Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIKA SOEGIJAPRANATA


SEMARANG

PENGUKURAN KADAR KARBOHIDRAT

Kelompok F2

Abstrak

Pati termasuk polisakarida yang terdiri dari campuran 2 komponen, yaitu amilosa dan
amilopektin. Pada praktikum ini, dilakukan penentuan kadar amilosa, penentuan kadar
serat, dan penentuan carbohydrate by difference pada sampel dua merk tepung putih
telur. Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar dan tahapan penentuan serat
kasar, mengetahui cara menghitung kadar karbohidrat dengan metode carbohydrate by
difference, serta membandingkan kadar karbohidrat hasil analisa dan yang tercantum
dalam label dan SNI. Penentuan kadar amilosa menggunakan reagen larutan iodin dan
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Serat
kasar merupakan bagian dari bahan pangan yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
lignin dan polisakarida lain berfungsi sebagai bagian pelindung. Penentuan serat kasar
dilakukan dengan mengekstraksi kandungan lemak, karbohidrat, dan protein sehingga
hanya menyisakan serat kasar saja. Carbohydrate by difference ini ditentukan dari hasil
perhitungan, bukan berdasarkan hasil analisis, sehingga dapat disebut analisis
proksimat. Penghitungan kadar karbohidrat dalam sampel kasar dengan cara
mengurangkan angka 100% dengan jumlah total kadar komponen-komponen lain
seperti komponen air, abu, lemak, dan protein. Penentuan kadar serat kasar dilakukan
melalui 3 tahap, yaitu deffating, digestion, dan filtrasi. Deffating merupakan tahapan
dimana lemak pada bahan pangan yang akan dianalisis dihilangkan dengan
menggunakan pelarut lemak. Digestion adalah proses pelarutan yang meliputi dua tahap
dengan asam dan basa seperti asam sulfat (H2SO4) dan natrium hidroksida (NaOH),
serta dilakukan dalam ruangan tertutup. Filtrasi adalah tahap penyaringan yang
memisahkan serat kasar dari larutan basa dan asam dengan bantuan alkohol. Nilai
absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi amilosa yang terkandung didalam
tepung putih telur. Analisa serat kasar dapat dilakukan dengan metode lainnya, seperti
detergen dan metode enzimatik.

Kata kunci : kadar amilosa, kadar serat kasar, carbohydrate by difference, karbohidrat

1. PENDAHULUAN 1.2. Prinsip Kerja

1.1. Tujuan Prinsip dari penentuan kadar amilosa


didasarkan pada pengukuran kolorimetri
Tujuan praktikum ini adalah untuk dengan 2 pereaksi, yaitu asam asetat dan
mengetahui kadar dan tahapan larutan iod hingga berubah warnanya
penentuan serat kasar, mengetahui cara menjadi warna biru. Kemudian diukur
menghitung kadar karbohidrat dengan absorbansinya dengan spektrofotometer
metode carbohydrate by difference, dengan panjang gelombang 625 nm.
serta membandingkan kadar karbohidrat Prinsip dari penentuan kadar serat kasar
hasil analisa dan yang tercantum dalam adalah mengekstraksi kandungan lemak,
label dan SNI. karbohidrat, dan protein sehingga hanya
menyisakan serat kasar saja, kemudian

