Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 4 : Matan Keyakinan Dan Cita – Cita Hidup Muhammadiyah

Penanya : Rina Pitriyana (1808010104)

Pertanyaan :

Bismillah,izin bertanya

Bagaimanakah langkah langkah ataupun cara muhammadiyah untuk meyakinkan masyarakat dalam
pendekatan secara langsung sehingga dapat menerima dan melaksanakan ajaran islam yang sesuai
dengan Al-Quran dan sunnah

Penjawab : Fitriana Adelia Putri (1808010105)

Jawaban : Cara Muhammadiyah untuk meyakinkan masyarakat sehingga dapat menerima dan
melaksanakan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Quran & sunnah : kegiatan Muhammadiyah tidak
berorientasi keagamaan semata, melainkan pada bidang kesehatan, pendidikan dan sosial kemanusiaan

Secara umum, ide-ide K.H.Ahmad Dahlan dapat diklasifikasikan kepada dua dimensi, yaitu:

1. Berupaya memurnikan ajaran islam dari khurafat, tahayul, dan bid’ah yang selama ini telah
bercampur dalam akidah dan ibadah umat islam.

2. Mengajak umat islam untuk keluar dari jarring terhadap doktrin islam dalam rumusan dan penjelasan
yang dapat diterima oleh rasio.

Muhammadiyah dalam jangka panjang akhirnya lahir ‘ulama dan cendikiawan yang produktif,
sehingga warna intelektualismenya menjadi jelas, sekalipun sebagian besar tidak dilahirkan oleh system
pendidikan Muhammadiyah.

Penanya : Salsabila Fitrian Fauzi

NIM : 1808010095

Pertanyaan : dari slide yg ke 12 poin no 6, bagaiamana Mcara Muhammadiyah memajukan


perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas?

Penjawab: Rista Oktaviani (1808010066)

Muhammadiyah melakukan ijtihad ekonomi yaitu secara kelembagaan mendirikan unit-unit


usaha. Mulai dari unit usaha percetakan, penerbitan, kerajinan, makanan olahan dan
sebagainya. Proses ini berlangsung terus sampai hari ini. Dan sekarang kita dapat menyaksikan
bagaimana Muhammadiyah di berbagai daerah, relatif memiliki unit usaha ekonomi yang
lengkap. Mulai unit usaha yang menggarap permodalan dari yang mikro berupa usaha bersama,
koperasi, Baitul Mal Wattam Wil sampai yang tingkat menengah berupa Bank Perkreditan Syariah, unit
usaha produksi juga berkembang di mana-mana termasuk usaha tani, kerajinan dan industri.

Unit usaha perdagangan atau distribusi pun juga berkembang, dari yang bersifat eceran atau retail
sampai perdagangan menengah dan besar. Jaringan distribusi yang dimiliki oleh persyarikatan meliputi
pompa bensin sampai toko swalayan.

Penanya : Aisah Irawati

Nim : 1808010076

Di slide ppt dituliskan bahwa cita2 muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar maruf nahi
mungkar, tolong dijelaskan apa yang dimaksud amarmaruf nahi mungkar dan upaya apa saja yg
dilakukan Muhammadiyah untuk mencapai cita2 tersebut?

Terimakasih

Penjawab : Fathoni Ahmad 1808010073

Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang berisi perintah menegakkan
yang benar dan melarang yang salah. Dalam ilmu fikih klasik, perintah ini dianggap wajib bagi kaum
Muslim. "Amar makruf nahi mungkar" telah dilembagakan di beberapa negara, contohnya adalah di
Arab Saudi yang memiliki Komite Amar Makruf Nahi Mungkar .Muhammadiyah adalah gerakan dakwah
"Amar Ma'ruf Nahi Munkar", dan itu bukan semata-mata menyeru kebaikan dan mencegah yang
munkar. Akan tetapi mengandung tiga hal yang mencakupi gerakan Amar Ma'ruf Nahi Munkar tersebut,
yakni Liberasi, Humanisasi, dan Transendensi.

Membebaskan manusia dari ketertindasan, dalam arti kebodohan, penyakit, kelompok rentan, serta
tentunya kemiskinan. Merupakan suatu hal yang mendasari gerakan dari Muhammadiyah, dan hal itu
yang disebut liberasi.

Seperti halnya pada saat KH. Ahmad Dahlan mendirikan Rumah Sakit PKU untuk membantu umat dalam
pelayanan kesehatan. Karena pada saat itu kebanyakan umat tidak memiliki keuangan yang cukup untuk
berobat di rumah sakit yang dikelola oleh Belanda. Ini merupakan salah satu penindasan.

Oleh sebab itulah KH. Dahlan mendirikan rumah sakit tersebut. Dan itu merupakan gagasan yang keluar
dari Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Jika kita lihat atau coba kita bahasakan adalah dari Al-Qur'an berdirilah
rumah sakit yang diprakarsai oleh KH. Dahlan.

Kemudian, humanisasi dapat diartikan memanusiakan manusia. Atau dapat disebut manusia yang
diberdayakan. Dan yang terakhir adalah Transendensi yang memiliki artian membawa manusia pada
keimanan dan kesholehan.
Seperti itulah dakwah menurut Muhammadiyah. Tidak langsung diajak untuk hal kesholehan, akan
tetapi ada tahapan-tahapan yang mengiringi kearah tersebut. Oleh sebab itu dibebaskan dari
ketertindasan dahulu, kemudian diberdayakan terlebih dahulu, dan barulah dibawa ke arah keimanan
dan kesholehan.

