LP CML Ana Fix
LP CML Ana Fix
Oleh:
Ana Septianadi Fahulpa, S.Kep.
NIM. 192311101037
A. Sistem Hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ yang lain karena berbentuk cairan. Dalam keadaan
fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan
fungsinya sebagai pembawa oksigen (oxygen carrier), mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis. Darah merupakan suatu
suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan
merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan
lingkaran luar (Price dan Wilson, 2013).
a) 55% adalah sel plasma, cairan matriks ekstraselular yang mengandung zat-zat
terlarut
b) 45% adalah sel darah, unsur yang diedarkan yang terdiri dari sel dan fragmen-
fragmen sel. Komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang
terdiri dari sel eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
trombosit (bekuan darah) (Pearce, 2015).
Pada umumnya, sekitar 99% dari unsur yang diedarkan merupakan sel darah
merah (eritrosit), kurang dari 1% adalah sel darah putih (leukosit) dan platelet
(Tortora, 2013).
C. Etiologi
D. Faktor Resiko
Sampai saat ini yang dicurigai ikut berperan dalam patogenesis LMK
adalah factor radiasi ion, virus dan bahan-bahan kimia. Menurut beberapa
laporan kasus LMK lebih tinggi pada orang yang bekerja di unit radiology,
orang yang terpapar radiasi bom atom, penderita yang mendapat terapi radiasi
karena penyakit Ankilosing spondilitis dan penyakit lain. Walaupun begitu,
hanya 5 – 7 % dari kasus LMK yang dilaporkan berhubungan dengan adanya
paparan radiasi dan hal ini sangat jarang mengenai kelompok anak-anak.
Berdasarkan penelitian terhadap penduduk yang hidup setelah terpapar radiasi
bom atom, waktu yang diperlukan mulai dari saat terpapar sampai timbulnya
gejala klinis adalah antara 5-10 tahun. Pada anak muda, khususnya yang
terpapar saat umur di bawah 5 tahun akan meningkatkan kejadian LMK, tetapi
tidak dijumpai adanya peningkatan kejadian pada bayi dalam kandungan yang
ibunya terpapar saat hamil. Secara skematis perubahan-perubahan yang terjadi
mulai dari masa inisiasi preleukemia dan akhirnya menjadi leukemia.
a. Paparan radiasi dosis tinggi
Menjadi terkena radiasi dosis tinggi (seperti menjadi selamat dari ledakan
bom atomatau kecelakaan reaktor nuklir ) merupakan satu -satunya
faktor risiko lingkunganuntuk chronic myeloid leukemia
b. U s i a d a n J e n i s K e l a m i n
Risiko terkena CML meningkat sesuai pertambahan usia. CML sedikit
lebih umumterjadi pada laki-laki daripada perempuan, tetapi tidak
diketahui alasannya.Tidak ada faktor risiko lain yang terbukti
untuk CML. Risiko terkena CML tampaknyatidak akan
dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, diet, paparan bahan kimia,
atau infeksi.Tidak ada bukti klinis yang jelas tentang faktor predisposisi
keturunan.
E. Klasifikasi
F. Manifestasi Klinis
G. Patogenesis
H. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran apusan darah tepi dengan Gambaran apusan darah tepi dengan
perbesaran 400x menunjukkan perbesaran 1000x menunjukkan promielosit,
hyperlekositosis. eosinofil,3 basofil, netrofil batang dan
segmen.
Terdapat juga eosinophilia, basofilia,
thrombocytosis.
Gambaran apusan darah tepi dengan Gambaran apusan darah tepi, dengan
perbesaran 400x menunjukkan berbagai perbesaran 1000x menunjukkan tahapan
tahap granulopoiesis termasuk promielosit, granulocytic termasuk eosinofil dan basofil.
mielosit, metamielosit, dan netrofil batang
serta segmen.
2. Pemeriksaan Penunjang Lain
Menurut Agung (2010), ada beberapa pemeriksaan penunjang lain untuk
penyakit CML, antara lain :
a. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast,
dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
b. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.
c. David et al., (2009) menambahkan pemeriksaan lain, yaitu tes untuk
mendeteksi adanya kromosom Philadelphia.
