Anda di halaman 1dari 6

Tugas.

3
LEMBAR TUGAS TUTORIAL
 

TUGAS KE : 3 (TIGA)
NAMA & KODE MATA KULIAH : Materi Kurikulum Pendidikan Kewargan
NAMA MAHASISWA : Wijayanti Oktavia
NIM : 030695098

PROGRAM STUDI : Pendidikan Pancasila dan Kewarganega


 
 
Tugas tutorial ini dirancang berbasis “masalah reflektif” (reflective based problems).
Sesuai dengan salah satu tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), melalui tugas
tutorial ini mahasiswa diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam
menganalisis, memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara inkuiri-
reflektif atas persoalan-persoalan atau masalah-masalah aktual yang dihadapi dalam
kehidupan sosial, politik, dan lain-lain.
 
PETUNJUK
1. Selesaikan tugas tutorial ini berdasarkan langkah-langkah berpikir inkuiri-reflektif
2. Gunakan semaksimal mungkin acuan atau referensi yang memadai untuk
mendukung pemecahan masalah atau keputusan yang dibuat, dan cantumkan di
bagian akhir jawaban Saudara.
2. Jawaban tugas tutorial harap menggunakan lembar tugas ini, dan
3. Kirimkan kembali kepada Tutor melalui fasilitas yang sudah tersedia di
dalam http://www.elaearning.ut dengan memperhatikan jadwal penyelesaian dan
pengiriman tugas tutorial sesuai time schedule.
4. Plagiarisme sangat dilarang dan melanggar etika akademik, dan jika jawaban
Saudara terindikasi sebagai hasil praktik plagiarisme, jawaban tidak akan dinilai (nol).
 
MASALAH/PERTANYAAN
Kasus : ISIS dan Kewarganegaraan
Salah satu isu/masalah kontroversi yang belakangan ini juga marak diperdebatkan di
ranah publik adalah “pencabutan status kewarganegaraan (WNI) pengikut ISIS.”
Wapres Jusuf Kalla (JK) menegaskan, WNI yang membela negara lain dipastikan akan
kehilangan kewarganegaraannya. "Kalau dia ikut berperang dan itu suatu negara,
maka dia bisa kehilangan kewarganegaraan. Itu Undang-Undang Dasar." Pernyataan
JK tersebut didukung oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), “Bagi mereka yang
sudah jelas-jelas bergabung dengan ISIS akan dicabut kewarganegaraannya”
(sumber). Senada dengan JK dan BIN, Menag Lukman Hakim Saifuddin juga
menyatakan "WNI yang ke luar negeri membela paham radikalisme, tidak perlu
diharapkan jadi warga negara kita." Namun, ia juga mengaku masalahnya ingá kini
pemerintah belum memiliki dasar hukum yang mengatur tentang hilangnya
kewarganegaraan seseorang karena kasus ini (sumber).
Hal yang sama juga juga dinyatakan oleh Menkumham Yasonna Laoly, “Indonesia
belum ada aturan khusus terkait itu. Sedangkan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (Perppu) yang mengatur soal keikutsertaan WNI di ISIS masih
dibahas bersama Kementerian Polhukam. Indonesia juga tak menganut
sistem stateless (tanpa kewarganegaraan) (sumber). Jika pun Perppu itu jadi
dikeluarkan oleh pemerintah, Komisi I DPR tetap tak yakin ampuh cabut
kewarganegaraan WNI yang masuk ISIS. Seperti dinyatakan oleh Ketua Komisi I DPR,
Mahfudz Siddiq, ”Pasal ini berbahaya karena siapa yang akan memberikan label
radikal? Ini kan bisa subjektif penilaiannya. Seharusnya memang menggunakan
hukum pidana, tapi masalahnya mereka kalau dituduh melakukan pidana di negara
lain, tapi negara ISIS itu kan belum ada” (sumber).
Berbeda dengan Menag, Menkumham dan DPR, mantan Menlu Hassan Wirajuda
menegaskan, ”alasan seorang warga negara dapat kehilangan kewarganegaraannya
sudah jelas diatur. Bahkan telah tertera pada paspor”. Apalagi jika mereka jelas-jelas
Ikut dalam latihan militer asing atau berperang untuk kepentingan negara
lain (sumber).
PERTANYAAN:
1. Coba pikirkan secara analisis-reflektif isu/kasus tersebut di atas.
Apa/bagaimana pendangan anda terhadap kasus/masalah/isu tersebut
ditinjau dari perspektif kebangsaan/kewarganegaraan? Gunakan teori yang
anda ketahui untuk mntuk mendukung pandangan anda.
Status warga negara diatur melalui Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dalam pasal 23 disebutkan bahwa Warga Negara
Indonesia kehilangan kewarganegaraannya karena sembilan alasan tetapi tidak memuat
kegiatan terorisme.
Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri,


yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin,
bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan
Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;

d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;

e. secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam
itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia;

f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut;

g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;

h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya; atau

i. bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun
terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia
sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya
yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara
Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah
memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang
bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

