Anda di halaman 1dari 6

Tugas Bisnis

Nama kelompok:

1. Aeyna Azeha (19101021211)

2. Ma'rifatun Nisa (19101021215)

3. Nur Hasan (19101021...)

Kelas: Akuntansi A3

Tugas!

1. Meresum artikel entreprenuer di majalah SWA

2. Analisis SWOT dari artikel tersebut

Gaya Widya Pratama Orbitkan Kembali Kopi Aroma

by Sudarmadi - September 18, 2017

Widya Pratama, CEO Koffie Fabriek Aroma

Bagi pecinta kopi yang biasa melancong ke Bandung tentu tahu toko Kopi Aroma. Ini
salah satu tujuan wisata khas Bandung yang sering menjadi pusat oleh-oleh bagi turis
yang mengunjungi Bandung. Outletnya selalu penuh dan antri. Kopi Aroma memang
bukan merek besar seperti Nescafe atau Kapal Api, namun merupakan merek heritage
di Bandung yang sukses bertahan hingga lebih dari lima puluh tahun.

Adalah generasi kedua pemilik yang punya jasa merevitalisasi Kopi Aroma sehingga
bisa eksis sampai sekarang. "Sejak tahun 1971 saya mengambil alih pengelolaan bisnis
kopi ini dari orang tua saya. Saya tetap mempertahankan keaslian produknya," ungkap
Widya Pratama, pemilik dan direktur Kopi Aroma. Widya mengenang, saat dirinya lahir
-- ketika itu usia ayahnya sudah 53 tahun - bisnis kopi Aroma di Bandung nyaris
tumbang. "Antara 1966 hingga 1970 toko ini hidup tidak tapi mati juga tidak," Widya
mengisahkan.

Namun sejak ditugaskan mengelola bisnis keluarga ini, Widya bekerja keras untuk
membangkitkannya. Ia belajar mengenali seluk-beluk bisnis kopi keluarganya dari A
sampai Z. "Saya harus menguasai ilmu dari mulai menanam kopi sampai bagimana
kopi itu diminum," kenangnya. Ia bahkan secara khusus juga belajar ilmu kopi ke
Singapura. Dari situ Widya berhasil mengembangkan dan memasarkan dua jenis kopi
andalan, kopi robusta dan arabika. "Biji kopi arabika saya datangkan dari Aceh, Medan,
Toraja, Flores, Bajawa, Pangalengan dan Ciwidey. Sementara biji kopi robusta berasal
dari Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Temanggung dan Wonosobo," Widya
menjabarkan.

Salah satu ciri yang ia kembangkan, hingga kini Kopi Aroma tidak melibatkan bahan
kimia dalam proses produksi. Pihaknya hanya mengandalkan pupuk kandang untuk
mendapatkan biji kopi terbaik, bekerjasama dengan para petani kopi. "Bukan hanya itu,
kami tetap mengontrol ke kebun agar produk kopi memiliki keunggulan. Sebelum dijual
kepada konsumen, biji kopi harus disimpan selama 5 sampai 8 tahun dan kemudian
dijemur. Proses giling dan sangrai juga masih pakai alat tradisional," lanjutnya.

Memang, untuk menghasilkan kopi berkualitas, Widya sangat serius. "Setelah


mendapatkan biji terbaik, langsung saya jemur di bawah terik matahari selama dua jam.
Setelah itu biji arabica saya simpan selama delapan tahun dan robusta lima tahun.
Inilah yang membuat cita rasa berbeda," ungkapnya. Kopi yang ditimbun, menurut
pengalamannya, akan menghasilkan kualitas terbaik dan mengurangi kadar asam
sehingga tidak menyebabkan kembung saat diminum. Proses menggiling dijalankan
selama dua jam dan proses penggarangan menggunakan arang. " Saya selalu
berusaha menunjukkan ke tim saya bahwa kualitas kopi yang dibuat dengan rasa cinta,
keahlian, kesederhanaan, dan kejujuran akan menghasilkan kepuasan konsumen,"
Widya menceritakan prinsip bisnisnya.

Untuk promosi produk, kini Widya masih mengandalkan cara offline dengan melalui
outletya kuno. "Saya masih mempertahankan bangunan gaya Belanda peninggalan
orang tua. Walaupun masih dengan cara lama, tapi terbukti tempat penjualan tak
pernah surut. Agar semua kebagian, saya membatasi tiap konsumen maksimal hanya
boleh beli 5 kilogram," kiat Widya. Pihaknya tidak mengandeng agen untuk perluasan
penjualan. Selama ini Kopi Aroma memang menjadi langganan para artis dan pejabat
yang mencari oleh-oleh di Bandung.

