MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Teknik Bangunan yang di ampu oleh Dosen Dr. Sudjani, M. Pd.
disusun oleh :
Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya penilaian hasil belajar di sekolah menggunakan tes buatan
guru untuk seluruh bidang studi. Walaupun tes baku lebih baik dari tes buatan
guru, tes baku sangat langka karena membuat tes baku memerlukan beberapa kali
percobaan dan analisis validitas dan realibitasnya. Sifat tes sebagai alat ukur hasil
belajar mempunyai sifat speed tes (tes yang mengutamakan kecepatan) dan ada
pula tes yang memiliki sifat power test ( mengutamakan kekuatan). Tes objektif
pada umumnya memilki sifat speed test, adapun tes esai atau uraian memilki sifat
power test.
Penilaian sangat diperlukan oleh guru, hal ini dapat bermanfaat bagi guru dan
siswanya sendiri. Bagi buru nilai siswa dapat dijadikan acuan bagi proses
pembelajaran yang akan dilakukan. Bagi siswa nilai bermanfaat untuk mengetahui
tolak ukur pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah
diajarkan. Nilai dalam proses pembelajaran tidak begitu saja dapat digunakan
sebagai acuan atau tolak ukur penilaian guru terhadap kemampuan siswanya,
maupun tolak ukur siswa itu sendiri terhadap kemampuannya sendiri. Sangat
penting bagi guru untuk mengolah data hasil penilaian yang sudah dilakukan.
Manfaat dari pengilahan nilai akan sangat membantu guru dan siswa dalam
pemahaman kemampuan seorang siswa.
Skala penilaian biasanya terdiri dari suatu daftar yang berisi gejala-gejala atau
ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat, sehingga observer
tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri tingkah laku itu
muncul. Penggunaan instrumen ini, perlu diperhatikan arti dari skala beserta
penjabarannya. Misalnya pada skala kualitatif, kategorisasi diskriptif harus
diperjelas batasan kuantitatifnya. Misalnya skala kualitatifnya adalah selalu,
sering, kadang-kadang, tidak pernah. Maka kapan sesuatu yang dianggab sering
apabila melakukan sesuatu 10-15 kali, kadang-kadang jika frekuensi tingkah laku
itu 4-9 kali dan seterusnya. Penentuan kriteria ini berdasarkan pertimbangan
tertentu, misalnya durasi waktu, latensi, intensitas, dan lain-lain.
Skala penilaian memiliki kesamaan dengan ceklis. Meskipun terdapat
perbedaan-perbedaan dengan ceklis. Karena ceklis digunakan untuk menandai
apakah sebuah perilaku hadir atau tidak, sedangkan skala penilaian menghendaki
penilaian dilakukan menurut pertimbangan kualitatif menyangkut tingkat
kehadiran sebuah perilaku. Sebuah skala penilaian mengandung seperangkat
karakteristik atau kualitas yang harus diputuskan dengan menggunakan suatu
prosedur yang sistematis. Skala penilaian biasanya terdiri dari suatu daftar yang
berisi gejala-gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat,
sehingga observer tinggal memberi tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-
ciri tingkah laku itu muncul.
Adapun gejala atau ciri-ciri tingkah laku yang dapat diamati dengan alat skala
penelitian, antara lain: partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan
partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi, kegiatan belajar dengan sistem modul,
kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas, kebiasaan mengganggu
teman, ketrampilan di dalam kelas, dan lain-lain topik yang relevan dengan
kehidupan di sekolah.