya ada
sajadah. Akan tetapi belum waktunya sholat ada sebuah
truk Brimob masuk dan komandannya masuk ruang tamu
dan tidak lama kemudian Pak Tunggul keluar tapi tetap
pakai piyama. Komandan Brimob dengan sigapnya
menyatakan : “Lapor, tugas kami laksanakan dan
menangkap (jumlahnya penulis lupa tapi ada ratusan
orang), sekarang ada di Kowil.” Pak Tunggul menjawab :
“Laporan saya terima, kembali ke tempat”.
Penulis dan 3 orang teman sangat bersyukur dan
sempat penulis sujud syukur. Dan tidak lama kemudian Pak
Tunggul dengan pakaian dinas lengkap mengajak kami ke
kantornya dan penulis langsung sebagai driver Jeep Hartop
dinasnya.
Sesampainya di kantor Polwil kami disambut oleh
anggota polisi yang sedang bertugas dan memberi hormat
pada komandannya dan menyampaikan hal-hal dan
mempersilahkan kami masuk dan langsung ke tempat
tahanan. Di situ ada yang kenal dan memanggil, “Hei,
Syam”
“Yaa dan apa yang pernah terucap bahwa hari ini kamu

39
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

tapi Insya Allah besok saya”.


Terbutktilah di sini ratusan kader PKI yang ditangkap
setelah kami keliling dan memang sudah waktunya untuk
sholat subuh kami pamit pada Pak Tunggul untuk sholat dan
beliau mengatakan sholat saja di ruangan saya dan
memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan
sajadah. Setelah sholat penulis meminta pinjam
teleponnya untuk menghubungi Pak Djunaid dan betul-
betul orang-orang yang berkumpul di rumah Pak Djunaid
tidak ada yang tidur dan selalu berdo'a semoga misi penulis
berhasil dengan sukses. Dalam telepon penulis
menyampaikan pada Pak Djunaid bahwa penulis sekarang
ada di kantornya Pak Tunggul harap bapak-bapak kemari
penulis tunggu.
Tidak lama rombongan berdatangan yang jumlahnya
puluhan orang tokoh-tokoh Islam Pekalongan dan
sekitarnya. Kami jemput mereka dan mempersilahkan
berkeliling melihat orang-orang PKI yang tertangkap tadi
malam. Banyak yang mengenal dan bahkan memang ada
tetangganya di kampung.
Para rombongan tokoh-tokoh ummat Islam ini ada
yang mengatakan luar biasa keberhasilan penulis, akan
tetapi penulis hanya diam saja karena hal itu bukan hasil
dari penulis akan tetapi adalah keberhasilan polisi dalam
hal ini Brimob dibawah perintah Pak Tunggul.

40
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Hal itu bukan hal yang perlu dipermasalahkan yang


penting menurut penulis mulai hari itu adalah kemenangan
ummat Islam terhadap musuh agama, musuh negara,
musuh bangsa dan musuh rakyat Indonesia, yaitu orang-
orang yang menganut Atheis (tidak mengenal Tuhan) yaitu
orang-orang komunis yang terkoordinir dalam Partai
Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa ini merupakan Starting
Point menggalang persatuan dan kesatuan utamanya
ummat Islam di Pekalongan dan sekitarnya pada khususnya
dan rakyat Indonesia pada umumnya.
Mulailah rakyat di bawah komando Kesatuan Aksi-
Kesatuan Aksi antara lain Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI) konsulat Pekalongan yang kebetulan
ketuanya adalah penulis sendiri, oleh karena pimpinan
kesatuan aksi itu adalah presiden maka penulis sebagai
pejabat ketua pertama dan enam bulan kemudian oleh
saudara Ali Casmat ketua cabang PMII yang awalnya adalah
kader HMI. Kedua orang ini, penulis dan Ali Casmat pada
hakekatnya masa jabatannya itu sebagai presidium bukan
suatu masalah karena kami berdua selalu bermusyawarah
dan menentukan sikap. Dan penulis menjabat sebagai
Ketua Umum HMI cabang Pekalongan dan sebagai Presidium
KAMI Konsulat Pekalongan bukan suatu halangan karena
misi, visi dan gerakan tidak ada pertentangan.
Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) di

