LAPORAN MODUL 2
ANDI BURHANUDDIN
ANANDA WULANDARI
RIMA IRMANSYAH
1
RIYALDI DWIPA ANUGRAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
MODUL 2
SKENARIO 2
Seorang laki-laki 60 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan suara serak yang telah di
alami 6 bulan. Sesak napas terutama jika melakukan aktivitas berat. Tampak benjolan pada
KATA KUNCI
- Laki-laki 60 tahun
- Sesak napas
PERTANYAAN
3. Hubungan benjolan pada leher dengan suara serak dan sesak napas ?
2
4. Anamnesis tambahan dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis ?
5. Deferensial diagnosis :
a. Etiologi
b. Gejala klinis
c. Faktor risiko
d. Langkah diagnosis
e. Penatalaksanaan
PEMBAHASAN
Pasien pada kasus mengalami benjolan pada lehernya. Sumber benjolan ini bisa
berasal dari jaringan otot, lemak, kulit, tulang maupun kelenjar tiroid, partiroid dan
kelenjar getah bening. Namun karena keterbatasan info sulit untuk menentukan
struktur yang menjadi sumber benjolan pada kasus ini. Namun secara garis besar, jika
suatu benjolan timbul pada daerah leher, maka organ yang bisa dicurigai mengalami
gangguan adalah :
Kelenjar getah bening adalah bagian dari system pertahanan tubuh kita. Tubuh
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah
submandibular (bagian bawah rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba
3
l.n.occipitalis, l.n.mastoideus (l.n.retro auricularis), l.n.preauricularis, (l.n.parotideus
superficialis dan vena facialis transversa. Menerima pembuluh afferent dan kepala
(scalp), auricular, palpebra dan pipi. Dan mengirim pembuluh afferent menuju ke
l.n.cervicalis superficialis.
permukaan inferior dari m.mylohyoideus, membawa limfe dari lidah bagian tengah
ini terletak pada vena facialis di sebelah caudal dari mandibula, dimana vena ini
facies.
lymphe dari bagian tengah (linea mediana) leher dan mengalirkan lymphenya menuju
l.n.submentalis.
4
L.n.cervicalis superficial berada sepanjang v.jugularis externa. Menerima
aliran lymphe dari kulit pada angulus mandibulae, region parotis bagian caudal dan
gugusan superficial dan gugusan profunda terdapat gugusan intermedis, yang terdiri
atas :
yang berjalan bersama-sama dengan a.lryngea superior dan berasal dari larynx
dari larynx dibagian cranialis plica vokalis, berada pada vasa thyreoidea superior.
L.n.paratrachealis yang berada pada celah diantara trachea dan oesophagus, menerima
(l.n.mediastinalis superior).
sepanjang carotid sheath. Terdiri atas banyak lymphonodus, berada pada vena
jugularis interna, mulai dari basis crania sampai disebelah cranialis clavicula dan
dibagi oleh venter inferior m.omohyoideus menjadi gugusan superior dan gugusan
inferior.
cranialis cartilage thyreoidea, menerima afferent dari cavum cranii, regio pterygoidea,
5
l.n.retropharyngealis (berada didalam spatium retropharyngeum), menerima lymphe
dari nasopharinx, tuba auditoria dan dari vertebra cervicalis, mengirimkan lymphenya
superficialis, pars caudalis glandula thyreoidea, larynx bagian caudal, trchea pars
pembuluh besar (jugular trunk) dan bermuara kedalam dutus thoracicus (dibagian kiri)
Pada tempat persilangan antara m.digastricus dan vena jugularis interna terdapat
l.n.juguladigastricus.
Regio II : 1/3 atas vena jugularis interna, baisi cranii sampai tepi atas os hyoid,
Regio III : 1/3 tengah vena jugularis interna, dipisahkan dari regio IV melalui
Regio IV : 1/3 bawah vena jugularis interna, berisi kelenjar limfa vena jugularis
6
Limfatikus
Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pertahanan tubuh dan
sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya.