1
dihitung berat serat kasar dan % serat 6,5%. Sehingga perbedaan kadar serat
kasar. Prinsip kerja dari metode kasar dikarenakan setiap kelompok
carbohydrate by difference adalah memiliki berat kertas saring kosong,
penghitungan kadar karbohidrat dalam kertas saring + residu, berat serat kasar
sampel kasar dengan cara yang berbeda-beda.
mengurangkan angka 100% dengan
jumlah total kadar komponen- 1.3. Penetuan
komponen lain seperti komponen air, Carbohydrate by Difference
abu, lemak, dan protein.
Hasil pengamatan terhadap penentuan
2. HASIL PENGAMATAN kadar larbohidrat kelompok F1-F3
dengan tepung putih telur merk “My
1.1. 2.1. Snack Hut” dan kelompok F4-F6
Penentuan Kadar Amilosa dengan tepung putih telur merk “Maoli”
tertera dalam tabel 1. (terlampirkan)
Hasil pengamatan terhadap penentuan Berdasarkan tabel 1., dapat dilihat
kadar amilosa kelompok F1-F3 dengan bahwa kadar karbohidrat tertinggi
tepung putih telur merk “My Snack didapatkan oleh kelompok F5 sebesar
Hut” dan kelompok F4-F6 dengan 35,57% dan kadar karbohidrat terendah
tepung putih telur merk “Maoli” tertera didapatkan oleh kelompok F4 sebesar
dalam tabel 1. (terlampirkan) 31,77%. Sehingga perbedaan kadar
Berdasarkan tabel 1., dapat dilihat karbohidrat dikarenakan pada kadar air,
bahwa konsentrasi amilosa tertinggi abu, protein, lemak, dan serat berbeda-
didapatkan oleh kelompok F5 sebesar beda.
2562 ppm dengan nilai absorbansinya
sebesar 0,0225 dan konsentrasi amilosa 3. PEMBAHASAN
terendah didapatkan oleh kelompok F1
sebesar 2210 ppm dengan nilai Pengukuran kadar karbohidrat
absorbansinya 0,0075. Sehingga dapat dilakukan dalam 3 cara yaitu uji kadar
dilihat bahwa semakin besar nilai amilosa, penentuan serat kasar, dan
absrobansi, maka semakin tinggi penentuan carbohydrate by difference.
konsentrasi amilosa pada tepung putih Pada uji kadar amilosa, terdapat 2
telur. pereaksi atau reagen yang digunakan
yaitu 1 ml asam asetat dan 2 ml larutan
1.2. Penentuan iod. Pada uji tersebut, asam asetat
Kadar Serat Kasar digunakan untuk memecah granula pati.
Larutan iod yang ditambahkan
Hasil pengamatan terhadap penentuan berfungsi sebagai indikator keberadaan
kadar serat kasar kelompok F1-F3 amilosa dan amilopektin. Menurut
dengan tepung putih telur merk “My Basset (1994), larutan iod mengandung
Snack Hut” dan kelompok F4-F6 senyawa iodide di mana penambahan
dengan tepung putih telur merk “Maoli” larutan iod pada sampel yang
tertera dalam tabel 1. (terlampirkan) mengandung amilosa akan terbentuk
Berdasarkan tabel 1., dapat dilihat senyawa kompleks dengan warna biru.
bahwa kadar serat kasar tertinggi Sedangkan jika pada sampel yang
didapatkan oleh kelompok F5 sebesar mengandung amilopektin, larutan akan
16,1% dan kadar serat kasar terendah menghasilkan warna ungu kemerahan.
didapatkan oleh kelompok F6 sebesar

2
Pada penentuan kadar serat kasar, dihilangkan lemak akan menghalangi
terdapat 2 pereaksi yang digunakan proses perolehan kadar serat yang
yaitu asam sulfat dan NaOH. Asam murni (Griffin et al.,2015). Selanjutnya
sulfat termasuk dalam golongan asam adalah tahap digestion. Digestion
kuat yang mampu menghidrolisis adalah proses pelarutan yang meliputi
komponen, namun komponen yang dua tahap dengan asam dan basa
tidak terhidrolisis akan membentuk seperti asam sulfat (H2SO4) dan
suatu residu yang akan tertahan di natrium hidroksida (NaOH), serta
kertas saring (Winarno, 1997). dilakukan dalam ruangan tertutup
Sedangkan NaOH digunakan untuk (Mursalina et al., 2012). analisa tahap
proses ekstrak lebih lanjut pada serat digestion ini diawali dengan pelarutan
yang masih tertinggal dalam kertas menggunakan asam, yaitu dengan
saring setelah dilakukan pencucian menambahkan 200 m larutan H2SO4
dengan aquades. Selain itu juga berguna 0,25 N dan penambahan 5 tetes
untuk menghilangkan sifat asam, antifoam ke dalam sampel bekas analisa
melarutkan pati dan senyawa lain yang minyak, kemudian dididihkan selama 30
masih tertahan bersama dengan residu menit. Serat kasar tidak akan larut
(Gaman & Sherrington, 1994). dalam asam maupun basa sehingga
dihasilkan residu berupa serat kasar
Metode yang digunakan untuk analisa murni. Asam sulfat merupakan asam
kadar karbohidrat adalah penentuan golongan asam kuat yang dapat
kadar amilosa, penentuan kadar serat menghidrolisis komponen yang dapat
kasar dan penentuan carbohydrate by dihidrolisis, lalu komponen yang tidak
difference. Prinsip kerja penentuan terhidrolisis akan tertahan di kertas
kadar amilosa didasarkan pada saring (Winarno, 1997). Penambahan
pengukuran kolorimetri dengan 2 antifoam bertujuan untuk mencegah
pereaksi, yaitu asam asetat dan larutan timbulnya gelembung yang disebabkan
iod hingga berubah warnanya menjadi oleh pemanasan dengan suhu tinggi
warna biru. Kemudian diukur supaya mudah dalam menyaring
absorbansinya dengan spektrofotometer endapan. Larutan sampel yang telah
dengan panjang gelombang 625 nm ditambahkan dengan asam atau basa
(Wulansari, 2013). Prinsip dari dan antifoam dididihkan dengan
penentuan kadar serat kasar adalah tujuan supaya memperoleh kadar serat
mengekstraksi kandungan lemak, kasar yang lebih akurat, dilakukan
karbohidrat, dan protein sehingga hanya pada ruang tertutup dengan suhu
menyisakan serat kasar saja (Setyowati terkontrol serta dihindarkan dari
et al., 2008). Terdapat 3 langkah yang pengaruh luar (Sudarmadji et al.,
dilakukan dalam analisa kadar serat 1996). Setelah pemanasan residu yang
kasar yaitu defatting, digestion, dan terbentuk disaring dengan
filtrasi. Menurut Winarno et al (1980) menggunakan 200 ml aquades panas.
defatting adalah tahap penghilangan Pencucian dengan aquades panas
lemak yang terkandung dalam sampel memiliki tujuan supaya senyawa-
dengan menggunakan pelarut lemak senyawa lain yang masih tertinggal
non polar. Sampel yang akan dianalisa bersama dengan residu larut. Namun,
kadar serat kasarnya, kandungan serat kasar tidak akan terlarut karena
lemaknya harus dihilangkan terlebih serat kasar bersifat tidak larut dalam
dahulu dan dilakukan menggunakan air panas (Gaman & Sherrington
ekstraksi Soxhlet karena jika tidak 1994).

