Oleh:
Pembimbing:
Maret, 2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…........................................................................... i
DAFTAR ISI…........................................................................................ ii
BAB IV DISKUSI................................................................................. 34
BAB V PENUTUP............................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran kemih. Lokasi batu ginjal khas
dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila keluar akan terhenti dan menyumbat pada
daerah ureter (batu ureter) dan kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal
dapat terbentuk dari kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat.
Namun yang paling sering terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium.1
Penyebab pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui, oleh karena
banyak faktor yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam batu
ginjal yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang
menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin
dan kimia urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi,
natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion
dan 13% pada laki-laki dewasa. Di Indonesia, masalah batu saluran kemih masih
menduduki kasus tersering di antara seluruh kasus urologi. Belum terdapat data
1
dunia berkisar antara 1-20%. Laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan
perempuan yaitu 3:1 dengan puncak insiden terjadi pada usia 40-50 tahun.2
daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Obstruksi dan uremia menjadi komplikasi utama yang sering muncul pada
ureterolithiasis, kegagalan ini terjadi karena fungsi ginjal terganggu akibat adanya
sumbatan oleh batu yang terbentuk di saluran perkemihan, goresan goresan kecil
yang dibentuk batu awalnya akan menyebabkan infeksi lokal kemudian berlanjut
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
tersering di antara seluruh kasus urologi. Belum terdapat data angka prevalensi
antara 1-20%. Laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan perempuan yaitu 3:1
saluran kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Pembentukan
3
Terjadinya pembentukan batu saluran kemih berkaitan dengan adanya
kejadian kekambuhan sebelumnya dan hal tersebut sangat penting dalam tata
laksana farmakologi dan perawatan medis pada pasien dengan batu saluran kemih.
pembentukan batu antara lain, terjadinya BSK di usia muda, faktor keturunan,
batu asam urat, batu akibat infeksi, hiperparatiroidisme, sindrom metabolik, dan
obat-obatan. 6,7
4
Klasifikasi batu saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
batu, dan risiko kekambuhan. Ukuran batu biasanya diklasifikasikan dalam 1 atau
2 dimensi, yang dibagi menjadi beberapa ukuran, yaitu 5, 5-10, 10-20, dan >20
mm. Berdasarkan letak batu dibagi menjadi lokasi, yaitu kaliks ginjal superior,
medial, atau inferior, pelvis renal, ureter proksimal atau distal, dan buli. 6,7
2.3 Diagnosis
A. Anamensis
Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari
tanpa keluhan, sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria,
retensi urine, dan anuria. Keluhan tersebut dapat disertai dengan penyulit seperti
demam dan tanda gagal ginjal. Selain itu, perlu ditanyakan mengenai riwayat
penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit batu saluran kemih seperti
pankreas.6
pasien, antara lain asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah
5
dan sayur kurang, serta makanan tinggi purin yang berlebihan, jenis minuman
karbonik anhidrase. Apabila pasien mengalami demam atau ginjal tunggal dan
B. Pemeriksaan Fisik
kelainan fisik sampai adanya tanda-tanda sakit berat, tergantung pada letak batu
C. Pemeriksaan Penunjang
6
urinalisa. Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit,
dan hitung jenis darah, apabila pasien akan direncanakan untuk diintervensi, maka
natrium, dan kalium. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan kalsium dan
bakteriuria, nitrit, pH urine, dan atau kultur urine. Hanya pasien dengan risiko
tinggi terjadinya kekambuhan, maka perlu dilakukan analisis spesifik lebih lanjut.
Analisis komposisi batu sebaiknya dilakukan apabila didapatkan sampel batu pada
dilakukan pemeriksaan lainnya yaitu kadar hormon PTH dan kadar vitamin D,
D. Pencitraan
membedakan yang dicurigai batu ginjal atau batu ureter. Evaluasi pada pasien
7
termasuk anamnesis dan riwayat medis lengkap serta pemeriksaan fisik. Pasien
dengan batu ureter biasanya mengeluh adanya nyeri, muntah, kadang demam,
namun dapat pula tidak memiliki gejala. Pencitraan rutin antara lain, foto polos
mudah diulang, dan terjangkau. USG juga dapat mengidentifikasi batu yang
berada di kaliks, pelvis, dan UPJ. USG memiliki sensitivitas 45% dan spesifisitas
94% untuk batu ureter serta sensitivitas 45% dan spesifisitas 88% untuk batu
ginjal. 6
pemeriksaan USG pada pasien dengan nyeri punggung bawah akut karena lebih
akurat dibandingkan IVP. CT-Scan non kontras menjadi standar diagnostik pada
8
Pemeriksaan dengan kontras dapat dilakukan bila direncanakan
penatalaksanaan BSK yang memerlukan anatomi dan fungsi ginjal. CT-Scan non
kontras juga memberikan informasi cepat secara 3D termasuk ukuran dan densitas
batu, jarak antara kulit dan batu, serta anatomi sekitarnya, namun dengan
anjurkan pada pasien dengan alergi kontras dan penurunan fungsi ginjal,
konsumsi
9
2.4 Tata Laksana Spesifik Batu Ginjal
masih belum jelas dan risiko progresi penyakit masih belum jelas. Hingga saat ini,
masih belum ada konsensus mengenai durasi follow-up, waktu dan tipe intervensi.
