Anda di halaman 1dari 19

Pengertian Perusahaan, Jenis-jenis Perusahaan, Bentuk dan Badan

Hukum Perusahaan, dan Wajib Daftar Perusahaan

SAP 2

Mata Kuliah : EKU 220 A6 Pengantar Hukum Bisnis


Dosen : Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH.

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Ajeng Winda Febryanti 1707531055/13


Ni Wayan Yesi 1707531089/16

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Pengertian Perusahaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertiaan perusahaan adalah kegiatan


(pekerjaan dan sebagainya) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara
yang teratur dengan tujuan untuk mencapai keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu,
mengolah atau membuat barang, berdagang, memberikan jasa, dan lain sebagainya).
Atau di definiskan lainnya oleh KBBI sebagai organisasi berbadan hukum yang
mengadakan transaksi atau usaha.

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian


perusahaan yaitu:

 Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, miliki orang
perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
 Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang memiliki pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
B. Jenis-jenis Perusahaan

Ada berbagai jenis perusahaan yang terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu
perusahaan ekstraktif, perusahaan agraris, perusahaan industri, perusahaan
perdagangan, dan perusahaan jasa. Adapun penjelasan dan contoh dari kelima jenis
perusahaan, yaitu:

1. Perusahaan Ekstratktif

Perusahaan ekstraktif adalah jenis perusahaan yang kegiatannya mengambil secara


langsung di alam dan memanfaatkan hasil-hasil kekayaan alam. Ini merupakan sebuah
jenis perusahaan di Indonesia yang mana mengambil kekayaan alam secara langsung.
Jadi, Perusahaan Ekstraktif merupakan pihak pertama yang mengelola sumber daya
alam tanpa melalui proses sebelumnya. Dengan kata lain, mereka memegang bahan
mentah yang bisa dijadikan berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan

1
manusia. Karena berhubungan dengan hak milik negara, peraturan dari perusahaan ini
cukup ketat. 

Ciri-ciri perusahaan ekstraktif adalah:

 Mengambil secara langsung benda atau barang yang sejak awal tersedia di alam.
 Menjadikan hasil pengumpulan benda atau barang tersebut untuk dijual dan
dimanfaatkan lebih lanjut.

Kegiatan yang dilakukan perusahaan jenis ini misalnya pertambangan baik minyak
bumi besi, batu bara, timah, dan nikel, penangkapan ikan di laut, pemungutan rumput
laut, dan pembuatan garam, penebangan kayu. Contoh perusahaan ekstraktif di
Indonesia antara lain: PT Abdi Sarana Nusa, Adaro Indonesia, Adimas Baturaja
Cemerlang, dan lain sebagainya.
2. Perusahaan Agraris

Perusahaan agraris adalah perusahaan yang usahanya mengolah dan memanfaatkan


tanah agar menjadi lahan pertanian yang berdayaguna dengan ditanami hasilnya untuk
memenuhi kebutuhan. Perusahaan agraris meliputi pertanian, perkebunan, dan
peternakan. Kegiatan yang dilakukan jenis perusahaan ini, yaitu pertanian padi,
kavang-kacangan, hortikultura, perkebunan karet, kopi, the, dan kina. Contoh
perusahaan agraris di Indonesia antara lain: Indo Jaya Agro, Intinusaflora, Multi Dwi
Tunggal, Afrian Trade, Crystalindo Jaya Pratama, dan Royal Coconut, dan sebagainya.

3. Perusahaan Industry (Manufaktur)

Perusahaan industri ialah suatu perusahaan yang dalam menjalankan usahanya


mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, atau mengolah
barang setengah jadi menjadi barang siap pakai. Ciri-ciri perusahaan manufaktur
adalah:

a. Kegiatannya memproses barang mentah menjadi suatu produk setengah jadi


atau siap pakai.
b. Pendapatannya berasal dari penjualan produk yang dihasilkan.
c. Terdapat harga pokok penjualan untuk menentukan laba/rugi dalam perusahaan.
d. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya transportasi, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik.

Contoh perusahaan industri yang terkenal di Indonesia antara lain: PT Miwon


Indonesia Tbk, Industri Soda inx, Nestle, Indoxide, Pabrik Kertas Tjwi Kimia Tbk,
dan lain sebagainya. 