3
Setelah dilakukan pelarutan dengan Carbohydrate by Difference = 100 – (berat
asam, dilakukan juga pelarutan basa dalam gram [air + abu + protein + lemak]
dengan menggunakan NaOH 0,25 N dalam 100 gram makanan).
dan 5 tetes antifoam pada residu
yang diperoleh dari penyaringan dilakukan untuk memisahkan residu
sebelumnya, dan kemudian dididihkan. dari larutan asam atau basa dari
Penambahan NaOH setelah pencucian proses digestion. Tahap filtrasi harus
dengan aquades panas bertujuan untuk segera dilakukan setelah tahap
mengekstrak lebih lanjut serat yang digestion selesai supaya serat tidak
masih tertinggal dalam kertas saring, rusak oleh bahan kimia yang digunakan.
menghilangkan sifat asam, serta Prinsip dari analisa kadar serat kasar
melarutkan pati dan senyawa- adalah kandungan residu yang
senyawa lain yang masih tertinggal tertinggal pada kertas saring
bersama residu (Gaman & merupakan serat kasar yang tidak larut
Sherrington,1994). Dalam proses dalam asam maupun basa yang
penyaringan, senyawa-senyawa yang mengandung 97% selulosa dan lignin.
larut dalam basa kemudian akan lolos Setelah itu, kertas saring ditaruh
melewati pori-pori yang terdapat pada dalam cawan porselen lalu dikeringkan
kertas saring kemudian residu akan dalam oven selama 1 malam, lalu
tertahan di kertas saring. Kertas dimasukkan ke dalam desikator selama
saring yang digunakan, di oven 15 menit supaya terhindar dari
terlebih dahulu supaya tidak ada kelembaban yang berasal dari
komponen lain yang menempel pada lingkungan luar (Sudarmadji et al.,
kertas saring. Pelarut yang digunakan 1996).
harus memiliki jumlah dan normalitas
yang sama. Hal ini bertujuan supaya Metode yang ketiga adalah metode
terbentuk muatan nol saat ada carbohydrate by difference. Menurut
perbedaan jumlah dan normalitas, Winarno (1982) dalam Daysie (2016),
serta hal tersebut akan mempengaruhi carbohydrate by difference adalah
hasil perhitungan (Winarno, 1997). penentuan kadar Prinsip kerja dari
metode carbohydrate by difference
Tahap terakhir dari penentuan kadar adalah penghitungan kadar karbohidrat
serta kasar adalah tahap filtrasi. Pada dalam sampel kasar dengan cara
tahap filtrasi ini, residu yang berada mengurangkan angka 100% dengan
di kertas saring dicuci terlebih jumlah total kadar komponen-
dahulu menggunakan alkohol 96% komponen lain seperti komponen air,
sebanyak 15 ml. Proses pencucian abu, lemak, dan protein serta
dengan alkohol bertujuan untuk dirumuskan sebagai berikut:
memisahkan serat kasar dari Penentuan kadar amilosa dilakukan
komponen senyawa lain yang belum dengan menggunakan metode
terlarut saat dicuci dengan aquades spektrofotometri. Nilai absorbansi pada
panas 200 ml ( Arpah, 1993). Serat kelompok F1-F3 dengan tepung putih
kasar tidak larut dalam alkohol, telur merk “My Snack Hut” secara
sehingga pembilasan dengan alkohol berturut-turut adalah 0,0075; 0,0086;
diperlukan untuk melarutkan zat-zat dan 0,0173, sedangkan pada kelompok
hidrofobik sehingga tidak menempel F4-F6 dengan tepung putih telur merk
bersama serat kasar. Tahap filtrasi ini “Maoli” secara berturut-turut adalah

