Materi Sap 2 Full
Materi Sap 2 Full
SAP 2
Disusun Oleh :
Kelompok 2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Pengertian Perusahaan
Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, miliki orang
perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang memiliki pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
B. Jenis-jenis Perusahaan
Ada berbagai jenis perusahaan yang terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu
perusahaan ekstraktif, perusahaan agraris, perusahaan industri, perusahaan
perdagangan, dan perusahaan jasa. Adapun penjelasan dan contoh dari kelima jenis
perusahaan, yaitu:
1. Perusahaan Ekstratktif
1
manusia. Karena berhubungan dengan hak milik negara, peraturan dari perusahaan ini
cukup ketat.
Mengambil secara langsung benda atau barang yang sejak awal tersedia di alam.
Menjadikan hasil pengumpulan benda atau barang tersebut untuk dijual dan
dimanfaatkan lebih lanjut.
Kegiatan yang dilakukan perusahaan jenis ini misalnya pertambangan baik minyak
bumi besi, batu bara, timah, dan nikel, penangkapan ikan di laut, pemungutan rumput
laut, dan pembuatan garam, penebangan kayu. Contoh perusahaan ekstraktif di
Indonesia antara lain: PT Abdi Sarana Nusa, Adaro Indonesia, Adimas Baturaja
Cemerlang, dan lain sebagainya.
2. Perusahaan Agraris
4. Perusahaan Perdagangan
5. Perusahaan Jasa
“suatu persekutuan yang dibentuk atas suatu perjanjian, di mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan”
Mengenai tata cara pembagian keuntungan ini, ditentukan sendiri oleh para
pihak yang mendirikan persekutuan. Jika tidak diatur perjanjian mengenai tata cara
pembagian keuntungan ini, berlaku ketentuan yang diatur dalam Pasal 1633 sampai
1635 KUH Perdata, yang pada intinya menentukan keuntungan dibagi bersama-
sama pihak yang ikut serta dalam persekutuan dengan ketentuan sebagai berikut.
Nama bersama ini mengandung makna bahwa nama dari persekutuan perdata
tersebut adalah nama tau nama-nama dari mereka yang ikut serta dalam firma atau
yang disebut sekutu. Suatu contoh:
Pendirian/pembentukan
Hal yang menyangkut pendirian atau pembentukan suatu firma harus dilakukan
secara autentik (Pasal 22 KUHD) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis
yang menunjukkan kesepakatan di antara para pendirinya untuk mendirikan suatu
badan usaha yang berbentuk firma. Perjanjian autentik inilah yang disebut dengan
Akta Pendirian Firma.
Pendaftaran
Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUHD). Kewajiban mengumunkan ini
disertai dengan sanksi apabila para pendiri melalaikan kewajiban tersebut,
persekutuan firma yang didirikan akan dianggap sebagai persekutuan perdata biasa
yang bersifat umum.
3. Persekutuan Komanditer
a. Sekutu komplementer, yaitu sekutu yang ikut aktif dalam mengurus persekutuan.
b. Sekutu komanditer, yaitu sekutu yang pasif, tidak ikut dalam mengurus
persekutuan.
Dalam KUHD, tidak ada pengaturan khusus mengenai tata cara pendirian
persekutuan komanditer ini, tetapi mengingat bahwa persekutuan ini juga merupakan
suatu firma dalam bentuk khusus, ketentuan Pasal 22 KUHD tentang pendirian firma ini
dapat diberlakukan, yaitu dengan pembuatan suatu akta pendirian yang disahkan oleh
notaris, kemudian didaftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Di dalam akta pendiriannya itu harus
dimuat anggaran dasar yang menentukan tentang:
a. Syarat pembentukan dan pendirian firma diatur dalam KUHD, sedangkan syarat
pembentukan dan pendirian persekutuan komanditer tidak diatur secara jelas.
b. Dalam persekutuan komanditer, dikenal ada dua jenis sekutu yang masing-masing
berbeda fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya, sedangkan firma hanya mempunyai
satu macam sekutu.
c. Tanggung jawab sekutu dalam firma adalah tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan. Sementara itu, untuk persekutuan komanditer tergantung dari siapa
sekutunya. Untuk sekutu komplementer tanggung jawabnya adalah pribadi untuk
keseluruhan, sedangkan sekutu komanditer tanggung jawabnya terbatas pada modal
yang dimasukkannya dalam persekutuan.
d. Pailitnya suatu firma mengakibatkan juga semua sekutu dinyatakan failit, sedangkan
pailitnya persekutuan komanditer hanya mengakibatkan sekutu komplementer ikut
dinyatakan pailit, sedangkan sekutu komanditer tidak.
4. Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas adalah suatu bentuk usaha yang berbadan hukum, yang pada
awalnya dikenal dengan nama Naamloze Vennootschap (NV). Istilah “Terbatas” di
dalam perseroan terbatas tertuju pada tanggung jawab pemegang saham yang hanya
terbatas pada nilai nominal dari semua saham yang dimilikinya.
Pada awalnya perseroan terbatas ini diatur juga dalam KUHD, yang kemudian
diganti dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Karena Undang-
Undang No. 1 Tahun 1995 ini sudah dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan
hukum dan kebutuhan masyarakat, undang-undang ini dicabut dan diganti dengan UU
No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
106, tanggal 16 Agustus 2007).
Menurut Pasal 1 huruf 1 UU No. 40 Tahun 2007, yang dimaksud dengan Perseroan
Terbatas, adalah sebagai berikut.
Setiap perseroan terbatas adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi
syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban, antara lain memiliki harta
kekayaan sendiri yang terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.
Dalam KUHD tidak ada satu pasal pun yang mengatakan perseroan terbatas sebagai
badan hukum tetapi dalam UU No. 40 Tahun 2007 secara tegas dinyatakan kalau
perseroan terbatas adalah badan hukum.
Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam bidang yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan atau laba. Supaya kegiatan usaha itu
sah, harus memperoleh izin dari pihak yang berwenang. Melakukan kegiatan usaha
artinya menjalankan perusahaan, yang sudah tentu memerlukan modal, yang
selanjutnya modal perseroan terbagi dalam saham.
d. Modal Dasar
Setiap perseroan terbatas harus mempunyai modal yang terbagi dalam suatu
saham. Modal dasar ini disebut juga “modal statuter”, dalam bahasa Inggris disebut
authorized capital. Modal dasar merupakan harta kekayaan perseroan terbatas
(badan hukum) yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan,
atau pemegang saham.
Modal dasar perseroan paling sedikit adalah lima puluh juta rupiah, tetapi
untuk bidang usaha tertentu diatur tersendiri dalam suatu undang-undang yang
bisa atau boleh melebihi ketentuan ini. Selanjutnya, menurut ketentuan Pasal 33
Undang-Undang Perseroan Terbats, pada saat pendirian perseroan paling sedikit
25% dari modal dasar harus sudah ditempatkan dan telah disetor paling sedikit
25% dari nilai nomianl modal yang ditempatkan.
Modal dasar (authorized capital) adalah kekayaan berupa uang yang telah
ditentukan jumlahnya yang dijadikan dasar pendirian perseroan, sedangkan
modal ditempatkan (placed capital) adalah kekayaan berupa uang yang telah
ditentukan persentasenya dari modal dasar yang disanggupi oleh para pendiri
pada saat berdirinya perseroan. Sementara itu, modal disetor (paid up capital)
adalah kekayaan berupa uang yang telah ditentukan prosentasenya dari modal
ditempatkan yang harus dibayar tunai oleh para pendiri pada saat pendirian
perseroan.
Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oelh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan (Pasal 1 huruf 1 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara). Menurut UU No. 19 Tahun 2003, BUMN terdiri dari persero dan
perusahaan umum.
7. Usaha Dagang
Usaha dagang atau yang dalam praktek sering disingkat dengan “U.D”, dalam
bahasa Inggris disebut dengan “Sole Proprietorship”, merupakan suatu cara berbisnis
secara pribadi dan sendiri (tanpa partner) tanpa men-dirikan suatu badan hukum, dan
karenanya tidak ada harta khusus yang disisihkan sebagaimana halnya dengan suatu
badan hukum. Karena itu pula, jika ada tuntutan dari pihak lain, maka tanggung jawab
secara hukum adalah tanggung jawab pribadi dari pemilik/pendiri dari usaha dagang
tersebut. Usaha dagang tersebut dapat diberi nama sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemiliknya, misalnya “UD Bina Sejahtera”.
Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupaka unsur yang terpenting
karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan
usaha sehingga diakui oleh masyarakat. Ada beberapa jenis jati diri yang melegalkan
badan usaha
a) Nama Perusahaan
Nama perusahaan merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk
menjalankan bisnisnya. Nama perusahaan dapat diberi dengan beberapa cara yaitu
berdasarkan nama pribadi pengusaha, berdasrkan jenis usaha yang dilakukannya,
dan berdasarkan tujuan didirikannya.
b) Merek
Ketentuan tentang Merek diatur dalam UU No. 15 Tahun 2001. Undang-undang
ini mencabut UU No. 19 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 14
Tahun 1997 tentang Merek. Menurut Pasal 1 anka 1 UU No. 15 Tahun 2001, merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan warna
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai unsur pembeda yang
dapat digunakan untuk usaha perdagangan barang dan jasa.
c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan
atau badan usaha untuk mejalankan usahanya secara sah.
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.