Pilihan tata laksana batu ginjal adalah kemolisis atau pengangkatan batu secara
aktif. 6
A. Konservatif (Observasi)
perjalanan penyakit. Rekomendasi observasi pada batu ginjal saat ini belum
didukung literatur yang baik. Saat ini, suatu studi prospektif menyarankan
dilakukan observasi tahunan untuk batu kaliks inferior asimptomatik ≤10 mm.
B. Farmakologis
hanya untuk batu asam urat, tetapi informasi mengenai komposisi batu perlu
Indikasi adanya pengangkatan batu pada batu ginjal antara lain: 6,9
• Preferensi pasien;
• Komorbiditas;
Terapi modalitas pada kasus batu ginjal adalah Shock Wave Lithotripsy
Surgery (RIRS). Sementara efektivitas PNL tidak terlalu tergantung dari ukuran
batu, efektivitas Stone Free Rate (SFR) dari SWL atau RIRS sangat tergantung
Angka bebas batu setelah prosedur SWL terlihat lebih rendah pada batu
kaliks inferior dibandingkan dengan batu intra renal di lokasi lainnya. Sebuah
11
studi melaporkan bahwa SFR setelah SWL pada batu kaliks inferior adalah 25-
95%. Jika terdapat prediktor negatif untuk SWL, PNL dan RIRS dapat menjadi
alternative tindakan, walaupun pada batu dengan ukuran yang lebih kecil.
Tindakan RIRS dibandingkan SWL pada batu kaliks inferior memiliki efikasi
SFR lebih tinggi, namun dengan tingkat invasif yang lebih tinggi. Berdasarkan
12
E. Tatalaksana Endourologi untuk Batu Ginjal
ginjal yang berukuran besar. Perbedaan endoskopi kaku dan fleksibel merupakan
pilihan yang bergantung pada preferensi operator. Ukuran standar yang digunakan
adalah 24-30 F, sedangkan untuk akses yang lebih kecil, dapat digunakan ukuran
<18 F yang biasa digunakan untuk anak-anak, namun saat ini mulai popular untuk
infeksi saluran kemih yang tak terkontrol, tumor yang dicurigai di sekitar daerah
mengenai organ interposisi pada jalur perkutan (seperti limpa, hati, usus besar,
pleura, dan paru). Posisi pronasi atau supinasi memiliki keamanan yang sama. 6
PNL antara lain demam (10,8%), transfusi (7%), komplikasi torakal (1,5%),
sepsis
(0,5%), cedera organ (0,4%), embolisasi (0,4%), urinoma (0,2%), dan kematian
(0,05%).6
13
b. Ureterorenoskopi
banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain endoskopi yang
sangat kecil, mekanisme defleksi, peningkatan kualitas optik, dan penggunaan alat
RIRS atau PNL menjadi pilihan terapi pada batu kaliks inferior berukuran
pelvis yang curam atau infundibulum yang sempit. URS dapat dilakukan pada
14
semua pasien tanpa kontraindikasi spesifik apapun. Pemasangan stent ureter tidak
consensus menunjukkan bahwa pada kasus batu yang kompleks, termasuk batu
staghorn baik parsial dan komplit, dapat dilakukan dengan PNL. Namun, apabila
15
2.5. Tata Laksana Spesifik Batu Ureter
A. Konservatif
spontan bergantung pada ukuran batu, diperkirakan 95% batu dapat keluar
spontan dalam waktu 40 hari dengan ukuran batu hingga 4 mm. Observasi juga
dapat dilakukan pada pasien yang tidak memiliki komplikasi (infeksi, nyeri
B. Terapi Farmakologi
16
direncanakan pemberian terapi MET, selain ukuran batu ureter, perlu
ginjal, dan kelainan anatomi di ureter maka terapi perlu ditunda. Penggunaan α-
blocker sebagai terapi ekspulsi dapat menyebabkan efek samping seperti ejakulasi
dan penghambat PDE-5 (tadalafil) memiliki peluang lebih besar untuk keluarnya
batu dengan episode kolik yang rendah dibandingkan tidak diberikan terapi.