4
0,0163; 0,0225; dan 0,0127. Kemudian untuk sampel lemak yang digunakan
dari nilai absorbansi tersebut, untuk pegukuran kadar serat kasar
didapatkan konsentrasi amilosa yang adalah memiliki kandungan serat kasar
dihitung menggunakan kurva standar. 5-10% yang rendah lemak, serta
Konsentrasi amilosa pada kelompok F1- memiliki tekstur halus dan kering
F3 dengan tepung putih telur merk “My (Nielsen, 1998).
Snack Hut” secara berturut-turut adalah
2210 ppm; 2235,4 ppm; dan 2439,4 Kadar serat kasar dapat dihitung dengan
ppm, sedangkan pada kelompok F4-F6 rumus :
dengan tepung putih telur merk “Maoli” Berat serat kasar = (berat kertas saring
secara berturut-turut adalah 2416 ppm; kosong + residu) ̶ berat kertas saring
2562 ppm; dan 2331,4 ppm. kosong
Berdasarkan hasil pengamatan,
% serat kasar =
menunjukkan bahwa semakin tinggi berat serat kasar
nilai absorbansi, maka konsentrasi x 100
berat awal
amilosa juga semakin tinggi. Hal ini Hal ini diperkuat pula dengan
sesuai dengan teori dalam jurnal penjelasan dari jurnal “Comparative
Neldawati et al., (2013) yang Analysis of the Chemical Nutrient
mengatakan bahwa nilai absorbansi Compotition of Selected Local and
bergantung pada kadar zat yang Newly Introduced Rice Varieties Grown
tergantung didalam suatu sampel karena in Ebonyi State of Nigeria”. Dari jurnal
semakin banyak zat yang terkandung tersebut, dijelasan bahwa rumus untuk
maka semakin banyak molekul yang menentukan kadar serat kasar adalah %
menyerap cahaya dari panjang serat kasar = (berat setelah pengeringan)
gelombang sehingga nilai absorbansi / (berat dari sampel) x 100% (Oko et al.,
semakin besar. Nilai absorbansi akan 2012).
berbanding lurus dengan konsentrasi zat
yang terkandung didalam suatu sampel. Menurut USDA, kadar serat kasar yang
terkandung di dalam tepung putih telur
Serat kasar merupakan bagian dari adalah 0%. Namun, berdasarkan hasil
bahan pangan yang terdiri dari selulosa, analisis praktikan, didapatkan kadar
hemiselulosa, lignin dan polisakarida serat kasar sebesar 9,72%, 7,7%, dan
lain berfungsi sebagai bagian pelindung 15,4% untuk tepung putih telur merk
(Nurhajati, 2013). Menurut teori yang “My Snack Hut” dan kadar serat kasar
dikemukakan Nielsen (1998), terdapat 3 sebesar 10,6%, 16,1%, dan 6,5% untuk
tahapan dalam pengukuran kadar serat tepung putih telur merk “Maoli”. Dari
yaitu deffating, digestion, dan filtrasi. hasil analisis tersebut dapat dilihat
Deffating merupakan tahapan dimana bahwa kadar serat kasar pada kedua
lemak pada bahan pangan yang akan merk tepung putih telur jauh dari
dianalisis dihilangkan dengan standar yang ditetapkan oleh USDA.
menggunakan pelarut lemak (Wulandari Kesalahan ini dimungkinkan karena
et al, 2013). Lemak mengganggu adanya kesalahan pada saat proses
perolehan kadar serat murni sehingga digestion dimana prosesnya dilakukan
harus dihilangkan. Pada praktikum ini, di ruangan terbuka, sehingga serat kasar
analisis dilakukan dengan menggunakan bercampur dengan udara bebas yang
sampel bekas analisis lemak yang mengakibatkan hasil pengukuran
berarti sudah melewati proses berubah. Hal ini juga dapat dikarenakan
penentuan kadar analisis lemak. Syarat ketidaktelitian saat penimbangan,

