Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HIJAUAN MAKANAN TERNAK


Identifikasi Biji

Disusun oleh:
Kelompok I
Emilia Ega Martika PT/07603
Hanifah Nur Rohmah PT/07613
Ranny Rahayu Pratiwi PT/07644
Salsabila Khairunnisa Rahmandriani PT/07650
Ican Noviska Nurin PT/07714
Fizka Millenia Virgita PT/07818
Kevin Angga Kusuma Suyono PT/07831

Asisten Pendamping: Wessy Adji Gumilang

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN PASTURA


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
LATAR BELAKANG
Identifikasi biji merupakan upaya untuk mengetahui dan
mengumpulkan data mengenai bagian-bagian biji, macam biji, serta ciri
spesifik biji tiap spesies tanaman yang meliputi warna, bentuk biji, dan
berat biji. Manfaat dari identifikasi biji adalah dapat mengetahui bagian-
bagian biji dan macam biji berdasarkan kepin lembaganya. Manfaat
lainnya yaitu dapat diketahui ciri spesifik tiap spesies tanaman yang ada.
Biji adalah organ yang sangat menentukan kelangsungan generasi
suatu jenis tumbuhan di alam. Bentuk dan ukuran biji, baik antar jenis
maupun di dalam jenisnya sendiri sangat beragam (Mursidawati, 2012).
Sebagian besar tanaman berbunga memulai hidupnya sebagai biji. Setiap
biji terdiri dari embrio, makanan yang disimpan, dan lapisan luar pelindung
yang disebut testa atau kulit biji. Embrio terdiri dari radikula, yang
memunculkan akar, dan bulu yang membentuk tunas, bersama dengan
satu atau dua kotiledon atau daun biji. Bergantung pada jumlah kotiledon,
tanaman diklasifikasikan menjadi monokotil (satu kotiledon) atau dikotil
(dua kotiledon). Bagian batang di atas kotiledon disebut epikotil dan
bagian di bawah kotiledon disebut hipokotil. Biji monokotil menyimpan
makanannya dalam struktur khusus yang disebut endosperma. Beberapa
dikotil, seperti kacang polong, kacang-kacangan dan mustard, makanan
disimpan dalam kotiledon yang berdaging tebal (Bhattacharya, 2008).
Proporsi morfologi biji yang berbeda variasi dengan habitat, baik di
dalam maupun di antara spesies. Hal ini biasa disebut sebagai
polychorous yang artinya mereka menggunakan berbagai cara alternatif
dan dispersal. Macam-macam dari polychorous yaitu hidrokori (biji
mengapung atau melalui air), anemokori (benih bersayap tampak seperti
aerofoil atau melalui angin), dan zookori (biji dapat dimakan dan kemudian
buang air besar kemudian oleh herbivora atau melalui hewan).
Polimorfisme benih seperti itu yang secara kolektif mencakup sejumlah
pilihan dispersi yang agak mirip dengan taruhan (Cody, 2006).
BAB II
MATERI DAN METODE

Materi
Alat. Alat yang digunakan pada saat praktikum identifikasi biji ialah
petridisc, kamera handphone, dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada saat praktikum identifikasi biji
ialah macam biji tanaman rumput, legume, forbs, dan kertas kerja
praktikum.

Metode
Metode yang digunakan pada saat praktikum identifikasi biji ialah
biji-biji tanaman yang telah disediakan di Laboratorium Hijauan Makanan
Ternak dan Pastura diidentifikasi oleh praktikan. Parameter identifikasi
meliputi bentuk biji, warna biji, berat biji per 100 butir. Hasil identifikasi biji
dicatat di lembar kerja praktikum. Berbagai biji rumput, legume, dan forbs
yang telah diidentifikasi, kemudian didokumentasikan dengan kamera
untuk dilampirkan pada laporan praktikum.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Biji merupakan bagian dari tanaman yang memiliki peran penting


dalam pelestarian varietas tanaman tersebut. Berbagai macam parameter
seperti bentuk, warna dan berat dapat ditemukan. Berdasarkan praktikum
identifikasi biji yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.
Biji Rumput
Phalaris canariensis (kenari). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Phalaris canariensis (kenari) yaitu
berwarna krem kehijauan, memiliki bentuk yang lancip di ujungnya,
panjang dan lonjong. Biji tanaman ini memiliki berat 0,742 gram per 100
biji. Norton dan Ford (2002) menyatakan bahwa biji kenari memiliki warna
coklat keemasan dengan bentuk oval berisi dan memiliki berat 0,722 gram
per 100 gram. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk dan warna tidak sesuai
dengan literatur.