4. Perusahaan Perdagangan

Perusahaan jenis perdagangan ialah perusahan yang dalam menjalankan usahanya ia


mengumpulkan kemudian menyalurkan barang hasil produksi dari produsen kepada
konsumen. Ciri-ciri perusahaan dagang adalah:

a. Pendapatan utamanya berasal dari penjualan barang dagangan.


b. Biaya utamanya berasal dari harga pokok barang yang terjual.
c. Tidak mengubah barang, hanya menjual kembali barang tersebut.
d. Menjual barang dengan harga lebih tinggi dari harga aslinya sehingga bisa
mendapatkan keuntungan.

Contohnya seperti usaha perdagangan ekspor dan Impor. Banyak sekali contohnya


di Indonesia perusahaan yang merambah jenis perdagangan karena dengan banyaknya
permintaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Contoh perusahaan perdagangan di
Indonesia antara lain: Ace Hardware Indonesia Tbk, Akbar Indomakmur Stimec,
Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Atria Prima Indonesia, dan lain sebagainya.

5. Perusahaan Jasa

Perusahaan jasa adalah perusahaan yang usahanya menyelenggarakan jasa untuk


para konsumen dengan memperoleh imbalan setelahnya. Ciri-ciri perusahaan jasa
adalah:

a. Memberikan pelayanan jasa kepada para pelanggan atau masyarakat.


b. Pendapatannya didapat dari hasil jasa yang diberikan.
c. Tidak memiliki perhitungan harga pokok penjualan.
d. Laba atau rugi didapat berdasarkan hasil perbandingan dari jumlah pendapatan
dengan beban atau beratnya jasa yang diberikan.
Contohnya seperti perusahaan pengangkutan bus, perusahaan jasa keuangan dan
pergudangan, jasa dokter, properti dan lain sebagainya. Contoh perusahaan jasa di
Indonesia antara lain: Ciputra Development, Alam Sutera Reality, dan lain sebagainya.

C. Bentuk dan Badan Hukum Perusahaan


1. Persekutuan Perdata

Menurut RT. Sutandya R. Hadikusuma dan Sumantoro (1991;13), yang


dimaksudkan dengan persekutuan perdata adalah:

“suatu persekutuan yang dibentuk atas suatu perjanjian, di mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan dengan
maksud untuk membagi keuntungan”

Berdasarkan pengertian di atas, persekutuan perdata pada intinya mengandung


unsur-unsur:

a. Adanya pemasukan sesuatu (inbreng) ke dalam perusahaan; yang dapat berupa:


 Uang; atau
 Barang atau benda atau apa saja yang layak bagi pemasukan, misalnya
rumah/gedung, perlengkapan kantor, mobil angkutan, dan sebagainya;
 Tenaga, baik fisik atau pikiran.
b. Adanya pembagian keuntungan/kemanfaatan;

Mengenai tata cara pembagian keuntungan ini, ditentukan sendiri oleh para
pihak yang mendirikan persekutuan. Jika tidak diatur perjanjian mengenai tata cara
pembagian keuntungan ini, berlaku ketentuan yang diatur dalam Pasal 1633 sampai
1635 KUH Perdata, yang pada intinya menentukan keuntungan dibagi bersama-
sama pihak yang ikut serta dalam persekutuan dengan ketentuan sebagai berikut.

 Pembagian harus dilakukan menurut harga atau nilai dari pemasukan


masing-masing sekutu.
 Semua sekutu yang hanya memasukkan tenaganya saja, hanya akan
mendapatkan keuntungan yang sama rata, kecuali ditentukan lain.
 Bagi sekutu yang hanya memasukkan tenaganya saja, keuntungan
dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau barang yang
terkecil nilainya. Hal ini menurut HMN. Poerwosutjipto (1995: 31) tidak adil
dan bertentangan dengan asas peri kemanusiaan dan keadilan sosial.
Menurut beliau, tenaga kerja ini merupakan faktor yang menonjol dalam
bidang produksi. Oleh karena itu, ukuran untuk menilai tenaga kerja yang
diberikan sebagai pemasukan adalah hasil karya tenaga kerja tersebut
terhadap kemajuan persekutuan khususnya sampai di mana tenaga kerja itu
berpengaruh pada keuntungan yang didapat.
2. Persekutuan Firma
Firma adalah suatu jenis persekutuan perdata yang khusus didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Persekutuan jenis ini diatur dalam
Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUHD dan mengandung unsur-unsur berikut.
a. Menjalankan usaha bersama

