Makalah Semen
Makalah Semen
SEMEN
KELOMPOK 7/ 4 KIA
Nama :
TEKNIK KIMIA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugan mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia yang membahas Semen
dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dosen Ir. Fatria, M.T yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis
sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Teman- teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.
Penulis
1. Ade Kurniawan
2. Desi Sitama
3. Monica SOS
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
Halaman
PENDAHULUAN
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat
adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2),
Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida
(MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai
meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari
proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50
kg. Semen merupakan bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama
untuk pekerjaan pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk
pekerjaan lainnya misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding,
pemasangan keramik lantai, dll.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Semen dibuat dari batu kapur (limestone) dan campuran material lain
seperti lempung (clay) dan pasir (sand) yang dipanaskan sampai 1450°C di
dalam sebuah tungku pemanas (kiln). Hasil pembakaran ini adalah “clinker”
yang kemudian digiling halus dengan ditambahkan sedikit bahan gypsum
sehingga menjadi semen yang di kenal.
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida, dan
phosporus pentoksida.
Gambar 1. Diagram Unsur- unsur Kimia Utama didalam Semen
C3S
C2S
C3A
I Beton biasa 54 18 10 8
1. Puzzolan Semen : Ini terdiri dari campuran silikat kalsium dan aluminium.
Ini menunjukkan es properti hidrolik bila dalam bentuk bubuk dan
dicampur dengan proporsi yang sesuai kapur. Tingkat pengerasan jauh lebih
lambat dan kekuatan telah comprehensi dikembangkan adalah sekitar
setengah dari semen Portland. Hal ini ditemukan hanya resisten terhadap
aksi kimia dari yang lain. Pozzolan : Adalah bahan yang mengandung
senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak
mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus
dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi
secara kimiawi dengan Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara
semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa Kalsium Aluminat
hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.
2. Sifat Semen
3. Semen Portland
1. Kelas A
2. Kelas B
3. Kelas C
4. Kelas D
5. Kelas E
6. Kelas F
7. Kelas G
8. Kelas H
1. Batu kapur
Gambar 2. Batu Kapur
2. Tanah Liat
Gambar 6. Gypsum
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen
Hilangnya kristal air pada gypsum menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya sifat gypsum sebagai retarder.
Menurut Austin (1984), dalam proses produksi semen, saat ini dikenal 2
(dua) macam proses pembuatan semen yaitu:
1. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam
keadaan kering dan halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill
maka udara panas sebagai media pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian
hasil penggilingan raw mill tersebut yang berkadar air 0,5 – 1% dikalsinasikan
di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln yang dibutuhkan yaitu 900 –
700 Kcal/Kg klinker. Hasil pembakaran di tanur putar berupa butiran hitam
yang disebut terak / klinker. Kemudian terak / klinker tersebut digiling di finish
mill dengan menambahkan gipsum pada perbandingan tertentu untuk
membentuk semen. Proses kering ini menawarkan banyak keuntungan yaitu:
tanur putar yang digunakan relatif pendek, kapasitas produksi lebih besar,
konsumsi panas yang digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar
rendah, sehingga menjadikan proses kering ini pilihan banyak produsen semen
dalam proses pembuatan semennya.
Proses ini dikenal dengan nama grate process yang merupakan transisi
antara proses basah dan kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air
dengan alat yang bernama granulator (pelletizer) untuk mengubah umpan tanur
menjadi granular atau nodule dengan kandungan air 10 – 12% dan ukurannya 10
-12 mm seragam. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long
rotary kiln. Konsumsi panas untuk proses ini sebesar 1000 Kcal/Kg klinker.
4. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air
dalam jumlah tertentu dan dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus
dengan kadar air 25 – 40% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang (long
rotary kiln). Produk hasil semen akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan.
5. Pemanasan awal
6. Pembakaran
7. Pendinginan
8. Pendinginan akhir
6. Pembakaran (Firring)
Alat utama rotary kiln
Kiln adalah alat berbentuk tabung yang didalamnya terdapat semburan
api (temperature 1350o-1450o c)
- Didalam rotary kiln daerah proses dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Daerah transisi
b. Daerah pembakaran (burning)
c. Daerah pelelehan (sinetring)
d. Daerah pendinginan (cooling)
- Didalam kiln ada proses calsinasi, sintering, clinkering
- Material yang masuk mempunyai temperature 800o- 900oC
sedangkan ketika keluar 1300o – 1450oC.
Gambar 12. Rotary Kiln
7. Pendinginan (Cooling)
Alat utama : cooler
Clinker dari tanur putar, didinginkan didalam cooler (yang didalamnya
terdapat 9 compartemen untuk pendinginan)
Clinker yang keluar dari cooler adalah sekitar 90oC sehingga tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
8. Penggilingan Akhir
Alat utama : Ball mill
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi penghalusan
clinker-clinker bersama 5% gypsum. Setelah itu campuran yang sudah
siap (semen) dikantongi dan siap dipasarkan.
Gambar 13. Ball mill
Tumpukan semen juga boleh ditutup dengan plastik terpal atau sejenisnya untuk
memberikan perlindungan ekstra. Jangan lupa, sirkulasi udara tetap harus
diperhatikan.
