Anda di halaman 1dari 3

1.

Urban Farming

Urban farming  atau pertanian kota adalah suatu gagasan untuk


memodifikasi pertanian konvensional ke pertanian perkotaan. Konsepnya
adalah mengubah lahan perkotaan yang terbatas seperti area tempat tinggal
(balkon, atap, atau lahan pekarangan yang ada), pinggir jalan, bahkan tepi
sungai menjadi area pertanian mini yang produktif. Dalam urban farming,
semua proses praktik budidaya, penanaman dari bibit hingga siap panen,
serta distribusi hasil seluruhnya dilakukan di dalam kota.

Pertanian konvensional Pertanian perkotaan

Lokasi Jauh dari kota, Di wilayah kota,


umumnya di lingkungan perumahan, dan industri
pedesaan

Pelaku Petani sungguhan Petani pemula, petani part


time, untuk mengisi waktu
luang (hobby), atau migran
dari desa.

Tipe pertanian Konvensional, Tidak konvensional,


menghampar di atas berpindah, di atas tanah
tanah atau bahkan tanpa tanah
secara vertikal

Intensitas kegiatan Aktivitas bersifat Dapat dilakukan


musiman, karena sangat sepanjang tahun, karena
bergantung iklim menggunakan pot,
rumah kaca, dll

Akses pasar Jauh dari pasar Dekat dengan pasar dan


konsumen
2. Contoh Konsep Urban Farming

Vertikultur

Teknis budidaya secara vertical atau disebut dengan sistem vertikultur,


merupakan salah satu strategi untuk mensiasati keterbatasan lahan,
terutama dalam rumah tangga. Vertikultur ini sangat sesuai untuk sayuran
seperti bayam, kangkung, kucai, sawi, selada, kenikir, seledri, dan sayuran
daun lainnya. Namun demikian, untuk budidaya vertikultur yang menggunakan
wadah talang/ paralon, bamboo kurang sesuai untuk sayuran buah seperti
cabai, terong, tomat, pare dan lainnya. Hal ini disebabkan dangkalnya wadah
pertanaman sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman.

Hidroponik

Hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa


menggunakan tanah sebagai media tanam. Berdasarkan media tumbuh yang
digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :

a) kultur air yakni hidroponik yang dilakukan dengan menumbuhkan tanaman


dalam media tertentu yang dibagian dasar terdapat larutan hara, sehingga
ujung akar tanaman akan menyentuh laruan yang mengandung nutrisi
tersebut,

b) hidroponik kultur agregat, yaitu metode hidroponik yang dilakukan dengan


menggunakan media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam pasi, dan lain-
lain. Pemberian hara dilakukan dengan cara mengairi media tanam atau
dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki lalu dialirkan ke tanaman
melalui selang plastik, dan

c) Nutrient Film Technique (NFT) adalah metode hidroponik yang dilakukan


dengan cara menanam tanaman dalam selokan panjang yang sempit yang
dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk
film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut. Faktor penting yang
perlu diperhatikan pada hidroponik adalah unsure hara, media tanam, oksigen
dan air. Hara akan tersedia bagi tanaman pada pH 5.5-7.5, sedangkan yang
terbaik adalah pada pH 6.5. Jenis larutan hara pupuk yang sudah sangat
dikenal untuk tanaman sayuran hidroponik adalah AB mix solution.
Sedangkan untuk kualitas air yang sesuai adalah yang tidak melebihi 2500
ppm atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak
mengandung logam berat dalam jumlah besar.

Akuaponik

Sistem budidaya tanaman sayuran dan ikan secara akuaponik memiliki


banyak kelebihan  dibandingkan  dengan budidaya secara
konvensional. Salah satu model pertanian perkotaan yang kini sedang marak
dilakukan oleh masyarakat kota adalah budidaya sistem akuaponik. Salah
satu budidaya sistem akuaponik yang  telah  dihasilkan  oleh  Balai
Pengkajian  Teknologi Pertanian  (BPTP)  Jakarta adalah wolkaponik
ataupun vertiminaponik. 

Wolkaponik ataupun vertiminaponik merupakan teknologi akuaponik


berskala  kecil  sehingga  cocok  untuk  rumah tangga.  Melalui teknologi
ini,  masyarakat  perkotaan dapat  berbudidaya  tanaman  sayuran  dan
ikan  secara bersamaan pada luasan lahan yang sama. Wolkaponik maupun
vertiminaponik  sangat  potensial untuk dikembangkan  di wilayah
perkotaan. Wolkaponik maupun  vertiminaponik  dapat  menjadi solusi  atas
beberapa  permasalahan  yang  umum  muncul  di perkotaan,    seperti
ketersediaan  bahan  pangan  yang sehat,  murah  dan berkelanjutan,
mengurangi  polusi, menambah nilai estetika kota, mengurangi tingkat stres
dan  perbaikan  hubungan  sosial,  hingga memberikan pemasukan
tambahan.

Wall gardening

Sistem budidaya wall gardening termasuk dalam jenis budidaya tanaman


vertical. Bedanya sistem ini, memanfaatkan tembok atau dinding sebagai
tempat untuk menempatkan modul pertanaman. Model wall gardening sangat
popular untuk tanaman hias dan bahkan sudah banyak dijumpai di gedung-
gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan. Salah satu model wall
gardening yang diintroduksikan oleh BPTP Jakarta adalah sistem kantong
yang sangat mudah dan murah untuk diaplikasikan oleh masyarakat. Wall
gardening dengan sistem kantong ini dapat dibuat dari lembaran filter
geotextile, bahan screen atau terpal. Selain sistem kantong, wall gardening
yang mudah diaplikasikan adalah sistem modul, dengan menggunakan media
tanam campuran cocopeat dan pupuk kandang/kompos yang dimasukkan ke
dalam modul. Penyiraman dan pemupukan untuk sistem wall gardening ini
biasanya menggunakan sistem fertigasi otomatis.

Sumber :
http://jakarta.litbang.pertanian.go.id

Anda mungkin juga menyukai