Oleh karena dilewati pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen
(mikroba,zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang
menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahnan tubuh
yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening
membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KGB itu sendiri seperti limfosit, sel plasma,
monosit dan histiosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk
b. Faring
Nasopharing
dibelakang cavum nasi dan cranialis dari palatum molle (paltum molle dapat dianggap
membentuk lantai nasopharinx). Ruangan ini dapat dipisahkan sama sekali dari
Kearah anterior berhubungan dengan cavum nasi dengan melalui choanae. Bagian ini
7
semata-mata dilalui oleh udara respirasi. Pada setiap dinding lateral nasopharynx
Lubang ini terletak setinggi concha nasalis inferior dan dibatasi sebelah
postero-superior oleh torus tubarius, yaitu suatu penonjolan yang disebabkan oleh
pars medialis dari tuba auditiva. Disebelah dorsal dari tonjolan ini terdapat recessus
auditiva tebentuk labium anterius dan labium posterior, dan labium posterior
melanjutkan diri kecaudal pada plica salpingopharyngealis, yaitu suatu plica yang
yang bertumbuh sampai usia anak 6 tahun, lalu mengalami retrogresi. Bilamana
terjadi hypetrophi maka nasopharynx dapat tertutup dan memberi gangguan respirasi.
membentuk tonsilla tubaria. Pembesaran dari tonsilla ini dapat menekan tuba auditiva
dan menghalangi aliran udara yang menuju ketelinga bagian tengah. Pembesaran dari
Oropharynx
Terletak disebelah dorsal cavum oris, disebelah caudal dari palatum molle dan
diebelah cranialis aditus laryngis. Mempunyai hubungan dengan cavum oris melalui
Batas lateral isthmus facium dibentuk oleh arcus palatoglosus, yang melekat
dari palatum molle menuju kesisi lidah (kira-kira dibagian posterior pertengahan
lidah). Disebelah posteriornya lagi terdapat arcus palatopharyngeus yang berasall dari
8
pharynx. Arcus palatopharyngeus, arcus dan bagian posterior sisi lingua membentuk
Laryngopharyngx
dengan oropharynx (hubungan bebas) dan kearah caudalis melanjutkan diri menjadi
anterior laryngopharynx.
cabang dari a.carotis externa), a.palatina ascendens (cabang dari a.facialis), a.palatina
major (cabang dari a.maxillaris). pembuluh vena membentuk plexus pharyngeus pada
dinding posterior dan dinding lateral pharynx dan member aliran darahnya kepada
pterygopalatinum.
Ada banyak factor yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada leher,
seperti trauma infeksi, hormone, neoplasma dan kelainan herediter. Factor-faktor ini
9
bekerja dengan caranya masing-masing dalam menimbulkan benjolan. Hal yang perlu
ditekankan adalah tidak selamanya benjolan yang ada pada leher timbul karena
kelainan yang ada pada leher. Tidak jarang kelainan itu justru berasal dari kelainan
Hampir semua struktur yang ada pada leher dapt mengalami benjolan entah itu
kelenjar tiroid, paratiroid dan getah bening, maupun benjolan yang berasal dari
Infeksi dapat menimbulkan benjolan pada leher melalui beberapa cara yang
diantaranya berupa benjolan yang berasal dari invasi bakteri langsung pada jaringan
yang terserang secara langsung maupun benjolan yang timbul sebagai efek dari kerja
mekanisme infeksi. Hanya saja trauma yang tidak disertai infeksi sekunder pada
Jika jaringan tubuh manusia terkena rangsangan berupa trauma dan reaksi
imun, maka otomatis sel-sel akan mengalami gangguan fisiologis. Sebagai responnya,
sel tubuh trauma mast sel dan sel basofi akan mengalami granulasi dan mengeluarkan
mediator radang berupa histamine, serotonin, bradikinin, sitokin berupa IL-2, IL-6,
intraendothelialjunction. Hal ini megakibatkan cairan yang ada dalam pembuluh darah
keluar kejaringan sekitarnya sehingga timbul benjolan pada daerah yang terinfeksi
karena apabila mekanisme pertahanan tubuh berfungsi baik, sel-sel pertahanan tubuh
10
seperti makrofag, neutrofil, sel T aka berupaya memusnahkan agen infeksius
sedangkan agen ifeksius itu sendiri berupaya untuk menghancurkan sel-sel tubuh
terutama eritrosit agar bisa mendapatkan nutrisi. Kedua upaya perlawanan ini akan
sel limfoid maupun menyaring sel tubuh yang mengalami kerusakan dan agen
Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma entah itu dari otot, sel
limfoid, tulang maupun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya terjadi
dysplasia dan metaplasia pada sel matur akibat berbagai factor sehingga differensiasi
sel tidak lagi sempurna. Dysplasia ini menimbulkan sejumlah kelainan fisiologs
molekuler seperti peningkatan laju pembelahan sel dan inaktifasi mekanisme bunuh
diri sel terprogram. Hal ini berakibat pada proliferasi sel tak terkendali yang
bermanifestasi pada timbulnya benjolan pada jaringan. Neoplasma dapat terjadi pada
semua sel yang ada dileher entah itu kelenjar tiroid, adenoma tiroid, lemak-lipoma,
11
kartilago-kondroma, jaringan-limfe limpoma, maupun akibat dari metastase kanker
Pad
a kasus dikatakan bahwa pasien mengalami benjolan pada leher yang mengalami
pembesaran secara progresif namun tidak nyeri pada penekanan. Namun pasien juga
mengalami gejala sakit kepala. Sulit untuk menentukan mekanisme pasti timbulnya
