“ ALKENA “
OLEH : KELOMPOK 3
Rodiah Ritonga
2020
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini.
Adapun yang menjadi judul tugas saya adalah “Critical Book Report. Tugas critical book
report ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua khusunya dalam hal Penginderaan jauh .
Jika dalam penulisan makalah saya terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas
koreksi-koreksi yang telahdilakukan. Haltersebutsemata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam
pembuatan tugas ini.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
PEMBAHASAN
1. Identitas buku
Penulis : SALOMON
Tahun Pembuatan :-
BAB II
RINGKASAN BUKU
Ringkasan Buku I
Alkena
Alkena dengan rumus umum (CnH2n) memiliki ikatan rangkap dua dengan hibridisasi
karbon Sp2 ditandai dengan notasi ikatan rangkap ( ═ ). Dalam penamaan alkena, penomoran
dimulai dari ikatan rangkap dengan mengikuti rantai terpanjang, dan diakhiri dengan - ena, dan
penamaan cabang diawali menurut urutan abjad.
Gbr 5.1 Tumpang tindih orbital hybrid sp2 dalam pembentukan etena
Perhatikan struktur berikut:
Beberapa senyawa Alkena
C2H5 CH3
d. Ditulis nama dengan lengkap, perhatikan jumlah dan posisi substituen dalam rantai
kemudian tulis namanya menurut urutan alfabetis. Posisi ikatan rangkap ditandai
menggunakan nomor karbon ikatan rangkap yang paling kecil dan ditempatkan nomor
tersebut sebelum menulis nama induk alkena. Jika terdapat lebih dari satu ikatan rangkap,
gunakan nama dengan akhiran kata diena, triena, dan seterusnya.
2-heksena 2-metil-3-heksena
Penamaan sikloalkena juga hampir sama, perbedaannya adalah bahwa sikloalkena tidak
memiliki ujung untuk mulai dan mengakhiri penomoran. Jadi, ikatan rangkap dianggap
a. menempati posisi C1 dan C2. untuk substituen pertama harus memiliki penomoran
sekecil mungkin.
Penomoran dan pemberian nama sikloalkena
1-metil-sikloheksena 1,4-sikloheksadiena 1,5-dimetil-siklopentena
Molekul alkena dapat menjadi substituen dari molekul yang lebih besar. Catat bahwa
=CH2 adalah gugus metilen, H2C=CHadalah gugus vinil, dan H2C=CHCH2- disebut dengan
gugus allil.
Alkena terdapat dalm jumlah berlebih di alam. Etilena, sebagai contohnya, adalah
hormone tanaman yang memacu pematangan buah, dan α-pinen adalah senyawa terbanyak
dalam turpentin. Contoh lainnya adalah beta karoten, mengandung sebelas ikatan rangkap dua,
merupakan pigmen warna kuning yang mewarnai wortel. Beta karoten merupakan pro vitamin A.
Alkena juga memiliki isomer-isomer seperti pada alkana dimana alkena memiliki isomer
rantai, isomer posisi, dan isomer cis dan trans.
Perhatikan contoh berikut
Isomer rantai alkena
Ikatan rangkap yang tidak dapat berotasi pada sumbunya memberi pengaruh kimia
secara struktural. Misalnya alkena dengan dua substituen seperti 2-butena. Dua substituen ini
artinya terdapat dua substituen selain hidrogen yang terikat pada karbon ikatan rangkap. Dua
gugus metil pada 2-butena dapat memiliki posisi yang sama atau berlawanan. Oleh karena ikatan
rangkap tidak dapat berotasi, kedua bentuk 2-butena tidak dapat secara spontan mengalami
interkonversi; keduanya berbeda yang dapat dipisah. Kedua bentuk struktur tersebut disebut
isomer cis-trans. Jika kedua gugus metil berada pada posisi yang sama disebut cis-2-butena,
sedangkan jika posisinya berlawanan disebut trans
Isomer Cis-Trans-2-butena
Isomer cis-trans tidak hanya terbatas untuk alkena saja, tertapi dapat diterapkan untuk
senyawa lain. Syaratnya adalah bila kedua gugus yang terikat pada karbon ikatan rangkap tidak
identik.