41
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

bawah pimpinan Churosy Mulya (mantan ketua umum


Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Kesatuan Aksi lainnya
antara lain Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dibawah
pimpinan Ray Supandi dengan coordinator adalah
KAMI/KAPPI Cabang Pekalongan
Karena kemenangan sudah ada di tangan maka
ummat Islam di Pekalongan dan sekitarnya Kabupaten
Pekalongan, Kabupaten Pemalang dan Kecamatan Batang
selalu kompak bersatu padu dalam langkah-langkah
menyusun kekuatan riil.
Memang sebelum penangkapan terhadap orang-orang
komunis, mereka orang-orang PKI dengan santer
menginformasikan, mengissukan kepada orang-orang
Pekalongan bahwa mereka sudah melengkapi diri dengan
senjata buatan Cina namanya TJUNG.
Penulis dan kader-kader HMI dengan taktik dan cara
yang memang unik tapi sangat berhasil bahwa senjata
tjung tidak ada sebagaimana diissukan. Taktik dan cara
kami katakan unik adalah mencarter becak dan digenjot
sendiri berkeliling di tempat-tempat yang mereka sebut
sebagai gudangnya senjata tepatnya di Jalan Pintu Dalem
sekarang menjadi Jalan Blimbing pada waktu tengah
malam sampai dini hari. Hasil yang kami peroleh bahwa
tidak ada senjata tjung dan sangat berpengaruh untuk
mengambil langkah keputusan.

42
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB VIII
MERASAKAN KEMENANGAN

Sering sekali mengadakan demonstrasi besar-besaran


dan tidak sedikit yang “anarkis” merusak toko-toko milik
orang Cina. Mengapa harus merusak toko-toko milik orang
Cina. Karena kami masyarakat Pekalongan tahu betul
bahwa hampir semua keturunan Cina adalah pendukung
utama kaum komunis PKI.
Kami mendapatkan dokumen mereka antara lain
kalau kaum komunis/PKI menang maka walikotanya adalah
Go Yo Han. Selain itu kaum muslimin merayakan
kemenangan ini secara eforial, tapi kami tidak akan
terpengaruh ke-eforial-an itu berlanjut tetapi kami
memupuk dan memelihara keharmonisan ummat Islam ini
untuk menyatukan langkah menghadapi kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.
Oleh aparat hukum dalam hal ini kepolisian dan
kejaksaan melaksanakan secara hukum yang berpusat di
kantor Den Pom (CPM) untuk mengadili para pemberontak
PKI, akan tetapi mereka kaum komunis PKI melaksanakan
apa yang mereka katakan Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Karena penulis sebagai intel kejaksaan maka dalam proses
hukum itu bebas untuk masuk ke sidang-sidang di CPM.
Begitu berlanjut terus menerus dan merasa

43
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

kekompakan ummat Islam ini betul-betul dapat diandalkan


maka untuk menghancurkan kaum komunis PKI dapat kami
ambil kesimpulan kemenangan di tangan ummat Islam.
Maka terjadilah suatu situasi yaitu penuh sesaknya
penjara yang hanya ada 2 buah, maka oleh aparat banyak
menempatkan tapal-tapal yang jumlahnya mungkin ribuan
itu di sekolah yang kami rampas (SD Sampangan ) dan
Gudang Kapuk di Jl. KH. Mansyur.
Memang penulis akhirnya “laris” diminta
memberikan pengarahan ummat Islam baik di Pemalang,
Kabupatan Pekalongan termasuk Kecamatan Batang
(waktu itu wilayah Batang masih masuk Kabupaten
Pekalongan dengan status Kecamatan).
Kembali pada situasi tapal, oleh karena tempatnya
penuh sesak maka tidak sedikit mereka sakit-sakitan, ada
juga mereka yang terbiasa hidup mewah kemudian
dijebloskan ke penjara tidak sedikit secara psikologis
mentalnya menjadi down.
Waktu pemerintah masih kacau tidak punya uang
untuk memberi kebutuhan hidup orang banyak pada suatu
waktu penulis bertemu Pak Tunggul dalam suatu forum,
beliau mengatakan kita ini tidak punya uang untuk
mengurusi tapal-tapal itu oleh penulis menyampaikan
bahwa sebaiknya memberikan kesempatan pada keluarga
mereka mengirim makanan.

