Wax Deposite
Wax Deposite
ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
untuk diproduksi. Minyak dengan range
A. Latar Belakang API gravity antara 30-20 tersebut bila
Lapangan minyak di Indonesia diproduksi mempunyai kecenderungan
ditargetkan oleh pemerintah untuk untuk membeku saat berada di permukaan
memproduksi minyak sesuai dengan bila temperatur sekeliling pipa transportasi
target produksi yang telah ditetapkan per di bawah temperatur pour point minyak.
tahunnya. Demi mengejar target tersebut, Kondisi minyak tersebut akan menjadikan
beberapa perusahaan perminyakan permasalahan tersendiri di teknologi
berusaha dapat memproduksi lapangan produksi, khususnya pada saat minyak
minyak meskipun reservoir di lapangan diproduksikan.
tersebut merupakan minyak black oil.
Minyak black oil yang umumnya memiliki B. Permasalahan
API gravity dengan kisaran antara 30 – 20
Pembahasan karya tulis ini ini dibatasi
merupakan minyak yang cukup viscous pada permasalahan tentang
wax
1
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No.
1
Reservoir
Hydrocarbon
Critical Point
Pressure
Temperature
3
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No.
1
pada deposit wax. Laju pembentukan Jika aditif yang digunakan adalah
deposit wax berbanding langsung aditif untuk memodifikasi viskositas dari
terhadap laju kehilangan panas di pipa. crude oil maka aditif ini dikenal dengan
Penambahan panas, seperti injeksi air istilah pour-point depressants (PPDs).
panas, atau dengan menginjeksikan solar Sebagian besar studi laboratorium telah
panas, xylen atau dengan injeksi gas digunakan untuk mengetahui kebutuhan
umumnya mampu mencegah dan aditif yang diperlukan sesuai dengan jenis
menghindari terjadinya wax. Tetapi teknik crudenya. Bagaimanapun juga, aditif yang
ini umumnya menimbulkan biaya diperlukan bukan hanya mampu untuk
tambahan dalam sistem produksi. memodifikasi pour point dari cude oil,
tetapi juga dapat memodifikasi viskositas
G. Secara Mekanis nya juga karena hal ini berkaitan dengan
Cara mekanis yang paling banyak temperatur rendah dan laju alir. Jika wax
digunakan untuk membersihkan pipa dari inhibitor utamanya digunakan untuk
wax adalah dengan menggunakan wire- mengontrol pembentukan wax di beberapa
line scraper atau dengan cara flow- subsea system maka inhibitor ini harus
linepigging. Metode ini sangat efektif mampu secara total mencegah terjadinya
dalam membersihkan pipa asalkan lapisan wax deposit pada mid range condition.
wax yang menempel tidak terlalu tebal dan
usia pipa tidak terlalu tua, jika wax yang I. Insulasi sebagai cara mencegah
menempel terlalu tebal maka bisa pembentukan wax deposit
dimungkinkan pigging head akan macet di Insulasi adalah salah satu cara
tengah pipa sehingga ada jadwal dan untuk mempertahankan suhu di atas
frekwensi tertentu dalam melakukan kondisi pembentukan wax, selain itu dapat
kegiatan flow-linepigging. Selama masa memperpendek waktu untuk mencegah
pembersihan dengan menggunakan cara terbentuknya deposit wax, mencegah
ini maka kegiatan produksi dihentikan kehilangan panas yang akan terjadi pada
sementara. Dengan berhentinya produksi sepanjang pipa yang disinyalir akan
sementara maka secara tidak langsung terbentuk wax deposit.
akan menimbulkan biaya tersendiri dalam Pada perkembangan teknologi
operasi produksi. deep-offshore peralatan bawah laut (trees,
jumper, manifold) biasanya diinsulasi
H. Dengan Bahan kimia (seperti dengan busa sintaksis (syntatic foam)
:Chemical Inhibitors) untuk kedalaman 4000`, walau secara
Chemical Inhibitor yang ada saat geometri yang kompleks pada trees and
ini umumnya diinjeksikan ke waxy crude manifold insulasi ini kurang efektif. Namun
yang tujuannya adalah memodifikasi laju keuntungan dari pemasangan pipa insulasi
deposit wax dan properti rheologi dari ini adalah dapat memberikan waktu
suatu fluida (seperti : viskositas). Chemical cooldown sampai kondisi pembentukan
inhibitor bisa juga disebut sebagai crystal wax deposit tercapai selama shutdown.
modifiers, yaitu mengkristalkan kristal wax Pada saat operasi normal, jumlah panas
dalam bentuk lain atau mengadsorb kristal yang hilang dari peralatan ini, jika tidak
wax ke permukaan. Tetapi begitu terinsulasi umumnya tidak signifikan. [12].
kompleknya struktur wax dan perilakunya,
maka type- type aditif (Chemical inhibitor)
yang digunakan bergantung dari jenis
crude yang akan dinjeksi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Heat Transfer
5
FORUM TEKNOLOGI Vol. 06 No.
