Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

Arsitektur Dayak
Dosen Pengampu : Dr Noor Hamidah,ST.,MUP

OLEH:
OKTANTRI EKA OVIANTY
DBB 118 045

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN
2020
TUGAS 1
1. Jelaskan perdamaian Tumbang anoi dan makna bangunan Betang
2. Jelaskan pemahaman 4 H dalam bangunan Betang
3. Jabarkan Betang Tumbang anoi dan replica betang dengan gambar

JAWABAN

1. Kesepakatan perdamaian masyarakat Dayak yaitu kesepakatan Suku-suku Dayak di


Tumbang Anoi untuk menghentikan tradisi 4H melalui Perjanjian Tumbang Anoi.
salah satu upaya perdamaian peperangan antara Suku Dayak di Kalimantan.
Perjanjian Tumbang Anoi membwa kehidupan baru masyarakat suku-suku Dayak
menjadi rukun dan toleransi.
Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekadar
ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan
secara utuh dan konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem
kemasyarakatan, sehingga tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya.
Betang Tumbang Anoi mempunyai nilai historis sebagai tempat perjanjian
perdamaian dari perang antara Suku-suku Dayak. Betang Tumbang Anoi
merupakan milik Damang Batu sebagai tempat bersejarah Kesepakatan
Tumbang Anoi tahun 1894.
Betang Tumbang Anoi dibangun secara sederhana oleh Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah untuk mengingat tempat bersejarah tersebut

2. 4H (Habunu, Hajipen, Hakayau, dan Hasang)


Rapat Damai Tumbang Anoi
Damang Batu atau Damang Ribu di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah.
Menghasilkan 4 Kesepakatan yaitu : 4 H
Seluruh Suku Dayak di larang saling :
1. Hakayau (Memotong Kepala)
2. Hajipen (Memperbudak)
3. Hasang (Menyerang)
4. Habunu (Membunuh)

Dari hasil perjanjian itu masyarakat dilarang untuk saling membunuh, menyerang,
memperbudak maupun memotong kepala, karena perjanjian ini sudah di sepakati
bersama.

3. Replika Betang Tumbang Anoi atau Betang Damang Batu, dibangun oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Pariwisata. Replika Betang Tumbang Anoi
merupakan representasi Betang awal dan masih dihuni oleh ahli waris Damang Batu
hingga sekarang seperti tertera di Gambar 1.4.
Gambar 1.4. Replika Betang Tumbang Anoi (Sumber: Observasi, 2017)

Tumbang Anoi adalah tempat bersejarah perjalanan masyarakat Dayak.


Tumbang Anoi menjadi tempat rapat akbar untuk mengakhiri tradisi ”mengayau” pada
tahun 1894. Kini, setelah satu abad berlalu, Tumbang Anoi tetap menjadi sumbu
perdamaian bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.

Tumbang Anoi adalah salah satu pusat permukiman penduduk Dayak Kadorih,
salah satu subsuku Dayak Ot Danum di hulu Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah.
Tumbang Anoi kini masuk wilayah administratif Kecamatan Damang Batu,
Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang dihuni 418 warga dari 116
keluarga. Untuk mengenang kegigihan mengumpulkan dan menyelenggarakan rapat
akbar yang sangat sulit dilakukan saat itu, nama Damang Batu dijadikan nama
kecamatan.

Anda mungkin juga menyukai