Sayang seribu sayang, rasa sakit sudah terlalu dalam menanam diri tubuh yang
mulai terlihat semakin kurus itu. Perasaan yang terus ditahan itu
mengumpulkan kekuatan menjadi satu gempulan recun mengerikan. Menumpu,
menggunung, hingga memburi menikam jantung. Akal sehat sudah hampir tidak
bermain dalam dirinya. Ia benar-benar lepas kendalinya. Emosi memberontak
akian tidak terbendung. Semua meluap semakin mengerikan. Ia menjadi seperti
sapi gila; mengamuk dan menyapu semua pigora, buku-buku, dan alat-alat tulis
yang tadinya tertata rapi dimeja belajar itu.
“Kamu pernah mikir nggak sih, gimana susahnya ngejaga hati? Terus, kenapa
kamu malah pergi sama perempuan jalang itu, Arrrrrrrggggttt!”Ia mengepal
jamarinya,semakin keras.
Direbahkan tubuhanya di atas kasur. Ingatan tentang lelaki itu masih saja
membuat dada sesak. Ia masih tak habis pikir apa yang membuat lelaki itu
berpaling dirinya. Bukanlah cinta yang ia berikan pada lelaki itu selama ini
adalah cinta yang ia miliki?Perasaan yang ia curahkan adalah perasaan yang
paling indah yang ia punya. Semua kesungguhan dengan sungguh ia tunjukan.
Pejuangan apa lagi yang bisa membuat lelaki itu meragukannya?Bahkan
selama ini ia selalu menunjukan lelaki itu hal paling penting. Bahkan,di
beberapa keempatan,ia mementingkan lelaki itu melebihi dirinya sendiri.
Dadanya semakin sesak oleh emosi yangh semakin tak terkendali. Air
matanya terus mengaliri lekuk pipi. Ada ribuan ketidak percayaan yang
menggambarkan di sana. Pertanyaan yang sampai saat ini masih menyiksa
dadanya. Kenapa kamu lakukan ini padaku?Ia masih belum bisa
mempercayai kenyataan; lelaki itu tega mengkhianati cintanya.
Haga.
Lelaki bertumbuh tegak, berkulit bersih, dengan rambut di sisir rapi. Dia
adalah lelaki paling penting dalam kisah ini, awalnya.Hingga ia
menghancurkan bingkaian