5
sehingga sampel menyerap uap air “My Snack Hut” dan carbohydrate by
(Sudarmadji et al., 1989). difference sebesar 23,24%, 35,57%, dan
27,41% untuk tepung putih telur merk
Pengujian karbohidrat dapat juga “Maoli”. Dari hasil analisis di atas dapat
dilakukan dengan metode carbohydrate dilihat bahwa carbohydrate by
by difference yang menggunakan difference dari kedua merk tepung putih
beberapa hasil dari praktikum telur jauh dari standar yang ditetapkan
sebelumnya yaitu kadar air, abu, lemak, oleh USDA. Hal ini dapat dikarenakan
dan protein. Kadar carbohydrate by kelemahan dari analisis carbohydrate by
difference ini ditentukan dari hasil difference yaitu tingkat kesalahannya
perhitungan, bukan berdasarkan hasil tinggi karena apabila terjadi kesalahan
analisis, sehingga dapat disebut analisis hitung pada salah satu unsurnya (air,
proksimat. Perhitungan carbohydrate abu, lemak, atau protein), maka akan
by difference merupakan penentuan mempengaruhi hasil akhir (Pomeranz &
karbohidrat dalam bahan pangan secara Meloan, 1987). Oleh sebab itu, analisis
kasar, dimana kelebihan perhitungan ini ini membutuhkan tingkat ketelitian yang
adalah jenis karbohidrat yang ada dalam tinggi untuk meminimalisir kesalahan.
bahan pangan tidak perlu ditunjukkan
dalam perhitungan ini dan dapat dipakai Analisis serat kasar ada 3 metode, yaitu
untuk menghitung jumlah energi dari metode serat kasar (crude fiber), metode
suatu bahan pangan (Soputan et al., detergen, serta metode enzimatis
2016; James, 1995). Namun, metode ini (Joseph, 2002). Metode analisis serat
pun memiliki kelemahan yaitu tingkat kasar yang umum dilakukan adalah
kesalahannya cukup tinggi. Hal ini metode serat kasar (crude fiber),
disebabkan kesalahan perhitungan pada sedangkan metode detergen dan metode
salah satu unsurnya yaitu air, abu, enzimatik jarang digunakan. Metode
lemak, atau protein yang mempengaruhi detergen merupakan metode gravimetri
hasil akhir, sehingga metode ini yang hanya dapat mengukur komponen
membutuhkan tingkat ketelitian yang serat yang tidak larut, sedangkan untuk
tinggi (Pomeranz & Meloan, 1987). mengukur komponen serat yang larut
Untuk mengetahui kadar karbohidrat seperti pektin dan gum perlu dilakukan
dalam bahan pangan dengan metode analisa yang lain (Pomeranz &
analisis ini, kadar seluruh komponen Meloanz, 1987). Metode ini terdiri dari
penyusun suatu bahan pangan harus 2 metode yaitu Acid Detergent Fiber
sudah diketahui terlebih dahulu. (ADF) dan Neutral Detergent Fiber
Perhitungan karbohidrat dapat (NDF). Sementara itu, metode
dilakukan dengan mengurangi angka enzimatik merupakan metode fraksinasi
100% dengan jumlah total kadar enzimatik, yaitu penggunaan enzim
komponen-komponen lain, seperti air, amilase yang diikuti oleh penggunaan
abu, lemak, dan protein. enzim pepsin pankreatik. Metode ini
dapat digunakan untuk mengukur kadar
Kadar carbohydrate by difference yang serat total, serat makanan larut, dan
ditetapkan oleh USDA adalah 7,8 gram serat makanan tidak larut secara terpisah
per 100 gram makanan atau 7,8%. (Joseph, 2002). Kekurangan dari
Namun, berdasarkan hasil analisis metode enzimatis adalah enzim yang
praktikan, didapatkan carbohydrate by digunakan mungkin mempunyai
difference sebesar 31,77%, 24,55%, dan aktivitas lebih yang bisa saja merusak
28,07% untuk tepung putih telur merk komponen serat, selain itu kemungkinan