1
Tubing pada lapangan minyak wax deposit dalam tubing. Dalam hal ini
parafinik memproduksikan crude oil tinjauan wax deposit dibatasi pada
dengan flow rate tertentu dengan latar bahasan heat transfer dimana dapat
belakang struktur crude oil yang parafinik dihitung berapa tebal deposit yang terjadi
lambat laun akan menghasilkan masalah pada tubing produksi dengan criteria yang
memenuhi proses heat transfer pada
tubing tersebut.
6
Xd = tebal deposit
Dinding pipa
Th Tc
Td Two
ri Twi
ro
Th Tc
Td
Tins
Crudeoil
Two
Xd Twi
ri
ro
Xins
rins
Temperatur ( ˚K )
Kedalaman
600
400
200
0 Series1
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Kedalaman (meter)
Kedalaman
18000
16000
14000
12000
10000
8000 Series1
6000
4000 0100200300400500600700800
2000
0 Kedalaman meter (X)
Pada variasi kedalaman 610 meter D. Variasi water cut 10%-80% terhadap
– 674 meter dibuat per 10 meter depth pola aliran crude oil dalam pipa
dengan tujuan agar perhitungan tebal Komposisi water cut pada crude oil
deposit dapat terlihat jelas. Namun karena mempengaruhi nilai komposisi densitas
selisih ∆T kecil maka rate heat transfer dan viskositas crude oil sehingga
pada data variasi per 10 meter depth (610 mempengaruhi pola aliran crude oil
meter-674 meter terlihat turun signifikan. sepanjang pipa tubing, berdasarkan
mekanika fluida didapatkan nilai Re dan Pr
untuk tiap crude oil dengan variasi water
cut 10%-80% adalah sebagai berikut :
Gambar 8 Pola aliran crude oil dengan variasi water cut 10%-
80%, faktor friksi (gesekan) untuk aliran duct (bejan 1995) .
[3]
Dari data diatas dapat diklasifikasikan pola 3. WC 30% kedalaman 670 meter (tidak
aliran crude oil sehingga diperoleh pola terbentuk wax)
aliran sebagai berikut : 4. WC 40% kedalaman 610-620 meter
1. Aliran laminar bila Re <2000 (tidak terbentuk wax)
2. Aliran turbulen bila Re >4000 5. WC 50% kedalaman 660 meter (tidak
Hal ini menyebabkan perbedaan nilai hh terbentuk wax)
(koefisien heat transfer crude oil), dimana 6. WC 60% kedalaman 630 dan 660
untuk aliran : meter (tidak terbentuk wax)
1. Persamaan korelasi Sieder Tate 7. WC 70% kedalaman 610 dan 660
bila nilai Re untuk aliran crude oil meter (tidak terbentuk wax)
laminar-transitional 8. WC 80% kedalaman 610 meter (tidak
2. Persamaan korelasi Dittus Boelter terbentuk wax)
bila nilai Re untuk aliran crude oil Hasil perhitungan tersebut memang
turbulen menunjukkan terjadinya sumbatan wax
pada pipa tubing, hal ini disebabkan
E. Penentuan tebal deposit Xd karena:
Data pada lampiran A adalah data 1. Komponen wax dapat terlarut di crude
tebal deposit yang diperoleh dari oil dalam bentuk fasa liquid. Kelarutan
penurunan rumus persamaan 3.61 dimana parafin wax ini sangat sensitif terhadap
variasi water cut memberikan variatif data perubahan temperatur. Perubahan
tebal deposit yang cukup signifikan hal ini temperatur adalah faktor yang
disebabkan karena water cut mempengaruhi proses pembentukan
mempengaruhi nilai komposisi densitas kristal-kristal wax.
