Anda di halaman 1dari 51

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi Tumbuhan telah ada sangat lama, bahkan sebelum adanya

manusia dan dimulainya pertanian. Tetapi fistum sendiri mulai berkembang pada

abad ke 17 dan 18 karena adanya kemauan dalam ilmu fisika dan kimia. Pada

pertengahan abad ke 9 barulah fistum dapat berdiri sendiri dengan terbitnya

“history of botany”oleh Sachs((1860) lalu dilanjutkan “lectures on physiology of

plants”oleh sachs(1887)dan “physiology of plants” oleh Pfeffer

(1887). Pada pertengahan abad ke 20 fistum semakin berkembang dengan

diterbitkan beberapa jurnal khusus seperti “Plant physiology” dan “Annual

preview of plant physiology”.

Fisiologi Tumbuhan mencakup tiga bahasan besar, yaitu: Konsep

Tumbuhan dan lingkungannya; Konsep Metabolisme tumbuhan; Konsep

Pertumbuhan dan Perkembangan. Konsep Tumbuhan dan Lingkungan

mempelajari hubungan antara tumbuhan dengan air, nutrisi mineral, dan

transpirasi. Metabolisme tumbuhan mencakup enzim, respirasi, fotosintesis,

metabolisme nitrogen, metabolisme lemak dan metabolisme sekunder.

Pertumbuhan dan Perkembangan membahas mengenai kontrol gen terhadap

pertumbuhan dan perkembangan, hormon tumbuhan, gerak, morfogenesis,

fotoperiodisme, vernalisasi, dormansi dan senescens. Kajian Fisiologi Tumbuhan

disertai dengan berbagai keterampilan proses ( minds on activity dan hands on

activity ) yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dalam bidang

fisiologi tumbuhan dan aplikatifnya. Pembelajaran disampaikan dengan

presentasi, diskusi, praktikum dan penugasan. ( yuliani, 2018).


2

Fisiologi atau ilmu faal adalah salah satu dari cabang- cabang biologi yang

mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi" berasal dari

bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kataYunani Kuno: physis,

berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan logia, yang berarti "kajian". Istilah "faal"

diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja".Fisiologi

merupakan ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan berbagai gejala

yang ada pada sistem hidup serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem

tersebut. Dimana fisiologi dibagi menjadi 2 yakni : fisiologi hewan dan fisiologi

tumbuhan. ( Siska, 2013).

Fisiologi mengkaji gejala-gejala yang terajdi pada mahluk hidup. Selain

itu, ia juga mengklasifikasi gejala-gejala tersebut, mengenal mana yang penting

dan mana yang kurang penting, mensistematiskan konsepsi tentang gejala-gejala

itu, menentukan di mana tempat terjadinya setiap fungsi dan keadaannya, juga

system kordinasinya. Fisiologi dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi

hewan. Tetapi prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis

organisme yang dipelajari. Seperti, apa yang dipelajari pada fisiologi sel ragi

dapat pula diterapkan pada sel manusia. Karena perkembangannya yang sangat

pesat, yang ditopang juga oleh perkembangan ilmu kimia dan fisika, maka

fisiologi tumbuhan sering dipilah-pilah menjadi beberapa cabang sesuai dengan

ruang lingkup pokok bahasannya( Luqman, 2012)

Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan

atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya

akan mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi

adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa
3

yang diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung) antara komponen adsorban

dengan senyawa yang diimbibisi. Luas permukaan biji yang kontak dengan air,

berhubungan dengan kedalaman penanaman biji, berbanding lurus dengan

kecepatan penyerapan air. Saat biji kacang hijau yang kering direndam dalam air,

air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm secara osmosis (Gardner,

1991).

Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari larutan berkonsentrasi

tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian

gula pada cairan teh tawar, lambat laun cairan teh menjadi manis. Peristiwa difusi

pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan. Karbon

dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui

proses difusi. (Loveless, 1991).

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari

bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel

harus dapat ditembus oleh pelarut tapi tidak oleh zat terlarut yang mengakibatkan

gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena

alami tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada

bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi

yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah

mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan

dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan

osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada

konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Yusuf, 2008).
4

Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik

(CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya

matahari. Fotosintesis terdiri atas 2 fase, yaitu fase I yang berlangsung pada grana

dan menghasilkan ATP dan NADPH2 serta fase II yang berlangsung pada stroma

dan menghasilkan karbohidrat.. CO dan H2O merupakan substat dalam reaksi

fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari membentuk pigmen klorofil dan

pigmen pigmen lainya akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen.

Matahari memiliki cahaya warna yang lengkap terdiri dari warna merah, jingga,

kuning, hijau, biru, nila, ungu tetapi tidak semua gelombang cahaya panjang

diserap dan diabsorpsi oleh pigmen fotosintesis. Atom O pada karbohidrat berasal

dari CO2 dan H berasal dari H2O itu menuru Gelombang yang panjang ialah

gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) ialah gelombang yang

kurang panjang untuk mengabsorpsi gelombang hijau, dan kuning hijau(500-600

nm). (Sasmitamihardja dan Siregar, 1996).

Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yangmengganggu dan

merugikan tanaman yang diusahakan manusia.Apabila asalnya bukan dari

binatang gangguan itu akan disebutpenyakit, misalnya gangguan dari virus,

bakteri, jamur, tumbuh-tumbuhan yang bertingkat rendah atau yang sedikit lebih

tinggi,kekurangan unsur-unsur makanan dan lain-lainnya (Pracaya, 1992).

Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-

organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatanfisiologis sehari-hari.

Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal”

(Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika

tanaman tersebut dapatmenjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik,


5

sepertipembelahan danperkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis

dan lain-lain.Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman

dapatmenimbulkan penyakit.

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran

(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah

fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan

dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa

jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran,

terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase

generatifnya,misalnya pembungaan.

Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti

dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan

suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses

perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia

cukup air dengan tekanan osmosis tertentu (Kozlowski, 1972: 1).

Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan

hipogeal. 1. Perkecambahan epigeal Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan

hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke

atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun

belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga

matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah

adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan

tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang

hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan


6

epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan

rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio

(Campbell et al., 2000: 365). 2. Perkecambahan hipogeal Perkecambahan hipogeal

ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke

permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah.

Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis,

kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et al., 2000: 366).

B. Tujuan Praktikum

 Untuk membuktikan terjadinya proses difusi, osmosis dan imbibisi pada

biji.

 Untuk mengetahui kondisi biji sebelum dan sesudah terjadinya proses

difusi, osmosis dan imbibisi.

 Untuk mengetahui besar fotosintesis tanaman dalam satu hari.

 Untuk mengetahui respon tanaman terhadap pengaruh cahaya matahari.

 Untuk mengetahui besar kecilnya drajat kemiringan tanaman akibat

rangsangan cahaya matahari.

 Untuk mengetahui tentang Fotoperiodisme pada Tanaman.


7

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi tumbuhan adalah cabang botani yang mempelajari bekerjanya

sistem kehidupan di dalam tubuh tumbuhan dan tanggapan terhadap pengaruh

lingkungan sekitarnya sehingga tumbuhan tersebut dapat hidup. Seperti juga

fisiologi hewan, fisiologi menggabungkan aspek fisika, kimiawi, dan biologi. Dari

fisiologi tumbuhan ini lahirlah cabang-cabang campuran biologi,

seperti biokimia dan biofisika. Fisiologi juga sangat mempengaruhi

perkembangan genetika. Objek kajian dalam fisiologi tumbuhan adalah fisika sel

dan biofisika organ, fotosintesis, transportasi hara dan hasil metabolisme,

regulasi pertumbuhan dan perkembangan, dan mekanisme respons terhadap

rangsangan lingkungan. Organisme yang menjadi kajian fisiologi tumbuhan

adalah organisme dari kerajaan plantae, meliputi semua jenis tumbuhan, dari

tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi.