gejala pada pasien ini tanpa informasi lain mengenai penyakit terdahulu pasien,
lokalisasi benjolan dan nyeri kepala serta jumlah pemeriksaan fisik untuk
3. Hubungan benjolan pada leher dengan suara serak dan sesak nafas
a. Suara serak
Hubungan antara suara serak dengan tumor tergantung pada letak tumor. Apabila
tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap.
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak merupakan gejala akhir atau tidak
timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan subjektif
seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal ditenggorokan. Tumor
b. Sesak nafas
12
Gejala yang disebabkan adanya sumbatan jalan nafas dan dapat tumbuh pada
tiapa tumor laring. Gejala ini disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul
pada tiapa tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh
massa tumor, penumpukan sekret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor
supraglotik dan transglotik terdepat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi
dengan keluhan yang terdapat pada kasus maka beberapa hal yang perlu dilakukan
a. Anamanesis tambahan
13
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
o Radiologi
Esofasografi
CT-Scan
o Lab
Bakteriologi
Tumor marker
o Biopsy
FNAB
5. Diferensial diagnosis :
A. KARSINOMA LARING
Karsinoma laring adalah tumor ganas kepala leher yang sering ditemukan.
Balakangan ini angka kejadiannya cenderung naik. Terapi kanker laring terutama
dengan oerasii dan radiasi. Ada waktu terapi radikal kanker laring harus diuayakan
ETIOLOGI
para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang-orang
14
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring
karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan risiko
untuk mendapatkan karsinoma laring naik sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang
dihisap.
dan pengobatan/ tindakan yang tepat dan kuratif karena tumornya masih terisolasi dan
dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian laring yang
terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter
laring.
1. Tembakau
7. Predisposisi keluarga
HISTOPATOLOGI
Ca sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor ganas laring. Ca
15
kebanyakkan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi yang
baik.
PATOFISIOLOGI
Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan
laryngeal, 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara
(intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga
tidak terjadi metastase ke arah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglottis
(ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor superglotis dan subglotis harus
cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.
Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih
dapat digerakan.
Tumor supraglotik:
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai batas atas glottis
Tumor glotik:
Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di bawah tepi bebas
pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsic pita suara. Batas
16
superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1
aritenoid.
Tumor subglotik:
Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli sampai batas
inferior krikoid.
Tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan pita suara palsu
GEJALA KLINIK
1. Serak:
Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara. Hal ini
dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara,
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan
oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik,
kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak
maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara
17
menjadi semakin kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari
biasa. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis
tumor. Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala
dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian
bawah plika ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul
kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan
subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok.
2. Suara bergumam
Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap
tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa tumor,
penumpukan kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor
supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi
4. Nyeri tenggorok
keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang
tajam.
5. Disfagia
18
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan
sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
7. Nyeri alih
DIAGNOSIS
Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan kaca
19
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium
darah juga pemeriksaan radiologic. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan
paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat
memeperlihatkan keadaan penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-
biopsy laring dan biopsy laring dan biopsy jarum halus pada pembesaran kelenjar
getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma
sel skuamosa.