6
protein yang tidak terdegradasi  Kadar karbohidrat pada tepung
sempurna ikut terhitung sebagai serat. putih telur kedua merk tidak
Metode enzim juga membutuhkan biaya memenuhi kadar karbohidrat
yang mahal dalam praktiknya standard yang ditetapkan oleh
(Pomeranz & Meloanz, 1987). USDA, yaitu 7,8%.
 Analisa serat kasar dapat dilakukan
4. KESIMPULAN dengan metode lainnya, seperti
detergen dan metode enzimatik.
 Kadar serat kasar dapat ditentukan
melalui tahap deffating, digestion, Semarang, 11 November 2019
dan filtrasi. Praktikan,
 Deffating merupakan tahapan
dimana lemak pada bahan pangan
yang akan dianalisis dihilangkan Gabriela Murni W. 18.I1.0043
dengan menggunakan pelarut Catharina Danella P. 18.I1.0044
lemak. Servatius Maria 18.I1.0170
Aurin Waluyo 18.I2.0020
 Digestion adalah proses pelarutan
Afellia Agstefini 18.I2.0025
yang meliputi dua tahap dengan
asam dan basa seperti asam sulfat
(H2SO4) dan natrium hidroksida 5.DAFTAR PUSTAKA
(NaOH), serta dilakukan dalam Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu
ruangan tertutup. Pangan. Bandung: Tarsito.
 Filtrasi adalah tahap penyaringan
yang memisahkan serat kasar dari Basset, J. (1994). Buku Ajar Vogel
larutan basa dan asam dengan Kimia Analisis Kantitatif
bantuan alkohol untuk melarutkan Anorganik. Jakarta: Penerbit
zat-zat hidrofobik agar tidak Buku Kedokteran EGC.
menempel bersama serat kasar.
 Prinsip kerja penentuan serat kasar Gaman, P. M. & K. B. Sherrington.
dengan mengekstraksi kandungan (1994). Ilmu Pangan:
lemak, karbohidrat, dan protein Pengantar Ilmu Pangan,
sehingga hanya menyisakan serat Nutrisi dan Mikrobiologi
kasar saja. Edisi Kedua. Yogyakarta:
UGM Press.
 Nilai absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi amilosa yang Griffin, Francesca Busuttil; Claire
terkandung didalam tepung putih Shoemake; Everaldo Attard
telur. & Lilian M. Azzopardi.
 Kadar karbohidrat dapat dihitung (2015). Crude Fibre
dengan cara mengurangkan angka Determination of Malva
100% dengan jumlah total kadar sylvestris L. and Evaluation
komponen-komponen lain seperti of its Faecal Bulking and
komponen air, abu, lemak, dan Laxative Properties in Rats,
protein International Journal of
 Kadar serat pada tepung putih telur Biology, Vol. 7, No. 4.
kedua merk tidak memenuhi kadar
serat kasar standar yang ditetapkan
oleh USDA, yaitu 0%.

7
Asisten
Dosen,

Vanessa M.
Steven C.
James, C. S. (1995). Analitical Agriculture and Forestry 2012,
Chemistry of Food. 2(2): 16-23
Chapman & Hall.
Glasgow. Pomeranz, Y. & C. E. Meloan.
(1987). Food Analysis
Joseph, G. (2002). Manfaat Serat Theoryland Practice.
Makanan Bagi Kesehatan Kita. NewYork: An AVI Book.
Bogor: IPB.
Pomeranz, Y. &C. E. Meloan. (1987).
Mursalina; Siti Morin Sinaga dan Food Analysis Theoryland
Jansen Silalahi. (2012). Practice.An AVI Book. New York.
Penetapan Kadar Serat Tak
Larut Pada Makanan Keripik Setyowati, Rini., Dwi Sarbini, Sri
Simulasi. Journal of Natural Rejeki. (2008). Pengaruh
Product and Pharmaceutical Penambahan Bekatul Terhadap
Chemistry, Vol 1 (1), 1 -7. Kadar Serat Kasar, Sifat
Organoleptik dan Daya Terima
Neldawati, Ratnawulan & Gusnedi. pada Pembuatan Tempe Kedelai
(2013). Analisis Nilai (Glycine max (L) Meriii).
Absorbansi dalam Penentuan Jurnal Penelitian Sains &
Kadar Flavonoid untuk Berbagai Teknologi, Vol 9 (1), 52-61.
Jenis Daun Tanaman Obat.
Pillar of Physics, Vol 2, 76-83. Soputan, Daysie. D., Christine. F.
Mamuaja & Tommy F.
Nielsen, S. S. (1998). Food Analysis 2nd Lolowang. (2016). Uji
Ed . Aspen Publishers, Inc. Organoleptik dan Karakteristik
Maryland-USA. Kimia Produk Klappertaart di
Kota Manado Selama
Nurhajati, T & Tatang Suprapto. (2013). Penyimpanan. Jurnal Ilmu dan
Penurunan Serat Kasar dan Teknologi Pangan, Vol 4 (1),
Peningkatan Protein Kasar Sabut 18-27.
Kelapa (Cocos nucifera Linn)
Secara Amofer dengan Bakteri Sudarmadji, S., B. Haryono &
Selulolitik (Actinobacillus ML- Suhardi. (1996). Analisa
08) Dalam Pemanfaatan Limbah Bahan Makanan dan
Pasar Sebagai Sumber Bahan Pertanian. Yogyakarta:
Pakan. Agroveteriner, Vol 2 (1), Liberty.
1-11.
Sudarmadji, S.; B. Haryono & Suhardi.
Oko A. O., Ubi B. E., Efisue A. A, (1989). Analisa Bahan Makanan
Dambaba N. (2012). Dan Pertanian. Liberty
Comparative Analysis of the Bekerjasama Dengan PAU
Chemical Nutrient Composition Pangan Dan Gizi UGM.
of Selected Local and Newly Yogyakarta.
Introduced Rice Varieties Grown
in Ebonyi State of Nigeria. Winarno F. G. (1982). Kimia Pangan
International Journal of dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

