Fungsi Tata Ruang Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup Kota Gorontalo PDF
Fungsi Tata Ruang Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup Kota Gorontalo PDF
PENDAHULUAN
penataan ruang dan lingkungan hidup. Hal ini disebabkan aspek penataan
ruang serta lingkungan hidup terkait dengan hampir semua kegiatan dalam
keselarasan. Dalam lingkup tata ruang itulah maka pemanfaatan dan alokasi
lahan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan konsep ruang dalam
1
menyelaraskan, mensinkronkan, dan memadukan berbagai rencana dan
fungsi yang tegas dalam Rencana Tata Ruang Wiyah Nasional atau RTRWN.
Selain kenyataan yang terjadi seperti itu, isu-isu lain lain yang
penyimpangan tata ruang, baik di darat, laut dan udara. Ketiga, dukungan
2
seperti tanah kota, tidak optimalnya penggunaan tanah kota, timbulnya
Kota Gorontalo Tahun 2010 - 2011, terkesan adanya pola yang mengarah
pada eksploitasi sumber daya alam secara pasif yang memiliki konotasi dan
eksploitasi yang berlebihan. Ini dapat dilihat dari pembagian ruang di Kota
menaifkan keberlanjutan.
Pada taraf peruntukan dan pemakaian yang telah ada selama ini,
Rencana Tata Ruang di Kota Gorontalo telah keluar dari jalur sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Pada Rencana Tata Ruang yang
ada sekarang ini dapat dilihat bagaimana areal peruntukan bagi kawasan
hutan yang idealnya harus dipertahankan, secara kasat mata jelas sekali
bahwa areal hutan tersebut saat ini tidak lebih dari 40 (empatpuluh) %. Areal
3
lingkungan dan pemanfaatan tata ruang yang tidak sesuai dengan kebijakan
tata ruang.
lingkungan hidup berupa yakni taman kota yang dilindungi oleh pemerintah
mempunyai dampak yang sangat signifikan bagi masyarakat yang ada di Kota
kepentingan yang lain. Ada perbedaan persepsi yang tajam antara pemerintah
dan masyarakat dalam memandang satu kawasan. Rencana tata ruang yang
memberikan keuntungan lebih baik atau dapat mencapai sasaran dan tujuan
yang diharapkan.
4
Untuk hal tersebut di atas, diperlukan sebuah upaya dalam kerangka
tentang tata ruang maupun dalam kebijakan, peraturan dan perizinan lainnya
yang ada ini tidak menjadi pengelolaan sumber daya alam yang bermuara
Kota Gorontalo” .
masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yakni sebagai berikut:
2. Apa kendala yang dihadapi dalam melaksanakan fungsi tata ruang bagi
5
1. Untuk mengetahui fungsi tata ruang dalam menjaga kelestarian lingkungan
sebagai berikut:
pentingnya arti tata ruang bagi lingkungan hidup. Selain itu bagi
6
BAB II
STUDI PUSTAKA
Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta
meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makluk lain hidup dan melakukan kegiatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Serta rencana tata ruang adalah
dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk
lingkungan yang dapat berupa biotik dan abiotik serta cultural. Ketiga
7
yang dimaksud dengan Penataan Ruang adalah Suatu proses perencanaan tata
common goods atau eksistensi yang menjadi milik umum atau milik kolektif
keterkaitan dan keserasian tata guna lahan, tata guna air, tata guna udara serta
alokasi sumber daya melalui koordinasi dan upaya penyelesaian konflik antar
Daerah.
Sementara tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
Penataan Ruang.
9
Selanjutnya asas penataan ruang menurut undang-undang penataan
berikut:
10
Sementara tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah mewujudkan
ruang wilayah kota yang maju dan lestari melalui penataan ruang secara
pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah agar tujuan penataan
ada;
wilayah kota.
ruang dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang tata
cara dan bentuk peran serta masyarakat itu diatur oleh Peraturan Pemerintah
11
Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk
sistem nilai.
dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Sementara
kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata
13
merupakan usaha menilai kemajuan kegiatan pemanfatan ruang dalam
penyusunan rencana tata ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah
ruang, yang meliputi rencana terperinci tata ruang dan rencana teknik ruang
termasuk tata letak dan tata bangunan di kawasan tertentu yang secara
14
Rencana tata ruang kawasan perkotaan dan perdesaan yang meliputi
lebih dari satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat I berisi kebijaksanaan yang
guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam
manusia.
dan informasi dari berbagai pihak untuk terciptanya upaya pemanfaatan ruang
a) Agar pengelolaan dan tata ruang tdak lagi dilihat sebagai management of
bersifat inpremental.
15
b) Mekanisme development control yang ketat agar ditegakan, lengkap
dengan sanksi (dis insentif) untuk yang melanggar dan bonus (insentif
c) Penataan ruang kota secara total, menyeluruh dan terpadu dengan model-
berkesinambungan.
dilecehkan.
f) Peran serta penduduk dan kemitraan dengan swasta agar lebih digalakan
16
Pasal 3 UU No 26 tahun 2007 menyebutkan bahwa Penyelenggaraan
buatan;
menjalankan aktivitasnya;
17
4. Berkelanjutan: kualitas lingkungan dapat dipertahankan bahkan dapat
generasi mendatang.
potensi khusus sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
suatu kesatuan.
18
Instansi Pemerintah. Melihat kenyataan demikian, maka penataan ruang
Undang-undang ini terdiri dari 17 bab dan 127 pasal yang mengatur
19
tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
lain.
Sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) sampai (3) UUD 1945 dinyatakan
bahwa bumi, air dan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
ekonomi.
20
terganggu. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keseimbangan dan
berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selama ini telah mengakibatkan
yang meliputi tiga bidang hukum yaitu administratif, pidana dan perdata.
Oleh karena itu penegakan hukum lingkungan tidak hanya bersifat refresif,
perdata;
a. Sistem biofisik;
22
b. Sistem sosial;
udara, tanah, air, pesisir dan laut, keanekaragaman hayati, pedesaan pedesaan,
a) Melakukan pemantauan;
b) Meminta keterangan;
23
d) Memasuki tempat tertentu;
e) Mengambil contoh;
dan kegiatan.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
ada.
sebagai berikut:
a. Lokasi
25
pelaksanaan tata ruang dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup di
b. Populasi
binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat
secara terencana yang menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
c. Sampel
hal ini jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 3 (tiga) orang responden
sekunder adalah studi dokumen yaitu dengan cara mempelajari data melalui
permasalahan.
26
Selanjutnya untuk melengkapi data seknder yang diperoleh melalui
bahan hukum primer, sekunder dan tertier, maka dapat dilengkapi dengan
data lapangan. Data lapangan ini berfungsi sebagai pelengkap data sekunder.
terhadap data sekunder yang didapat melalui studi dokumen, dan data primer
27
BAB IV
Sebagai salah satu rencana tata ruang skala, Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) kota merupakan suatu tahapan penting dalam suatu proses
penataan ruang secara keseluruhan, karena pada tahapan ini dirumuskan suatu
berbagai instansi terkait dalam suatu proses pengaturan ruang. Rencana Tata
Ruang Wilayah kota dalam hal merupakan suatu penjabaran dari strategi dan
provinsi. Untuk itu dalam menyusun struktur wilayah kota dilakukan melalui
komplementer.
dan Religius”
28
dengan penelitian tentang pelaksanaan fungsi tata ruang dalam menjaga
sumber daya alam yang didukung ruang kondisi lahan dan iklim yang
hidup.
ruang yang dilakukan oleh pemerintah (pusat, propinsi dan kota), sektor
menyeluruh.
Manusia yang ada, agar dapat menghasilkan manfaat dan kualitas ruang
29
5) Asas keterbukaan, yakni memperhatikan adanya hak yang sama pada
dengan rencana.
perencanaan.
ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan
30
kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai dengan kebijaksanaan
pengaturan atau penataan wilayah yang berlaku. Untuk itu perlu ada
Kota Gorontalo harus terdapat suatu keterkaitan yang sangat erat dengan
penataan ruang suatu wilayah. Dengan penataan yang baik, maka kinerja
wilayah tersebut juga akan optimal dan efisien. Dengan demikian dalam
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilaya RTRW dan tujuan penataan
ruang wilayahnya.
31
Berbagai kebijaksanaan Kota Gorontalo dalam pembangunan daerah
masyarakat. Hal yang perlu digarisbawahi dalam perencanaan tata ruang Kota
Gorontalo adalah pada penataan penguasaan tanah oleh negara diarahkan agar
adalah antara lain hak rakyat atas tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas
Gorontalo.
Dalam hal ini, diperlukan pemikiran jauh ke depan, yang tidak hanya
dilakukan secara kreatif, sehingga konversi tata ruang dan lingkungan hidup
lahan dari pertanian produktif ataupun dari kawasan hijau lainnya menjadi
32
kawasan non hijau dan non produktif, dapat dikendalikan. Hal ini merupakan
setiap kota menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota sebagai pedoman
perkotaan nasional dan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dalam
rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan, dan upaya-
selayaknya menghasilkan suatu kondisi yang ideal pada umumnya masih sulit
33
terwujud. Salah satu penyebabnya adalah terkait dengan landasan hukum atau
legislasi berupa Peraturan Daerah yang mengatur tentang Tata Ruang yang
Kota Gorontalo sendiri dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata telah
pemerintahan ada dua macam yakni yang berskala regional atau provinsi
sistem yakni primer dan sekunder yang tergantung pada skala pelayanan.
34
Kelurahan Wongakditi Barat, Kelurahan Dembe II, Leato, Buliide,
Kawasan pelabuhan laut masuk dalam sistem pusat primer yang terletak
Karena skala pelayanan ialah regional dan kota, kawasan ini masuk
6) Kawasan Wisata.
kota yang masuk sebagai sistem pusat primer. Kawasan wisata ini
Kawasan depot ahan bakar minyak dan kegiatan perikanan ini merupakan
skala regional dan kota, masuk dalam sistem pusat primer terletak di
35
Dengan skala regional, maka kawasan pendidikan tinggi ini masuk
sebagai sistem pusat primer yang terletak di Kelurahan Limba U Satu dan
ditetapkan di daerah Botu sebenarnya tidak sesuai dengan asas atau prinsip
tata ruang. Hal ini disebabkan bahwa sebenarnya daerah Botu lebih cocok
dijadikan kawasan hutan lindung, dan bukan dirusak hutan untuk dibangun
tepat buat daerah Botu, dan bukan dirusak dan dibangun kantor-kantor
pemerintahan.
kondisi dan kenyataan sekarang ini. Hal ini disebabkan bahwa misalnya
daerah terutama sepanjang jalan Agus Salim saat ini mulai banyak dibangun
Pemerintah Kota Gorontalo di atas tidak singkron dengan realitas dan fakta
yang ada.
36
a) Menyiapkan perwujudan ruang kawasan di Kota Gorontalo dalam rangka
dengan arahan yang telah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Gorontalo;
September 2011).
pemanfaatan tanah yang tidak terpisahkan satu sama lain, maka Pemerintah
37
keinginan dari penguasa. Pemerintah Kota Gorontalo setidaknya harus
kabupaten/kota;
kabupaten/kota melaksanakan:
38
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
kabupaten/kota.
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), pemerintah daerah kabupaten/kota:
pembangunan sektoral yang berbasis ruang perlu mengacu pada rencana tata
ruang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar terjadi sinergi dan efisiensi
39
merugikan pada masyarakat luas. Dalam RUTR Kawasan Kota Gorontalo
sebagai berikut:
Gorontalo;
40
tertuang dalam KSNPP (Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) baik Kota Gorontalo harus
rencana tata ruang wilayah (RTRW) harus ada ditetapkan kawasan hutan,
dalam rencana tata ruang dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang
41
besar terutama bagi kehidupan masyarakat di kemudian hari. Karena pada
Walaupun harus diakui bahwa saat ini Pemerintahan Kota Gorontalo belum
42
Berdasarkan hasil penelitian, maka paling tidak ada 3 (tiga) unsur
Gorontalo, maka hal ini sejalan dengan apa yang telah ditetapkan
secara rasional;
berbagai masalah.
43
suatu kegiatan yang direncanakan. Pembangunan di Kota Gorontalo harus
hidup.
44
berdimensi hukum semata, tapi juga sudah berdimensi luas seperti ekonomi,
maka pemanfaatan tata ruang demi kelestarian lingkungan hidup tidak luput
pula dengan tuntutan keadilan yang tidak bersifat sektoral saja, tetapi
meliputi semua komponen yang terkait. Hanya dengan demikian akan dapat
makmur yang berarti adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
Hal ini perlu ditegaskan demikian karena pada dasarnya semua komponen
Sumber daya alam dan tata ruang serta lingkungan hidup tidak
45
Dalam kondisi demikian tentu terjadi pula pelemahan sistem
baik pada tingkat kebijakan sampai dengan tingkat program dan kegiatan.
kehidupan manusia sendiri. Berbagai bencana yang terjadi atau timbul sulit
46
pula di tingkat masyarakat dan juga pengguna tata ruang seperti pengemban
perumahan dan lain sebagainya perlu harus diberi kesadaran tentang arti
dengan tegas kepada siapapun yang salah dalam memanfaatkan tata ruang
perencanaan tata ruang dan yang tidak sesuai asas tata ruang sebagaimana
sanksi berat juga. Pada intinya dalam kondisi seperti itu hukum tidak boleh
lingkungan hidup tidak hanya bersifat refresif, tetapi juga bersifat preventif.
sanksi kepada perusak atau pencemar lingkungan hidup yang berupa sanksi
47
pidana (penjara dan denda), sanksi perdata (ganti kerugian dan atau tindakan
pencabutan izin).
4.2 Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Fungsi Tata Ruang Bagi
Lingkungan Hidup Kota Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian perkembangan wilayah di berbagai
dapat dilihat mulai dari wilayah pantai terutama di bagian Pasir Putih
dan perkambungan penduduk dan ada pula tanah-tanah yang rusak karena
dirusak demi usaha bisnis misalnya hutan yang ada di sekita lokasi Benteng
Hal yang tidak dapat pungkiri bahwa di lokasi Kota Barat seperti
Potangga dan Dembe apabila terjadi hujan deras maka menggangu jalan
karena batu-batu putih yang berasal dari gunung di sekitar Benteng Otanaha
menumpuk di jalan, akibatnya jalan tidak dapat digunakan dan dilalui lagi
oleh kenderaan. Situasi demikian memang dapat diatasi oleh warga sekitar
sampai jalan bersih dan dapat dilalui oleh kenderaan. Hal ini tentu tidak
mengalami kerusakan yang semakin parah. Tentunya ada hal-hal lain yang
49
dijadikan penyebab atau kendala dalam menggunakan pemanfaatan ruang
yang sesuai dengan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu di bawah ini
akan diuraikan beberapa kendala dalam rencana tata ruang yang menjadi
penyebab mengapa fungsi tata ruang belum sesuai tujuan utama kelestarian
lingkungan hidup.
pemanfaatan ruang lahan yang tidak sesuai dengan asas tata ruang,
50
di mana beberapa lokasi ruang lahan yang awalnya sebagai ruang
51
dialihkan menjadi pemukiman (Wawancara tanggal 7 September
2011).
52
lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Dengan hanya
53
titik temu antara Dewan Provinsi dan Pemerintah Provinsi
54
c) Dalam perencanaan tata ruang selalu disatukan dengan rencana
ruang.
55
Seharusnya Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Pemerintah Kota
benar-benar mendesak.
56
Hal yang sering menjadi kenyataan dalam pengambilan keputusan
Wonggaditi.
57
Pengambilan kebijakan atau keputusan politik yang didasarkan
58
Dengan demikian keputusan atau kebijakan politik terhadap tata
berikut:
(1) pemberian kebijakan ruang hidup yang luas bagi rakyat serta
Gorontalo.
59
pemanfaatan tata ruang diupayakan harus dapat memberikan
60
daerah, yang belum tentu usaha dan kerjasama tersebut sesuai
daerah harus dimaknai sesuai dengan prinsip hukum yang ada dan
Kota Gorontalo.
61
ruang yang tanpa ada koordinasi. Adapun konflik dalam pemanfaatan
antara dua wilayah Kota atau Kabupaten atau lebih yang terletak
62
Wilayah perbatasan pegunungan tersebut yang sebagian berbatasan
63
akan membawa potensi konflik pemanfaatan bagi kedua wilayah
tersebut.
antar warga.
obyek oleh dua sektor menjadi pemicu utama konflik ini. Misalnya
obyek wisata. Hal ini dapat dilihat ketika penetapan kawasan hutan
64
kegiatan yang dapat merusak hutan tersebut. Hal ini dikuatirkan
lokasi obyek wisata. Dengan kata lain fungsi tata ruang hutan harus
65
ruang lahan harus diprioritaskan, sementara ruang lahan sendiri
tata ruang dan lingkungan hidup tidak hanya milik dari Pemerintah
2011).
66
c) Potensi konflik antar masyarakat dan pemerintah. Konflik ini
67
Demikian pula yang terjadi dalam pengelolaan obyek wisata
dikalahkan.
hal baru lagi yang terjadi di negeri ini dan tidak hanya terjadi di
68
d) Potensi konflik dalam pemanfaatan tata ruang itu sendiri. Konflik
terjadi adalah lebih banyak karena dua hal yang terakhir, karena
mengenai tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah yang
sulit diwujudkan.
hutan;
69
(3) pembuatan tanda /tapal batas kawasan hutan;
berkelanjutan;
dalam peraturan
70
pengembangan kebijakan pertanahan maka kelangsungan sistem
di daerah Wonggaditi.
71
Melihat kondisi demikian, maka membawa dampak negatif tersebut
72
a. Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam dan Lingkungan
lingkungan hidup.
dan perumahan sampai saat ini belum ada. Niat pemerintah Kota
tata ruang dan lingkungan hidup, tapi sejauh ini aspek legalitas
73
diharapkan menjadi dasar atau pondasi bertindak belum ada.
ekosistemnya.
74
Kota Barat yang dilakukan oleh penduduk sekitar merupakan
hidup.
75
Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat berhak antara lain
76
tata ruang pemanfaatan ruang, dan menaati rencana tata ruang
77
undangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku. Kedua,
pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lain untuk
pembangunan.
78
peningkatan kegiatan dalam program pengendalian pence-
maran.
pesi- sir dan laut. Sejalan dengan hal tersebut, pembinaan daerah
dan laut.
bagaan yang lebih efisien dan efektif mulai dari tingkat pusat
79
sampai ke daerah, baik dalam lingkungan pemerintah, dunia
80
selanjutnya dikembangkan sebagai hutan serba guna yang dapat
lingkungan.
81
pengembangan Sistem Pengawasan, Pengendalian, Pengamatan
pantai.
lagi kembali.
82
Terwujudnya tujuan Kota Gorontalo dalam pembangunan bidang
dengan beberapa cara tergantung pada bentuk konflik itu sendiri dan
83
dengan pemanfaatan ruang, dan biasanya yang bertetangga
atau berbatasan
84
c. Konflik masyarakat dengan pemerintah. Konflik ini dapat diatasi
kepada masyarakat.
85
(2) Setiap kawasan harus secara terbuka diberikan rambu-
Rencana Umum Tata Ruang dan mencari formula yang tepat untuk mengatasi
kenadal tersebut, maka pengelolaan fungsi tata ruang perlu ditata dalam bentuk
persediaan dan pemeliharaan tata ruang demi kelestarian lingkungan hidup. Pola
pengelolaan tersebut sudah barang tentu mengacu pada asas-asas penataan ruang
Fungsi tata ruang dalam hal ini diartikan sebagai wujud kegiatan atau
tersebut dapat bersifat materiil dan spirituil. Dalam hal ini pengelolaan tata ruang
lebih dititik beratkan pada pada wujud fisik, penggunaan ruang merupakan hasil
pengambilan keputusan dari orang atau Badan Hukum yang menguasai dan yang
berhak dalam pengelolaannya sesuai kegiatan dan kebutuhannya. Hal yang tidak
peruntukan ruang lingkungan hidup sendiri yang dalam hal ini merupakan
daerah kota.
86
Pemanfaatan fungsi tata ruang demi kelesatarian lingkungan hidup di Kota
menghadangnya, namun apabila dalam praktek segera dicarikan solusi yang tepat
fungsi tata ruang demi kelestarian lingkungan hidup Kota Gorontalo dapat
(Perda) yang mengatur fungsi tata ruang Kota Gorontalo. Demikian juga pihak-
pihak lain termasuk masyarakat, pengusaha dan instansi-instansi terkait yang ada
87
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
ada selama masih tumpah tindih dengan arah kebijakan yang diambil
Pemerintah Kota.
tata ruang bagi lingkungan hidup di Kota Gorontalo adalah rencana yang
5.2 Saran
88
1. Perlu ada perhatian pemerintah Kota Goorntalo untuk segera membuat
juga.
89
PEMBIAYAAN
T O T A L Rp. 18.000.000,-
90
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko, 1997, Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Penerbit Andi.
Yogyakarta
Santosa, Mas Achmad, 2001, Good Governance Dan Hukum Lingkungan. ICEL.
Jakarta
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta. Edisi Pertama Cetakan kesembilan.Raja
Grafindo Persada.
Sumardjono, Maria SW, 2008, Tanah Dalam Presfektif Hak Ekonomi, Sosial Dan
91
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
92
BIODATA KETUA PENELITI
Pengalaman :
A. Pelatihan.
a. Short Course PKBH: Hukum Perdata dan Hukum Pidana Dalam Dunia
Prakek, diselenggarakan oleh Pusat Konsultasi Dan Bantuan Hukum
(PKBH) FH UGM, Pada bulan Maret 2010;
b. Short Course Perlindungan Paten & Drafting Paten, diselenggarakan oleh
Center For Intellectual Property, Competition, And Dispute Settlement
Mechanism Studies (CICODS), Fakultas Hukum UGM, pada tanggal 18-19
Februari 2010.
c. Workshop Penulisan Jurnal Terakreditasi Dan Karya Ilmiah,
diselenggarakan oleh Himpunan Pascasarjana UGM Yogyakarta, pada
bulan Mei 2009;
d. Training Nasional Investigasi Pemberantasan Korupsi di adakan oleh UIN
Kalijaga Yogyakarta bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) pada bulam Maret 2009;
e. Peserta Lokakarya Metodologi Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah
Bagi Guru Dan Dosen Provinsi Gorontalo, yang Diselenggarakan oleh
Lembaga Penelitian IKIP Negeri Gorontalo, Pada Bulan Juli 2003;
f. Peserta Pelatihan penanganan Kasus dan Korban Narkoba dan
Psikotropika, yang diselenggarakan Polresta Kota Gorontalo tahun 2002.
93
B. Penelitian/Karya Ilmiah Dan Buku
b. Jurnal-Jurnal
1. Upaya Menciptakan Proses Peradilan Yang Bersih Sesuai
Keadilan, Kepastian Hukum Dan Kemanfaatan, Jurnal Pelangi
Ilmu. Diterbitkan Forum Mahasiswa Pascasarjana Gorontalo di
Yogyakarta, Volume 4 No 1 Bulan Januari 2011
2. Meningkatkan Sistem Pengawasan Terhadap Hakim-Hakim Yang
Nakal Dalam Melaksanakan Tugasnya, Jurnal Hukum Legalitas,
diterbitkan Program Studi Ilmu Hukum UNG, Edisi Volume 3
Nomor 1 bulan Februari tahun 2010;
3. Reformasi Arah Kebijakan Hukum Perdata Formil Dalam
Kekuasaan Kehakiman, Jurnal Pelangi Ilmu, yakni Jurnal Berkala
Forum Mahasiswa Pascasarjana Gorontalo di Yogyakarta, Edisi
Khusus Bulan Maret 2009;
4. Modernisasi Pengembangan Ilmu Hukum Dan Paradigma Aliran
Postmodern, Jurnal Hukum Legalitas, diterbitkan Program Studi
Ilmu Hukum UNG, Edisi Volume 1 Nomor 2 bulan Oktober
2008;
5. Lembaga Eksaminasi Publik Sebagai Kontrol Dalam Penegakan
Hukum Di Pengadilan, Jurnal Hukum Legalitas, diterbitkan
Program Studi Ilmu Hukum UNG, Edisi Volume 1 Nomor 1
bulan Juni 2008;
6. Anotasi Hukum Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah
Secara Langsung, Jurnal Inovasi, yakni Jurnal Ikatan Mahasiswa
Pascasarjana Dan Alumni Bandung, Edisi Volume 5 Nomor 1
bulan Maret 2008;
7. Antinomi Dalam Penegakan Hukum Oleh Hakim, Jurnal Mimbar
Hukum, Jurnal Berkala Fakultas Hukum UGM, Edisi Volume 19
Nomo3 bulan Oktober 2007;
8. Kinerja Pemerintah Daerah Dan Akuntabilitas Publik Terhadap
Keuangan Daerah, Jurnal Kebijakan Publik, diterbitkan Pusat
Kajian Kebijakan Pembangunan (PK2P) Provinsi Gorontalo,
Edisi Volume 5 Nomor 1 bulan Januari 2006;
94
9. Reformasi Dan Rekturisasi Kebebasan Pengadilan di Indonesia,
Jurnal Ilmu Sosial, diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial UNG,
Edisi Volume 3 Nomor 2 bulan Juni 2005;
10. Penegakan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia Jurnal
Ilmu Sosial diterbitkan Fakultas Ilmu Sosial UNG, Edisi Volume
Oktober 2004.
c. Buku-Buku
a. Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan, tahun 2011, diterbitkan
oleh Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
b. Budaya Membangun Hukum, Tahun 2010, Diterbitkan oleh CV Pena
Persada
c. Dari Yogya Ke Gorontalo: Penegakan Hukum Di Masa Transformatif
Di Gorontalo, Tahun 2009 diterbitkan oleh Penerbit HPMIG Press,
Yogyakarta.