Gambar 1. Phalaris canariensis (kenari)


Brachiaria decumbens (rumput BD). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Brachiaria decumbens (rumput BD) yaitu
berwarna hijau, memiliki bentuk kecil, ujung-ujungnya lancip, dan
permukaan kulitnya kering. Biji tanaman ini memiliki berat 0,534 gram per
100 biji. Husson et al. (2008) menyatakan bahwa biji rumput BD memiiki
warna hijau, bentuk lonjong, dan berat 0,36 gram per 100 biji. Hal ini
menunjukkan bahwa bentuk dan berat biji rumput BD tidak sesuai dengan
literatur sedangkan warnanya sesuai.

Gambar 2. Brachiaria decumbens (rumput BD)


Sorghum bicolor cv. kawali (rumput sudan). Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Sorghum bicolor cv. kawali
(rumput sudan) yaitu berwarna krem kekuningan, memiliki bentuk bulat,
ukurannya sedang, ada bintik hitam, dan lancip di bintik tersebut. Biji
tanaman ini memiliki berat 2,885 gram per 100 biji. Kusumawati et al.
(2013) menyatakan bahwa biji rumput sudan memiliki warna bermacam-
macam, yaitu krem, coklat muda, coklat kemerahan, putih, dan setengah
merah atau oranye di bagian bawah. Bentuk bijinya bulat pipih dan elips.
Trikoesomaningtyas et al. (2017) menyatakan bahwa berat biji rumput
sudan yaitu 21,7 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa warna dan
bentuk biji rumput sudah telah sesuai dengan literatur sedangkan
beratnya tidak sesuai.
Gambar 3. Sorghum bicolor cv. kawali (rumput sudan)
Zea mays (jagung). Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diketahui ciri-ciri biji Zea mays (jagung) yaitu berwarna kuning-oranye,
memiliki ukuran yang besar, bentuknya pipih, dan trapezium. Biji tanaman
ini memiliki berat 28,273 gram per 100 biji. Siswati et al. (2015)
menyatakan bahwa biji jagung memiliki warna kuning oranye, bentuk bulat
meruncing dan memiliki berat 34 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan
bahwa warna dan bentuk biji jagung telah sesuai dengan literatur
sedangkan beratnya belum sesuai.

Gambar 4. Zea mays (jagung)


Oryza sativa L. (padi gogo). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Oryza sativa L. (padi gogo) yaitu berwarna
krem, memiliki bentuk yang lancip di kedua ujungnya, permukaan kasar,
dan ukurannya sedang. Biji tanaman ini memiliki berat 2,825 gram per 100
biji. Suryanugraha et al. (2017) menyatakan bahwa biji padi gogo memiliki
warna gabah kuning dengan bentuk biji ramping atau oval dan memiliki
berat 2 sampai 2,9 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa warna,
bentuk, dan berat telah sesuai dengan literatur.

Gambar 5. Oryza sativa L. (padi gogo)


Brachiaria ruziensis (rumput ruzi). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Brachiaria ruziensis (rumput ruzi) yaitu
berwarna kuning kehijauan, memiliki bentuk yang lancip di kedua
ujungnya, panjang, dan kecil. Biji tanaman ini memiliki berat 0,641 gram
per 100 biji. Sutedi et al. (2016) menyatakan bahwa biji rumput ruzi
berwarna coklat muda, atau dapat juga berwarna hijau serta berbentuk
lonjong. Antony et al. (2015) menyatakan bahwa berat rumput ruzi yaitu
0,275 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa warna, bentuk, dan
berat rumput ruzi tidak sesuai dengan literatur.