Menjalankan usaha bersama atau menjalankan perusahaan merupakan unsur


mutlak dari suatu firma. Maka, semua ketentuan yang diwajibkan untuk suatu
perusahaan (badan usaha) berlaku juga bagi suatu firma. Misalnya ketentuan yang
mewajibkan untuk mengadakan pembukuan.

b. Dengan nama bersama atau firma

Nama bersama ini mengandung makna bahwa nama dari persekutuan perdata
tersebut adalah nama tau nama-nama dari mereka yang ikut serta dalam firma atau
yang disebut sekutu. Suatu contoh:

 Menggunakan nama seorang sekutu, misalnya Fa. Haldun.


 Menggunakan nama seorang sekutu dengan tambahan yang menunjukkan
anggota dari sekutunya.
 Menggunakan himpunan nama semua sekutunya secara singkatan.
c. Tanggung jawab sekutu secara pribadi atau keseluruhan

Maksudnya adalah di samping harta kekayaan firma, harta kekayaan pribadi


masing-masing pendiri juga dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban firma terhadap pihak ketiga.
Tata cara pendirian suatu firma pada prinsipnya terdiri atas tiga prosedur. Ketiga
prosedur tersebut secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:

 Pendirian/pembentukan

Hal yang menyangkut pendirian atau pembentukan suatu firma harus dilakukan
secara autentik (Pasal 22 KUHD) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis
yang menunjukkan kesepakatan di antara para pendirinya untuk mendirikan suatu
badan usaha yang berbentuk firma. Perjanjian autentik inilah yang disebut dengan
Akta Pendirian Firma.

 Pendaftaran

Setelah pembuatan akta pendirian, selanjutnya akta tersebut harus didaftarkan


kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah mana firma tersebut
didirikan (Pasal 23 KUHD). Hal-hal yang perlu didaftarkan adalah:

 Akta pendirian atau


 Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut, yang isinya antara lain:
 Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para sekutu;
 Penetapan nama firma yang dipergunakan;
 Nama-nama sekutu yang tidak diberikan kuasa untuk menandatangani
penjualan (bagi) firma dengan pihak ketiga;
 Saat dimulai dan berakhirnya persekutuan (Firma).
 Pengumuman

Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28 KUHD). Kewajiban mengumunkan ini
disertai dengan sanksi apabila para pendiri melalaikan kewajiban tersebut,
persekutuan firma yang didirikan akan dianggap sebagai persekutuan perdata biasa
yang bersifat umum.

3. Persekutuan Komanditer

Persekutuan komanditer atau biasa disebut dengan CV singkatan dari Comanditaire


Venootschaaf diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 21 KUHD, yang terletak di
tengah pengaturan firma. Maka, yang dimaksudkan dengan persekutuan komanditer
adalah suatu firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.

Persekutuan komanditer mempunyai dua macam sekutu, yaitu sebagai berikut.

a. Sekutu komplementer, yaitu sekutu yang ikut aktif dalam mengurus persekutuan.
b. Sekutu komanditer, yaitu sekutu yang pasif, tidak ikut dalam mengurus
persekutuan.

Dalam KUHD, tidak ada pengaturan khusus mengenai tata cara pendirian
persekutuan komanditer ini, tetapi mengingat bahwa persekutuan ini juga merupakan
suatu firma dalam bentuk khusus, ketentuan Pasal 22 KUHD tentang pendirian firma ini
dapat diberlakukan, yaitu dengan pembuatan suatu akta pendirian yang disahkan oleh
notaris, kemudian didaftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat, dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Di dalam akta pendiriannya itu harus
dimuat anggaran dasar yang menentukan tentang:

a. Nama yang dipergunakan dan tempat kedudukannya;


b. Maksud dan tujuan didirikannya persekutuan;
c. Tanggal berdiri dan berakhirnya persekutuan;
d. Modal persekutuan;
e. Siapa sekutu komplementer dan sekutu komanditer;
f. Hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing sekutu; dan
g. Pembagian untung dan rugi persekutuan.