Dua-duanya gugus pada senyawa di atas tidak identik, sehingga isomer cis-trans
Sistem Penandaan E (Entgegen) dan Z (Zussamen)
Isomer alkena dengan dua substituent dipakai istilah cis-trans, tapi untuk isomer alkena
dengan tiga atau empat substituent, maka penamaan menggunakan sistem E dan Z.
Aturan 1 :
Jika substituent dengan prioritas yang sama posisinya sebidang maka diberi tanda Z
(Zussamen) dan jika berlawanan bidang diberi tanda E (Entgegen) .Hal ini merupakan aturan
Cahn-Ingold-Prelog (nama penemunya).
Z-2-kloro-2-butena E-2-kloro-2-butena
Klorin memiliki nomor atom lebih besar dibandingkan karbon, sehingga substituen Cl
menerima prioritas lebih tinggi dibandingkan metil.
Aturan 2.
Jika pengurutan prioritas tidak dapat dilakukan menggunakan atom pertama yang terikat
langsung pada karbon ikatan rangkap maka gunakan prioritas atom berikutnya. Substituen
-CH2CH3 dan –CH3 memiliki prioritas yang sama jika digunakan aturan 1 karena kedua atom
yang terikat langsung pada karbon ikatan rangkap adalah atom karbon juga. Dengan aturan 2,
gugus etil menerima prioritas lebih tinggi dari pada metil karena etil memiliki prioritas lebih
tinggi pada atom kedua. Atom karbon yang terikat pada karbon ikatan rangkap, masih mengikat
satu karbon lain, sedangkan atom kedua pada gugus metil adalah hidrogen.
Sifat khas dari alkena adalah terdapatnya ikatan rangkap dua antara dua buah karbon.
Ikatan rangkap dua ini merupakan gugus fungsi dari alkena sehingga menentukan adanya reaksi-
reaksi khusus bagi alkena yaitu: reaksi adisi, pembakaran, dan polimerisasi.
H3C CH3
C C
H3C CH3
(a) (b)
Gambar 5.2. Struktur alkena (a) struktur ikatan pi dan σ (b) struktur lewis alkena
. C C . + X Y . C C .
. .
Dalam reaksi adisi pada alkena terjadi pemutusan ikatan π dan sebuah ikatan σ dan terbentuk dua
ikatan σ yang baru. Ditinjau dari perbahan yang terjadi dapat disimpulkan bahwa reaksi adisi
meruapakan lawan dari reaksi eliminasi. Apabila dalam eliminasi terjadi produk yang
mempunyai ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap/kordinasi) maka dalam reaksi adisi justu
membentuk produk yang memiliki ikatan jenuh. Reaksi adisi yang dapat terjadi pada alkena
adalah:
a. Adisi Hidrogen
Alkena direaksikan dengan H2 dengan katalis Pt, Pd, atau Ni, dan hasil yang diperoleh
adalah alkana. Adisi hidrogen pada alkena dengan bantuan katalis disebut juga hidrogenasi
katalitik.
Contoh :
Ni
CH3CH=CH2 + H2 CH3CH2CH3
b. Adisi Halogen
Pada alkena dilakukan dengan mencampurkan kedua reaktan dalam pelarut inert
misalnya karbotetraklorida (CCl4). Contoh :
Br
CCl 4
H3C C CH2 + Br H3C C CH 2Br
CH3 CH3
OSO3H
e. Adisi Air
Air dapat mengadisi alkena bila berlangsung dalam suasana asam yang menghasilkan
suatu alkohol.
Contoh
OH
+
H
H3C C CH2 + H2 O H3C C CH3
CH3 CH 3
f. Adisi Halohidrin
Adisi halohindrin adalah adisi unsur unsur hipohalid (HOX) adisi klor atau brom dalam
lingkungan air pada alkena menghasilkan senyawa yang mengandung –Cl atau-Br dan gugus –
OH pada dua atom C yang berdampingan. Contoh
Br OH
g. Adisi Alkena
Adisi alkena pada alkena yang sejenis pada kondisi tertentu adalah sutau senyawa dengan
jumlah C dan Atom H du kali lipat dari alkena semula. Oleh karena itu hasil tersebut merupakan
bentuk dimer dari alkil semula dan reaksinya dinamakan dimerisasi.
Contoh
CH3 CH3 CH3 CH3
CH3
CH3 CH3
2.
H3C C CH C CH3
CH3
h. Alkilasi Alkena
Alkilasi alkena adalah adisi alkana pada alkena. Digunakannya istilah alkilasi tersbut
karena yang mengadisi pada molekul alkena adalah atom H dan gugus alkil.