Gambar 6. Brachiaria ruziensis


Setaria italica (jewawut). Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diketahui ciri-ciri biji Setaria italica (jawawut) yaitu berwarna oranye,
memiliki bentuk bulat dan sangat kecil. Biji tanaman ini memiliki berat
0,323 gram per 100 biji. Randall et al. (2016) menyatakan bahwa biji
jewawut memilki bentuk bulat dan warannya kuning oranye. Berat biji
jewawut yaitu 0,152 sampai 0,167 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan
bahwa warna dan bentuk biji jewawut telah sesuai dengan literatur
sedangkan beratnya tidak sesuiai.

Gambar 7. Setaria italica (jawawut)


Biji Legum
Sesbania grandiflora (turi). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Sesbania grandiflora (turi) yaitu berwarna
hitam kecoklatan, memiliki bentuk seperti kacang merah versi kecil, tidak
mengkilat, dan sedikit pipih. Biji tanaman ini memilki berat 4,090 gram per
100 biji. Orwa et al. (2009) menyatakan bahwa biji turi berbentuk oval dan
berwarna merah marun. Eliya dan Syamsuwida (2017) menyatakan
bahwa berat biji turi adalah 4,24 gram sampai 4,64 gram per 100 biji. Hal
ini menunjukkan bahwa bentuk dan berat yang tidak sesuai dengan
literatur sedangkan warnanya telah sesuai.
Gambar 8. Sesbania grandiflora (turi)
Leucaena leucocephala (lamtoro). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Leucaena leucocephala (lamtoro) yaitu
berwarna coklat tua, memilkik bentuk oval seperti daun, pipih, dan
mengkilat. Biji tanaman ini memiliki berat 7,123 gram per 100 biji.
Gembong (2005) menyatakan bahwa biji lamtoro berwarna coklat tua,
bentuk bijinya oval, dan pipih. Ramdhoani et al. (2018) menyatakan
bahwa berat biji lamtoro adalah 2,6 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan
bahwa warna dan bentuk biji telah sesuai dengan literatur sedangkan
beratnya tidak sesuai.

Gambar 9. Leucaena leucocephala (lamtoro)


Indigofera orrecta (tarum). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Indigofera orrecta (tarum) yaitu berwarna
hitam agak coklat, memiliki bentuk bulat, kecil, lingkar, sedikit pipih, dan
kering. Biji tanaman ini memiliki berat 0,524 gram per 100 biji. Jahan et al.
(2013) menyatakan bahwa biji tarum memiliki warna dominan coklat,
bentuknya bulat agak silindris dengan warna dominan coklat dengan berat
0,43 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa warna biji tarum telah
sesuai literatur sedangkan bentuk dan beratnya tidak sesuai.

Gambar 10. Indigofera orrecta (tarum)


Glycine max (kacang kedelai). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Glycine max (kacang kedelai) yaitu krem,
memiliki bentuk bulat, besar, sedikit mengkilat, dan kulit biji tebal. Biji
tanaman ini memiliki berat 15,696 gram per 100 biji. Waliyansyah (2020)
menyatakan bahwa biji kacang kedelai memiliki warna kecoklatan dengan
bentuk bulat dan memiliki berat 14,9 sampai 18 gram per 100 biji. Hal ini
menunjukkan bahwa bentuk dan berat biji kacang kedela telah sesuai
dengan literatur sedangkan warnanya tidak sesuai.
Gambar 11. Glycine max (kacang kedelai)
Bauchinia blakeana (tayuman). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Bauchinia blakeana (tayuman) yaitu coklat
tua, memiliki bentuk biji yang lebih lebar dari lamtoro, pipih, kering, dan
tidak mengkilat. Biji tanaman ini memiliki berat 13,546 gram per 100 biji.
Syamsiah (2004) menyatakan bahwa tanaman tayuman memiliki bentuk
bulat dan berwarna coklat sangat tua. Ramdhoani (2018) menyatakan
bahwa berat biji tayuman yaitu 2,7 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan
bahwa warna bij tayuman telah sesuai dengan literature sedangkan
bentuk dan beratnya tidak sesuai.