Meskipun tempat pengaturan persekutuan komanditer ini terletak di antara


pengaturan firma, antara kedua persekutuan ini mempunyai beberapa perbedaan.
Perbedaannya tersebut adalah sebagai berikut.

a. Syarat pembentukan dan pendirian firma diatur dalam KUHD, sedangkan syarat
pembentukan dan pendirian persekutuan komanditer tidak diatur secara jelas.
b. Dalam persekutuan komanditer, dikenal ada dua jenis sekutu yang masing-masing
berbeda fungsi, tugas, dan tanggung jawabnya, sedangkan firma hanya mempunyai
satu macam sekutu.
c. Tanggung jawab sekutu dalam firma adalah tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan. Sementara itu, untuk persekutuan komanditer tergantung dari siapa
sekutunya. Untuk sekutu komplementer tanggung jawabnya adalah pribadi untuk
keseluruhan, sedangkan sekutu komanditer tanggung jawabnya terbatas pada modal
yang dimasukkannya dalam persekutuan.
d. Pailitnya suatu firma mengakibatkan juga semua sekutu dinyatakan failit, sedangkan
pailitnya persekutuan komanditer hanya mengakibatkan sekutu komplementer ikut
dinyatakan pailit, sedangkan sekutu komanditer tidak.
4. Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas adalah suatu bentuk usaha yang berbadan hukum, yang pada
awalnya dikenal dengan nama Naamloze Vennootschap (NV). Istilah “Terbatas” di
dalam perseroan terbatas tertuju pada tanggung jawab pemegang saham yang hanya
terbatas pada nilai nominal dari semua saham yang dimilikinya.

Pada awalnya perseroan terbatas ini diatur juga dalam KUHD, yang kemudian
diganti dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Karena Undang-
Undang No. 1 Tahun 1995 ini sudah dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan
hukum dan kebutuhan masyarakat, undang-undang ini dicabut dan diganti dengan UU
No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
106, tanggal 16 Agustus 2007).

Menurut Pasal 1 huruf 1 UU No. 40 Tahun 2007, yang dimaksud dengan Perseroan
Terbatas, adalah sebagai berikut.

“Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,


melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini.”

 Perseroan terbatas harus memenuhi unsur sebagai berikut.


a. Badan hukum

Setiap perseroan terbatas adalah badan hukum, artinya badan yang memenuhi
syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban, antara lain memiliki harta
kekayaan sendiri yang terpisah dari harta kekayaan pendiri atau pengurusnya.
Dalam KUHD tidak ada satu pasal pun yang mengatakan perseroan terbatas sebagai
badan hukum tetapi dalam UU No. 40 Tahun 2007 secara tegas dinyatakan kalau
perseroan terbatas adalah badan hukum.

b. Didirikan berdasarkan Perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian (kontrak), artinya harus


dilakukan oleh minimal dua orang atau lebih sebagai pemegang saham; yang
sepakat bersama-sama mendirikan suatu perseroan terbatas yang dibuktikan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia, tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian
dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di depan notaris, dan setiap pendiri wajib
mengambil bagiam saham pada saat perseroan terbatas didirikan oleh satu orang
pemegang saham dan tanpa akta notaris. Ketentuan ini adalah merupakan asas
dalam pendirian Perseroan Terbatas.

c. Melakukan Kegiatan Usaha

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan dalam bidang yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan atau laba. Supaya kegiatan usaha itu
sah, harus memperoleh izin dari pihak yang berwenang. Melakukan kegiatan usaha
artinya menjalankan perusahaan, yang sudah tentu memerlukan modal, yang
selanjutnya modal perseroan terbagi dalam saham.

d. Modal Dasar

Setiap perseroan terbatas harus mempunyai modal yang terbagi dalam suatu
saham. Modal dasar ini disebut juga “modal statuter”, dalam bahasa Inggris disebut
authorized capital. Modal dasar merupakan harta kekayaan perseroan terbatas
(badan hukum) yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ perseroan,
atau pemegang saham.

e. Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan terbatas


dan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan ini menunjukkan bahwa undang-undang
tersebut menganut sistem tertutup. Persyaratan yang wajib dipenuhi milai dari
pendiriannya, beroperasinya, dan berakhirnya. Di antara syarat mutlak yang wajib
dipenuhi oleh pendiri adalah adanya akta pendirian harus dibuat di depan notaris dan
harus memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM.