medikamentosa memiliki efikasi untuk tata laksana pasien dengan batu ureter,
pemberian terapi obat-obatan selama 4 minggu, namun belum ada data yang
Indikasi untuk pengeluaran batu ureter secara aktif antara lain: 6,10
• Obstruksi persisten;
• Insufisiensi ginjal (gagal ginjal, obstruksi bilateral, atau solitary kidney); atau
17
• Kelainan anatomi ureter
rate) pada batu ureter, perbandingan antara URS dan SWL memiliki efikasi yang
sama. Namun, pada batu berukuran besar, efikasi lebih baik dicapai dengan
menggunakan URS. Meskipun penggunaan URS lebih efektif untuk batu ureter,
E. Teknik Endourologi
ureter. Namun, seiring berkembangnya teknologi, saat ini lebih banyak digunakan
URS fleksibel pada ureter. URS juga dapat digunakan pada seluruh pasien tanpa
merupakan anestesi yang cocok untuk pasien wanita dengan batu ureter distal. 6
18
Untuk batu ureter proksimal impaksi yang besar atau ketika ureter tidak
dapat dilakukan secara retrograd dapat diterapi dengan pilihan seperti URS
terbaik dalam suatu kasus. Alat floroskopi, dilator balon, dan plastik apabila
diperlukan disediakan di kamar operasi. Saat ini, URS rigid dapat membantu
untuk dilatasi sehingga terlihat jelas, kemudian diikuti URS fleksibel (apabila
DJ stent kemudian diikuti URS setelah 2-4 minggu pemasangan sebagai prosedur
alternatif. 6
b. Litotripsi Intrakorporal
Ho: YAG, yang saat ini merupakan standar optimal untuk ureterorenoskopi yang
efektif pada segala jenis batu. Sistem pneumatik dan ultrasonik dapat digunakan
dengan efikasi disintegrasi tinggi pada URS semi rigid. Namun, migrasi batu ke
diikuti litotripsi laser Ho: YAG dapat meningkatkan angka bebas batu dan
konsensus, pemasangan stent ureter tidak rutin dilakukan sebelum prosedur RIRS.
6
19
F. Tatalaksana Operasi Laparoskopi untuk Batu Ureter
seperti batu ureter proksimal yang sangat besar sebagai alternatif URS atau SWL.
Jika terdapat ahli urologi yang memadai, ureterolitotomi per laparoskopi dapat
dilakukan pada batu ureter proksimal besar sebagai alternatif dari URS atau SWL.
20
Semakin banyak prosedur invasif dapat menghasilkan SFR yang tinggi dan
21
22
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
23
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan
BAB III
LAPORAN KASUS
I. DATA PRIBADI
Nama : Tn. I
Umur : 58 tahun
24
Agama : Muslim
Suku : Banjar
Anamnesis
Maret 2020.
1. Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak 6 bulan yang
lalu, nyeri hilang timbul, nyeri terasa menusuk-nusuk, dan kadang menjalar ke
perut depan. Nyeri tidak diprovokasi oleh aktivitas dan tidak mengganggu
aktivitas. Pasien juga kadang merasakan mual, namun tidak ada muntah. Demam
disangkal, kelemahan pada kedua tungkai juga disangkal. Pasien ada mengatakan
kencing berpasir sejak 1 tahun terakhir ini, namun tidak terus menerus. Kencing
berdarah, bernanah disangkal oleh pasien. Merasa kencing tidak tuntas ataupun
sering kencing disangkal oleh pasien. Kencing terasa anyang anyang juga tidak
ada. BAB dalam batas normal, tidak ada diare yang lama. Riwayat BAB darah
atau hitam disangkal. Kencing lancar, tidak keruh dan tidak sedikit. Pasien
merupakan kiriman dari Poli Urologi dengan rencana operasi batu di saluran
25
kemih.
GCS : 4-5-6
2. Tanda Vital :
B. Status Generalis
pupil (3mm/3mm).
Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
4. Thoraks
Paru
RR = 20x/menit
Jantung
5. Abdomen :
27
Atas : Pitting edema (-/-), parese (-/-), gerakan tidak
terbatas.