Dari klausul uu diatas ketergabungan warga Negara RI dengan kelompok-kelompok


radikal tidak terdapat dalam UU yang mengatur lepasnya kewarganegaraan, berarti
wacana tersebut belum memiliki kekuatan hukum

2. Berdasarkan tiga isu/masalah/kasus yang telah dikemukakan di dalam tugas 1


s.d 3, menurut pemikiran anda “masih mungkinkah isu/masalah/kasus
kontroversi atau tabu dibelajarkan di dalam PKn? Cobalah lakukan analisis
dan identifikasi adakah kompetensi-kompetensi dasar (KD) di dalam
Kurikulum SMP/SMA 2013 yang konten/materinya memuat
isu/masalah/kasus kontroversi atau tabu!

Menurut saya, masalah atau kasus yang mengandung kontroversi itu adalah
tabu dibelajarkan di dalam PKn adalah tidak tepat, justru kondisi-kondisi
seperti itu harus disampaikan secara jelas dan tidak memihak tentunya
dengan pendekatan yang tepat.
Analisis dan identifikasi KD

KD (Kelas XI) Materi Pembelajaran Kegiatan


Bab 5, Kasus-kasus ancaman terhadap Pembelajaran
Ideologi, politik, sosial, ekonomi,
budaya, pertahanan, dan keamanan
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
3.5 Memprediksi kasus-kasus Kasus-kasus ancaman • Mengamati
ancaman terhadap Ipoleksos- terhadap Ideologi, politik, tayangan
budhankamdalam bingkai ekonomi, sosial, budaya, vidio/film/gambar
Bhinneka Tunggal Ika pertahanan, dan keamanan dengan penuh rasa
a. Ancaman terhadap syukur dan atau
integrasi nasional membaca dari
Strategi dalam mengatasi berbagai sumber
berbagai ancaman kasus-kasus
terhadap bidang  ancaman terhadap
ideologi, politik, ekonomi, Ideologi, politik,
sosial, budaya, ekonomi, sosial,
pertahanan, dan budaya,
keamanan dalam pertahanan, dan
membangun integrasi keamanan
nasional • Mengidentifikasi
dan mengajukan
pertanyaan
menggunakan
high-order-
thinking skills
(HOTS) dengan
percaya diri
tentang kasus-
kasus ancaman
terhadap Ideologi,
politik, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan, dan
keamanan
• Mengumpulkan
data dari berbagai
sumber secara
bertanggung-jawab
tentang kasus-
kasus ancaman
terhadap Ideologi,
politik, ekonomi,
sosial, budaya,
pertahanan, dan
keamanan.
• Menganalisis dan
menyimpulkan
kasus-kasus
ancaman terhadap
Ideologi, politik,
ekonomi, sosial,
budaya,
pertahanan, dan
keamanan
Menyajikan hasil
analisis dengan
melakukan debat
terbuka secara
bertanggung-jawab
dan percaya diri
tentang kasus-kasus
ancaman terhadap
Ideologi, politik,
ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan,
dan keamanan

3. Jika jawaban No.2 di atas “ADA” konten/materi di dalam Kurikulum


SMP/SMA 2013 yang memuat isu/masalah/kasus kontroversi atau tabu,
bagaimana model/metode/strategi yang anda lakukan dalam
membelajarkannya di kelas (SMP/SMA) agar para siswa tidak terjadi bias dan
memperoleh pengertian secara jernih dan iritis-reflektif dalam
menghadapinya?
Mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada ranah afektif seperti pendidikan
kewarganegaraan, sangat tepat menggunakan model pembelajaran VCT. Pendidikan
kewarganegaraan dan mata pelajaran sejenis berada pada ranah sikap yaitu wahana
penanaman nilai, moral dan norma-norma baku seperti rasa sosial nasionalisme,
bahkan sistem keyakinan. Pendidikan kewarganegaraan seharusnya mampu
mengeksplorasi wilayah dalam diri seseorang (internal side), dan salah satu hasil dari
internal side adalah sikap.Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang
sebelum berbuat, sehingga sikap merupakan ambang batas seseorang antara sebelum
melakukan sesuatu perbuatan atau berperilaku tertentu.Untuk mengubah sikap inilah
maka bisamenggunakan pembelajaran salah satunya adalah VCT.

Teknik mengklarifikasi nilai (Value Clarafication Technique ) atau sering disingkat VCT
merupakan teknik pembelajaran untuk membantu siswa dalam mencapai dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan
melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa
(Taniredja, 2011 :88).

Karakteristik teknik nilai VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap
adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses.

Anda mungkin juga menyukai