dan viskositas crude oil sehingga 2. Parafin wax tetap terlarut di crude oil
menentukan nilai bilangan Re dan Pr, dan pada saat di reservoir dan mengalami
hh (koefisien heat transfer crude oil). Dari kesetimbangan dengan crude oil
data terlihat nilai Xd ≥ ri (jari-jari dalam secara termodinamika. Saat
tubing) = 0.0310007 meter. kesetimbangan termodinamika mulai
Terlihat bahwa deposit wax mulai terganggu, seperti terjadinya
terbentuk pada kedalaman 600 meter dari perubahan temperatur atau tekanan,
dasar sumur, maka divariasikan maka wax akan mengkristal atau mulai
kedalaman per 10 meter untuk dapat mengendap.
melihat besar tebal deposit dengan 3. Wax mengendap bisa juga disebabkan
memperkecil skala variasi kedalaman. hilangnya fraksi volatil (volatile light
Data variasi water cut menunjukkan end) di crude oil , dimana fraksi volatil
semakin besar water cut ~ semakin kecil di dalam crude oil seolah-olah
komponen crude oil dalam minyak bertindak sebagai pelarut bagi wax.
sehingga menyebabkan Ketika fluida campuran ini mulai
konsentrasi crude oil kecil, seiring dengan didinginkan, maka setiap komponen
itu menyebabkan tebal deposit wax sedikit wax akan terpisah (menjadi tidak
banyak berkurang (tidak terbentuk wax) terlarut) sampai akhirnya komponen
sepanjang aliran > 600 meter dari dasar wax yang memiliki berat molekul tinggi
sumur pada titik tertentu, seperti : akan memadat (solidify).
1. WC 10% kedalaman 660 meter (tidak 4. Pressure drop, turunnya drive
terbentuk wax) efficiencies
2. WC 20% kedalaman 630 meter (timbul 5. Aliran fraksi berat menurun, aliran
wax sebesar 6.28x10-6 meter, minyak crude oil melambat menyebabkan
masih mengalir) kemungkinan deposit wax cepat
90
terbentuk lo u tebal insulasi
(perbedaan s k pada pipa
pola aliran s w tubing untuk
crude oil, cr a meminimalka
laminar dan u x n
turbulen) d F. P terbentuknya
6. Pada e enen wax deposit
kedalaman oi tuan Bahan insulasi
600-674 l/ jenis yang digunakan
meter pada m dan adalah :
titik e
tertentu nj
timbul wax a Tabel Sifat fisik bahan
deposit insulasi
g
dan pada Panas Konduktivitas
a Densitas
titik Material spesifik Temal
st (Kg/m3)
(Btu/lb) (W/m/K)
tertentu a Neoprene
lagi tidak bi 64-96 0.20 0.3
rubber
timbul wax, lit Poly
dapat a urethane 27.2-40 0.4 0.04
dianalisa s wet
kemungkin cr Poly
an wax u urethane 40-80 0.4 0.02
dapat juga d dry
berperan e
sebagai oi Data yang diperoleh =
isolator menunjukkan bahwa : 0.3 W/m/K dapat
l
alami yang 1. Tebal insulasi menghambat heat transfer
s
mencegah yang divariasikan yang hilang di lingkungan
e
terbentukn sebesar 0.01 (dalam hal ini annulus
hi
ya wax meter, 0.05 meter mempunyai udara kering
n
secara dam kondisi vakum sebesar
g
alami, 0.09 meter tidak 50oC).
g
mengurang memberikan 3. Sehingga untuk nilai
a
i heat perbedaan yang efektifitas tebal insulasi
ti
cukup signifikan adalah yang paling minim =
d
dalam Xins = 0.01 meter neoprene
a
pengurangan rubber
k
tebal deposit wax 4. Water cut crude oil juga
s
2. Jenis bahan masih memegang peranan
e
insulasi sangat penting dalam pengurangan
m
mempengaruhi besar tebal deposit,
p
pengurangan semakin besar water cut
at
tebal deposit wax semakin kecil konsentrasi
te
karena nilai crude oil ~ kecepatan alir
r
konduktivitas yang
b
lebih besar
e
(neoprene rubber)
nt
91
c m t wax dapat
r . d juga
u 5. P a berperan
d a n sebagai
e d p insulator
a a alami yang
l k d mencegah
e e a terbentukn
b d tit ya wax
i al ik secara
h a te alami,
m rt mengurang
b a e i heat loss
e n nt crude
s 6 u oil/menjag
a 0 la a stabilitas
r 0 gi crude oil
- ti sehingga
~ 6 d tidak
t 7 a sempat
e 4 k terbentuk
r m ti wax
b et m V.KESIMPULAN DAN SARAN
e e b A. Kesimpulan
n r ul Kesimp
t p w ulan yang
u a a dapat diambil
k d x, dari karya tulis
n a d ini adalah :
y tit a 1. Desain
a ik p insulasi
te at dapat
w rt di diperkiraka
a e a n dengan
x nt n mengguna
u al kan
d ti is penurunan
e m a rumus heat
p b k transfer.
