Anda di halaman 1dari 1

Menemukan Jati Diri

Suatu ketika hidup seorang wanita kecil yang tidak pernah tahu apa itu namanya
cinta yang dia paham hanyalah rasa sayang orangtuanya sebagai cinta, namun sayang
orangtuanya sendiri seperti tidak pernah melihat ke arahnya. Ia pernah beberapa
kali memikirkan untuk membenci orangtuanya dan seluruh kehidupannya yang pahit itu.
Namun ia tahu bahwa semua itu tidak ada gunanya. Ia kemudian menekunkan diri untuk
berdoa, memang tidak seperti kebanyakan orang yang berdoa dan mempersembahkan diri
kepada tuhan. Ia tetap menjalankan hari-harinya seperti biasa namun lebih tenang
dan berfikiran positif.

Suatu ketika lewat media sosial dia berkenalan dengan seorang pemuda. Pemuda
tersebut memang tidak terlalu tampan dan juga memiliki kekurangan berupa cacat pada
mata kirinya. Mereka menjadi kontak memang terbilang sudah sangat lama namun baru
mulai berteman dan berbincang 1 tahun terakhir. Setelah mereka semakin dekat dan si
gadis yang mulai menaruh hati pada pemuda tersebut.

Tibalah hari dimana gadis tersebut tahu bahwa itu adalah hari ulang tahun si
pemuda. Dengan bantuan sahabatnya si gadis mulai menyiapkan kado berupa sepasang
gelas bermotifkan bebek yang menjadi panggilan mereka berdua kala itu. Saat
pemberian kado si pemuda sempat merasa heran dan bertanya siapa wanita tersebut,
yaa memang mereka baru bertemu pertama kalinya kala itu. Ketika melihat cukup lama
si pemuda sadar bahwa itu adalah temannya yang menjadi orang pertama yang datang
dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya.
Setelah kejadian itu mereka pun semakin dekat, bercanda bersama, jalan-jalan
bersama, berenang, berfoto, bernyanyi dan lainnya.

Tak terasa mereka telah tamat sekolah, dan hal yang membuat si gadis merasa sedih
adalah dia harus berkerja keluar negeri. Setelah kepergiannya si pemuda juga
ternyata berkerja keluar negeri, mereka bekerja pada negara yang sama namun
provinsi yang berbeda.

Sejak saat itu mereka berdua miss kontak dan ketika si gadis melihat akun sosial
media si pemuda yang telah memiliki seorang pacar serta menggambar cantik wajah
pacarnya itu si gadis sempat terpuruk dan berfikir bahwa cinta tulusnya itu
bertepuk sebelah tangan. Mereka tidak lagi saling chat, telepon, maupun sekedar
menyapa.

Mulai saat itu lah si gadis bertekad tidak akan lagi memberikan kunci hatinya,
memberikan perasaan tulusnya kepada siapapun. Saat ini ia hanya bertekad untuk
berkerja dengan baik demi kebahagiaan banyak orang terutama orangtua yang dulu
tidak pernah melihat ke arahnya, meskipun begitu ia tetap menyayangi mereka karena
merekalah yang menjadi kekuatannya.

Sampai saat ini ia terus mencari jati dirinya yang sebenarnya siapa dia, apa
keinginannya, siapa yang membutuhkannya, dan apa gunanya dia di dunia.

Cerpen ini merupakan pengalaman pribadi saya, meski tidak semua saya jelaskan di
dalam cerpen ini namun sepenggal cerita tersebut sudah dapat mewakili semuanya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai