Poliuretan Tugas Fix PDF
Poliuretan Tugas Fix PDF
PENDAHULUAN
Poliuretan atau spandex adalah serat sintetik yang mempunyai elastisitas yang
luar biasa. Lebih kuat dan lebih tahan daripada karet. Di Amerika Utara dan Eropa
Poliuretan dikenal dengan nama Elastane. Merk-merk lainnya yaitu Lycra (Invista,
sebelumnya bagian dari DuPont), Elaspan (Invista), Creora (Hyosung), ROICA dan
Dorlastan (Asahi Kasei), Linel (Fillattice), dan ESPA (Toyobo).
Untuk penggunaan pakaian persentase poliuretan lebih sedikit dari total material
yang digunakan. Di Amerika jarang sekali digunakan untuk pakaian pria. Lebih sering
digunakan untuk pakaian wanita agar lebih membentuk dan pas di badan. Biasanya di
campur dengan persentase yang cukup besar dari produk tekstil lain seperti katun atau
polyester, untuk mengurangi efek kilap.
1
1.3 Tujuan
Mengetahui tentang serat poliuretan.
Mengetahui zat warna apa yang digunakan untuk mencelup serat poliuretan.
Memahami mekanisme pencelupan serat poliuretan dengan zat warna dispersi.
Dapat memilih metoda yang tepat untuk proses pencelupan poliuretan dengan zat
warna dispersi.
Mampu memprediksi sifat hasil pencelupan serat poliuretan dengan zat warna
dispersi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Struktur molekul rantai serat poliuretan terdiri dari:
1. Bagian yang panjang dinamakan bagian yang lunak (soft); sangat fleksibel, elastis
seperti karet, dan tidak kristalin (amorf), biasanya terdiri dari polialkohol. Bagian
yang lunak ini mudah berubah shingga tekanan yang rendah pun dapat
menghasilkan perpanjangan serat yang besar. Berat molekul bagian yang lunak ini
mempengaruhi sifat serat poliuretan. Dengan naiknya berat molekul bagian yang
lunak (pada komposisi bagian yang keras=konstan) menyebabkan gaya elongasi
menurun pada elongasi yang sama.
2. Bagian yang pendek dinamakan bagian yang keras (hard); kaku, kristalin, polar dan
mempunyai kecenderungan untuk saling melekat dengan yang lainnya (mempunyai
daya ikatan antar molekul yang kuat yaitu ikatan hidrogen) sehingga membentuk
jaringan ikatan silang. Bagian ini terdiri dari gugus isosianat dan tidak berubah
selama terjadi deformasi. Bagian yang keras menyebabkan benang berbalik kembali
ke panjang semula ketika tekanan dilepaskan setelah deformasi.
2.1.2 Morfologi
4
4. Elastisitas
Serat poliuretan dapat ditarik 6-7 kali perelaksasi sebelum putus. Serat poliuretan
bisa ditarik 500-700 % dari bentuk asalnya. Penarikan 50% pulih 93,5-96%.
5. Titik leleh
Poliuretan mulai melele pada su u namun pada su u serat
poliuretan mulai menunjukkan perubahan.
6. Ketahanan terhadap sinar
Serat poliuretan mempunyai ketahanan terhadap cahaya yang baik tapdalam
waktu yang lama akan kehilangan sedikit kekuatanya dan sedikitkuning.
7. Pembakaran
Tidak mudah terbakar dan tidak meneruskan pembakaran
8. Stabilitas dimensi
Dapat dicuci berulang kali tanpa mengkeret.
9. Daya lenting (resilience)
Daya lenting dan fleksibilitas serat poliuretan sangat tinggi. Sifat pemulihan
bentuk yang sangat cepat ini memberikan kenampakan yang rata dan rapi pada
kain.
Sifat Kimia:
1. Pengaruh alkali, kekuatan serat poliuretan akan menurun.
2. Pengaruh asam, pada pH rendah keadaan panas kekuatan akan menurun.
3. Pengaruh zat pelarut, hampir tidak ada pengaruh zat pelarut seperti alkohol, eter,
benzen, asetat, bensin, terhadap serat poliuretan, kecuali dengan dimetil
formamida panas serat poliuretan akan mengembang.
4. Pengaruh terhadap zat pengelantang, serat poliuretan tidak kuat terhadap zat
pengelantang yang mengandung khlor.
5
Kelemahan Serat Poliuretan :
1. Tidak tahan alkali dan asam kuat suhu tinggi akan menyebabkan kekuatannya
menurun.
2. Tidak tahan zat pengelantang yang mengandung khlor.
3. Tidak tahan pelarut dimetil formamida panas serat poliuretan akan
mengembang.
Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Kemudian
dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan lainnya
yang lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan
poliakrilat.
Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan
zat pendispersi. Zat warna dispersi mengandung zat warna dispersi mengandung gugus
aromatik dan alifatik yang mengikat gugusan fungsional (-OH, -NH2, NHR, dan
sebagainya) dan bertindak sebagai gugus pemberi (donor) hidrogen. Gugusan aromatik
-OH dan alifatik –NH2 dan gugusan fungsional yang sejenis, menyebabkan zat warna
6
dispersi sedikit larut di dalam air. Disamping itu zat warna dispersi sebaiknya
molekulnya kecil supaya mudah terdispersi. Karena molekulnya cukup kecil, zat warna
dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi.
Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan
zat pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi menurut J.L. Edward
adalah sebagai berikut:
1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0,5-
2).
2. Bersifat tidak mengion (non-ionik) terdapat gugus-gugus fungsional seperti –
NH2, -NHR, dan-OH. Gugus-gugus tersebut bersifat agak polar sehingga
menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air.
3. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil.
4. Tidak megalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung.
5. Mempunyai titik leleh sekitar 1500 C.
6. Mempunyai tingkat kejenuhan 30 - 200 mg zat warna/gram serat.
7
3. Zat warna dispersi golongan C
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh pada
suhu sekitar 1900C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan
menggunakan metode suhu tinggi dan pemberian tekanan dan metode termosol.
4. Zat warna dispersi golongan D
Zat warna ini memiliki sifat ketahannan sublimasi yang tinggi, tersublimasi penuh pada
suhu 2200 C. zat warna ini biasanya digunakan untuk mencelup poliester dengan
menggunakan metode pada suhu tinggi dan metode termosol. Adapun golongan zat
warna dispersi dapat dilihat pada tabel berikut :
B E 1900C 2000C X X V
C SE 2000C 2100C V V V
D S 2100C 2200C V V x
Berdasarkan sturuktur kimianya, zat warna dispersi terbagi menjadi 3 golongan yaitu:
2. Golongan Antrakuinon
8
3. Golongan Difenil amin
9
Sifat zat pendispersi anionik ini menyebabakan zat pendispersi akan masuk
dalam larutan celupyang mengandung ion-ion logam. Ion logam akan menggantikan
posissi Na+ dan membentuk ikatan komplek dengan zat pendispersi menghasilkan
struktur molekul zat pendispersi menjadi besar, sehingga bisa menghasilkan gaya
pendispersiannya.
Proses pencelupan poliuretan tergantung pada serat non elastic yang dicampur
dengannya, namun harus dapat dipastikan bahwa suhu dan zat kimia yang digunakan
harus sesuai dengan keberadaan poliuretan. Sama halnya dengan zat warna dan proses
yang ditambahkan harus diseleksi dengan hati-hati untuk meyakinkan bahwa serat
poliuretan juga ikut tercelup. Metode pencelupan yang digunakan sebaiknya yang
memiliki tekanan yang rendah. Selain itu serat harus mengalami proses pre-set terlebih
dahulu untuk mengurangi perubahan bentuk atau mengkeret dari serat.
Pada proses pencelupannya dilakukan pada suhu tinggi yaitu 120-125oC, pada
suhu tersebut rantai molekul serat terjadi pergerakkan sehingga memberi ruang bagi
10
molekul-molekul zat warna. Zat warna akan lebih mudah berpenetrasi kedalam serat,
zat warna akan masuk kedalam serat sehingga zat warna terfiksasi didalam serat
kemudian serat menjadi berwarna. Gugus O- dari serat poliuretan akan berikatan
hydrogen dengan gugus H+ dari zat warna dispersi. Pencelupan ini biasanya dilakukan
proses pencucian reduksi, zat warna akan luntur sebagian sehingga ketuaan warnanya
menjadi turun.
Gambar 7 Ikatan Hydrogen Antara Serat Poliuretan dengan Zat Warna Dispersi
Zat warna dispersi memiliki kerataan yang cukup baik dan menghasilkan tingkat
pencelupan yang diharapkan, namun tingkat kelunturan warna tergolong sedang karena
hal ini maka zat warna dispersi hanya digunakan untuk warna-warna muda dan sedikit
pucat. Selain itu keberadaannya yang tidak begitu tahan terhadap sublimasi, maka
poliuretan sebaiknya tidak dicelup dengan suhu yang tinggi.
Hasil pencelupan dari pencelupan serat poliuretan dengan zat warna dispersi
memiliki ketuaan warna yang muda karena luntur pada saat pencucian reduksi dan
kerataannya cukup baik. Ketahanan luntur warna terhadap pencuciannya baik karena
sifat dari zat warnanya hidrofob yang tidak larut dalam air sedangkan pada ketahan
luntur terhadap sinarnya jelek karena ikatan antara serat dan zat warnya lemah hanya
memiliki ikata hidrogen (ikatan jarak pendek) yang mudah putus.
Campuran poliester-poliuretan
11
Zat warna dispersi merupakan zat warna yang paling banyak digunakan dalam
mencelup campuran serat yang mengandung serat elastomer. Dalam keadaan ini serat
poliuretan sering kali tidak tercelup sehingga dalam memilih zat warna sebaiknya
dilakukan seselektif mungkin. Pencelupan biasanya diikuti pencucian reduksi dengan
menggunakan alkali untuk meningkatkan ketahanan gosok dalam keadaan basah.
12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
13
3.3 Fungsi zat
- Zat warna dispersi : berfungsi untuk mewarnai serat poliuretan.
- Asam asetat : memberikan suasana asam pada larutan.
- Zat pendispersi : mendispersikan zat warna dalam larutan celup.
- Na2S2O4 : untuk menghilangkan carrier dan zat warna dispersi yang
tidak terfiksasi kedalam bahan dan hanya menempel dipermukaan.
- NaOH : sebagai alkali untuk membantu kerja Na2S2O4.
Evaluasi
1. Ketuaan Warna
2. Kerataan Warna
14
3.5 Skema proses
15
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Serat poliuretan dapat dicelup menggunakan zat warna dispersi dengan ikatan
hydrogen dan hidrofob antara gugus negative pada serat dan gugus positif dari zat
warna dispersi.
Serat poliuretan tidak tahan pada suhu tinggi maka dipilih metode pencelupan dengan
suhu 120-125˚ dengan waktu 30 menit.
Hasil celupan serat poliuretan dengan zat warna dispersi memiliki sifat sebagai berikut:
- Hasil celupannya warnanya muda karena luntur pada saat pencucian reduksi.
- Kerataan warnanya cukup baik.
- Ketahanan luntur warna terhadap pencucian baik karena zat warna dispersi bersifat
hidrofob (tidak larut dalam air).
- Ketahanan luntur warna terhadap sinar jelek karena ikatannya lemah yaitu hanya
ikatan hidrogen.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan M, dkk., 2017. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan 2. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil:
Bandung.
Ir. Rasjid Djufri, M. Sc; G.A. Kasoenarno, Bk. Teks; Astini Salihima, S. Teks; Arifin Lubis, S.Teks,
“Teknolo i Pen elantan an, Pencelupan dan Pencapan“, Institut Teknolo i Tekstil, 3, Bandun .
Kemal, Noerati. 2012. Serat Tekstil2. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
P. Soeprijono S.Teks, Poerwanti S.Teks, Widayat S.Teks, Jumaeri S.Teks “ Serat- Serat Tekstil
“,Institut Teknolo i Tekstil, 3, Bandun
Shore, John. Colorant and Auxiliaries, volume 2- Auxiliaries.Society of Dyers and Colourists.
Manchester, England : 1990.
Mariani,L. (2012). Pengaruh Suhu Pemantapan Panas dan Konsentrasi Zat Anti Creasemark
Untuk Mengatasi Creasemark Pada pencelupan Kain Campuran Poliester-Poliuretan
Dengan Zat Warna Dispersi. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
https://tekstildeemall.wordpress.com/2010/04/11/poliuretan-lycra-elastane/
https://textileapplied.blogspot.com/2017/09/tentang-serat-spandex.html
17