Gambar 13. Bauchinia blakeana (tayuman)


Desmanthus virgatus (lamtoro mini). Berdasarkan praktikum yang
dilakukanm diketahui ciri-ciri biji Desmanthus virgatus (lamtoro mini) yaitu
berwarna coklat, memiliki bentuk kecil, bulat, dan sedikit pipih. Biji
tanaman ini memiliki berat 0,598 gram per 100 biji. Rangel (2005)
menyatakan bahwa biji lamtoro mini memiliki bentuk bulat pipih dengan
warna hijau dan coklat, beratnya 0,46 gram per 100 biji. Hal ini
menunjukkan bahwa warna dan bentuk biji lamtoro mini telah sesuai
dengan literatur sedangkan beratnya tidak sesuai dengan literatur.
Gambar 13. Desmanthus virgatus (lamtoro mini)
Leucaena leucocephala cv. tarramba (lamtoro). Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Leucaena leucoceplhala
cv. tarramba (lamtoro) yaitu berwarna coklat, memiliki ukuran yang
sedang, lebih berisi, dan sedikit mengkilat. Biji tanaman ini memiliki berat
6,619 gram per 100 biji. Azizah (2015) menyatakan bahwa biji lamtoro
berwarna coklat tua sampai coklat kehijauan, berbentuk pipih. Ramdhoani
et al. (2018) menyatakan bahwa berat biji lamtoro 2,6 gram per 100 biji.
Hal ini menunjukkan bahwa warna biji telah sesuai dengan literatur
sedangkan bentuk dan beratnya tidak sesuai.

Gambar 14. Leucaena leucoceplhala cv. tarramba (lamtoro)


Medicago sativa (alfalfa). Bedasarkan praktikum yang dilakukan,
diketahui ciri-ciri biji Medicago sativa (alfalfa) yaitu berwarna hitam
kekuningan, memiliki bentuk sangat kecil, dan ringan. Biji tanaman ini
memiliki berat 0,194 gram per 100 biji. Rashidi et al. (2010) menyatakan
bahwa biji alfalfa mempunyai ciri-ciri berwarna coklat dan berbentuk bulat
lonjong atau oval dengan berat 0,187 gram per 100 biji. Hal ini
menunjukkan bahwa warna dan berat biji alfalfa telah sesuai dengan
literatur, sedangkan bentuknya tidak sesuai.

Gambar 15. Medicago sativa (alfalfa)


Biji Forbs
Chicorium intybus L. var. chico (chicori). Berdasarkan praktikum
yang dilakukan, diketahui ciri-ciri biji Chicorium intybus (chicori) yaitu
berwarna hijau kehitaman, memiliki ukuran yang kecil dan berbentuk
silindris. Biji tanaman ini memiliki berat 0,075 gram per 100 biji. Umami et
al. (2019) menyatakan bahwa biji chocori memiliki ciri-ciri berwarna coklat
dengan bentuk biji oval dan memiliki berat 1,25 sampai 1,5 gram per
1000biji atau 0,0125 gram per 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa warna,
bentuk, dan berat biji chicory tidak sesuai dengan literatur.
Gambar 16. Chicorium intybus (chicori)
Amaranthus sp. (bayam). Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diketahui ciri-ciri bij Amaranthus sp. (bayam) yaitu berwarna hitam,
memiliki ukuran yang sangat kecil, bentuknya bulat, dan mengkilat. Biji
tanaman ini memiliki berat 0,08 gram per 100 biji. Erna (2012)
menyatakan bahwa biji bayam memiliki ciri-ciri warna biji hitam, berbentuk
seperti jarum dan memiliki berat 0,65 gram per 100 biji. Hal ini
menunjukkan bahwa warna biji bayam telah sesuai dengan literatur
sedangkan bentuk dan beratnya tidak sesuai.

Gambar 17. Amaranthus sp. (bayam)