8
Defatting dan Suhu Ekstraksi
Winarno, F. G., S. Fardiaz & D. terhadap Karakteristik Fisik
Fardiaz. (1980). Pengantar Gelatin Tulang Ikan Gabus
Teknologi Pangan. Jakarta: (Channa striata). Fishtech, Vol. 2
PT. Gramedia Pustaka No.1, 38-45.
Utama.
Wulansari, F. D. (2013). Metode
Winarno, F. G. (1997). Pangan Gizi, Sederhana Penentuan Jumlah Unit
Teknologi, dan Konsumen. Pengulangan Glukosa dalam
Jakarta: PT Gramedia Amilosa Sebagai Media
Pembelajaran Materi Karbohidrat.
Wulandari, Agus Supriadi, dan Budi Jurnal Pembelajaran MIPA, Vol 18
Purwanto. (2013). Pengaruh (2), 185-190.

6. LAMPIRAN
6.1. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Amilosa pada Berbagai Sampel
Kel. Sampel Absorbansi Konsentrasi Amilosa
(ppm)
F1 Tepung putih telur My 0,0075 2210
Snack Hut
F2 Tepung putih telur My 0,0086 2235,4
Snack Hut
F3 Tepung putih telur My 0,0173 2439,4
Snack Hut
F4 Tepung putih telur Maoli 0,0163 2416
F5 Tepung putih telur Maoli 0,0225 2562
F6 Tepung putih telur Maoli 0,0127 2331,4

Tabel 2. Analisis Serat Kasar


Kel. Bahan Berat Berat Kertas Berat Kertas Berat Kadar
Awal Saring Saring + Serat Serat
(g) Kosong (g) Residu (g) Kasar (g) Kasar (%)
F1 Tepung 1 0,902 0,776 0,126 9,72%
putih telur
My Snack
Hut
F2 Tepung 1 0,781 0,858 0,077 7,7%
putih telur
My Snack
Hut
F3 Tepung 1 0,777 0,931 0,154 15,4%
putih telur
My Snack
Hut
F4 Tepung 1 0,775 0,881 0,106 10,6%

9
putih telur
Maoli
F5 Tepung 1 0,767 0,928 0,161 16,1%
putih telur
Maoli
F6 Tepung 1 0,789 0,856 0,065 6,5%
putih telur
Maoli

Tabel 3. Analisis Carbohydrate by Difference


Kel. Bahan Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar
Air (%) Abu (%) Protein Lemak Serat KH (%)
(%) (%) (%)
F1 Tepung putih 4,58% 6,20% 55,69% 1,76% 9,72% 31,77%
telur My
Snack Hut
F2 Tepung putih 4,30% 7,20% 56,75% 7,2% 7,7% 24,55%
telur My
Snack Hut
F3 Tepung putih 4,44% 6,30% 50,07% 11,12% 15,4% 28,07%
telur My
Snack Hut
F4 Tepung putih 5,72% 6,5% 63,04% 1,5% 10,6% 23,24%
telur Maoli
F5 Tepung putih 4,70% 6,30% 50,44% 2,99% 16,1% 35,57%
telur Maoli
F6 Tepung putih 5,70% 7,10% 55,31% 4,48% 6,5% 27,41%
telur Maoli
Keterangan :
Kadar Air : dari % wet basis
Kadar Protein : dari % P
Kadar Lemak : dari % lemak 1

Grafik 1. Kurva Standar

10
Kurva Standar
0.03 0.02

0.02 f(x) = 0.09x - 0.09


R² = 1 0.02 0.02
Absorbansi

0.02 0.01

0.01 0.01 0.01

0.01

0
1.05 1.1 1.15 1.2 1.25 1.3
Konsentrasi

6.2. Laporan Sementara


(Terlampir)