 Persyaratan dan Prosedur Pendirian Perseroam Terbatas


1) Persyaratan pendirian

Untuk mendirikan perseroan terbatas, harus dipenuhi syarat-syarat yang


ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai
berikut.

a) Perjanjian antara dua orang atau lebih

Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas, perseroan harus


didirikan oleh dua orang atau lebih. Ketentuan minimal dua orang ini menegaskan
prinsip yang dianut oleh Undang-Undang. Perseroan Terbatas adalah perseroan
sebagai badan hukum harus dibentuk berdasarkan perjanjian oleh karena itu, ia
mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham. Ketentuan yang mewajibkan
perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih tidak berlaku bagi:

(1) Perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara; atau


(2) Perseroan yang megelola bursa efek, lembaga kliring dan lembaga lain
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal. (Pasal 7 ayat 7
UU No. 40 Tahun 2007).
b) Dibuat dengan akta autentik di muka notaris.
Perjanjian untuk membuat suatu atau mendirikan suatu perseroan harus dengan
akta autentik notaris dan berbahasa Indonesia. Perjanjian merupakan suatu akta
pendirian yang sekaligus memuat anggaran dasar yang telah disepakati dan
keterangan lain yang berkaitan dengan pendirian perseroan. Keterangan lain yang
dimasud di sini adalah:
(1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan, dan
alamat lengkap, serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai
pengesahan badan hukum dari pendirian perseroan;
(2) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan anggota direksi dan dewan komisaris yang pertama kali
diangkat;
(3) Nama pemegang saham yang telah mengambil saham, rincian jumlah saham,
dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Sejak akta pendirian ditandatangani oleh para pendiri, perseroan berdiri


dan hubungan hukum antara para pendiri hanyalah merupakan hubungan
kontrak sehingga segala akibat hukum yang timbul dalam perseroan masih
merupakan tanggung jawab para pendiri secara pribadi. Baru setelah
mendapatkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM, segala hubungan tersebut
merupakan hubungan hukum perseroan.

Untuk mendapatkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM mengenai


pengesahan badan hukum perseroan, pendiri bersama-sama mengajukan
permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum
secara elektronik dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-
kurangnya:

(1) Nama dan tempat kedudukan perseroan;


(2) Jangka waktu berdirinya perseroan;
(3) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
(4) Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
(5) Alamat lengkap perseroan.
c) Modal Dasar

Modal dasar perseroan paling sedikit adalah lima puluh juta rupiah, tetapi
untuk bidang usaha tertentu diatur tersendiri dalam suatu undang-undang yang
bisa atau boleh melebihi ketentuan ini. Selanjutnya, menurut ketentuan Pasal 33
Undang-Undang Perseroan Terbats, pada saat pendirian perseroan paling sedikit
25% dari modal dasar harus sudah ditempatkan dan telah disetor paling sedikit
25% dari nilai nomianl modal yang ditempatkan.

Modal dasar (authorized capital) adalah kekayaan berupa uang yang telah
ditentukan jumlahnya yang dijadikan dasar pendirian perseroan, sedangkan
modal ditempatkan (placed capital) adalah kekayaan berupa uang yang telah
ditentukan persentasenya dari modal dasar yang disanggupi oleh para pendiri
pada saat berdirinya perseroan. Sementara itu, modal disetor (paid up capital)
adalah kekayaan berupa uang yang telah ditentukan prosentasenya dari modal
ditempatkan yang harus dibayar tunai oleh para pendiri pada saat pendirian
perseroan.