44
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Usul ini diterima oleh Pak Tunggul dan memberikan


pengumuman, maka terjadilah suatu langkah
“menyenangkan” keluarga dan tapal itu sendiri. Akan
tetapi bagi mereka yang pengetahuan kesehatannya
kurang begitu baik dibawakan makanan dari keluarganya
yang tentunya berusaha yang enak-enak maka di sinilah
terjadi hal di luar pikiran.
Mereka makan sekenyang-kenyangnya akan tetapi
akibatnya ususnya pecah dan setiap hari rata-rata 5-7
orang tapal meninggal. Maka di setiap tempat tahanan baik
penjara maupun SD Sampangan dan Gudang Kapak selalu
disediakan gerobak untuk membawa mayatnya dan dikubur
di pantai Sari (waktu itu tempat latihan menembak).
Peristiwa ini berlangsung 3-4 bulan, pada saat itu orang-
orang Pekalongan tidak mau mengkonsumsi ikan laut
karena merupakan fenomena setiap hari muncul tengkorak
di pantai Sari.
Pengadilan kilat di CPM terus berlanjut dan hampir
setiap hari ada demonstrasi besar-besaran. Kalau penulis
berbicara di Radio SABA (Suara Angkatan Baru) yang kami
tempatkan di Sultan Agung rumahnya “calon” walikota Go
Yo Han, yang kami sita untuk kegiatan KAMI yang dikelola
oleh kader HMI atas nama KAMI, tidak lama kemudian toko-
toko Cina tertutup semua, kecuali Cina Taiwan dan ini kami
ketahui dari seorang Cina Taiwan yang sudah kenal akrab

45
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

dengan penulis.
Ada satu peristiwa, sembako sangat kurang dari
kebutuhan masyarakat, ternyata intel KAMI menyampaikan
bahwa toko Cina di Jl. KH. Mansyur itu menimbun sembako
di gudangnya, maka tidak menunggu lama penulis ke Radio
SABA dan berbicara bahwa : “Kami harap saudara yang
menimbun sembako segera menyalurkan ke
masyarakat, kami beri waktu 2 x 24 jam kalau tidak
kami akan ambil jalan sesuai cara kami, alamat
saudara sudah lengkap pada kami”. Dan betul begitu
mendengar radio SABA dengan segera mengeluarkan
sembako untuk dijual ke masyarakat.
Ada juga suatu peristiwa yang memang sulit untuk
dilupakan, peristiwanya adalah : Ada suatu show force yang
kebetulan hari ulang tahun RPKAD sekarang KOPASUS yang
diadakan di Yogyakarta, momen ini dihadiri oleh Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Pusat di bawah pimpinan
Cosmas Batubara, jumlahnya tidak kurang 75 orang, ikut
menghadiri peristiwa itu di Yogyakarta. Setelah selesai di
Yogyakarta KAMI Pusat ini pulang menuju Jakarta melewati
Kota Pekalongan dan mampir di Markas KAMI di bekas
gedung bioskop Irama Jl. Hayam Wuruk (sebelah Timur
jembatan). Kebetulan waktu itu HMI mengadakan rapat di
SD Ma'had Jl. Kutilang, rapat berlangsung tapi utusan
menyampaikan pada penulis bahwa ada Pasukan KAMI

46
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Pusat mau bertemu dengan ketua KAMI Konsulat


Pekalongan yang kebetulan orangnya penulis sendiri, jadi
rapat HMI penulis skor untuk waktu yang tidak ditentukan.
Kami semua ke markas KAMI dan ternyata ramai
sekali dan penulis menemui Cosmas Batubara dan Cosmas
menyatakan bahwa dia dan seluruh teman-teman meminta
penulis menyediakan makan, waktu itu Cosmas didampingi
oleh seorang anggota RPKAD. Dan penulis tidak ada jalan
lain kecuali memenuhi permintaannya, maka penulis
meminta teman-teman untuk keliling setiap warung makan
paling tidak 10 bungkus dan mengatakan besok penulis
yang akan bayar. Alhamdulillah kami dapat memberikan
makan teman seperjuangan bahkan nasi bungkusnya masih
tersisa.
Sambil menunggu datangnya makanan ada seorang
anggota KAMI Pusat memaksa pemilik toko Mulya di Jl.
Hayam Wuruk yang kebetulan seorang dari anggota KAMI
Pusat adalah famili penulis yang bernama Arifin Okeng
melihat hal itu dan menyampaikan pada penulis peristiwa
itu.
Setelah selesai makan kemudian Cosmas berpamitan
untuk meneruskan perjalanan ke Jakarta, akan tetapi
penulis berkata kepada Cosmas : “ Saudara Cosmas, saya
harap jangan meninggalkan nama jelek KAMI
Pekalongan karena ada anak buah anda mencuri