Fisiologi Tumbuhan telah ada sangat lama, bahkan sebelum adanya

manusia dan dimulainya pertanian. Tetapi fistum sendiri mulai berkembang pada

abad ke 17 dan 18 karena adanya kemauan dalam ilmu fisika dan kimia. Pada

pertengahan abad ke 9 barulah fistum dapat berdiri sendiri dengan terbitnya

“history of botany”oleh Sachs((1860) lalu dilanjutkan “lectures on physiology of

plants”oleh sachs(1887)dan “physiology of plants” oleh Pfeffer

(1887). Pada pertengahan abad ke 20 fistum semakin berkembang dengan

diterbitkan beberapa jurnal khusus seperti “Plant physiology” dan “Annual

preview of plant physiology”.


8

Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya

proses, difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah

satu proses difusi yang terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air

pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada

peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman

tersebut. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang

berbedabeda untuk setiap jenis biji tanaman (Wachid, 2005).

Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan

atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya

akan mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi

adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa

yang diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung) antara komponen adsorban

dengan senyawa yang diimbibisi. Luas permukaan biji yang kontak dengan air,

berhubungan dengan kedalaman penanaman biji, berbanding lurus dengan

kecepatan penyerapan air. Saat biji kacang hijau yang kering direndam dalam air,

air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm secara osmosis (Gardner,

1991).

Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada

penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam

keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang diimbibisikan

harus menempati ruang diantara molekul-molekul zat yang mengimbibisi

sehingga volume zat yang diimbibisikan tertakan lebih kecil dari pada bila dalam

keadaan bebas (Heddy, 1990).

Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik larutan disekitar benih lebih

rendah daripada tekanan osmotik di dalam sel benih. Peningkatan konsentrasi


9

zatzat terlarut diluar benih dapat memperlambat kecepatan imbibisi benih. Benih

dapat mengalami kekeringan fisiologis, bahkan jika konsentrasi larutan luar sel

benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan air dalam benih mengalami

plasmolisis (Mugnisjah, 1994).

Pengambilan air selama tiga fase perkecambahan meliputi : tingkat I

imbibisi; tingkat II proses yang berjalan lambat; dan tingkat III perpanjangan dan

pembelahan sel. Proses metabolic benih membutuhkan oksigen maka kelebihan

kelembaban dan kadar oksigen yang rendah disekitar benih dapat menghambat

proses perkecambahan atau benih dapat membusuk (Bewley dan Black, 1992).

Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari larutan berkonsentrasi

tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian

gula pada cairan teh tawar, lambat laun cairan teh menjadi manis. Peristiwa difusi

pada tumbuhan sangat penting untuk keseimbangan hidup tumbuhan. Karbon

dioksida (CO2) dan oksigen (O2) diambil oleh tumbuhan dari udara melalui

proses difusi. Pengambilan air dan garam mineral oleh tumbuhan dari dalam

tanah, salah satunya melalui proses difusi. Difusi zat dari dalam tanah ke dalam

tubuh tumbuhan  disebabkan konsentrasi garam mineral di tanah lebih tinggi

daripada di dalam sel. Demikian juga gas CO2 di udara masuk ke dalam tubuh

tumbuhan karena konsentrasi CO2 di udara lebih tinggi daripada di dalam sel

tumbuhan. Sebaliknya, O2 dapat berdifusi keluar tubuh tumbuhan jika konsentrasi

O2 dalam tubuh tumbuhan lebih tinggi akibat adanya fotosintesis dalam sel

(Loveless, 1991).

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut

dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh


10

yangsederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan

menjadimanis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam

udara.Perbedaankonsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien

konsentrasi. Difusi akan terusterjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara

merata atau mencapaikeadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap

terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Difusi yang paling sering

terjadi adalah difusi molekuler. Difusiini terjadi jika terbentuk perpindahan dari

sebuah lapisan molekul yang diam dari solidatau fluida (Uwie 2010: 1).

Dalam mengambil zat-zat nutrisi yang penting dan mengeluarkan zat-zat

yangtidak diperlukan, sel melakukan berbagai jenis aktivitas, dan salah satunya

adalahdifusi. Ada dua jenis difusi yang dilakukan, yaitu difusi biasa dan difusi

khusus. Difusibiasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul yang

hydrophobic atautidak berpolar / berkutub. Difusi khusus terjadi ketika sel ingin

mengambil nutrisi ataumolekul yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi

seperti ini memerlukan proteinkhusus yang memberikan jalur kepada partikel-

partikel tersebut ataupun membantudalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan

karena partikel-partikel tersebut tidakdapat melewati membran plasma dengan

mudah (Uwie 2010: 1)

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari

bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel

harus dapat ditembus oleh pelarut tapi tidak oleh zat terlarut yang mengakibatkan

gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena

alami tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada

bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi


11

yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah

mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan

dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan

osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada

konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Yusuf, 2008).

Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena

ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar

sel (Kustiyah, 2007).

Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari

osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalam sel hidup dimana molekul

“solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke daerah

“solute” tinggi melalui sebuah membran “semipermeable”. Membran

“semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang

memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari

“solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua

sisi membran (Kustiyah, 2007).

Reverse osmosis adalah sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari

sebuah daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui suatu membran ke daerah

“solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik.

Dalam istilah lebih mudah, reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi

melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan

“solvent” murni dari sisi satunya (Yusuf, 2008).


12

Peristiwa osmosis juga terjadi pada penyerapan air tanah ke dalam sel

akar. Berkaitan dengan pengertian konsentrasi maka dikenal larutan yang isotonis

(konsentrasi zat pada larutan sama dengan cairan sel). Bila dimasukan ke dalam

larutan itu bentuk sel tetap karena keadaan seimbang. Akan tetapi jika sel

tumbuhan berada dalam larutan hipertonis (konsentrasi larutan lebih tinggi dari

pada cairan sil), maka air dalam plasma sel akan beerosmosis keluar sehingga sel

mengerut. Protoplasma yang kekurangan air menyusut volumenya mengakibatkan

membrane sel terlepas berada dalam larutan hipotonis, maka air dari luar akan

mesuk kedalam sel sehingga sel menggembung (Yusuf, 2008).

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang

berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organic

H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan

cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil,

yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball,

2002).

Energi foton yang digunakan untuk menggerakkan elektron melawanan

gradient panas di dalam fotosistem I dari sebuah agen dengan tenaga reduksi kuat,

yang secara termodinamis mampu mereduksi CO2 di dalam fotosistem II dari air

dengan pelepasan O2, jika sebuah molekul pigmen menyerap sebuah foton masuk

ke dalam sebuah keadaan tereksitasi, karena satu elektronnya pada keadaan dasar

pindah ke orbit (Anwar, 1984).

Orang yang pertama kali menemukan fotosintesis adalah Jan Ingenhousz.

Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum.

Dalam percobaannya tersebut ia mengguanakan daun segar yang sebagian


13

dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan

kedalam alkoholdan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru

kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya

amilum (Malcome, 1990).

Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yangmengganggu dan

merugikan tanaman yang diusahakan manusia.Apabila asalnya bukan dari

binatang gangguan itu akan disebutpenyakit, misalnya gangguan dari virus,

bakteri, jamur, tumbuh-tumbuhan yang bertingkat rendah atau yang sedikit lebih

tinggi,kekurangan unsur-unsur makanan dan lain-lainnya (Pracaya, 1992).

Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-

organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatanfisiologis sehari-hari.

Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal”

(Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika

tanaman tersebut dapatmenjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik,

sepertipembelahan danperkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis

dan lain-lain.Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman

dapatmenimbulkan penyakit.

Hama belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Oxya

chinensis dan Locusta sp.. Belalang menyerang dengan cara memakan tanaman

jagung yang masih muda. Serangan belalang bisa menghabiskan seluruh bagian

daun, bahkan tulang daun. Hama belalang banyak dijumpai pada dataran rendah,

persawahan dan lahan yang berdekatan dengan padang rumput yang luas. Hama

belalang dapat diatasi dengan musuh alami, yakni burung, laba-laba dan

Systoecus sp. (azzamy, 2015).


14

Hama ini menyerang batang dan daun tanaman muda, hingga

menyebabkan tanaman mati. Ulat tanah aktif dan menyerang pada malam hari,

sedangkan pada siang hari bersembunyi didalam tanah. Hama ini biasanya

menyerang dengan memotong batang tanaman muda. Pengendalian dapat

dilakukan dengan cara pengolahan lahan yang tepat, pergiliran tanaman, dan

menjaga kebersihan lahan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari

menggunakan insektisida curacron, lannet atau prevathon. (azzamy, 2015).

Respirasi merupakan proses metabolik yang menyediakan energi untuk

proses biokimia dalam tubuh tumbuhan. Proses metabolik ini melibatkan

pemecahan senyawa organik kompleks seperti gula, asam organik, asam amino

dan asam lemak yang menghasilkan molekul dengan berat rendah yang diikuti

oleh produksi energi dan ATP, yang berhubungan dengan pelepasan panas.

Respirasi dapat dijelaskan sebagai suatu reaksi metabolik untuk pemecahan

oksidaif dari bahan-bahan organik menjadi molekul sederhana seperti CO2 dan

H2O dengan produksi energi sebagai bagian dari prosesnya (Fonsesca et al., 2002

dalam Barbosa, 2011). Senyawa makromolekul dioksidasi dengan membentuk

NADH (Nikotinamida Adenin dinukleotida) dan ion Hidrogen H+. Elektron yang

dihasilkan akan mereduksi oksigen sehingga terbentuk air dengan bantuan

flavoprotein sistem cytochrom (Jumin, 2014). Laju respirasi juga tergantung pada

keadaan lingkungan,terutama komposisi gas, kelembapan relatif dan keadaan

suhu. Penurunan konsentrasi O2 serta peningkatan konsentrasi CO2 hingga

batasan tertentu akan menyebabkab penurunan tingkat respitasi pada tanaman

(Saltveit, 2003 dalam Barbosa, 2011). Jika karbohidrat seperti sukrosa, fruktan,

atau pati yang digunakan sebagai substrat pada proses respirasi dan jika senyawa
15

tersebut teroksidasi secara sempurna, maka jumlah O2 yang digunakan akan sama

persis dengan CO2 yang dihasilkan (Lakitan, 2013).

Faktor lingkungan memiliki pengaruh terhadap proses respirasi pada

tumbuhan, meliputi suhu dan temperatur udara (Almeselmani, et al , 2012).

Respirasi dari proses terjadinya dibedakan menjadi 2, yakni respirasi aerobik yang

dapat terjadi dengan adanya oksigen dan respirasi anaerobik yang terjadi tanpa

adanya oksigen. Konsentrasi O2 dan CO2 di udara dapat menyebabkan kerusakan

pada hasil produksi tanaman dalam penyimpanan. Semakin besar laju respirasi,

maka semakin cepat kerusakan dan umur simpannya (Adirahmanto, 2013).

Meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan perombakan senyawa seperti

karbohidrat dan menghasilkan CO2, energi dan air yang akan menguap ke udara,

dimana kecepatan respirasi merupakan indikator terhadap aktivitas metabolisme

jaringan (Roiyana, 2012).

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran

( panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. menyebutkan

Maryland Mammoth adalah tumbuhan hari Pendek (short day plant), karena

tumbuhan ini nyatanya memerlukan suatu periode terang yang lebih pendek di

banding dengan panjang siang hari yang kritis untuk pemrbungaan. Krisan,

poinsettia, dan beberapa varietas kacang kedelai merupakan contoh tumbuhan hari

pendek yang pada umumnya berbunga pada akhir musim panas, musim gugur,

atau musim dingin. Kelompok lain yang bergantung pada fotoperiode hanya akan

berbunga ketika periode terang lebih lama beberapa jam. (Garner dan Alard

(1920).
16

Menurut Hillman (1962) klasifikasi tanaman berdasarkan responnya

terhadap fotoperiode sebagai berikut: (1) Tanaman hari pendek (short-day plants,

SDP). Pembungaan terjadi bila fotoperiode yang diterima lebih pendek daripada

fotoperiode maksimum kritis dan biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan lainnya 10 seperti suhu; (2) Tanaman hari panjang (long-day plants,

LDP). Pembungaan terjadi bila fotoperiode yang diterima lebih panjang daripada

fotoperiode minimum kritis; (3) Tanaman hari pendek panjang (short-long-day

plants, SLDP). Pembungaan terjadi bila terkena serangkaian hari pendek

kemudian diberi hari panjang, selain itu diperlukan periode vernalisasi di antara

waktu tersebut; (4) Tanaman hari panjang pendek (long-short-day plants, LSDP).

Pembungaan terjadi bila dikenai serangkaian hari panjang kemudian dikenai

serangkaian hari pendek; serta (5) Tanaman netral (day-neutral plants, DNP).

Pembungaan tidak peka terhadap fotoperiode tetapi berhubungan dengan faktor

usia yaitu bunga muncul setelah dicapai umur atau ukuran minimum. Bawang

merah termasuk dalam genus Allium yang merupakan tanaman LDP

(Rabinowitch & Kamenetsky 2002).

Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti

dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan

suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses

perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia

cukup air dengan tekanan osmosis tertentu (Kozlowski, 1972: 1).

Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan

hipogeal. 1. Perkecambahan epigeal Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan

hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke


17

atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun

belum terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga

matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah

adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan

tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang

hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan

epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan

rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio

(Campbell et al., 2000: 365). 2. Perkecambahan hipogeal Perkecambahan hipogeal

ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke

permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah.

Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis,

kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et al., 2000: 366).

Faktor internal yang mempengaruhi proses perkecambahan adalah : 1.

Tingkat kemasakan benih. Benih yang di panen sebelum tingkat kemasakan

fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada tingkatan

tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga

pembentukan embrio yang belum sempurna. 2. Ukuran benih Di dalam jaringan

penyimpanannya, benih padi memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral.

Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio

pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat

mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih yang

kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. 3. Dormansi Dormansi atau disebut

juga masa istirahat biji, dimana biji tidak akan berkecambah meskipun dalam
18

keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan (biji belum masak

sempurna). 4. Penghambat perkecambahan Banyak zat-zat yang diketahui dapat

menghambat perkecambahan benih, antara lain: larutan dengan tingkat osmotik

tinggi seperti larutan mannitol dan larutan NaCL; bahan-bahan yang mengganggu

lintasan metabolisme, umumnya menghambat respirasi seperti sianida dan

fluorida; herbisida; coumarin, auxin; dan bahan-bahan yang terkandung dalam

buah (Sutopo, 2002).

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih antara

lain: air, suhu, oksigen, cahaya, dan media tumbuh. Dua faktor penting yang

Universitas Sumatera Utara mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat

dari benih itu sendiri terutama pada kulit dan jumlah air yang tersedia pada

medium sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan tergantung dari jenis benih,

tapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali berat keringnya. Pada saat

perkecambahan berlangsung proses respirasi yang akan meningkat disertai

pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air, dan energi. Terbatasnya

oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih.

(Sutopo, 2002).
19

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini telah dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan kaharuddin Nasution KM 11, No. 113, Perhentian

Marpoyan, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru

Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan

agustus sampai desember 2019. (Lampiran I).

B. Bahan dan Metode

Bahan-bahan yang digunakan dalam dalam praktikum ini adalah , biji-

bijian dikotil dan monokotil, daun-daunan, benih jagung, benih kacang hijau.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol aqua gelas,

kotak makan, garam, penggaris, timbanagan analitik, kamera dan alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Pada praktikum pertama sampai dangan kelima  metodelogi yang

digunakan adalah rancangan percobaan observasi atau pengamatan pada

perlakuan tiap sampel yang digunakan dan pada tiap-tiap praktikum. Praktikum

pertama mengenai respon perendaman biji terhadap larutan garam dengan

perlakuan :

Perlakuan Pertama terdiri dari  :

A0 = Air biasa (perlakuan kontrol)

A1 = 50 g garam/L air

Perlakuan kedua terdiri dari :

W1 = 20 Menit
20

W2 = 30 Menit

W3 = 40 Menit

W4 = 50 Menit

W5 = 60 menit

D. Pelaksanaan Praktikum

1. Respon biji terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman

Praktikum Respon biji terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman

Pelaksanaan praktikum pertama : sediakan alat dan bahan, timbang garam sesuai

perlakuan, timbang berat biji mangga, kelengkeng dan durian sediakan aqua gelas

tambahkan garam ke dalam aqua perlakuan, aduk hingga larut, serta tambah kan

kembali dengan air, rendam biji sesuai perlakuan, timbang kembali biji setelah

perendaman, amati apa yang terjadi pada benih serta dicatat hasil pengamatan

tersebut

2. Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis

Praktikum Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis dilakukan

pada pagi hari dan sore hari dengan cara mencari daun yang ingin dilakukan

pengamatan disekitar kompos lalu memotong daun sebagai untuk sampel. Daun

yang kami amati yaitu daun jarak, matoa, jambu, kelengkeng dan rambutan.

Pemotongan daun dilakukan dengan cara memotong bagian daun sebelah kiri

pada pagi hari dan bagian daun sebelah kanan pada sore hari dengan ukuran 10 x

5 cm, selanjutnya timbang daun yang dipotong pada pagi hari sebagai berat basah

(BB), lalu daun yang telah di potong pada pagi hari di keringkan, timbang

kembali daun tersebut pada sore hari catat sebagai berat kering (BK), hitung besar

nya fotosintesis pagi hari dengan rumus (BB dikurang BK), dan ulangi kegiatan
21

diatas pada sore hari, hitung besar fotosintesis dalam satu hari dengan rumus

(fotosintesis sore hari – fotosintesis pagi hari).

3. Laju pertumbuhan terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman

pengamatan terhadap laju pertumbuhan tanaman terhadap konsentrasi

garam dan lama perendaman dilakukan pengamatan pada umur 3-5-7 hst. Benih

yang diamati yaitu jagung dan kangkung setelah dilakukan penelitian

menunjukkan bahwa pengaruh interaksi maupun pengeruh utama terhadap

pemberian konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh nyata

terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung dan kangkung. hasil pengamatan laju

pertumbuhan terhadap konsentrasi garam dan air terhadap lama perendaman dapat

dan dicatat hasil pengamatan.

4. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang terkena

hama dan yang tidak terkena hama

pengamatan pengaruh cahaya terhadap hama pada tumbuhan jagung

dilakukan pada daun jagung yang terkena hama dan membandingkannya dengan

jagung yang tidak terkena hama/penyakit. Praktikum ini dilakukan dengan cara

mengukur panjang daun, lebar daun, dan tinggi tanaman, pada tanaman yang

terkena hama/penyakit dan tanaman yang tidak terkena penyakit.

5. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau

Praktikum Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau dilakukan

dengan cara membuat lubang pada kotak makan dengan ukuaran 30º, 60º, 90º,

setelah itu rendam biji kacang hijau, dan selanjutnya tanam biji kacang hijau

tersebut kedalam media botol aqua gelas yang berisi tanah, kemudian masukkan

tanaman ke dalam kotak makanan yang telah dipotong tadi, kemudian tempatkan
22

pada tempat yang tidak ternaungi, selanjutnya amati arah tumbuh dan tinggi

tanaman sampai melebihi 16 cm. Pengamatan dilakukan selama dua hari satu

kali.

6.Uji Laju Transpirasi Pada Tumbuhan

Praktikum uji laju transpirasi pada tumbuhan dilakukan dengan cara

mencari batang tanaman lalu memotongnya dengan syarat batang tersebut tidak

terluka, lalu mengambil alat fotometer, dan batang dimasukkan ke dalam selang ¾

dengan syarat batang tersebut tidak ada cela agar air tidak keluar, lalu isi tabung

kaca dengan air. Pengamatan ini dilakukan dalam interval waktu 1 jam sekali,

hitung berapa air yang berkurang.


23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Respon Biji terhadap Konsentrasi Garam dan Lama Perendaman

Hasil pengamatan terhadap respon biji terhadap konsentrasi garam dan

lama perendaman yang telah dilakukan dalam pratikum dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Respon biji terhadap perendaman menggunakan Konsentrasi


Garam dan Lama Perendaman (gram/menit).
Benih Perlakuan Berat Sebelum Berat Sesudah
Perendaman (g) Perendaman (g)
A0W1 40.2 44.7
A0W2 41.8 45.5
Mangga A0W3 30.1 25.7
A0W4 33.1 36.8
A0W5 45.0 51.9
A1W1 17.6 17.8
A1W2 21.8 22.2
Durian
A1W3 12.5 4.4
A1W4 14.0 14.5
A1W5 14.1 14.7
A1W1 1.1 1.3
A1W2 1.2 1.3
Kelengkeng
A1W3 1.2 7.1
A1W4 1.3 1.5
A1W5 1.9 1.8
Data pada tabel 1. Menunjukkan bahwa penyerapan air paling banyak 

dalam praktikum ini adalah Mangga dengan perlakuan A0W5. A0 adalah air biasa

dan W5 adalah waktu lama perendaman dengan waktu 60 menit yaitu berat

sebelum perendamanan dengan data 45.0 g menjadi 51.9 g pada saat sesudah

perendaman, sehingga menambah berat biji, tetapi pada Kelengkeng terjadi

sebaliknya yaitu perlakuan dengan A1W5 yaitu A1 adalah air garam dan W5

adalah waktu lama perendaman dengan waktu 60 menit dan berakibat berat

kentang berkurang. Pengaruh garam dan lama perendaman dan Penyerapan air
24

melalui proses imbibisi dan osmosis merupakan proses yang pertama terjadi pada

perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji. Selanjutnya embrio dan endosperm

akan membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah.