Bawah : Pitting edema (-/-), parese(-/-), gerakan tidak
terbatas.
7. Rektum : Hemoroid (-)
C. Status Urologi
Genital : Inspeksi: sekret (-) darah (-) ulcus (-) massa (-)
- CT Scan Stonogram
- Thorax AP
- Abdomen AP
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH
28
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 29 Februari 2020
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.6 12.0 – 15.00 g/Dl
Lekosit 6.0 4.65 – 10.3 ribu/μL
Eritrosit 5.00 4.00 – 5.30 juta/μL
Hematokrit 43.4 37 – 47 vol%
Trombosit 258 150 – 356 ribu/μL
RDW-CV 13.4 12.1 – 14.0 %
MCV.MCH.MCHC
MCV 86.5 75.0 – 96.0 Fl
MCH 29.2 28.0 – 32.0 Pg
MCHC 33.5 33.0 – 37.0 %
HITUNG JENIS
Neutrofil% 65.6 50.0-70.0 %
Limfosit % 29.8 25.0-40.0 %
Neutrofil# 3.90 2,50-7,00 ribu/ul
Limfosit# 1.60 1,25-4,0 ribu/ul
KIMIA DARAH
Ureum 36 10-50 mg/dL
Kreatinin 1.72 0.7-1.4 mg/dL
SGOT 22 0-40 IU
SGPT 12 0-40 IU
GDS 98 < 200 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 137 136-145 mEq/l
Kalium 3.3 3.5-5.1 mEq/l
Clorida 110 98-107 mEq/l
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning
Jernih Keruh Jernih
29
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
MAKROSKOPIS
Berat jenis 1.01 1.005-1.015
pH 6.0 5.0-6.5
Keton Negatif Negatif
Protein albumin +1 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah samar +3 Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit +1 Negatif
SEDIMEN URIN
Leukosit 3-5 0-3
Eritrosit 4-8 0-2
Epitel +1 +1
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
THORAX AP
30
Kesimpulan:
ABDOMEN AP
31
Kesimpulan:
Nefrolithiasis bilateral
CT STONOGRAM
Kesimpulan:
Hidronefrosis berat kiri dengan dilatasi ureter proksimal e.c batu ureter
V. PENATALAKSANAAN
Tanggal 4 5 6 7
(Maret)
Subjektif
Nyeri pinggang + < < <
Mual/muntah -/- -/- -/- -/-
BAB/BAK +/+ -/+ +/+ +/+
Demam - - - -
Objektif
GCS 456 456 456 456
TD (mmHg) 160/80 150/90 130/90 130/90
Nadi (x/m) 70 82 77 80
RR (x/m) 22 20 20 21
Temp (oC) 36.5 36.7 36.9 36.8
CA - - - -
Paru : ves / rh / +/-/- +/-/- +/-/- +/-/-
wh
Abdomen : +/+ +/+ +/+ +/+
supel / BU
Akral hangat + + + +
DC - + (jernih) + -
Assesment
Batu pyelum Post URS D/S + DJ stent D ai batu pyelum (D)
(D) + + ureterolithiasis (S)
ureterolithiasis
(S)
Planning
IVFD RL 20 IVFD RL 20 tpm
tpm Inj ranitidine 2x 50 mg
Inj ceftriaxone Inj ketorolac 3x30 mg
2x1 gram Inj ceftriaxone 2x1 gram
33
FOTO KLINIS
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien yang dilaporkan pada laporan kasus ini adalah seorang laki-laki
pembentukan batu di saluran kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan
uretra.
tersering di antara seluruh kasus urologi. Belum terdapat data angka prevalensi
antara 1-20%. Laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan perempuan yaitu 3:1
dengan puncak insiden terjadi pada usia 40-50 tahun. Seperti pada kasus ini,
kejadian kekambuhan sebelumnya dan hal tersebut sangat penting dalam tata
laksana farmakologi dan perawatan medis pada pasien dengan batu saluran kemih.