o ul e 2. Desain
s w m insulasi
i a u yang
t x n paling
d g efektif
m e ki untuk
i p n meminimal
n o a kan
i si n terbentukn
92
y e sumur, B. Rekomendasi
a n pemasangan Peneliti
g insulasi dimulai an lanjutan
d a dari dasar sumur dapat dikaji
e n diharapkan dapat lebih dalam
p k mengurangi karena masih
o = terbentuknya terdapatnya
s 0 deposit wax dari perhitungan
i . awal, wax mulai yang
t 3 terbentuk pada menandakan
W kedalaman yang adanya wax
w / lebih dangkal. deposit di
a m sepanjang
x / pipa tubing
K pada
a t kedalaman
d e (lebih dari) >
a b 600 meter,
l al walau di
a in permukaan
h s crude oil pada
ul realita di
a lapangan
n
si dapat
e
s mengalir.
o
e
p
b
r
e DAFTAR PUSTAKA
e
s
n
a
e 1. Ahmed, Tarek H, “Equations of
r
State and PVT Analysis :
0
r Application for Improved Reservoir
.
u Modeling”, 2007, Gulf Publishing
0 Company, USA, hal : 181- 237, 495
b
1 – 502.
b
m 2. A.R. Solaimany Nazar, B. Dabir
e
e dan kawan-kawan, “Measurement
r
t and Modeling of Wax Deposition in
e Crude Oil Pipelines”, SPE 69425
d
r copyright 2001.
3. Semakin an terjadinya 3. Bejan, Adrian and Kraus, Allan D.,
besar deposit wax “Heat Transfer Handbook”, 2003,
variasi 4. Daerah John Willey and Son, Inc., USA, hal
water cut terbentuknya : 180 – 183, 190 – 191, 422
crude oil deposit wax 4. Broadkey, Robert S and Hershey,
maka dimulai pada Harry C, “Transport Phenomena : A
dapat kedalaman 600 Unified Approach”, 1988, McGraw-
diminimalk meter dari dasar Hill Book Company, USA, hal : 112
93
– 117, 143, 146, 10. Geankoplis, Christie. J, Transport
148 – 153. Processes And Unit Operations,
5. Incropera P, frank edisi 2, hal : 205- 212
and DeWitt P, 11. Giles, V. Ranald, Mekanika fluida dan Hidraulika,
David, edisi kedua, Schaum, hal , 99-100
“Fundamentals of 12. Wilson Robert Pariangan, Desain
Heat and Mass Insulasi menggunakan simulator
Transfer, 4th OG pada sitem pipa sumur xyz di
edition, John Wiley laut dalamuntuk mencegah
and Sons, USA. pembentukan hidrat pada
6. Sadeghazad, alirannya, tesis, itb, 2011, hal. 13-
Ayoub /NIOC- 17.
Research Institute 13. Bercker, J. R, Crude Oils, Waxes,
of Petroleum Emultions, And Asphaltenes,
Industry dan Penwell Books, Oklahoma, 1993,
kawan- kawan, hal. 103.
“The Prediction of 14. Pudjo Sukarno, Dr. Ir, Leksono
Cloud Point mucharram, Dr. Ir., Aliran Fluida
Temperature : In Multifase dalam pipa, Jurusan
Wax Deposition”, Teknik Perminyakan, Fakultas Ilmu
SPE 64519 Kebumian dan Teknologi Mineral,
copyright 2000. ITB, 2000.
7. Riazi, M.R,
Characterization
and properties of
petroleum
fractions,ed.
1st,ASTM, 2005,
USA.
8. Myer, Kutz editor,
Heat Transfer
Calculations,Heat
Transfer
Calculations for
Predicting Solids
Depositions in
Pipeline
Transportation of
`Waxy Crude oils`,
McGraww Hill,
New York, 2006,
Hal : 25.1 – 25.8.
9. Welty, James.R,
Dasar Fenomena
Transport, volume
2, edisi 4, Penerbit
Erlangga, Jakarta,
2004. Hal : 1-15.
94