I. Diagnosis Banding
J. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Penatalaksanaan CML tergantung pada fase penyakit, yaitu :
a. Fase Kronik
1) Busulphan (Myleran), dosis : 0,1-0,2 mg/kgBB/hari. Leukosit
diperiksa tiap minggu. Dosis diturunkan setengahnya jika leukosit
turun setengahnya. Obat di hentikan jika leukosit 20.000/mm3.
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3. Efek
smaping dapat berupa aplasia sumsum tulang berkepanjangan,
fibrosis paru, bahaya timbulnya leukemia akut (I Made, 2006).
2) Hydroxiurea, bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dna
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik,
tetapi biasanya perlu diberikan seumur hidup (Victor et al., 2005).
Dosis mulai dititrasi dari 500 mg sampai 2000 mg. Kemudian
diberikan dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 10.000-
15.000/mm3. Efek samping lebih sedikit (I Made, 2006).
3) Interferon α juga dapat mengontrol jumlah sel darah putih dan dapat
menunda onset transformasi akut, memperpanjang harapan hidup
menjadi 1-2 tahun (Atul & Victor, 2005). IFN-α biasanya
digunakan bila jumlah leukosit telah terkendali oleh hidroksiurea.
IFN-α merupakan terapi pilihan bagi kebanyakan penderita
leukemia Mielositik (CML) yang terlalu tua untuk transplantasi
sumsum tulang (BMT) atau yang tidak memiliki sumsum tulang
donor yang cocok. Interferon alfa diberikan pada rata-rata 3-5 juta
IU / d subkutan (Emmanuel, 2010). Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jumlah leukosit tetap rendah (sekitar 4x109/l).
Hampir semua pasien menderita gejala penyakit ”mirip flu” pada
beberapa hari pertama pengobatan. Komplikasi yang lebih serius
berupa anoreksia, depresi, dan sitopenia. Sebagian kecil pasien
(sekitar 15%) mungkin mencapai remisi jangka panjang dengan
hilangnya kromosom Ph pada analisis sitogenik walaupun gen fusi
BCR-ABL masih dapat dideteksi melalui PCR. (Victor et al., 2005).
4) STI571, atau mesylate imatinib (Gleevec), merupakan obat yang
sedang diteliti dalam percobaan klinis dan tampaknya memberikan
hasil yang menjanjikan. Zat STI 57I adalah suatu inhibitor spesifik
terhadap protein ABL yaitu tiroksin kinase sehingga dapat menekan
proliferasi seri myeloid. Gleevec mengontrol jumlah darah dan
menyebabkan sumsum tulang menjadi Ph negative pada sebagian
besar kasus. Obat ini mungkin menjadi lini pertama pada CML, baik
digunakan sendiri atau bersama dengan interferon atau obat lain
(Atul & Victor, 2005; Emmanuel, 2010; Victor et al., 2005; I Made,
2006)
5) Transplantasi sumsum tulang alogenik (stem cell transplantation,
SCT) sebelum usia 50 dari saudara kandung yang HLA-nya cocok
memungkinkan kesembuhan 70% pada fase kronik dan 30% atau
kurang pada fase akselerasi (Atul & Victor, 2005).
b. Fase Akselerasi dan Fase Blast
Terapi untuk fase akselerasi atau transformasi akut sama
seperti leukemia akut, AML atau ALL, dengan penambahan STI
57I (Gleevec) dapat diberikan. Apabila sudah memasuki kedua fase
ini, sebagian besar pengobatan yang dilakukan tidak dapat
menyembuhkan hanya dapat memperlambat perkembangan
penyakit. (Atul & Victor, 2005; I Made, 2006).