d) Pengambilan saham saat perseroan didirikan


Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan
didirikan (Pasal 7 ayat 2). Ketentuan pasal ini merupakan wujud pernyataan
kehendak pendiri ketika membuat perjanjian pendirian perseroan.
2) Prosedur pendirian
a. Ada lima prosedur, yang harus dilalui oleh suatu perseroan. Kelima
prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
 Pembuatan Perjanjian Tertulis
Pendirian suatu perseroan harus didirikan oleh dua orang atau lebih
karena umumnya suatu perjanjian memang harus dilakukan oleh
minimal dua orang. Ketentuan ini menunjukkan bahwa undang-
undang perseroan menghendaki perseroan sebagai badan hukum harus
terdiri dari minimal dua orang pemegang saham.
 Pembuatan Akta Pendirian di Depan Notaris
Para pendiri yang telah membuat perjanjian itu kemudian menghadap
ke notaris untuk minta dibuatkan akta pendirian perseroan. Sejak akta
pendirian ditandatangani oleh para pendiri, berdirilah perseroan, dan
hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontrak, yang belum
(perseroan) memperoleh status badan hukum. Akta pendiri ini
mempunyai fungsi intern, yaitu sebagai aturan main para pemdiri
saham dan organ perseroan, dan fungsi ekstern terhadap pihak ketika
sebagai identitas dan pengaturan tenggung jawab pembuatan hukum
yang dilakukan oleh yang berhak atas nama perseroan.
Untuk ketentuan nama perseroan yang termuat dalam anggaran dasar,
Pasal 16 UU Perseroan Terbatas menentukan bahwa Perseroan tidak
boleh memakai nama yang :
(1) Telah dipakai secara sah oleh perseroan lain atau sama pada
pokonya dengan nama perseroan lain;
(2) Bertentangan dengan ketertibn umum dan/atau kesusilaan;
(3) Sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga
pemerintah atau lembaga internasional, kecuali mendapatkan izin
dari yang bersangkutan;
(4) Tidak sesuai dengan maksud dan tujuan, serta kegiatan usaha, atau
menunjukkan maksud dan tujuan perseroan saja tanpa nama diri;
(5) Terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf, atau rangkaian
huruf yang tidak membentuk kata; atau
(6) Mempunyai arti sebagai perseroan, badan hukum, atau
persekutuan perdata.

Nama Perseroan harus didahului dengan frase “perseroan terbatas”


atau disingkat “PT”, dan dalam hal perseroan terbuka, pada akhir
nama perseroan harus ditambahkan kata singkatan “Tbk”.

 Pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM


Untuk memperoleh pengesahan, para pendiri atau kuasanya
mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Hukum dan HAM
dengan melampirkan akta pendirian perseroan. Permohonan
pengesahan harus dilakukan secara tertulis dan harus diajukan paling
lambat enam puluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian
ditandatangani. Jika permohonan tidak diajukan dalam jangka waktu
tersebut, akta pendirian secara yuridis menjadi batal.
Ketentuan Pasal 13 Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan
sebgai berikut. Perbuatan hukum yang dilakukan para pendiri untuk
kepentingan perseroan sebelum perseroan disahkan, mengikat
perseroan menjadi bafdan hukum apabila:
(1) Perseroan dalam RUPS pertama secara tegas menyatakan
menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang
lain yang ditugaskan oleh pendiri dengan pihak ketiga;
(2) Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak
dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang dibuat pendiri
atau orang lain yang ditugaskan oleh pendiri, walaupun perjanjian
tidak dilakukan atas nama perseroan; atau
(3) Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua pembuatan hukum
yang dilakukan atas nama perseroan.
 Pendaftaran Perseroan
Direksi perseroan wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan
akta pendirian beserta surat pengesahan Menteri Kehakiman paling
lambat tiga puluh hari setelah pengesahan diberikan (Pasal 28
Undang-Undang Perseroan Terbatas). Pendaftaran ini wajib dilakukan
dalan jangka waktu tiga bulan setelah perusahaan mulai menjalankan
usahanya.
 Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara
Menurut ketentuan Pasal 30 undang-undang Perseroan Terbatas,
perseroan yang telah didaftarkan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara.
b. Anggaran Dasar Perseroan
Menurut pasal 15 undang-undang Perseroan Terbatas, anggaran dasar
sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal antara lain:
1) Nama dan tempat kedudukan perseroan;
2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;
3) Jangka waktu berdirinya;
4) Besarnya modal dasar, modal yang ditempatkan, modal yang disetor;
5) Jumlah saham, klasifikasi saham, hak-hak yang melekat pada saham
dan nilai nominal setiap saham;
6) Susunan, jumlah, dan nama anggota direksi dan komisaris;
7) Penetapan tenpat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;
8) Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian
anggota direksi dan komisaris;
9) Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen, dan
10) Ketentuan-ketentua lain menurut undang-undang ini.
5. Koperasi

