Anda di halaman 1dari 2

Perjuangan Kakak Kepada Adiknya

Nama ku Rio. Aku adalah seorang siswa kelas 1 SMA yang tinggal di
sebuah kota di Lampung. Aku tinggal dirumah yang sederhana, beralaskan
tanah, dan dilindungi oleh tembok dari anyaman bambu. Di rumah yang
sederhana ini aku tinggal bersama adik kecil ku yang kini duduk di bangku
Sekolah Dasar. Dan kedua orang tua ku sudah bercerai sejak 3 tahun yang lalu.
Entah faktor apa yang membuat mereka memutuskan untuk bercerai. Apakah
karena faktor ekonomi?? Ku rasa iya, karena saat kami masih bersama dalam
satu keluarga, kehidupan kami sangat kekurangan, satu kali makan dalam satu
hari itu saja kami sudah sangat bersyukur. Sejak mereka bercerai, mereka
meninggalkan aku dan adik ku dirumah yang sederhana ini. Kabarnya mereka
telah pindah dari kota yang saat ini kami tinggali. Dan sejak saat itu mereka
tidak pernah mengunjungi kami, bahkan tidak pernah memberi kami kabar
tentang keadaan mereka. Apa mungkin mereka sudah menemukan kebahagiaan
yang baru disana?? Dan semoga itu benar adanya.

Selain sekolah, aku juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan di


rumah, biaya sekolah adik ku, dan biaya sekolahku sendiri. Sempat aku berfikir
untuk berhenti bersekolah karena tiadanya biaya. Namun aku berfikir kembali,
bagaimana aku bisa merubah keadaan keluarga ku apabila aku berhenti
sekolah?? Dan apakah adik ku senang memiliki kakak yang tidak sekolah?? Dan
aku pun memutuskan bekerja agar bisa memenuhi segala kebutuhan kami. Aku
memiliki mimpi yang sederhana yaitu, aku bisa menjadi orang yang sukses,
berguna dan aku bisa membiayai adik ku untuk mengenyam pendidikan di
perguruan tinggi.

Setiap hari kami hanya makan seadanya, bahkan terkadang kami


tidak makan. Dan disaat tidak ada makanan yang bisa dimakan, hati ku sedihh
dan lagi adik ku sering mengeluh karena tidak ada makanan. “Dik jangan sedih
yaa, nanti waktu kakak pulang sekolah pasti kakak bawain makanan. Jadi
jangan sedih yaa. Kita syukuri aja apa yang ada dik”, kata itu yang selalu aku
lontarkan disaat adik ku mengeluh.

Setelah pulang sekolah, aku langsung menuju ke sebuah tempat penampungan


sampah, tempat dimana aku mengais rupiah demi rupiah. “Ya Allah
Lancarkanlah rezeki hamba ya Allah”, itu adalah doa ku di setiap aku mau
mencari rezeki. Mungkin memang, sebagian orang beranggapan bahwa tempat
penampungan sampah adalah tempat yang hina, kotor, kumuh, dan tidak layak
untuk menjadi tempat mencari uang. Tapi bagi ku tidak, justru tempat ini lah
yang menjadi ladang rezeki ku selama ini. Target buruan ku adalah, botol-botol
bekas, karena benda ini laku di jual kembali untuk di daur ulang. Setelah
berjam-jam lamanya aku mencari dan mengumpulkan botol-botol bekas, dirasa
karung yang kubawa untuk wadah botol bekas sudah berat, akupun pergi ke
pengepul botol-botol bekas. Disana aku menukarkan barang yang tadinya ku
dapatkan ditempat yang kotor menjadi rupiah yang akan menghidupi aku dan
adik ku. Alhamdulillah 10 ribu rupiah adalah hasil kerja keras ku hari ini, yaa
walaupun di mata orang uang segitu mungkin tidaklah berharga, namun bagi ku
uang ini adalah nyawa ku dan nyawa adikku. Dengan uang 10 ribu rupiah, lalu
aku gunakan untuk membeli makanan sesuai yang telah aku janjikan kepada
adik ku. Sesampainya dirumah aku langsung memberikan nasi bungkus yang
tadi aku beli ke adik ku. Kami pun makan bersama-sama. Nasi bungkus dengan
harga 4 ribu rupiah sangatlah makanan yang mewah bagi kami. Dan sisa uang
dari hasil kerja kerasku ku masukan kecelengan bambu untuk ku
tabung. Terlihat raut wajah senang dari wajah adik ku. Yaa Allah, betapa
bahagianya diriku melihat adik ku tersenyum senang. Dan di setiap aku melihat
senyum adikku, aku pun semakin giat belajar dan bekerja untuk mewujudkan
mimpi-mimpi ku.

Anda mungkin juga menyukai