Biji Rumput
Parameter Pengamatan
Tidak sesuai
Nama Biji Berat per
Warna Bentuk literatur
100 biji
Mengkilat,
Phalaris lancip
Krem Warna dan
canariensis diujung, 0,742 gram
kehijauan bentuk
(kenari) panjang
lonjong
Kecil, ujung-
Brachiaria
ujungnya Bentuk dan
decumbens Hijau 0,524 gram
lancip, berat
(rumput BD)
kering
Sorghum Bulat,
bicolor cv. sedang, ada
Krem
kawali bitnik hitam, 2,885 gram Berat
kekuningan
(rumput lancip di
sudan) bitnik
Besar, pipih,
Zea mays Kuning-
bentuk 28,273 gram Berat
(jagung) oranye
trapezium
Lancip di
kedua
Oryza sativa
ujung,
L. (padi Krem 2,825 gram -
permukaan
gogo)
kasar,
sedang
Lancip ke
Brachiaria dua Warna,
Kuning
ruziensis ujungnya, 0,641 gram bentuk, dan
kehijauan
(rumput ruzi) panjang berat
kecil
Setaria Oranye Bulat, 0,323 gram Berat
italica sangat kecil
(jawawut)
Biji Legum
Tidak
Parameter Pengamatan sesuai
Nama Biji literatur
Berat per
Warna Bentuk
100 biji
Kacang
Sesbania merah versi
Coklat Bentuk dan
grandiflora kecil, tidak 4,09 gram
kehitaman berat
(turi) mengkilat,
seidkit pipih
Leucaena Oval seperti
leucocephala Coklat tua daun, pipih, 7,123 gram Berat
(lamtoro) mengkilat
Bulat, kecil,
Indigofera
lingkat, Bentuk dan
orrecta Hitam-coklat 0,534 gram
sedikit pipih, berat
(tarum)
kering
Bulat, besar,
Glycine max sedikit
15,696
(kacang Krem mengkilat, Warna
gram
kedelai) kulit biji
tebal
Lebih lebar
Bauchinia dari lamtoro,
13,546 Bentuk dan
blakeana Coklat tua pipih,
gram berat
(tayuman) kering, tidak
mengkilat
Desmanthus
Kecilm
virgatus
Coklat bulat, sedikit 0,598 gram Berat
(lamtoro
pipih
mini)
Leucaena
Sedang,
leucoceplhal
lebih berisi, Bentuk dan
a cv. Coklat 6,619 gram
sedikit berat
tarramba
mengkilat
(lamtoro)
Medicago Hijau Sangat kecil 0,194 gram Bentuk
sativa kekuninan
(alfalfa)
Biji Forbs