Makanan cadangan yang disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak

dan protein.

Sedangkan data hasil pengamatan terhadap bentuk morfologi benih

dengan lama perendaman larutan garam dapat dilihat pada table 2 dibawah ini :

Tabel2. Pengaruh lamanya perendaman pada bentuk morfologi benih.

Indikator Biji Marfologi Biji

Sebelum Perendaman Sesudah perendaman

Tekstur Mangga keras dan berwarna sedikit lembut dan


dan kuning berwarna pucat
warna

Tekstur Kelengkeng        Keras dan berwarna    sedikit berkerut dan


dan hitam berwarna hitam
warna

Tekstur Durian      Keras dan berwarna      sedikit lembut dan


dan kuning berkerut dan berwarna
warna pucat

Data pada tabel 2. Menunjukkan bahwa lama perendaman mempengaruhi

bentuk dari biji yang direndam karna terdapat proses difisi, osmosis dan imbibisi.
25

Gambar 1. Perbedaan bentuk biji dan dan berat akibat lama perendaman

Dari tabel morfologi benih didapatkan indicator dari tekstur dan warna

yang pertama dari tanaman mangga sebelum perendaman bertekstur keras dan

berwarna kuning sedangkan setelah dilakukan perendaman tekstur biji menjadi

sedikit lembut dan berwarna pucat, pada biji kelengkeng didapatkan tekstur

sebelum perendaman bertekstur keras dan bewarna hitam dan setelah dilakukan

perendaman biji sedikit berkerut, Dan pada biji durian didapatkan tekstur sebelum

perendaman bertekstur keras dan berwarna kuning dan setlah dilakukan

perendaman biji menjadi sedikit lembut, berkerut dan berwarna pucat.

Hal ini diperkuat dengan pendapat sutopo, Perlakuan perendaman dalam

air cukup efektif untuk mengurangi kekerasan kulit biji. Perendaman dalam air

akan melunakkan kulit biji dan mengencerkan zat penghambat yang ada sehingga

biji cepat berkecambah (Sutopo, 2000).

Imbibisi diawali dengan masuknya air ke dalam biji yang meresap melalui

kulit biji, kemudian air akan berdifusi masuk ke dalam jaringan yang ada di dalam

biji. masuknya air ke dalam mengakibatkan sel menjadi membesar dan kulit biji

bersifat permeabel bagi oksigen dan karbon dioksida sehingga memudahkan bagi

kedua gas itu untuk berdifusi masuk ke dalam biji untuk proses respirasi yang

akan menghasilkan energi untuk perkecambahan (Copeland & Mc. Donald, 1996).
26

B. Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis

Hasil pengamatan terhadap Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil

fotosintesis yang dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan cara memotong

daun sebagai sampel. Hasil pengamatan Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil

fotosintesis setelah dilakukan uji beda nyata dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis pada pagi hari

Pagi

No Sampel Daun Hasil


BB BK

1 Matoa 1 0.9 0.0 0.9

2 Kelengkeng 1 0.4 0.0 0.4

3 Jarak 1 0.3 0.0 0.3

4 Jambu 1 0.3 0.0 0.3

5 Rambutan 1 0.8 0.0 0.8

Berdasarkan tabel 3, dapat di simpulkan berat basah pada daun matoa

adalah yang tertinggi yaitu 0.9 dan berat basah yang paling kecil adalah daun

jarak dan jambu karena memiliki berat basah yang sama yaitu 0.3

Tabel 4. Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis pada sore hari

Sampel Daun Sore

No BB BK Hasil
1 Matoa 1 0.6 0.0 0.6

2 Kelengkeng 1 0.3 0.0 0.3

3 Jarak 1 0.4 0.0 0.4


27

4 Jambu 1 0.4 0.0 0.4

5 Rambutan 1 0.0 0.0 0.0

Berdasarkan data pada tabel 3 dan 4.Menunjukkan bahwa dimana

Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis Menunjukkan bahwa pada

daun kelengkeng, jambu dan rambutan sangat berbeda nyata. Pada daun matoa

berat basah pada sore hari menjadi lebih ringan yaitu menjadi 0.6g, pada daun

rambutan berat basahnya menjadi 0.0. Hal ini dikarenakan daun menjadi rapuh

dan tidak memiliki kadar air lagi sehingga sehingga daun tidak memiliki kadar air

lagi.

Gambar 2. Perbedaan Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis.

Faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis adalah:1 Intensitas cahaya,

yaitu laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya. 2.Konsentrasi karbon

dioksida(CO2). Yaitu Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak

jumlah bahan yang dapt digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

3. Suhu, Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja

pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan


28

meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. 4.Kadar air, yaitu Kekurangan

air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan

karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. (Firman.2015)

Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1980) yang menyatakan

bahwa kadar air dari berbagai macam tanaman berbeda dimana tanaman herbacius

lebih banyak mengandung air dari tanaman lignosus.

Salisbury dan Ross (1995), keadaan air tanah sangat mempengaruhi

tingkat transpirasi dan respirasi biar persediaan air dalam tanah berkurang maka

transpirasi jelas akan berkurang sebagai penutupan stomata. Hal ini juga

mempengaruhi benyaknya keberadaan air pada setiap tumbuhan. Setiap umbuhan

sangat memerlukan air dalm kehidupannya dan proses yang ada didalam tubuhnya

dan salah satu pokok penting makhluk hidup. Ketika daun masih mengandung air

dan klorofil, daun berwarna hijau dan hijau tua. Tetapi, ketika daun kering

berubah menjadi kecoklatan dan kusam.

C. Laju pertumbuhan terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman

hasil pengamatan laju pertumbuhan terhadap konsentrasi garam terhadap

lama perendaman dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. laju pertumbuhan terhadap konsentrasi garam dan lama


perendaman
Nama Perlakuan Persentas Panjang Jumlah Panjang
HST sampel i tumbuh plumula daun radikula
benih (cm) (cm)
(%)
3-5-7 Jagung Perendaman 75% 4 1 3
air garam 20 75% 7 2 17
menit
75% 12.5 2 18
3-5-7 Jagung Perendaman 100 % 9 2 13
29

air garam 30 100 % 9.5 2 17


menit 100 % 15 3 19
3-5-7 Jagung Perendaman 75% 2 1 3
air garam 40 75% 3 1 6
menit
75% 6 3 15
3-5-7 Kangkung Perendaman 75% 4.5 1 5
air garam 50 75% 7 1 6
menit
75% 9 3 9
3-5-7 Kangkung Perendaman 75% 4 2 3.5
air garam 60 75% 7 2 6
menit
75% 9.5 3 9.5

Berdasarkan dari tabel 5. Hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan

terhadap lama perendaman tanaman pada umur 3-5-7 hst setelah dilakukan

penelitian menunjukkan bahwa pengaruh interaksi maupun pengeruh utama

terhadap pemberian konsentrasi dan lama perendaman memberikan pengaruh

nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung dan kangkung.

Hasil menunjukkan dimana laju pertumbuhan relatif pada perlakuan

konsentrasi air garam tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air garam

dengan lama perendaman 30 menit yaitu panjang plumula 15 cm dan panjang

radikula 19 cm. Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju

pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan perendaman air garam selama 20

menit dimana pertumbuhan relatif terendah yaitu 4cm plumula dan 3 cm radikula.