Supraglotik
T1 : tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih baik)
T2 : tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glottis masih
T3 : tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah krikoid
bagian belakang, dinding medial dari sinus prirformis dan ke arah
Glottis
20
T1 : tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih
baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 : tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
T4 : tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring.
Subglotik
T2 : tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudaj
terfiksasi.
T4 : tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring
N1 : secara klinis tidak teraba satu kelenjar linfa dengan ukuran diameter 3 cm
homolatera.
N2a : satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6
cm.
21
N3 : metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
Mx : tidak terdapat/terdeteksi.
Staging (= stadium)
T1/T2/T3 N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M0
PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan maka ditentukan tindakan yang
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan yakni pembedahan, radiasi, obat
sitostatika atau pun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan
stadium 2 dan 3 dikirim untuk operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi
22
Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau pun parsial, tergantung lokasi
dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke
tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk di samping harga obat ini yang
Para ahli berpendapat bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang palaing
baik di antara tumor-tumor daerah traktus aero-digestivus bila dikella dengan tepat, cepat
dan radikal.
Rehabilitasi Suara
cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring beserta pita suara yang ada
di dalamnya, maka pasien akan menjdai afonia dan bernafas melalui stoma permanen di
leher.
Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang bersifat umum yakni
agar pasien dapat bermasyarakt dan mandiri kembali maupun rehabilitasi khusus yakni
rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara (bersuara) sehingga
berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu
suara yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula atau pun dengan
suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal speech) melalui proses belajar. Banyak
faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini tetapi dapat disimpulkan
23
Suatu hal yang sangat membantu adalah pembentukan wadah perkumpulan guna
PATHOGENESIS
Penyakit Hodgkin adalah suatu limfoma maligna dengan adanya sel-sel reed
Stenberg. Tampaknya sel RS yang khas terebut dan sel-sel mononuclear abnormal yang
terkait bersifat neoplastic sedangkan sel-sel inflamasi yang menyertai bersifat reaktif.
Studi penataan ulang gen immunoglobulin menunjukkan bahwa sel RS berasal dari jalur
imfoid B dan sel tersebut sering kali berasal dari sel B dengan gen immunoglobulin
“lumpuh” yang disebabkan oleh lokasi didapat yang mencegah terjadinya sintesis
immunoglobulin lengkap. Genom virus Epstein Bar telah terdeteksi pada 50% atau lebih
kasus pada jaroinga Hodkin, tetapi peranannya daam pathogenesis belum jelas.
GAMBARAN KLINIS
Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia tetapi jarang pada anak-anak, dan
insidensi puncaknya adalah pada decade 3 dan pada orang tua. Di negara maju, rasio
kasus dewasa muda terhadap anak dan rasio penyakit sclerosis nodular terhadap jenis
24
1. Sebagaian besar pasien datang dengan pembesaran kelenjar getah bening superficial
yang tidak nyeri tekan, asimetris, padat, berbatas tegas dan kenyal. Kelenjar getah
bening leher terkena pada 60-70% pasien, kelenjar aksilla pada 10-15% dan inguinal
pada 6-12%
Pembesaran limpa jarang bersifat massif. Hati juga mungkin membesar karena
3. Pada saat berobat, ditemukan keterlibatan mediastinum pada 6-11% pasien. Ini
4. Pada sekitar 10 % pasien, penyakit Hodgkin kulit terjadi sebagai komplikasi lanjut.
gastrointestinal, tulang, paru, medulla spinalis atau otak bahkan pada saat presentasi,
a. Demam terjadi pada sekitar 30% pasien, dan bersifat kontinyu atau siklik.
d. Penurunan berat badan, berkeringat sangat banyak pada malam hari, kelelahan,
yang dieksisi, sel RS poliploid berinti lebih dari satu yang khas penting untuk penegakan
diagnosis. Klasifikasi histologic dibag menjadi lima tipe dan masing masing mempunyai
prognosis yang berbeda. Sclerosis nodular dan selulitas campuran lebih sering ditemukan.