47
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

kacamata di toko sekitar sini, namanya


………….Batubara.
Cosmas dengan kewibawaannya menggunakan
mikrofon memanggil nama itu untuk menghadapnya, maka
orang itu datang di depannya langsung diperintahkan
membuka jaket dan mengambil kacamata di kantongnya
untuk diserahkan kepada penulis. Dan dengan lantang
meminta anggota RPKAD yang bernama Edy : “Sikat”
Kemudian Edy berdiri dan memukul beberapa kali orang
itu, setelah itu Cosmas berkata kepada penulis :
“Giliranmu, Syam”. Penulis berkata kepada Cosmas kalau
orang itu anak buahnya hukumannya akan lebih dari itu,
ternyata kata-kata itu menambah emosi Cosmas lalu
berdiri kemudian memberikan bogem mentah pada anak
buahnya.
Tidak lama kemudian Pak Djunaid datang dari
rumahnya di Pesindon dengan berjalan kaki ke markas KAMI
Pekalongan dan menyuruh salah seorang teman memanggil
penulis, setelah bertemu beliau bertanya ada apa kok
ramai sekali dan penulis menjawab Cosmas dari Jakarta
mampir minta makan, ternyata di belakang penulis Cosmas
juga ikut menjemput Pak Djunaid karena sudah kenal dan
mereka pun saling berangkulan. Pak Djunaid sempat
bertanya apakah Cosmas sudah makan dan Cosmas pun
menjawab sudah, Syamsuddin yang menyediakan.

48
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Setelah itu mereka berpamitan, tetapi Pak Djunaid


melihat ada penjual buah jeruk lalu beliau membeli dua
keranjang jeruk, satu keranjang diangkat ke truk yang
membawa pasukan KAMI Pusat.
Tahun 1965 awal HMI Cabang Yogyakarta di bawah
pimpinan Nur Basya Djunaid dibekukan oleh Wampa I
merangkap menteri luar negeri Republik Indonesia
Subandrio. Maka segala aktivitas yang urgen pasti diadakan
di Pekalongan
Ada suatu waktu intel kepolisian dapat mengetahui
bahwa pengurus HMI Cabang Yogyakarta masih aktif dan
mewakili dalam pertemuan yang diadakan di Pekalongan,
maka penulis sebagai penanggung jawab terpaksa digiring
ke Polres sebagai tahanan. Akan tetapi begitu Komandan
Polwil AKBP Tunggul dan Komisaris Baharuddin selaku
Komandan Polres mengetahui langsung penulis dibebaskan
dan ditahan hanya + 5 jam.

49
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

BAB IX
PENUTUP

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Untuk menutup rangkaian “SEJARAH BERDIRI DAN


KIPRAHNYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)” di tahun
60-an di Pekalongan dan sekitarnya, terlebih dahulu
penulis memanjatkan puja dan puji syukur hanya kepada
Allah SWT, salam dan sholawat semoga tercurah kepada
Nabi/Rosulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya yang mulia termasuk kami sebagai pengikutnya
sampai akhir zaman, Amin.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan
salah melalui kesempatan ini penulis memohon maaf
kepada semua pihak yang telah membantu penulis juga tak
lupa mengucapkan terima kasih.
Semoga coretan ini bermanfaat bagi adik-adik HMI-
wan maupun HMI-wati (Cohati) sebagai generasi penerus
kami dan penulis sangat-sangat meminta agar coretan ini
hanya untuk kalangan sendiri dan jangan dianggap penulis
sebagai manusia super yang super hanya Allah, sama sekali
tidak, hal ini tidak terlepas akan nama besar HMI dimana
sangat disegani oleh masyarakat.
Kepada isteri tersayang dan anak-anakku yang

50
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

tercinta penulis mengucapkan terima kasih pula atas


dorongannya dalam coret-coretan ini semoga keikhlasan
kalian mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Tidak lengkap kalau penulis belum mengucapkan
terima kasih pada rekan-rekan Cohati masa itu yang
dengan gesit untuk mempersiapkan segala sesuatunya,
terutama menjadi Dapur Umum di setiap aktifitas HMI. Dan
semoga rasa ikhlas Lillahi Ta'ala dari rekan-rekan Cohati itu
mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
Demikian kata penutup dari penulis dengan moto “
Sisa hidupku kupersembahkan agar berguna bagiku,
keluargaku dan masyarakatku”

Wabillahit Taufiq Wal Hidayah


Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 11 September 2012

51
Historiografi HMI Cabang Pekalongan

Anda mungkin juga menyukai