Penanya : Rani

NIM : 808010096

Pertanyaan : di slide 6 point ke 3, disebutkan bahwa salah satu Islam dalam keyakinan Muhammadiyah
adalah ijtihad. Ijtihad itu kan sebagai sumber hukum setelah alqur'an dan hadits. Pertanyaannya, pada
masa sekarang yang mana banyak permasalahan2 yg dihadapi umat Islam, bolehkan kita berijtihad? Dan
apakah ada syarat nya? Jika ada, apa itu syaratnya

Penjawab : Himas Atin K (1808010062)

Menghadapi arus globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi dewasa ini, tampaknya ijtihad tidak
sebatas menuntut persyaratan keahlian seperti yang tertulis di buku-buku Fiqh klasik. Era Globalisasi
telah memunculkan berbagai problem yang membutuhkan jawaban secara Syar’i. KH M. Tholchah
Hasan, mantan Menteri Agama era Gus Dur itu mengutip pendapat M Daud Ali, bahwa untuk menjadi
mujtahid di tengah kehidupan masyarakat yang kompleks dibutuhkan lagi persyaratan disiplin ilmu dan
teknologi sesuai dengan permasalahan yang berkembang.

Cukup wajar pula menurut beliau kalau sampai muncul gagasan ijtihad dewasa ini harus dilakukan
secara lintas (interdisipliner). Artinya para pelaku ijtihad tidak (belum) cukup mampu menyelesaikan
problem hukum yang muncul kalau tidak mendapat bantuan kalangan profetik yang benar-benar
mendalami suatu bidang yang menjadi objek yang diijtihadkan.

Oleh karena itu, pemecahan problem tersebut harus dilakukan dengan cara ijtihad jama’i, tidak secara
fardi (individual). Metode ijtihad jama’i bila didukung dengan fasilitas-fasilitas kenegaraan, tanpa
mengurangi kebebasan para mujtahid, akan lebih berhasil. Lembaga-lembaga ijtihad berwawasan
internasional sangat diperlukan guna memecahkan masalah bersama, tanpa mengurangi kemungkinan-
kemungkinan bervariasinya pelaksanaan hasil ijtihad bersama, sesuai dengan tuntunan ruang dan
waktu, sepanjang masih dalam kerangka ruh syariat Islam (M. Tholchah hasan, 2000: hal 33).

Adapun untuk mempraktikkan ijtihad jama’i di era sekarang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Masalah menentukan kelengkapan syarat-syarat sebagai seorang mujtahid yang akan ikut dalam
ijtihad seperti ini diserahkan kepada penguasa Muslim yang mengatur orang Islam. Orang yang dipilih itu
mewakili umat di masyarakat tempai ia berada.

2. Di samping para ulama, dilibatkan pula para pakar berbagai bidang ilmu sesuai dengan permasalahan
yang akan dibahas.
3. Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam sidang, maka diambil pendapat dari ulama terbanyak.

4. Penguasa hendaklah memberikan instruksi untuk menerapkan hasil ijtihad jama’i ini ke dalam
kehidupan sehingga putusan ijtihad jama’i itu mempunyai kekuatan mengikat (Satria Efendi, 2005: hal
259).

Penanya: Gina 'Atifatul Hani

NIM: 1808010093

Pertanyaan : Slide ke 4 kan disebutkan bahwa cita-cita manusia yaitu melaksanakan fungsi dan misi
manusia, maksudnya bagaimana? Pasti kan misi manusia itu beda-beda.

Penjawab : Fitriana Adelia Putri

NIM : 1808010105

Jawaban :

Fungsi dan misi manusia dibedakan menjadi 2 yaitu manusia sebagai Abdul-lah (menyembah atau
mengabdi kepada Allah), dan Khalifah Allah, yang keduanya harus dilakukan dengan penuh tanggung
jawab.

1. Tugas manusia sebagai ’Abdullah (hamba Allah):

Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan reali­sasi dari mengemban amanah dalam arti:
memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah
atau kalimat tauhid, dan atau ma’rifah kepadaNya. Sedangkan Khalifah Allah merupakan realisasi dari
mengemban amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan, atau mengoptimalkan penggunaan segala
anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar
manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup.

Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

2. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah

Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami dari firman Allah
dalam Q.S. al-Baqarah: 30:

”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Penanya : Yunita Nur Mar'atussani

Nim : 1808010085

Pertanyaan :

Assalamualaikum wr.wb. Mau bertanya bagaimana Muhammadiyah memandang aliran politik?


Terimakasih wassalamu'alaikum wr.wb

Penjawab : Isnaini Puji Apsari

Politik dalam pandangan Muhammadiyah bukan turut serta berkecimpung/bergulat dengan hiruk pikuk
perebutan kekuasaan. Perebutan kursi dan kuasa adalah wilayah partai politik (parpol). Biarlah pilar
demokrasi itu bermain dengan iramanya. Muhammadiyah mengambil sikap mendidik warga bangsa dan
terus memproduksi wacana, sikap, dan moralitas politik yang santun dan beradab. Inilah irama
Muhammadiyah.menurut Ahmad Syafii Maarif dalam pengantar buku Muhammadiyah dalam Dinamika
Politik Indonesia 1966-2006karya Syarifuddin Jurdi (2010), moralitas dalam politik Indonesia hampir
punah dalam praktik politik elite-elite politik berkuasa. Elite berkuasa semakin jauh dari aspirasi
masyarakat. Kehidupan elite berkuasa semakin menunjukkan kemewahan dan kemegahan di tengah
penderitaan masyarakat luas.

Tugas Muhammadiyah dengan konsep kader Persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa, dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan politik Indonesia yang beradab, bermoral, dan berpihak
kepada kepentingan rakyat. Muhammadiyah harus mengembangkan gagasan politik yang prospektif
bagi konstruksi Indonesia yang beradab serta kader yang memiliki visi kemanusiaan, keindonesiaan, dan
kebangsaan.

Anda mungkin juga menyukai