2.4. Aplikasi Semen
Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini adalah sebagai berikut :
Bilamana semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau
kerikil). dan agregat halus (pasir) kemudian dibubuhi air,maka terdapatlah
beton. Semen portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen
hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium
silikat hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu atau lebih bentuk
kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan
utamanya. Perbandingan-perbandingan bahan utama dari semen portland adalah
sebagai berikut:
Semen Portland Jenis II merupakan jenis semen yang cocok untuk berbagai
macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan yang baik terhadap kadar
sulfat sedang. Semen jenis ini banyak digunakan di daerah-daerah yang berkadar
sulfat sedang, misal daerah-daerah rawa dan bangunan-bangunan tepi pantai,
bendungan, pondasi jembatan, aliran irigasi, beton massa untuk dam-dam, dll.
3. Jenis III (High Early Strength Portland Cement) : digunakan pada konstruksi
yang menuntut persyaratan kekuatan awal tinggi. Semen ini merupakan semen
yang digunakan biasanya dalam keadaan-keadaan darurat dan musim dingin.
Digunakan juga pada pembuatan beton tekan, Biasanya digunakan untuk daerah
yang bersuhu dingin, bangunan bertingkat, dan bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
Semen Portland Jenis V merupakan jenis semen yang cocok untuk berbagai
macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan yang baik terhadap kadar
sulfat yang tinggi. Semen jenis ini banyak digunakan di daerah-daerah yang
berkadar sulfat tinggi, misal daerah-daerah rawa dengan tingkat keasaman
tinggi, dermaga (bangunan-bangunan pantai), bendungan, pondasi jembatan, silo
bahan-bahan kimia dll.
2. Semen Putih
3. Semen Masonry
oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai. Oil Well Cement (OWC) digunakan untuk penyekat pada pengeboran sumur
minyak. Oleh karenanya semen jenis ini juga disebut semen sumur minyak. Sumur-
sumur minyak atau gas dibuat dengan mengebor lubang ke dalam tanah / bumi dengan
kedalaman ratusan sampai dengan 20.000 kaki (sekitar 7.000 meter). Pipa besi yang
disebut casing ditempatkan pada lubang sumur dan semen dipompa ke bawah melalui
pipa tsb.
Sewaktu semen terpompa keluar melalui dasar casing tsb. dan kembali ke
permukaan melalui bagian luar casing, ia akan membentuk ikatan kritis antara bagian
luar casing dengan dinding sumur yang telah dibor. Ikatan ini akan melindungi minyak,
gas dan air bawah tanah sehingga tidak bercampur di dalam sumur tsb.
Kekokohan semen tergantung pada serangan sulfat dengan kadar, suhu dan
tekanan yang tinggi selama proses pemompaan berlangsung. Dikarenakan keharusan
waktu pemekatan yang ketat, maka OWC diproduksi dengan standar mutu yang ketat
sesuai dengan standar API (American Petroleum Institute).
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau
paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material
pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling
tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk
dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Segregasi
Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang
lecak.
Penyebabnya :
Penanggulangannya :
5. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh2.
Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan
admixture3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara
menambah bahan
Bleeding
Bleeding adalah “Mixing Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah beton
selesai dicor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Penyebabnya :
1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air
pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material
halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :Manambah kandungan “finer” antara lain dengan :
1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu batu.
Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka
admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
Shrinkage Crack
Bug Holes
Gambar 25. Bug Holes
Bug holes adalah rongga (lubang) kecil yang timbul pada permukaan beton yang sudah
mengering.
Penyebabnya :Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” di dalam beton. Udara
di dalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata
beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :
1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil
dapat membantu mengurangi bug holes.
2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam)
dilanjutkan dengan pengecoran.
3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan
kadar pasir sehingga dapat me-minimize bug holes.
4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara untuk
keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan
finishing untuk memperbaiki tampilan girder.
Efflorescence (pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau
batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul di bawah lapisan cat dan disertai
kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:
1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering
sempurna di mana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah
memenuhi syarat yang ditentukan.
2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan
terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:
1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan
keringkan.
2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan
garam-garaman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan
pengecatan ulang.
3. Bila pengkristalan telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan
pengerokan sampai dasar, bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak
terjadi lagi dan lakukan pengecatan ulang.
Blistering (menggelembung)
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga
terdapat air atau cairan lain yang tertahan di bawahnya dapat mengakibatkan
menggelembungnya lapisan cat tersebut.
2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya
lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan
lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila
pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah
masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer)
tersebut akan terjebak di bawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan
tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan
kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada
lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat
diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau
pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :
1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok
seluruhnya.
2. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan
sebelum dilapisi cat akhir.3. Bila gelembung yang terjadi sedikit, maka perbaikan
hanya pada bagian yang menggelembung saja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Semen berasal dari bahasa latin “ CAEMENTUM ” yang berarti bahan perekat.
- Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air
- Klasifikasi Semen ada 3 Macam, yaitu :
1. Puzzolan Semen
2. Sifat Semen
3. Semen Portland
- Bahan pembuatan semen :
1. Batu kapur
2. Tanah liat
3. Pasir silica
4. Pasir besi
5. Gypsum
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen
http://www.scribd.com/doc/37854282/Produksi-Semen
http://building-smart.blogspot.com/2009/09/aplikasi-semen-bagian-i.html
http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm
http://chemengfamily09.blogspot.com/2011/02/semen-merupakan-bahan-bangunan-
yang.html
http://arpumiko.blogspot.com/2010/07/proses-produksi-semen-portland.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-proses-pembuatan-semen/
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/12/semen-cement.html
http://www.scribd.com/doc/52037694/2/Proses-kering#page=34
http://www.scribd.com/doc/38532319/Semen
http://www.scribd.com/doc/46624945/Presentasi-Semen
http://vinderscout.wordpress.com/2009/04/17/bahan-galian-terkait-dengan-industri-
semen-dan-konstruksi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Gresik