2. Non-Medikamentosa
a. Radiasi
Terapi radiasi dengan menggunakan X-Rays dosis tinggi sinar-sinar
tenaga tinggi secara external radiation therapy untuk menghilangkan
gejala-gejala atau sebagian dari terapi yang diperlukan sebelum
transplantasi sumsum tulang (Atul & Victor, 2005).
a. Imatinib mesylate (imatinib)
Digunakan sebagai terapi awal pada fase kronik CML. Regimen ini dapat
digunakan setelah atau bersamaan dengan hydroxyurea ketika terdapat
peningkatan jumlah sel darah putih yang bermakna. Selain itu juga dapat
dikombinasikan dengan leukapheresis ketika sindrom hiperleukositik
terjadi. Obat ini merupakan golongan inhibitor tirosin kinase dimana
bekerja dengan menghambat BCR-ABL tirosin kinase yang penting dalam
membentuk fungsi BCR-ABL sehingga sel CML pun dapat dihambat.
Obat ini diduga dapat menghasilkan respon hematologik yang lengkap
pada hampir semua pasien yang berada dalam fase kronik dimana dapat
terjadi konversi dari Ph positif menjadi negatif. Oleh karena itu, obat ini
dijadikan sebagai obat lini pertama pada CML, baik digunakan sendiri atau
bersamaan dengan interferon atau obat lain.
b. Leukapheresis (suatu prosedur pemisahan sel darah putih dari
sampel darah)
Leukapheresis dapat mengontrol CML namun hanya sementara. Sangat
bermanfaat terutama untuk pasien hiperleukositik dan wanita hamil selama
kehamilan awal dimana kemoterapi tidak diperkenankan berkaitan dengan
risiko tinggi terhadap kesehatan janin.
c. Hydorxyurea
Merupakan obat kemoterapi yang bersifat efektif dalam mengendalikan
penyakit dan mempertahankan hitung leukosit normal pada fase kronik,
tetapi diberikan seumur hidup pasien. Dosisnya dimulai dengan 1-2 g/hari
dan kemudian diturunkan setiap minggu sampai mencapai dosis rumatan
sebesar 0,5-1,5 g/hari. Obat ini kemudian dihentikan ketika hitung sel
darah putih telah mencapai kurang dari 5000/µl (5×109/liter).
d. Anagrelide
Digunakan untuk menurunkan jumlah trombosit pasien
e. Interferon-α
Saat ini masih merupakan obat terpilih pada CML dimana banyak
digunakan ketika jumlah leukosit meningkat. Obat ini bekerja dengan
mempertahankan jumlah leukosit tetap rendah (sekitar 4×109/l). Dosis
yang digunakan adalah 3-9 megaunit dan diberikan tiga sampai tujuh kali
setiap minggu secara injeksi subkutan.
L. Komplikasi
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan
data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)
1. Pengkajian pada leukemia meliputi :
1. Riwayat penyakit
2. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
a). Pucat
b). Kelemahan
c). Sesak
d). Nafas cepat
3. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia
a). Demam
b). Infeksi
4. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
a) Ptechiae
b) Purpura
c) Perdarahan membran mukosa
5. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
a).Limfadenopati
b) Hepatomegali
c) Splenomegali
6. Kaji adanya :
a) Hematuria
b) Hipertensi
c) Gagal ginjal
d) Inflamasi disekitar rectal
e) Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 17)
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
4. Resiko perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
5. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Betz, CL & Sowden, LA. 2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta
: EGC.
Brunner& Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta : EGC.
ES Jaffe et al.2001.World Health Organization Classification of Tumours. Lyon,
ARC Press,
Fauci, Anthony S.; Kasper, Dennis L. ; Longo, Dan L.; Braunwald,
Eugene;Hauser, Stephen L.; Jameson, J. Larry; Loscalzo, Joseph;. 2008.
Harrison's Principles of Internal Medicine 17th edition. USA: McGraw-hill,
Guyton.1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta :
EGC. JM Bennett et al: Ann Intern Med 103:620, 1985.
Herdman, T Heather. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Joyce Engel. 1999. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Kurnianda, Johan. 2007. Leukimia Mieloblastik Akut dalam buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan FK UI
Moorhead, S et al. 2016. Nursing Intervension Classification (NIC) Terjemahan
Edisi ke 5. Singapore: Elsevier
Moorhead, S et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Terjemahan
Edisi ke 5. Singapore: Elsevier
Price, S A dan Wilson, L M. 2006.Patofisiologi , Konsep klinis proses-proses
penyakit . Jakarta : EGC, .