25
Tabel Histologi Penyakit Hodgkin ( klasifikasi REAL/WHO )
Limfosit predominan / Tidak ada sek Reed Stenberg; terdapat sel B polimorfik
KLASIFIKASI STADIUM
Kriteria klasifikasi stadium klinis, memakai patokan yang ditentukan Ann Arbor tahun
diafragma (II), atau selain itu juga terdapat invasi organ ekstranodi
26
IV Invasi jaringan atau organ ekstranodi difus atau diseminata, tak peduli
A : tanpa simtom B
badan turun lebih dari 10% tanpa etiologi lain yang dapat menjelaskan)
X : terdapat massa besar (bulky disease), yaitu di atas bidang T5-6 massa
supradiafragma melebihi 1/3 diameter toraks atau diameter massa melebihi 10 cm.
PENATALAKSANAAN
1. Radioterapi
pemberian radio terapi. Dosis sebesar 4000 rad (40 gy) mampu menghancurkan
jaringan Hodgkin kelenjar getah bening pada sekitar 80% pasien tersebut.
Radioterapi juga berperan dalam pengbatan massa tumor besar misalnya tumor
27
mediastinum pada penyakit sclerosis nodular atau deposit rangka, kelenjar getah
2. Kemoterapi
Kemoterapi siklik digunakan untuk penyakit stadium 3 dan 4 dan juga untuk
Kasus relaps
dan jikka perlu dengan radioterapi di tempat dengan massa yang besar.
PROGNOSIS
Harapan hidup 5 tahun rata-rata berkisar dari 50% sampai lebih dari 90%
primer kelenjar getah bening, yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan
terkadang sel NK. Saat ini terdapat 36 entitas penyakit yang dikategorikan sebagai
LNH dalam klasifikasi WHO. LNH merupakan keadaan klinis yang kompleks dan
63.190 kasus pada tahun 2007 di AS dan merupakan penyebab kematian utama pada
28
Di Indonesia, LNH bersama-sama dengan limfoma Hodgkin dan leukemia
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering ditemukan pada penderita limfoma pada umumnya non-
spesifik, diantaranya:
• Cepat lelah
Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri di leher, ketiak atau
pangkal paha (terutama bila berukuran di atas 2 cm); atau sesak napas akibat
pertama harus diwaspadai karena terkait dengan prognosis yang kurang baik, begitu
pula bila terdapatnya Bulky Disease (KGB berukuran > 6-10 cm atau mediastinum
klinis yang mempengaruhi prognosis penderita LNH adalah usia >60 tahun,
keterlibatan kedua sisi diafragma atau organ ekstra nodal (Ann Arbor III/IV) dan
PROSEDUR DIAGNOSTIK
penunjang.
1. Anamnesis Umum:
29
• Malaise umum
• Keringat malam
2. Pemeriksaan Fisik
• Pembesaran KGB
• Kelainan/pembesaran organ
3. Pemeriksaan Diagnostik
A. Biopsi:
b. Khusus : Imunohistokimia
dengan sitologi. Pada kondisi tertentu dimana KGB sulit dibiopsi, maka
30
B. Laboratorium:
1. Rutin Hematologi:
• Darah Perifer Lengkap (DPL) : Hb, Ht, leukosit, trombosit, LED, hitung jenis
2. Kimia klinik:
globulin
3. Khusus
• Gamma GT
• Imunoelektroforesa (IEP)
• Tes Coomb
• B2 mikroglobulin
C. Aspirasi Sumsum Tulang (BMP) dan biopsi sumsum tulang dari 2 sisi spina illiaca
D. Radiologi
dapat dilakukan dengan : Toraks foto PA dan Lateral dan USG seluruh abdomen.
E. Konsultasi THT
31
Bila Cincin Waldeyer terkena dilakukan laringoskopi.
F. Cairan tubuh lain (Cairan pleura, cairan asites, cairan liquor serebrospinal) Jika
G. Imunofenotyping
lebih ideal bila ditambahkan dengan pemeriksaan CD45, CD3 dan CD56 dengan
H. Konsultasi jantung
KLASIFIKASI STADIUM
lokasi jangkitan harus didata dengan cermat baik jumlah dan ukurannya serta
digambar secara skematis. Hal ini penting dalam menilai hasil pengobatan. Disepakati
1 sisi diafragma :
tegas.
III Pembesaran KGB di 2 sisi diafragma. 32
IV Jila mengenai 1 organ ekstra limfatik atau leih tetapi secara
difus.