pembentukan batu antara lain, terjadinya BSK di usia muda, faktor keturunan,
batu asam urat, batu akibat infeksi, hiperparatiroidisme, sindrom metabolik, dan
35
obat-obatan. Pada kasus ini kemungkinan besar penyebab terjadinya batu saluran
Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari
tanpa keluhan, sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria,
retensi urine, dan anuria. Keluhan tersebut dapat disertai dengan penyulit seperti
demam dan tanda gagal ginjal. Selain itu, perlu ditanyakan mengenai riwayat
penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit batu saluran kemih seperti
pankreas. Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sebelah kanan yang bisa menjalar
ke perut depan, nyei hilang timbul. Namun pasien tidak ada mengeluhkan susah
pasien, antara lain asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah
dan sayur kurang, serta makanan tinggi purin yang berlebihan, jenis minuman
yang dikonsumsi, jumlah dan jenis protein yang dikonsumsi. Dalam kasus ini
tidak dianalisa secara lebih mendalam apa factor risiko dari pola makanan pasien
kelainan fisik sampai adanya tanda-tanda sakit berat, tergantung pada letak batu
ditemukan antara lain: Pemeriksaan fisik umum: Hipertensi, demam, anemia, syok
36
Pemeriksaan fisik urologi: Sudut kostovertebra: Nyeri tekan, nyeri ketok, dan
pembesaran ginjal; Supra simfisis: Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh;
Genitalia eksterna: Teraba batu di uretra; Colok dubur: Teraba batu di buli-buli
tanda vital yang lain dalam batas normal. Untuk pemeriksaan status urologi
ditemukan nyeri ketok ginjal pada bagian kanan. Pemeriksaan colok dubur tidak
dilakukan.
antara lain, BNO, USG, urinalisis, serta CT Scan. Pada pasien telah dilakukan
dengan fungsi ginjal pasien, kadar kreatinin 1.72 mg/dl. Pemeriksaan abdomen
ringan dengan batu pyelum ukuran 22 mm setinggi VL 2-3 dan batu multiple pole
bawah ukuran 6 mm, serta hidronefrosis kiri berat dengan batu ureter proksimal
ukuran 17 mm setinggi VL 4.
Obstruksi yang disebabkan oleh batu; Infeksi saluran kemih; Batu yang
menimbulkan gejala seperti nyeri atau hematuria; Ukuran batu >15 mm; Ukuran
batu <15 mm jika observasi bukan merupakan pilihan terapi; Preferensi pasien;
37
pembedahan pada pasien karena ukuran batu 22 mm (>15 mm) serta bergejala
nyeri.
Sesuai dengan algoritma batu ginjal dengan posisi bukan kaliks inferior
Penggunaan ureterorenoskopi pada batu ginjal dan/atau ureter saat ini banyak
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan antara lain endoskopi yang sangat
kecil, mekanisme defleksi, peningkatan kualitas optik, dan penggunaan alat sekali
pakai (disposable). RIRS atau PNL menjadi pilihan terapi pada batu kaliks
Indikasi pembedahan pada batu ureter antara lain: Kemungkinan kecil batu
yang besar atau ketika ureter tidak dapat dilakukan secara retrograd dapat diterapi
dengan pilihan seperti URS dengan akses antegrad perkutan. Namun, perlu
dipertimbangkan pula fasilitas yang ada serta pertimbangan ahli urologi setempat.
merupakan pilihan terbaik dalam suatu kasus. Alat floroskopi, dilator balon, dan
38
plastik apabila diperlukan disediakan di kamar operasi. Saat ini, URS rigid dapat
membantu untuk dilatasi sehingga terlihat jelas, kemudian diikuti URS fleksibel
Antibiotik yang diberikan pada pasien bedah bertujuan untuk mengurangi jumlah
risiko infeksi atau sebagai terapi apabila sudah dalam keadaan infeksi
39
BAB V
PENUTUP
nyeri kepala dengan diagnosis Batu Pyelum (D) + Ureterolithiasis (S). Diagnosis
dilakukan URS dan insersi DJ stent, pada hari perawatan ke-8 BLPL dari RSUD
Ulin Banjarmasin.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanley JM, Saigal CS, Scales CD, Smith AC. Prevalences of kidney stone in
the United States. Journal European Association of Urology[internet].
2012[diakses tanggal 28 Oktober 2015]; 62(1):160-5.
3. Depkes. Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013.
5. Aslim O. Penatalaksanaan batu ginjal dengan stone burden lebih dari dua
cebtimeter di RSPAD Gatot Soebroto tahun 2011-2014. Tesis. FK UI, 2015.
6. Rasyid N, Wirya G. PPK Batu Saluran Kemih Edisi Pertama. IAUI, 2018.
10. Wang H, et al. Comparative efficacy of tamsulosin versus nifedipine for distal
ureteral calculi: a meta-analysis. Drug Des Devel Ther. 2016; 10: 1257.
11. Hasiana L, Chaidir A. Batu saluran kemih. Dalam: Chris T, Frans L, Sonia H,
Eka A, Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi keempat jilid I. Jakarta:
Media Aesculapius; 2014.hlm. 277-280.
40