Whaley’s and Wong. 2001.Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA :
Mosby.
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan dengan jam pasien menunjukkan hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang
Kepuasan Klien: Menejemen Nyeri (3016) meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
peregangan durameter Tujuan kualitas, intensitas beratnya nyeri dan faktor
No. Indikator Awal pencetus;
dan pembuluh darah 1 2 3 4 5
1. Nyeri terkontrol 3 √ 2. Observasi adanya petunjuk nonverbalmengalami
2. Tingkat nyeri 3 √ ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
Mengambil tindakkan untuk dapat berkomunikasi secara edektif
3. 3 √ 3. Gunakan strategi komunikasi terapuetik untuk
: mengurangi nyeri
Mengambil tindakkan untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
4. 1 √
: memberi kenyamanan penerimaan pasien terhadap nyeri
Pendekatan preventif 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
. 3 √
menejemen nyeri nyeri
Manejemen nyeri sesuai 5. Ajarkan prinsip-prinsip menejemen nyeri
6. 2 √
budaya budaya 6. Kolaborasi pemberian analgesik guna pengurangi
Keterangan: nyeri
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 (4310) Terapi Aktivitas
jam, diharapkan aktivitas kembali normal dengan kriteri
1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
hasil:
berpartisipasi melalui aktivitas spesifik.
Toleransi terhadap aktivitas (0005) 2. Bantu klien tetap fokus pada kekuatan [yang
dimilikinya] dibandingkan dengan kelemahan yang
Tujuan dimilikinya].
No Indikator Awal 3. Bantu dengn aktivits fisik secara teratur sesuai
1 2 3 4 5 dengan kebutuhan.
4. Bantu klien untuk meningkatkan motivasi diri dan
1 SpO2 ketika v v penguatan.
beraktivitas (0180 Manajemen Energi).
2 Frekuensi nadi v v 1. Kaji status fisiologis asien yang menyebabkan
ketikaberaktivitas kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan.
3 Frekuensi pernapasan v v 2. Anjurkan pasien mengungkapkan secara verbal
ketika beraktivitas keterbatasan yang dialami.
3. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik
4 Kemudahan bernafas v v secara famakologis maupun non farmakologis
ketika beraktivitas dengan tepat.
4. Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien
yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
5 Kemudahan dalam v v pemantauan diri, dan pengaturan aktivtas pasien.
melakukan ADL
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 Kontrol Infeksi (6540)
jam pasien menunjukkan hasil: 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan
Kontrol risiko infeksi: proses infeksi (1924) untuk setiap pasien
Indikator Awa Tujuan 2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan
l 1 2 3 4 5 dengan tepat
Mengenali faktor risiko 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
individu terkait infeksi 4. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
5. Dorong intake cairan yang sesuai
Mengidentifikasi tanda dan
6. Dorong untuk beristirahat
gejala infeksi
7. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
Memonitor perilaku diri yang
8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
berhubungan dengan risiko
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
infeksi
kepada penyedia perawatan kesehatan
Mempertahankan lingkungan
yang bersih
Memonitor perubahan status
kesehatan
Memanfaatkan sumber
informasi yang terpercaya
Keterangan:
1. Tidak pernah menujukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 4010 Pencegahan Perdarahan
jam pasien menunjukkan hasil:
Blood lose severity & Blood koagulation 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
Indikator Awal Tujuan
2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah
1 2 3 4 5
Tidak ada hematuria dan terjadìnya perdarahan
hematemesis 3. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT,
Kehilangan darah yang trombosit
terlihat 4. Monitor TTV ortostatik
Tekanan darah dalam batas 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
normal sistol dan diastole 6. Kolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet
Plasma, PT, PTT dalam atau fresh frozen plasma)
batas normal 7. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
Hemoglobin dan menyebabkan perdarahan
8. Hindari mengukur suhu lewat rectal
hematrokrit dalam batas 9. Hindari pemberian aspirin dan anticoagulant
normal 10. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Keterangan: makanan yang banyak mengandung vitamin K
11. Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu untuk mempertahankan intake cairan yang adekuat
3. Cukup terganggu
dan pelembut feses
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
4020 Pengurangan Perdarahan