Keterangan :
E : Keterlibatan ekstranodal
TATALAKSANA
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe limfoma (jenis
histologi), stadium, sifat tumor (indolen/progresif), usia, dan keadaan umum pasien.
1. Iradiasi
2. Kemoterapi + radiasi
1. Tanpa terapi
33
2. Rituximab dapat diberikan sebagai kombinasi terapi lini pertama yaitu R-CVP.
6. Kemoterapi intensif ± Total Body irradiation (TBI) diikuti dengan stem cell
7. Raditerapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar (bulky) untuk mengurangi
nyeri/obstruksi.
1. Radiasi paliatif
2. Kemoterapi
D. KARSINOMA NASOFARING
EPIDIMIOLOGI
KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita
di bawah usia 20 tahun dan usia terbanyak antara 45 – 54 tahun. Laki-laki lebih
34
umum dijumpai di Amerika Serikat dan dilaporkan bahwa kejadian tumor ini di
Disebahagian provinsi di Cina, dijumpai kasus KNF yang cukup tinggi yaitu
15-30 per 100.000 penduduk. Selain itu, di Cina Selatan khususnya Hong Kong dan
tetap tinggi untuk keturunan yang berasal Cina Selatan yang hidup di negara-negara
terdapat di seluruh tubuh dan menempati urutan ke -1 di bidang Telinga , Hidung dan
Tenggorok (THT). Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan KNF. Dari
data Departemen Kesehatan, tahun 1980 menunjukan prevalensi 4,7 per 100.000 atau
diperkirakan 7.000-8.000 kasus per tahun.Dari data laporan profil KNF di Rumah
Januari 2000 sampai Juni 2001 didapatkan 33% dari keganasan di bidang THT adalah
KNF. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2002 -2007 ditemukan 684
penderita KNF.
ETIOLOGI
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah:
1. Kerentanan Genetik
lebih menonjol dan memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen
35
HLA (human leukocyte antigen) dan gen pengkode enzim sitokrom p4502E
nasofaring dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV). Serum pasien-
pasien orang Asia dan Afrika dengan karsinoma nasofaring primer maupun sekunder
dan seringkali pula terhadap antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA
(VCA-IgA), sering dengan titer yang tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien
mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak berhubung dengan tumor sel skuamosa atau
3. Faktor Lingkungan
karsinoma tidak berkeratin dengan sebagian sel berdiferensiasi sedang dan sebagian
36
lainnya dengan sel yang lebih ke arah diferensiasi baik, tipe 3 karsinoma tanpa
diferensiensi adalah sangat heterogen, sel ganas membentuk sinsitial dengan batas sel
tidak jelas. Jenis KNF yang banyak dijumpai adalah tipe 2 dan tipe 3. Jenis tanpa
keratinisasi dan tanpa diferisiensi mempunyai sifat radiosensitif dan mempunyai titer
antibodi terhadap virus Epstein-Barr, sedangkan jenis karsinoma sel skuamosa dengan
virus Epstein-Barr.
1. Gejala Dini
gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini. Radang telinga
tengah sampai pecahnya gendang telinga. Keadaan ini merupakan kelainan lanjut
yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi
cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi
Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya rapuh
sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau
itu,sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga
hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai
37
dengan gangguan penciuman dan adanya ingus kental. Gejala telinga dan hidung ini
bukan merupakan gejala yang khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada
infeksi biasa, misalnya pilek kronis, sinusitis dan lain-lainnya. Mimisan juga sering
2. Gejala Lanjut
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5
sentimeter di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran
kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum tumor meluas ke bagian tubuh
yang lebih jauh. Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan oleh
pasien. Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan
mengenai otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit
digerakan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar
limfe leher merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter.
rongga tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak
dan menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia), rasa baal (mati rasa) didaerah
wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan pendengaran
serta gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit kepala hebat akibat
penekanan tumor ke selaput otak rahang tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot
rahang yang terkena tumor. Biasanya kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi
tubuh saja (unilateral) tetapi pada beberapa kasus pernah ditemukan mengenai ke dua
sisi tubuh.
Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama
aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring, hal
38
ini yang disebut metastasis jauh. Yang sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini
DIAGNOSIS
daerah kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang tersembunyi pun tidak
lateral dan Waters menunjukan massa jaringan lunak di daerah nasofaring. Foto dasar
tengkorak memperlihatkan destruksi atau erosi tulang di daerah fossa serebri media.
Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal dan lain -lain dilakukan untuk mendeteksi
metastasis
Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi virus E-B
pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dari hidung atau dari mulut. Biopsi dari hidung dilakukan tanpa melihat
jelas tumornya (blind biopsi). Cunam biopsi dimasukkan melalui rongga hidung
dilakukan biopsy
dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter yang berada didalam mulut ditarik
keluar dan diklem bersam-sama ujung kateter yang di hidung. Demikian juga dengan
kateter dari hidung disebelahnya, sehingga palatum mole tertarik keatas. Kemudian
dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan dengan melihat tumor
39
melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut,
massa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakuan
dengan anestsi topical dengan Xylocain 10%.Bila dengan cara ini masih belum
didapatkan hasil yang memuaskan maka dilakukan pengerokan dengan kuret daerah
lateral nasofaring dalam nakrosis. Endoskopi dapat membantu dokter untuk melihat
bagian dalam tubuh dengan hanya menggunakan thin,fexible tube. Pasien disedasi
semasa tuba dimasukkan melalui mulut ataupun hidung untuk menguji area kepala
nasofaringoskopi.
yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer,
interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus. Semua pengobatan tambahan
ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap terbaik sebagai
terpai adjuvant (tambahan) ( Roezin, Anida, 2007 National Cancer Institute, 2009).
saat ini sedang dikembangkan dengan hasil sementara yang cukup memuaskan.
epirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang cukup berat, tetapi
mitomycin C dan 5-fluorouracil oral setiap hari sebelum diberikan radiasi yang
40
kesembuhan total pasien karsinoma nasofaring (Fuda Cancer Hospital Guangzhou,
leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau timbul kembali setelah
penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor induknya sudah hilang yang dibuktikan
dengan pemeriksaan radiologi dan serologi. Operasi sisa tumor induk (residu) atau
kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat
Mulut rasa kering disebakan oleh keusakan kelenjar liur mayor maupun minor
sewaktu penyinaran. Tidak banyak yang dilakukan selain menasihatkan pasien untuk
makan dengan banyak kuah, membawa minuman kemanapun pergi dan mencoba
memakan dan mengunyah bahan yang rasa asam sehingga merangsang keluarnya air
liur. Gangguan lain adalah mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku di daerah
leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan
dimana tumor tetap ada (residu) akan kambuh kembali (residif). Dapat pula timbul
metastasis jauh pasca pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua
keadaan tersebut diatas tidak banyak tindakan medis yang dapat diberikan selain
meninggal dalam keadaan umum yang buruk , perdarahan dari hidung dan nasofaring
yang tidak dapat dihentikan dan terganggunya fungsi alat-alat vital akibat metastasis
tumor (Fuda Cancer Hospital Guangzhou, 2002 dan Roezin, Anida, 2007).
41
PROGNOSIS
daripada yang non keratinasi dan tidak berdiferensiasi, walau metastase limfatik dan
hematogen lebih sering pada ke-2 tipe yang disebutkan terakhir. Prognosis buruk bila
berkeratinasi . Prognosis juga diperburuk oleh beberapa faktor seperti stadium yang
lebih lanjut,usia lebih dari 40 tahun, laki-laki dari pada perempuan dan ras Cina
KOMPLIKASI
fibrosis dari leher dengan hilangnya lengkap dari jangkauan gerak, trismus, kelainan
gigi, dan hipoplasia struktur otot dan tulang diiradiasi. Retardasi pertumbuhan dapat
Toksisitas ginjal dapat terjadi pada pasien yang menerima cisplatin. Mereka
yang menerima bleomycin beresiko untuk menderita fibrosis paru. Osteonekrosis dari
PENCEGAHAN
risiko tinggi. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta mengubah cara
42
memasak makanan untuk mencegah kesan buruk yang timbul dari bahan-bahan yang
kemungkinan faktor penyebab. Akhir sekali, melakukan tes serologik IgA-anti VCA
dan IgA anti EA bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring lebih dini
(Tirtaamijaya, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss. 2005, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.
Jakarta : EGC
Aru Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi IV. Jakarta :
IPD Press
Universitas Indonesia
43
Jurnal Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2012.
Kedokteran
44