H
CH3 CH3
Ringkasan Buku II
Umumnya reaksi adalah eksotermik karena ikatan satu p dan satu dikonversi menjadi ikatan dua
Elektron p dari ikatan rangkap terikat secara longgar dan merupakan sumber kerapatan
elektron, yaitu mereka adalah nukleofilik
Alkena bereaksi dengan elektrofil seperti H + dari hidrogen halida untuk membentuk
karbokation
Dalam reaksi tambahan alkena berubah dari nukleofil pada langkah pertama menjadi elektrofil
pada langkah kedua
Penambahan HBr pada propena terjadi untuk menghasilkan 2-bromopropana sebagai produk
utama
Reaction Reaksi memiliki langkah pertama yang sangat endergonik (penentuan kecepatan) dan
langkah kedua yang sangat eksergonik
Bab 8 6
Statement Pernyataan Modern tentang Aturan Markovnikov: Dalam penambahan ionik dari
reagen tidak simetris pada ikatan rangkap, bagian positif dari reagen penambahan menempel
pada atom karbon ikatan rangkap sehingga menghasilkan karbokation yang lebih stabil sebagai
zat antara Regioselektif Reaksi: Ketika reaksi yang berpotensi menghasilkan dua isomer
konstitusional sebenarnya hanya menghasilkan satu atau dominasi satu isomer
Sulfat dapat dihidrolisis dengan memanaskan dengan air Hasil akhirnya adalah
penambahan air Markovnikov ke dalam alkena
Bab 8 10
Penambahan Air ke Alkena: Hidrasi Katalisator Asam reaction Reaksi alkena dengan asam
encer encer mengarah pada penambahan air Markovnikov
Bab 8 11
Hidrasi alkena dan dehidrasi alkohol hanyalah reaksi balik satu sama lain Reaksi diatur
oleh posisi semua kesetimbangan Hidrasi disukai dengan menambahkan sejumlah kecil asam
dan sejumlah besar air Dehidrasi adalah disukai oleh asam pekat dengan kehadiran air yang
sangat sedikit (penghilangan air yang diproduksi juga membantu mengatasi dehidrasi)
Pengaturan ulang alokasi dapat terjadi
KELEBIHAN BUKU
1. BUKU I
1. Pada materi yang telah disediakan, Alkena sudah mempunyai tatanama dengan
mencari rantai utama dilanjutkan dengan membuat penomorannya
2. Sikloalkana dilengkapi dengan rumus umum yaitu CnH2n
3. Dilengkapi dengan contoh dan cara penamaan Alkena disertai gambar yang menarik
4. adanya penjelasan mengenai sifat fisika dan kimia Alkena
2. BUKU II
1. Penggunaan bahasa Iggris pada materi yang dijelaskan yang semakin membuat materi
tersebut semakin unik
2. Adanya senyawa-senyawa hidrokarbon yang merupakan bagian dari Alkena,
misalnya Penambahan Asam Sulfat ke Alkena, Penambahan asam sulfat pekat ke
alkena menyebabkan alkil hidrogen sulfat yang larut dalam asam, Penambahan
mengikuti aturan Markovnikov
KEKURANGAN BUKU
BUKU I
1. Sifat fisika yang dijelaskan pada buku tersebut kurang lengkap, yaitu pada bagian
pemaparan alkena sedikit larut dalam air, dikarenakan adanya ikatan rangkap yang
membentuk ikatan π dan pemaparan titik didih dan titik leleh alkena tidak dijelaska,
yaitu semakin besar harga Mr maka titik didihnya makin tinggi
BUKU II
1. Tidak adanya penjelasan mengenai tatanama,isomerisasi,sifat fisika dan kimia, dan rumus
umum dari alkena
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan buku yang telah kami baca dan kami pahami, dapat di simpulkan bahwa,
setiap buku tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing masing, dimana buku
tersebut terkadang memaparkan sesuatu yang berhubungan dengan alkena, dan pada pembahasan
alkena, setiap buku memiliki cara penjelasan yang berbeda beda, dan memiliki kesukaran untuk
di pahami maupun untuk sekedar di lihat sahaja. Tak melepas kemungkinan dengan adanya
perbedaan maka, dapat mempermudah untuk memahami dan menerapkan nya dalam pelajaran.