Salinitas adalah sebuah proses dimana garam yang terlarut dalam air

terakumulasi dalam tanah. Salinisasi menjadi hal yang sangat diperhatikan karena

kelebihan garam dapat menghalangi pertumbuhan tanaman dengan cara

menghalangi kemampuan tanaman untuk menyerap air.  (Materechera, 2011)


30

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tanaman jagung merupakan

tanaman yang sensitif terhadap salinitas. Semakin tinggi salinitas, luas daun, berat

kering batang, berat kering daun, dan berat kering tanaman total pada jagung

berkurang (Hussein et. al., 2007) (Katerji et. al., 2003).

Ayers dan Westcot (1976) mengatakan bahwa tanaman jagung tidak tahan

terhadap tanah atau air yang memiliki derajat konduktivitas elektrik yang tinggi

Berdasarkan dari tabel 6. menunjukkan dimana laju pertumbuhan relatif

Tabel 6. laju pertumbuhan terhadap konsentrasi Air biasa dan lama perendaman.
HST Nama Perlakua Persentasi Panjang Jumlah Panjang
sampel n tumbuh plumula daun radikal
benih (%) (cm) (cm)

3-5-7 Jagung Perenda 100% 6 2 10


man air 100% 8.5 3 15
biasa 20 100% 10.5 3 10.
menit
100% 12.5 4 17.5
3-5-7 Jagung Perenda 100% 2.5 1 4
man air 100% 3.3 1 4
biasa 30
100% 12.5 2 17
menit
100% 13 2 19
3-5-7 Jagung Perenda 100% 2.5 1 4
man air 100% 3.3 1 4.5
biasa 40
100% 12.5 2 15
menit
100% 14 2 17.5
3-5-7 Kangkung Perenda 75% 1.7 3 14
man air 75% 2.5 4 16
biasa 50 75% 3.2 4 18.5
menit
3-5-7 Kangkung Perenda 75% 1.7 3 6.5
man air 75% 6.5 4 14
biasa 60
75% 10.5 4 14
menit
31

Berdasarkan dari tabel 6. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dimana

laju pertumbuhan relatif pada perlakuan konsentrasi Air biasa dan lama

perendaman tertinggi terdapat pada perlakuan perendaman air biasa dengan lama

perendaman 30 menit yaitu panjang plumula 13 cm dan panjang radikula 19 cm.

Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju pertumbuhan

terendah terdapat pada perlakuan perendaman air biasa selama 20 menit dimana

pertumbuhan relatif terendah yaitu 2. 5 cm plumula dan 4 cm radikula.

Menurut Sulistyani dkk (2014), perendaman biji dikotil dan monokotil

dengan air selama 24 jam terbukti meningkatkan pertumbuhan radikula sampai

3,69 mm dibandingkan biji yang tidak direndam. Menurut Marthen dkk (2013),

perendaman biji dengan air panas yang dilanjutkan oleh perendaman dengan air

dingin dapat meningkatkan presentase perkecambahan biji Sengon (Paracerianthes

falcataria L.) sampai 95,68%. Perendaman dengan air akan mempercepat proses

imbibisi pada biji. Setelah biji menyerap air dan mencapai imbibisi yang optimum

maka kulit biji akan menjadi lunak dan mempermudah masuknya oksigen ke

dalam biji. Air sendiri diperlukan dalam proses pelunakan kulit biji,

pengembangan embrio dan pembesaran sel-sel dititik tumbuh, aktivasi dan

transport enzim, perombakan cadangan makanan dan mengatur keseimbangan zat

pengatur tumbuh. Sedangkan oksigen diperlukan oleh benih untuk proses respirasi

yang selanjutnya akan melepaskan karbondioksida, air dan energi.

D.tumbuhan tanaman jagung yang terkena hama dan yang tidak terkena

hama

hasil pengamatan pengaruh cahaya terhadap hama pada tumbuhan jagung

dilakukan pada daun jagung yang terkena hama dan membandingkannya dengan
32

jagung yang tidak terkena hama/penyakit. Setelah dilakukan penelitian

menunjukkan bahwa pengaruh interaksi cahaya terhadap tanaman yang terkena

penyakit dengan tanaman yang yidak terkena penyakit sangat berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan tanaman jagung. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan

tanaman jagung yang terkena hama dan yang tidak terkena hama dapat dilihat

pada tabel 7, 8 dan 9.

Tabel 7. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang

terkena hama dan yang tidak terkena hama

Sampel
Tanggal pengamatan
15 november 2019
1 2 3 4

Tidak
Terserang 66 25 42 38
Tinggi hama
Tanaman
Terserang
Hama 46 23 32 26
Penyakit
Tidak
Terserang 10 3 6 5
hama
Lebar daun
Terserang
Hama 5 3 6 4
Penyakit
Tidak
Terserang 11 4 10 8
Jumlah hama
daun Terserang
Hama 11 4 8 5
Penyakit
Tidak
Terserang 57 29 47 51
Panjang hama
daun Terserang
Hama 55 26 55 47
Penyakit
33

Berdasarkan tabel 7. Dapat di simpulkan bahwa jagung pada sampel 1

tinggi tanaman jagung yang tidak terserang hama yaitu 66 cm dan jagung yang

terserang hama yaitu 46 cm, lebar daun jagung yang tidak terserang hama 10 cm

dan jagung yang terserang hama 5 cm, dan jagung yang tudak terserang hama

memiliki jumlah daun 11 dan sama dengan jagung yang terena hama penyakit.

Panjang daun yang terserang hama 55cm dan daun yang tidak terserang hama 57

cm. Itu menunjukan bahwa hama sangat menggangu pada pertumbuhan jagung.

Tabel 8. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang

terkena hama dan yang tidak terkena hama

Sampel
Tanggal pengamatan
20 november 2019
1 2 3 4

Tidak
Terserang 72 62 59 29
Tinggi
hama
Tanaman
(cm) Terserang
Hama 62 21 46 25
Penyakit
Tidak
Terserang 10 3 6 5
Lebar daun hama
(cm) Terserang
Hama 7 3 6 4
Penyakit
Tidak
Terserang 11 4 10 8
Jumlah hama
daun Terserang
Hama 11 4 8 5
Penyakit
Panjang Tidak 78 26 68 50
daun(cm) Terserang
hama
34

Terserang
Hama 67 24 59 36
Penyakit

Berdasarkan dari tabel 8. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang tertinggi terdapat

pada tanaman yang tidak terkena hama, yaitu memiliki ketinggian 72 cm dan

memiliki panjang daun 24 cm. Tetapi berbeda nyata terhadap tanaman yang

terkena hama, selanjutnya laju pertumbuhan terendah terdapat tanaman yang

kurang perlakuan, pada tanaman terendah yaitu 21 dan panjang daun terpendek 24

cm.

Tabel 9. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang


terkena hama dan yang tidak terkena hama

Tanggal pengamatan Sampel

22 november 2019 1 2 3 4

Tidak
Terserang 84 60 38 13
Tinggi hama
Tanaman
Terserang
Hama 62 47 37 2
Penyakit
Tidak
Terserang 11 7 6 3
hama
Lebar daun
Terserang
Hama 9 6 4.5 2
Penyakit
Jumlah Tidak 11 12 8 9
daun Terserang
hama
35

Terserang
Hama 10 10 7 2
Penyakit
Tidak
Terserang 73 70 50 25
Panjang hama
daun Terserang
Hama 64 42 34 24
Penyakit

Berdasarkan dari tabel 9. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tanaman jagung yang tertinggi terdapat

pada tanaman yang tidak terkena hama, yaitu memiliki ketinggian 84 cm dan

memiliki panjang daun 73 cm. Tetapi berbeda nyata terhadap tanaman yang

terkena hama, selanjutnya laju pertumbuhan terendah terdapat tanaman yang

kurang perlakuan, pada tanaman terendah yaitu 3 dan panjang daun terpendek 26

cm.

