“SCHISTOSOMIASIS”
Oleh:
NPM : 18.12.064
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT. Atas limpaha rahmat dan anugrah
daru-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “SCHISTOSOMIASIS”
dengan baik dan benar tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerja sama dari
beberapa pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dan berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.
Vani reza
DAFTAR ISI
Kasus Probable : pada kasus ini merupakan hasil yang belum pasti tentang
diagnosa suatu penyakit karena belum dilakukan uji dilaboratorium.
Ketika cacing pipih ini sudah berada di dalam tubuh manusia, penderita
akan mengalami gejala keracunan, disentri, penurunan berat badan
sehingga kurus yang berlebihan, hingga pada pembengkakan hati yang
bisa diakhiri dengan kematian. Tidak seperti proses cacingan pada
umumnya, cacing ini masuk ke tubuh manusia bukan dari mulut, tapi
langsung menembus pori-pori kulit menuju aliran darah dan bergerak
menuju jantung dan paru-paru untuk selanjutnya menuju hati.
Kasus Suspect : adapun gejala yang dapat ditemukan pada penderita
schistosomiasis adalah Sistem pencernaan dapat menyebabkan anemia,
sakit dan bengkak pada perut, diare dan darah pada feses Sistem urinasi
dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih (cystitis), sakit saat
buang air kecil, sering merasa ingin buang air kecil dan darah pada urin
Jantung dan paru-paru dapat menyebabkan batuk yang tidak kunjung
hilang, napas berbunyi, sesak napas, dan batuk darah Sistem saraf atau
otak dapat menyebabkan kejang, sakit kepala, kelemahan dan mati rasa
pada kaki dan pusing.
Kasus Confirmed : Diagnosis terhadap kolesterol dilakukan berdasarkan
hasil pemeriksaan darah dan pemeriksaan fisik dari gejala yang dialami
oleh pengidap.
host environment
a. Host (manusia)
Penyakit schistosomiasis menyerang segala umur dan tidak memandang
jenis kelamin.
b. Agent (penyakit)
Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan
penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong
dalam genus Schistosoma.
Schistosomiasis (bilharziasis) adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing
pipih (cacing pita). Ini seringkali menyebabkan ruam, demam, panas-
dingin, dan nyeri otot dan kadangkala menyebabkan nyeri perut dan diare
atau nyeri berkemih dan pendarahan.
c. Environment (lingkungan)
Schistosomiasis mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di daerah
tropis dan subtropics. Pada umumnya orang yang dijangkiti
schistosomiasis adalah mereka yang mempunyai kebiasaan yang tidak
terpisah dari air, baik dalam rangka bekerja sebagai petani di sawah
ataupun melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian/alat-alat
rumah tangga, buang air serta mandi di sungai atau perairan yang
terinfeksi parasit schistosoma. Selain itu adalah mereka yang sering
menyusuri sungai untuk berburu binatang di hutan-hutan atau mencari
ikan sepanjang daerah yang telah terinfeksi parasit schistosoma; atau
tempat-tempat perindukan alamiah parasit itu.
Pemberantasan dapat dilakukan dengan molluscicides, berupa bahan
kimia yang yang disemprotkan didalam air habitatnya. Sedangkan hospes
perantara S. japonicum adalah siput amfibius yang tidak selalu berada
didalam air. Pemberantasan dapat dilakukan dengan melakukan berbagai
cara, mulai menggunakan moluscicide, penimbunan, pemarasan,
pembakaran dan merubah habitat siput menjadi lahan pertanian atau
bahkan lapangan golf. Schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit
zoonosis sehingga sumber penular tidak hanya pada penderita manusia
saja tetapi semua hewan mamalia yang terinfeksi.
d. Vector
Skistosomiasis adalah penyakit parasit urutan ketiga terbanyak di
dunia, dan berdasarkan dampaknya pada manusia, skistosomiasis
tergolong penyakit tropis nomor dua setelah malaria. Cacing penyebab
skistosomiasis dapat berenang dengan bebas di air tawar seperti di kolam,
sungai, danau, parit, dan waduk. Parasit Schistosoma ini, dapat masuk ke
tubuh manusia melalui kontak langsung, meski pada awalnya tidak
menyebabkan gejala.
Schistosoma akan menetap di dalam kulit dan mematangkan dirinya,
menuju tahap dewasa. Kemudian akan bergerak menuju ke sejumlah
bagian tubuh seperti paru-paru, hati, kandung kemih, usus, anus, limpa
dan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari usus ke hati, sehingga
akan berkembang hingga menjadi bentuk cacing dewasa.
Penderita selanjutnya dapat menyebarkan skistosomiasis ketika urine
atau tinja yang mengandung telur cacing mengkontaminasi air tawar.
b. masa patogenesis
Menurut Hadidjaja (2000), patogenesis Schistosoma japonicum, akan
menyebabkan perubahan-perubahan karena infeksi tiga stadium cacing
Schistosoma japonicum yaitu cercaria, cacing dewasa dan telur. Pada saat
cercaria menembus kulit terjadi perubahan pada kulit berupa eritema dan
papula. Perubahan tersebut disertai rasa gatal dan panas. Bila cercaria
yang masuk ke dalam kulit dengan jumlah yang banyak, maka akan
terjadi dermatitis. Gejala paru timbul ketika schistosomula mencapai paru
yaitu dengan timbulnya batuk dan terkadang disertai dahak. Pada
beberapa kasus, terkadang batuk bercampur dengan sedikit darah. Gejala
paru tersebut dapat menjadi berat sehingga timbul serangan asma.
Manifestasi toksik mulai timbul antara minggu ke-2 sampai minggu ke-6
setelah terjadi infeksi. Pada stadium ini timbul gejala seperti lemah,
malaise, tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri tubuh dan
diare. Beratnya gej ala tergantung dari banyak atau sedikitnya cercaria
yang masuk. Pada infeksi yang cukup berat dapat timbul demam tinggi.
Sedangkan stadium akut dimulai sejak cacing betina bertelur. Gej ala
berat yang timbul adalah hepatomegali dan splenomegali yang timbul 6 8
bulan setelah cercaria masuk.
b. Diagnosis
Wisatawan dan imigran dari daerah-daerah dimana schistosomiasis adalah sering
terjadi harus ditanyakan apakah mereka telah berenang atau menyeberangi air
alam. Dokter bisa memastikan diagnosa dengan meneliti contoh kotoran atau urin
untuk telur-telur. Biasanya, beberapa contoh diperlukan, tes darah bisa dilakukan
untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi dengan schistosoma mansoni
atau spesies lain, tetapi tes tersebut tidak dapat mengindikasikan seberapa berat
infeksi atau seberapa lama orang tersebut telah memilikinya. Untrasonografi bisa
digunakan untuk mengukur seberapa berat schistosomiasis pada saluran kemih
atau hati.
4.2 Saran
1. Agar masyarakat menggunakan sepatu dan sarung tangan apabila
masyarakat sedang mengolah sawah
2. Agar masyarakat bisa merubah sikap dan perilaku seperti tidak buang air
lagi di sungai dan disawah
DAFTAR PUSTAKA