Secara definitif, jabirah adalah pembalut yang dipasang dan diletakkan pada bagian yang retak,
pecah, patah, terluka atau terlepas agar segera pulih kembali. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
hal-hal yang termasuk jabirah di antaranya adalah gips, perban, pembalut, dan lain lain[1].
a. Hadats besar[4]
Pemakai perban yang berhadats besar dan hendak bersuci harus melakukan tiga hal:
1) Tayammum
2) Membasuh seluruh anggota tubuh yang sehat dengan air
3) Mengusap jabirah
Orang yang mandi tidak wajib tertib. Oleh karena itu, praktik bersucinya ada dua cara:
mendahulukan tayammum atau mendahulukan mandi.
*Cara pertama
Bertayammum seperti biasa dan disunnahkan mengusap jabirah dengan debu
Membasuh seluruh anggota yang sehat sekaligus membasuh bagian di sekitar jabirah
sebisa mungkin, dengan menggunakan lap atau kain -misalnya- dengan sedikit
menekan dan menahan sesaat, agar air dapat benar-benar sampai pada anggota
yang sehat tanpa mengenai luka.
Mengusap seluruh jabirah menggunakan air.
Cara pertama ini lebih baik dari pada cara yang kedua, sebab dengan mengakhirkan
pembasuhan akan menghilangkan sisa debu tayammum.
*Cara kedua
Membasuh seluruh anggota tubuh yang sehat, sekaligus membasuh anggota di sekitar
jabirah sebagaimana di atas.
Mengusap seluruh jabirah
Tayammum sebagaimana di atas
b. Hadats kecil[5]
Pemakai perban, berkaitan dengan bersuci dari hadats kecil, terbagi menjadi dua kondisi:
1) Jabirah terletak di luar anggota wudlu
Pada kondisi ini, jabirah tidak berpengaruh apa-apa, cara bersucinya dengan berwudlu seperti
biasa
2) Jabirah terletak pada anggota wudlu
Pada kondisi ini, pemakai perban yang hendak bersuci dari hadats kecil harus melakukan tiga
hal:
Membasuh seluruh anggota wudlu yang sehat
Mengusap jabirah
Tayammum
Berkaitan dengan hal ini, karena dalam wudlu disyaratkan tertib, maka caranya sedikit berbeda
dengan orang berhadats besar. Yakni tayammum, mengusap jabirah dan membasuh anggota
yang sehat di sekitar jabirah, ketiganya dilakukan pada saat giliran membasuh anggota yang
terdapat jabirah, setelah selesai, kemudian melanjutkan bewudlu.
Mengenai urutan antara membasuh anggota yang sehat di sekitar jabirah serta mengusap jabirah
dan tayammum, tidak disyaratkan tertib[6].
Berikut adalah tata cara (kaifiyah) bersuci yang berbeda-beda menurut posisi jabirah[7].
a) Jabirah berada di wajah
Urutan yang mesti dilakukan adalah :
1. Niat wudlu bersamaan dengan membasuh bagian wajah yang sehat di sekitar jabirah
sebisa mungkin
2. Mengusap jabirah
3. Tayammum
4. Membasuh tangan
5. Mengusap sebagian kepala
6. Membasuh kedua kaki.
Pada kondisi ini, pemakai perban boleh mendahulukan pembasuhan muka sebagaimana cara di
atas atau mendahulukan tayammum kemudian mengusap jabirah dan meneruskan wudlu
b) Jabirah berada di kedua tangan atau salah satunya[8].
1. Niat wudlu bersamaan dengan membasuh bagian wajah
2. Tayammum
3. Mengusap jabirah dengan air
4. Membasuh bagian tangan yang sehat, sekaligus bagian di sekitar jabirah sedapat
mungkin
5. Mengusap sebagian kepala
6. Membasuh kedua kaki.
c. Jabirah berada di sebagian kepala
Yang harus dilakukan adalah berwudlu sebagaimana biasa, yakni dengan mengusap sebagian
kepala dengan air