Hama jagung menyerang seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung, baik

vegetatif maupun generatif. Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung

adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis),

penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), pemakan daun (Spodoptera litura),

kutu daun (Aphis sp) dan belalang (Locusta sp.). Hama - hama ini memberikan

kontribusi dalam kehilangan hasil tanaman jagung. Ketersediaan tehnologi

penanganan hama ini telah banyak dilakukan baik oleh Balai Penelitian Tanaman

Seralia maupun lembaga-lembaga lain. Tehnologi penanganannya dapat berupa

pemanfaatan agen hayati, pola tanam, kultur tehnis, varietas resisten, mekanis, dan

kimiawi (Adnan, 2009).


36

E. Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau

Hasil pengamatan Praktikum Pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan

kacang dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau (cm/helai).

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Arah

HST Perlakuan Tumbuh


1 2 3 1 2 3
300 16 16 17 2 2 2 Mencari

4 600 10 13 11 2 2 2 cahaya
900 8 5 - 2 2 -
matahari

Berdasarkan dari tabel 10. Dilakukan dengan cara membuat lubang pada

kotak makanan dengan ukuaran 30º, 60º, 90º, pertumbuhan relatif tanaman kacang

hijau dilakukan pada 2 hari dalam 1 minggu, sampai tinggi tanaman melebihi 15

cm. Setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa pengaruh interaksi cahaya

terhadap pertumbuhan kacang hijau sangat berpengaruh nyata. menunjukkan

dimana laju pertumbuhan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau

yang tertinggi terdapat pada tanaman yang terkena cahaya matahari pada sampel 3

dengan perlakuan 300, yaitu memiliki ketinggian 17 cm dan memiliki 2 helai

daun. Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju

pertumbuhan terendah terdapat tanaman yang kurang cahaya, pada tanaman

terendah yaitu 5 cm dan 2 helai daun.


37

Tabel 11. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau (cm/helai).

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Arah

HST Perlakuan Tumbuh


1 2 3 1 2 3
300 12 13 19 2 2 2 Mencari

6 600 9.5 11 8 2 2 2 cahaya


900 12 10 - 2 2 -
matahari

Berdasarkan dari tabel 11. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau yang tertinggi terdapat pada

tanaman yang terkena cahaya matahari pada sampel 3 dengan perlakuan 300, yaitu

memiliki ketinggian 19 cm dan memiliki 2 helai daun. Tetapi berbeda nyata

terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju pertumbuhan terendah terdapat pada

tanaman yang terkena cahaya, tanaman terendah yaitu 8 cm dan 2 helai daun.

Tabel 12. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau (cm/helai).

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Arah

HST Perlakuan Tumbuh


1 2 3 1 2 3
300 16 16 19.5 2 3 3 Mencari

7 600 10 13 11 2 2 2 cahaya
900 14 11 - 2 2 -
matahari

Berdasarkan dari tabel 12. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau yang tertinggi terdapat pada

perlakuan 300 pada sampel 3, yaitu memiliki ketinggian 19 cm dan memiliki 2

helai daun. Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju

pertumbuhan terendah terdapat pada tanaman yang terkena cahaya, tanaman

terendah yaitu 8 cm dan 2 helai daun.


38
39

Tabel 13. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau (cm/helai).

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Arah

HST Perlakuan Tumbuh


1 2 3 1 2 3
300 16 17 20 2 3 3 Mencari

9 600 10 13 11 2 2 3 cahaya
900 15 11,5 - 2 2 -
matahari

Berdasarkan dari tabel 13. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau yang tertinggi terdapat pada

perlakuan 300 pada sampel 3, yaitu memiliki ketinggian 20 cm dan memiliki 3

helai daun. Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju

pertumbuhan terendah terdapat pada tanaman yang terkena cahaya, tanaman

terendah yaitu 10 cm dan 2 helai daun.

Tabel 14. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau (cm/helai).

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Arah

HST Perlakuan Tumbuh


1 2 3 1 2 3
300 16,5 17 21 2 3 4 Mencari

11 600 11 13,5 12 2 2 4 cahaya


900 16 12 - 2 2 -
matahari

Berdasarkan dari tabel 14. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau yang tertinggi terdapat pada

perlakuan 300 pada sampel 3, yaitu memiliki ketinggian 21 cm dan memiliki 4

helai daun. Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju

pertumbuhan terendah terdapat pada tanaman yang terkena cahaya, tanaman

terendah yaitu 11 cm dan 2 helai daun.


40

Tabel 15. pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau (cm/helai).

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Arah

HST Perlakuan Tumbuh


1 2 3 1 2 3
0
30 17 18 21,5 2 3 4 Mencari

13 600 12 14 13 2 2 4 cahaya
900 17 12,5 - 2 2 -
matahari

Berdasarkan dari tabel 15. menunjukkan dimana laju pertumbuhan

pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau yang tertinggi terdapat pada

perlakuan 300 pada sampel 3, yaitu memiliki ketinggian 21,5 cm dan memiliki 4

helai daun. Tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya, selanjutnya laju

pertumbuhan terendah terdapat pada tanaman yang terkena cahaya, tanaman

terendah yaitu 12 cm dan 2 helai daun.

(A) (B) (C)

Gambar 3. Perbedaan tumbuh tanaman (a).300, (b).600 dan (c).900


Dari pernyataan diatas didapat perbedaan dari reaksi terang dan reaksi

gelap. Untuk reaksi terang calon daun dan batang tumbuh dengan subur, hanya

saja pertumbuhan batang kurang tinggi namun daun dan batang tumbuh dengan

subur.
41

·         Untuk reaksi gelap calon daun dan batang tumbuh tidak sempurna, tetapi

pertumbuhan batang menjulang tinggi, daun kuning dan batang pucat. (Tini 2015)

ciri-ciri yang dapat menandakan bahwa suatu tanaman mengalami etiolasi

diantaranya yaitu : 1. Batang tanaman terlihat lebih panjang akibat kandungan air

yang melimpah dalam tanaman tersebut, akan tetapi batang tersebut tidak kokoh

“batang terlihat kurus”, 2. Tanaman terlihat lemah dan berwarna pucat. 3.

Memiliki daun yang kecil-kecil, tipis dan berwarna pucat, kondisi ini dikarenakan

kandungan klorofil yang terlalu sedikit. 4. Memiliki akar yang kurang lebat.

(setiawan, 2019).