Parameter Pengamatan
Tidak sesuai
Nama Biji Berat per
Warna Bentuk literature
100 biji
Chicorium Warna,
Hijau Kecil,
intybus 0,075 gram bentuk, dan
kehitaman silindris
(chicori) berat
Amaranthus Bulat, Bentuk dan
Hitam 0,08 gram
sp. (bayam) sangat kecil berat
Kualitas fisik biji dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi kualitas biji yaitu varietas biji, kadar air, dimensi panjang,
dimensi tebal, dimensi lebar atas, dimensi lebar bawah (Rahmia, 2017).
Faktor selanjutnya yaitu cekaman kekeringan yang berpengaruh pada
pertumbuhan vegetatif (Rahmianna dan Purnomo, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Antony, E., K. Sridar, D. T. Pal dan V. Kumar. 2015. Seed production of
Brachiaria ruziziensis in India- seed collection methods and feed
opportunities. Conferences Paper. Durham University.
Azizah, S. N. K. 2015. Pengujian Ekstrak Biji Lamtoro (Leucaena
leucocephala) sebagai Penyembuh Luka pada Kulit Kelinci. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Bhattacharya, S. 2008. Science in Action 8. Dorling Kindersley. India.
Cody, M. L. 2006. Plants on Islands. University of California Press. Los
Angeles.
Eliya, S. dan D. Syamsuwida. 2017. Karakteristik fisik dan metode
pengujian perkecambahan benih turi (Sesbania grandiflora L. sp).
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 5(2): 125-135
Erna, S. 2012. Perkecambahan dan Pertumbuhan Gulma Bayam Duri
(Amaranthus Spinosus L.) pada Pemberian Ekstrak Kirinyuh.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Gembong, T. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Husson, O. Charpentier, H. Razanamparany, C. Moussa, N. Michellon, R.
Naudin, K. Razafintsalama, H. Rakotoarinivo, C.
Rakotondramanana dan L. Séguy. 2008. Fiches techniques plantes
de couverture: légumineuses pérennes, Brachiaria sp: B.
ruziziensis, B. brizantha, B. decumbens, B. humidicola. CIRAD.
3(3): 20-24.
Jahan, S., A. K. M. G. Sarwar, dan M. S. Alifakih. 2013. Phenology, floral
morphology and seed yield in Indigofera tinctoria l. and i.
Suffruticosa mill. Bangladesh Journal of Botany. 42: 231-237.
Kusumawati, A., N. E. Putri, dan I. Suliansyah. 2013. Karakteristik dan
evaluasi beberapa genotipe sorgum (Sorghum bicolor ) di Sukarami
Kabupaten Solok. Jurnal Agroteknologi. 4: 7-12.
Mursidawati, S. 2012. Morfologi buah dan biji Rafflesia patma dan R.
arnoldii. Buletin Kebun Raya. 15(1): 21-30.
Norton, F. M. dan Ford J. F. 2002. Canaryseed Industry Development For
South-Eastern Australia. Rural Industries Research and
Development Corporation. University of Melbourne. Australia.
Orwa, C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, and S. Anthony. 2009.
Agroforestree Database: a Tree Reference and Selection Guide
version 4.0. World Agroforestry Centre. Kenya.
Rahmia, S. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik fisik biji
jagung (Zea mays) varietas hibrida dan komposit. 1 (2) : 98-109
Rahmianna, A. A. dan J. Purnomo. 2018. Hasil, kualitas fisik polong dan
biji beberapa genotipe kacang tanah menurut ragam lengas tanah
pada fase generatif. Jurnal Agronomi Indonesia. 46 (1) : 71-80.
Ramdhoani, N. A. Arpiwi dan A. A. K. Darmadi. 2018. Karakteristik buah,
biji dan kandungan minyak dari tanaman non pangan di pulau
Serangan Bali. Jurnal Metamorfosa. 5 (1) : 51-56.
Randall, A., Y. Yuwariah, A. Nuraini, T. Nurmala, A. W. Irwan dan W. A.
Qosim. 2016. Karakterisasi dan kekerabatan 23 genotip jawawut
(Setaria italica l. beauv) yang ditanam tumpangsari dengan ubi jalar
berdasarkan karakter agromorfologi. Jurnal Pangan. 25 (1): 21-32.
Rangel, J. H. D. A. 2005. Agroecological Studies Of Desmanthus A
Tropical Forage Legume. University Federal de Pernambuco. Brazil.
Rashidi, M., Ghosta, Y. and Bahar, M. 2010. Molecular identification of a
phytoplasma associated with Russian olive witches’ broom in Iran.
European Journal of Plant Pathology, 127: 157-159.
Siswati, A., N. Basuki dan A. N. Sugiharto. 2015. Karakterisasi beberapa
galur inbrida jagung pakan (Zea mays L.). Jurnal Produksi
Tanaman. 3 (1): 19-26.
Suryanugraha, W. A., Supriyanta dan Kristamtini. 2017. Keragaan sepuluh
kultivar padi local (Oryza satival.) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Vegetalika. 6 (4) : 55-70.
Sutedi, E., Sajimin, dan B. R. Prawiradiputra. 2010. Agronomi dan
Pemanfaatan Centrosema pubescens. Lokakarya Nasional
Tanaman Pakan Ternak. 133-140.
Syamsiah, M. 2004. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Unhas Press.
Makassar.
Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, E. L. Saragih, E. P. Rini, M. Sari, S.
Marwiyah, D. Soepandi. 2017. Kendali Genetik Karakter Morfologi
dan Agronomi pada Tiga Populasi Sorgum (Sorghum bicolor (L.)
Moench). Jurnal Agronomi Indonesia. 45 (3) : 285 – 291.
Umami, N., B. Suhartanto, A. Agus, B. Suwignyo, N. Suseso, F. S.
Zakiyyah,dan T. Cookson. 2019. Morphological characteristics and
biomass production of chicory (cichoriumintybus l.) In yogyakarta.
The 7th International Seminar on Tropical Animal Product. 53-56.
Waliyansyah, R. R. 2020. Identifikasi jenis biji kedelai (Glycine max l)
menggunakan gray level coocurance matrix (glcm) dank-means
clustering. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK).
7(1): 17-26.

Anda mungkin juga menyukai