d. Tulisan Di Koran
1. Fenomena Golput Dan Masyarakat Gorontalo, Pada Tanggal 4
Agustus 2004, Di Koran Gorontalo Post;
2. Implementasi Pengembangan Etika Dalam Pemerintahan Di
Gorontalo, Bagian Pertama, Kedua, Ketiga, Pada Tanggal 19, 20, 21
Bulan Juli 2004, Di Koran Gorontalo Post;
3. Prospek Pengembangan Pendidikan Tinggi Hukum di Gorontalo di
harian Gorontalo September 2004;
4. Pembentukan hukum di masa transisi tulisan di harian Limboto
ekspress 2004;
5. Menggugat Peranan Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Hukum-
Demokrasi Bagian Terakhir Tulisan, Pada Tanggal 8 Mei 2003 di
Koran Limboto Express;
6. Menggugat Peranan Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Hukum-
Demokrasi Bagian Kedua, Pada Tanggal 7 Mei 2003 di Koran
Limboto Express;
7. Menggugat Peranan Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Hukum-
Demokrasi Bagian Pertama Tanggal 6 Mei 2003 di Koran Limboto
Express;
95
D. Partisipasi Dalam Seminar Nasional Maupun Internasional
1. Participant In The International Seminar On: Promoting Transparency
And Accountability In Political Financing. Jointly Held By Faculty Of
Law Universitas Gadjah Mada And Konrad Adenauer Stiftung, 19 Juli
2010. Yogyakarta.
2. Peserta Seminar Nasional, Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam Mewujudkan Tata Kelola Negara Yang Bebas Korupsi.
Diselenggarakan oleh Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu
Hukum, FH UGM, Pada tanggal 25 Mei 2010;
3. Peserta Seminar Nasional, Quo Vadis Pemberlakuan Asean-China Free
Trade Agreement Dari Presfektif Politik, Ekonomi Dan Hukum,
diselenggarakn Magister Hukum Bisnis FH UGM, tanggal 20 Februari
2010;
4. Peserta Seminar Nasional Pluralisme, Merajut Nilai-Nilai Pluralisme
Dalam Bingkai Ke Indonesiaan 9Mengenang Wafatnya Ahmad Wahib).
Diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Bhineka Tunggal Ika, tanggal 31
Maret 2010;
5. Peserta Diskusi Publik, Nasib Pemberantasan Korupsi Pasca UU
Pengadilan Tipikor Dan Kriminalisasi Terhadap KPK, diselenggarakan
Dewan Mahasiswa Justitia, FH UGM, tanggal 7 November 2009;
6. Peserta Seminar Nasional, Menyikapi Fatwa Harum Golput Urgensi
Memperkuat Fatwa MUI, Diselenggarakan oleh Keluarga Muslim
Fakultas Hukum UGM, Pada tanggal 14 Mei 2009;
7. Peserta Seminar Nasional, Menuju Pemilihan Presiden 2009 Menggagas
Sosok Pemimpin Ideal, Pada tanggal 25 April 2009;
8. Peserta Seminar Nasional, Pemilu Bebas Korupsi Bukan Sekedar
Impian…., Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Anti PUKAT Koprupsi
UGM, pada tanggal Maret 2009;
9. Peserta Seminar Nasional, Membedah Mewahnya Demokrasi Di Tengah
Kesengsaran Rakyat, Diselenggarakan Mahasiswa HMI UGM, Pada
Tanggal 17 Februari 2009;
10. Peserta Seminar Nasional, Refleksi Fakultas Hukum Universitas Gadjah
Mada Terhadap Kondisi Hukum Indonesia, Diselenggarakan oleh Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, pada tanggal 16 Februari 2009;
11. Pemateri Seminar Nasional, Mengurai Benang Kusut Problematika
Gorontalo Menuju Serambi Medina Yang Madani, Diselenggarakan
Paguyuban Mahasiswa Pascasarjana (PMPS) Gorontalo di Yogyakarta,
Pada tanggal 7 Juni 2008;
12. Pemateri Seminar Internasional, Locking Back, Locking Forward:
Gorontalo, Sulawesi And Maluku, Diselenggarakan oleh Center For
Southeast Asian Studies, University Of Hawai’I At Manoa Unitet States
Of Amerika And The State University Of Gorontalo, Pada tanggal 15-16
Juli 2006;
96
E. Kegiatan Mengadakan Penyuluhan Hukum
Penulis
97
BIODATA ANGGOTA PENELITI
Pengalaman :
Karya Ilmiah/Jurnal
Penulis
98
RINCIAN TUGAS PENELITI
Penulis
99
Tugas Anggota Peneliti
Penulis
100