6.3. Perhitungan
1.3.1. Konsentrasi Amilosa (ppm)
KELOMPOK F1 100
2235,4 x = 223,54 µgr
1000
Y = 0,0851x – 0,0865
2235,4
0,0075= 0,0851x – 0,0865 Konsentrasi Amilosa =
0,1
0,094 = 0,0851x
=2235,4 ppm
x = 1,105
x * 2000 = a ppm
KELOMPOK F3
1,105* 2000 = 2210 ppm
Y = 0,0851x – 0,0865
100
2210 x = 221 µgr 0,0173 = 0,0851x – 0,0865
1000
0,1038 = 0,0851x
221
Konsentrasi Amilosa = = 2210 x = 1,2197
0,1
x * 2000 = a ppm
ppm
1,2197 * 2000 = 2439,4 ppm
100
KELOMPOK F2 2439,4 x = 243,94 µgr
1000
Y = 0,0851x – 0,0865
243,94
0,0086= 0,0851x – 0,0865 Konsentrasi Amilosa =
0,1
0,0951 = 0,0851x
=2439,4 ppm
x = 0,1175
x * 2000 = a ppm
KELOMPOK F4
0,1175* 2000 = 2235,4 ppm
Y = 0,0851x – 0,0865

11
0,0163= 0,0851x – 0,0865 100
2352,4 x = 256,2 µgr
1000
0,1028 = 0,0851x
256,2
x = 1,208 Konsentrasi Amilosa = = 2562
0,1
x * 2000 = a ppm
ppm
1,208 * 2000 = 2416 ppm
100
2416 x = 241,6 µgr KELOMPOK F6
1000
241,6 Y = 0,0851x – 0,0865
Konsentrasi Amilosa = = 2416
0,1 0,0130= 0,0851x – 0,0865
ppm 0,0995 = 0,0851x
x = 1,1692
KELOMPOK F5 x * 2000 = a ppm
Y = 0,0851x – 0,0865 1,1692 * 2000 = 2331,4 ppm
0,0225= 0,0851x – 0,0865 100
2331,4 x = 233,14 µgr
1000
0,109 = 0,0851x
233,14
x = 1,281 Konsentrasi Amilosa = =
0,1
x * 2000 = a ppm
2338,4 ppm
1,281 * 2000 = 2562 ppm

1.3.2. Analisa Serat Kasar


Kelompok F1 0,154
% Serat Kasar = × 100 =15,4
– 1
Berat Serat Kasar = 0,902 0,776
= 0,126 g 0,069
×100 =5,9
0,126 1,168
% Serat Kasar = ×100 =9,72
1,296
Kelompok F4
Kelompok F2 Berat Serat Kasar = 0,881 – 0,775
Berat Serat Kasar = 0,858 −¿ 0,781 = 0,106 g
0,106
= 0,077 g % Serat Kasar = ×100 =10,6
0,077 1
% Serat Kasar = ×100 =7,7
1
Kelompok F5
Kelompok F3 Berat Serat Kasar = 0,928 −¿ 0,767
Berat Serat Kasar = 0,931 −¿ 0,777 = 0,161 g
0,161
= 0,154 g % Serat Kasar = ×100 =16,1
1

Kelompok F6
Berat Serat Kasar = 0,856 −¿ 0,789

12
= 0,059 g 0,065
% Serat Kasar = ×100 =6 , 5
1

1.3.3. Analisa Carbohydrate by Difference


KELOMPOK F1 KELOMPOK F4
100 – (4,58 + 6,20 + 55,69 + 1,76) 100 – (5,72 + 6,5+ 63,04 + 1,5)
= 31,77% = 23,24%

KELOMPOK F2 KELOMPOK F5
100 – (4,30+ 7,20 + 56,75 + 7,2) 100 – (4,70 + 6,30 + 50,44 + 2,99)
= 24,55 % = 35,57%
KELOMPOK F3
100 – (4,44 + 6,30 + 50,07+ 11,12) KELOMPOK F6
= 28,07% 100 – (5,70 + 7,10 + 55,31+ 4,48)
= 27,41%

13
6.4. Foto Kemasan
6.4.1. Kemasan Tepung Putih Telur “My Snack Hut”

6.4.2. Kemasan Tepung Putih Telur “Maoli”

6.5. Jurnal
(Terlampir)

6.6. Data USDA


6.7. Hasil Scan Plagiasi
(Terlampir)

Anda mungkin juga menyukai