Arifin Chaniago (1984: 2) menyatakan bahwa koperasi merupakan: “suatu


perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar menjaddi anggota, dengan kerja sama secara
kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan anggotanya”.
Koperasi diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai pengganti
UU No. 12 Tahun 1967. Koperasi sebagai suatu organisasi atau badan usaha memiliki
fungsi dan peran ( Pasal 4 UU No. 25 tahun 1992):

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada


khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya;
2) Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat;
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya;
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan ats asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
a. Tata Cara Pendirian Koperasi
 Rapat pembentukan
Rapat pembentukan koperasi hanya bisa dilakukan oleh minimal dua puluh
orang calon anggota.
 Permohonan pengesahan
Permohonan pengesahan harus dilakukan secara tertulis oleh para pendiri
kepada pemerintah dengan melampirkan:
(a) Berita acara pembentukan;
(b) Akta pendirian;
(c) Anggaran dasar.
b. Perangkat Organisasi Koperasi
Menurut ketentuan Pasal 21 UU No. 25 Tahun 1992, perangkat organisasi
Koperasi terdiri dari:
(1) Rapat anggota
(2) Pengurus koperasi
(3) Pengawas
c. Modal dan Sisa Hasil Usaha Koperasi
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal
sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan,
dan hibah. Modal pinjaman berasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau
anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat
utang lainnya, sumber lain yang sah. Sisa hassil usaha koperasi merupakan
pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan
biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku
yang bersangkutan.
6. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oelh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan (Pasal 1 huruf 1 UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara). Menurut UU No. 19 Tahun 2003, BUMN terdiri dari persero dan
perusahaan umum.

7. Usaha Dagang

Usaha dagang atau yang dalam praktek sering disingkat dengan “U.D”, dalam
bahasa Inggris disebut dengan “Sole Proprietorship”, merupakan suatu cara berbisnis
secara pribadi dan sendiri (tanpa partner) tanpa men-dirikan suatu badan hukum, dan
karenanya tidak ada harta khusus yang disisihkan sebagaimana halnya dengan suatu
badan hukum. Karena itu pula, jika ada tuntutan dari pihak lain, maka tanggung jawab
secara hukum adalah tanggung jawab pribadi dari pemilik/pendiri dari usaha dagang
tersebut. Usaha dagang tersebut dapat diberi nama sesuai dengan yang diinginkan oleh
pemiliknya, misalnya “UD Bina Sejahtera”.

D. Wajib Daftar Perusahaan

Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupaka unsur yang terpenting
karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu badan
usaha sehingga diakui oleh masyarakat. Ada beberapa jenis jati diri yang melegalkan
badan usaha

a) Nama Perusahaan
Nama perusahaan merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk
menjalankan bisnisnya. Nama perusahaan dapat diberi dengan beberapa cara yaitu
berdasarkan nama pribadi pengusaha, berdasrkan jenis usaha yang dilakukannya,
dan berdasarkan tujuan didirikannya.
b) Merek
Ketentuan tentang Merek diatur dalam UU No. 15 Tahun 2001. Undang-undang
ini mencabut UU No. 19 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 14
Tahun 1997 tentang Merek. Menurut Pasal 1 anka 1 UU No. 15 Tahun 2001, merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan warna
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai unsur pembeda yang
dapat digunakan untuk usaha perdagangan barang dan jasa.
c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan
atau badan usaha untuk mejalankan usahanya secara sah.
DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2011. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia


Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Fuady, Munir. 2012. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Amelia, Dina (2018, 20 Desember). Jenis-jenis Perusahaan yang Ada di Indonesia.


Dikutip pada tanggal 18 September 2019 pukul 13.45 WITA
[https://www.jurnal.id/id/blog/2017-jenis-jenis-perusahaan-yang-ada-di-indonesia/]

Anda mungkin juga menyukai