Refleksi: Family Oriented Medical Education II (Field Study 1)
Hafiza Fauzia Nabillah, 1810312085, Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter
Universitas Andalas 2018, hafizafauzianabillah@gmail.com
Family Oriented Medical Education atau dapat disingkat dengan FOME
adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa kedokteran Universitas Andalas dalam rangka menerapkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga yang dilakukan tentunya berdasarkan prinsip-prinsip dasar pelayanan kesehatan yaitu holistik, komprehensif, continue, koordinatif, kolaboratif, dan family centered. Pada kegiatan ini diharapkan mahasiswa nantinya dapat menerapkan prinsip-prinsip pendekatan keluarga ketika memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tanggal 15 Februari 2020, mahasiswa kedokteran Universitas Andalas angkatan 2018 memulai kegiatan FOME yang bertempat di Kelurahan Binuang, Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat. Kegiatan tersebut dibuka dengan upacara pembukaan yang bertempat di Kantor Camat Pauh. Upacara tersebut dihadiri oleh beberapa pihak yaitu dari Kecamatan Pauh, Puskesmas Pauh, Koordinator FOME, Kader, dan juga seluruh mahasiswa kedokteran Universitas Andalas angkatan 2018. Pagi menjelang siang setelah upacara pembukan selesai, saya dan juga teman-teman mengunjungi beberapa rumah di Kelurahan Binuang. Saya dan teman-teman ditemani oleh Ibu Abdiana sebagai dosen pembimbing serta Ibu Cut selaku kader. Sesampainya di lokasi, masing-masing dari kami mendapatkan satu rumah untuk dijadikan keluarga binaan. Saya berkesempatan untuk menjadi keluarga binaan di salah satu rumah yang menurut saya cukup menarik. Tentunya saya memulai kegiatan ini dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada keluarga binaan. Disana saya disambut oleh Ibu yang sudah berusia lanjut bernama Nurjanah. Selain Ibu Nurjanah, saya juga disambut oleh Ibu Nurmaini yang merupakan anak dari Ibu Nurjanah. Tidak hanya itu, saya juga ditemani oleh tiga orang cucunya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Pertemuan pertama kali dengan keluarga Ibu Nurjanah, saya disambut begitu hangat. Disela perkenalan, ternyata Ibu Nurjanah pernah tinggal di salah satu provinsi yang menjadi kampung halaman saya, yaitu Provinsi Bengkulu. Mulai dari sini, saya menjadi begitu akrab ketika berbincang-bincang dengan Ibu Nurjanah. Saya memulai topik lain dengan menanyakan tentang anggota keluarga dari Ibu Nurjanah. Mulai dari suami, anak-anak, menantu, dan juga cucunya. Ibu Nurjanah bercerita bahwa suaminya sudah meninggal lima tahun yang lalu. Ibu Nurjanah juga bercerita tentang kebiasaan suaminya ketika ia masih hidup. Suami Ibu Nurjanah adalah pensiunan guru di salah satu sekolah dasar yang tidak jauh dari rumahnya. Sebelum meninggalkan keluarga untuk selamanya, suami Ibu Nurjanah yang akrab disapa Bapak Nazar ini sangat aktif walaupun sudah pensiun. Akan tetapi, sejak beliau mengalami kecelakaan motor sekitar tujuh tahun yang lalu, Bapak Nazar hanya bisa terdiam di rumah karena mengalami patah tulang. Ibu Nurjanah mengatakan, mulai dari kejadian itu Pak Nazar sedikit berbeda, seperti kehilangan semangat hidup. Dua tahun setelah kecelakaan terjadi, Pak Nazar dipanggil oleh yang maha kuasa. Setelah berbincang tentang sosok Pak Nazar yang sangat dikagumi oleh Ibu Nurjanah, saya juga berbincang tentang kebiasaan Ibu Nurjanah saat ini. Ibu Nurjanah bercerita bahwa ia mengikuti berbagai kegiatan seperti majelis taklim, Asiyah, dan juga Bundo Kanduang. Kegiatan itu diikuti oleh Ibu Nurjanah satu kali dalam sebulan. Mungkin ini menjadi salah satu faktor yang membuat Ibu Nurjanah masih kelihatan lebih muda dari usia beliau yang sesungguhnya. Saya juga menanyakan tentang berbagai riwayat penyakit yang dialami oleh Ibu Nurjanah dan juga anggota keluarganya. Disela-sela obrolan, Ibu Nurjanah juga menanyakan beberapa hal mengenai dunia perkuliahan. Dia khawatir bagaimana nasib salah satu cucunya yang masih SMA akan tetapi tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Saya bercerita kepada beliau bahwa sekarang sudah tersedia banyak beasiswa yang bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Saya meyakinkan Ibu Nurjanah bahwa cucunya punya kesempatan yang besar asalkan dia punya kemauan. Saya mengalami kesan pertama yang sangat menyenangkan di keluarga binaan ini. Dimana ditengah perbincangan saya dengan Ibu Nurjanah, anaknya, Ibu Nurmaiti menghidangkan segelas teh hangat untuk saya. Saya merasa sangat diterima dengan baik oleh keluarga ini. Saya berharap kedepannya dapat mengenal sosok Ibu Nurjanah dan juga keluarga dengan lebih baik lagi. Agar nantinya tujuan mulia saya untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah kesehatan dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh Ibu Nurjanah beserta keluarga.