Widya punya prinsip, berbisnis tak boleh rakus dalam meraih keuntungan. "Sebuah
bisnis yang baik harus bisa membuat masyarakat merasakan manfaat positifnya.
Dengan proses produksi kopi cara kita, dijamin produk kopi kita akan menyehatkan,
para petani pemasok kita juga bisa hidup," katanya. Soal omset, Widya tidak
memasang target tinggi. "Yang penting bisnis ini terus hidup, berguna dan barokah,"
pungkas Widya. (Reportase: Akbar Kemas)

https://swa.co.id/swa/profile/profile-entrepreneur/gaya-widya-pratama-orbitkan-kembali-
kopi-aroma
ANALISIS SWOT

a) Strenght (Kekuatan)

Berikut ini adalah kekuatan dari bisnis Kopi Aroma Widya Pratama, yaitu sebagai
berikut:

1. Tersedianya berbagai paket teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen
yang telah dikembangkan ke masyarakat petani pekebun.

2. Keahlian dalam cita rasa Indonesia (rasa yang enak dan lezat)

3. Biaya Produksi relatif lebih rendah

4. Jangkauan distribusi luas

5. Kecepatan dalam menjangkau konsumen

6. Brand sudah terkenal luas oleh masyarakat Indonesia.

7. Terus melakukan inovasi untuk menghasilkan cita rasa kopi yang sesuai dengan
konsumen.

8. Ketersedian lahan dan agroklimat yang sesuai.

9. Kopi aroma tidak melibatkan bahan kimia dalam proses produksi dan hanya
mengandalkan pupuk kandang untuk mendapatkan biji kopi terbaik.

10. Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffee atau specialty
coffee.

11. Mampu memproduksi kopi dengan mutu dan kualitas terbaik.

12. kualitas kopi dibuat dengan rasa cinta, keahlian, kesederhanaan, dan kejujuran
akan menghasilkan kepuasan konsumen.
b) Weakness (Kelemahan)

Berikut ini adalah kelemahan dari bisnis Kopi Aroma Widya Pratama, yaitu sebagai
berikut:

1. Promosi produksi masih menggunakan cara offline dengan melalui autletnya yang kuno.

2. Tiap konsumen dibatasi pembeliannya hanya boleh 5 kilogram kopi aroma.

3. Bisnisnya tidak menggunakan agen untuk perluasan penjualan.

4. Proses giling dan sangrai kopi masih menggunakan alat tradisional.

5. Penerapan teknologi (agronomi, pasca panen, dan pengolahan) yang masih sangat
terbatas.

6. Rendahnya produktivitas kopi di Indonesia, baik kopi Robusta maupun Arabika.

7. Bangunannya masih menggunakan gaya Belanda, belum diperbarui.

8. Terbatasnya ketersediaan lahan yang memadai dan kurangnya sarana dan prasarana yang
mendukung industri kopi.

c) Opportunities (Peluang)

Berikut ini adalah peluang dari bisnis Kopi Aroma Widya Pratama, yaitu sebagai berikut:

1. Pertumbuhan pasar yang terus meningkat, baik di kalangan bawah, menengah,


maupun atas.

2. Segementasi pasar yang tidak terlalu signifikan karena produk yang dihasilkan terus
menyesuaikan untuk dikonsumsi pria atau wanita, baik tua maupun muda.

3. Memanfaatkan e-bussines dalam membantu mengembangkan pangsa pasar dan


memperkenalkan prosuk melalui internet, karena pengguna internet sama dengan
masyarakat konsumen.
4. Distribusi supply dan demand kopi dunia. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi
dunia mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya
kecenderungan meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia pasifik.
Sedangkan kopi Arabika dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan
cenderung mengalami penurunan.

5. Perkembangan harga kopi dunia yang semakin meningkat.

6. Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara importir) cukup baik sehingga
pasar dan permintaan baru akan terbuka.

7. Melakukan ekspansi ke luar negeri.

8. Melakukan join dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis.

d) Threats (Ancaman)

Berikut ini adalah ancaman dari bisnis Kopi Aroma Widya Pratama, yaitu sebagai
berikut:

1. Ketatnya persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi.

2. Terus dihadapi dengan pesaing-pesaing baru dengan jenis produk yang sama.

3. Perubahan iklim yang sulit diperkirakan akan berdampak terhadap penyimpangan


tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi dalam stadia-stadia tertentu
sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan air yang akan
berakibat pada penurunan produksi.

4. Kelangkaan tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di


perkebunan, hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif
rendah.

5. Perkembangan produksi yang besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi


menyebabkan persaingan pasar sangat tinggi.
6. Adanya ancaman dari minuman lain seperti peralihan ke soft drink .

7. Adanya kompetitor sejenis yang cukup banyak.

8. Perilaku konsumen yang berubah-ubah.

9. Kerugian kompetitif akibat munculnya cafe-cafe baru.

10. Naiknya harga bahan baku untuk produksi.

Anda mungkin juga menyukai