 Dari pengamatan diatas dapat diketahui bahwa sinar matahari sangat

dibutuhkan dalam berlangsungnua persemaian. Untuk biji dalam reaksi terang

daun dan batang tumbuh dengan subur karena bias melakukan

fotosintesis,tumbuhan terang ini akan memperoleh nutrisi dari melakukan

fotosistesissehingga daun dan batangnya subur, namun batangnya tidak terlalu

tinggi karena hormone auksin  terhambat pertumbuhannya. Berbeda dengan reaksi

gelap, perkecambahan yang tumbuh di reaksi gelap ini tidak subur, daunnya

menguning dan batangnya pucat, karena tidak bias melakukan fotosintesis

sehingga nutrisi hanya berasal dari kotiledon. Maka tak heran jika pada reaksi

gelap ini banyak sekali atau ada yang membusuk dan pertumbuhannya tidak baik

karena kehabisan nutrisi yang terkandung di kotiledon. Namun dalam reaksi gelap

ini batang menjulang tinggi karena aktifitas hormone auksin ekaligus giberelain

yang terkandung dalam kotiledon. Biji dapat tumbuh menjadi keecambah karena

sama-sama berasal dari nutrisi kotiledon, yang membedakan untuk pertubuhan

selanjutnya adalah reaksi yang berdasarkan intensitas penyinarannya. Reaksi


42

terang dapat berfotositesis sedang yang gelap sulit untuk fotosintesis.

( Zhamal.2008)

Perkecambahan tumbuh karena mulanya ada air yang masuk ke hilum

memalui mikrofil (IMBIBISI) , kemudian air merangsang embrio kemudian

embrio aktif menghasilkan hormone giberelin yang berpengaruh pada

pemanjangan perkecambahan dan pembelahan.Sedangkan untuk mendapatkan

nutrisi, enzim giberelin memacu aleuron untuk mensintesis dan melepaskan enzim

yang serupa dengan maltase, amylase dan pemecah protein. Dengan enzin itu

makanutrisi dihasilkan. .( Zhamal.2008)

F.Uji Laju Transpirasi Pada Tanaman

Hasil pengamatan praktikum uji laju transpirasi pada tanaman rambutan,

dilakukan dengan cara memotong batang tanaman beserta daunnya dengan syarat

batang tersebut tidak terluka, lalu mengambil alat klem statik, dan selang

sepanjang 60 cm dengan diameter ¾ sambungkan dengan pipet volume besar

rekatkan menggunakan isolasi. Setelah dilakukan penelitian menunjukkan bahwa

uji laju transpirasi pada tanaman rambutan sangat berpengaruh nyata. Laju

transpirasi pada tumbuhan rambutan dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Laju transpirasi pada tanaman Nangka

No Waktu Laju Transpirasi Tanaman Nangka


1 10:00 Air penuh 50 ml
2 11:00 Air berkurang sebanyak 4 ml, air

ditabung reaksi diangka 4 ml


3 12:00 Air berkurang sebanyak 5 ml, air

ditabung reaksi diangka 9 ml


4 13:00 Air berkurang sebanyak 3 ml, air

ditabung reaksi diangka 12 ml


5 14:00 Air berkurang sebanyak 4 ml, air
43

ditabung reaksi diangka 16 ml


6 15:00 Air berkurang sebanyak 5 ml, air

ditabung reaksi diangka 21 ml


7 16:00 Air berkurang sebanyak 3 ml, air

ditabung reaksi diangka 24 ml


Rata-Rata Laju Transpirasi 4 ml

Berdasarkan dari tabel 16. menunjukkan dimana laju transpirasi pada

tanaman nangka, laju transpirasi yang tertinggi terdapat pada jam 14:00-15:00

yaitu berkurang sebanyak 5 ml yang mendapat sinar matahari yang berlebih karna

suhu lebih tinggi dari pada jam sebelumnya.

Gambar 4. Foto Tranfirasi jam 14.00 dan 15.00

 Kegiatan transpirasi secara langsung oleh tanaman dipandang lansung

sebagai pertukan karbon dan dalam hal ini transpirasi sangat penting untuk

pertumbuhan tanaman yang sedaang tumbuh menentukan banyak air jauh lebih

banyak daripada jumlah terhadap tanaman itu sendiri kecepatan hilangnya air

tergantung sebagian besar  pada  suhu kelembapan relatif  dengan gerakan

udara. Pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama oleh xylem

dan secepatnya mempengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Transpirasi pada

hakikatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak


44

digunakan pada makhluk hidup. Sebenarnya seluruh  bagian tanaman mengadakan

transpirasi karena dengan adanya transpirasi terjadi  hilangnya molekul sebagian

besar adalah  lewat daun hal ini disebabkan luasnya permukaan daun  dan karena

daun-daun itu lebih terkena udara dari pada bagian lain dari  suatu

tanaman (Lakitan, 2007).

  Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain: Faktor-faktor

internal yang mempengaruhi  mekanisme membuka dan menutupnya stomata,

Kelembaban udara sekitar, Suhu udara, Suhu daun tanaman (Guritno, 1995).
45

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Difusi dan osmosis adalah perpindahan molekul atau ion tanpa

menggunakan energi sel.. Hasil dari difusi adalah konsentrasi yang sama antara

larutan tersebut dinamakan isotonis.Molekul-molekul yang bersifat hidrofobik

dapat bergerak dengan mudah melalui membran daripada molekul-molekul

hidrofolik. Morfologi biji sebelum dan sesudah perendaman dalam gerakan

partikel mengalami perubahan tekstur dan warna, sedangkan untuk berat biji

sebelum dan setelah perendaman mengalami perubahan.. Fotosintesis memerlukan

sinar matahari untuk memperoleh hasil yang sempurna. Dalam peristiwa

fotosintesis ini terjadi pengurangan atau penyusutan air pada daun  sehingga

mengalami perubahan berat pada daun.   Fotoperiodisme dapat kita simpulkan

bahwa tumbuhan mengalami pembesaran fotosiontesis terhadap tumbuhan itu

sendiri dalam satu hari.dan adanya respon tanaman terhadap matahari(cahaya).

Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung kepada jenis tumbuhannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain: Faktor-faktor

internal yang mempengaruhi  mekanisme membuka dan menutupnya stomata,

Kelembaban udara sekitar, Suhu udara, Suhu daun tanaman.

B. Saran

menambahkan lagi wawasan yang lebih terhadap mahasiswa tentang alat-

alat praktikum, bahan-bahan serta bagaimana langkah-langkah percobaan

praktikum, sehingga mahasiswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang

bermanfaat.
46

DAFTAR PUSTAKA

Adnan,2009.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57033/Chapte
r%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Ayers, R.S. & Westcot, D.W. 1976. Water Quality for Agriculture. Rome: Food
and Agriculture of Organization of The United Nation.

Benyamin Lakita.2003. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Dwidjoseputro.D, 2002 . Pengantar Fisologi Tumbuhan. Gramedia


Pustaka.jakarta.

Campbell et al., 2000: 366. Perkecambahan dan Pertumbuhan.


http://digilib.unila.ac.id/4140/15/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 15
desember 2019.

Firman, 2015. http://firmanfaperta.blogspot.com/2015/05/laporan-pratikum-


fisiologi-tumbuhan.html

Gardner,dkk, 1991 dalam bayati, I. 2011. Fotoperiodisme dan vernalisasi.


http://pulmonarisbiologi.blogspot.com/2017/02/makalah-fotoperiodisme-
tumbuhan.html. Diakses tanggal 15 desember 2019.

Katerji et. al. 2003. “Effect  of Salinity on emergence and on Water Stress and
Early Seedling Growth of Sunflower and Maize”. [serial on
line]. http://dx.doi.org/10.1016/0378-3774(94)90026-4

Kozlowski, 1972. Perkecambahan dan Pertumbuhan.


http://digilib.unila.ac.id/4140/15/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 15
desember 2019.

Liu D. I., Y. Yang., J. Mo., and B. J. Scott. 2011. Simulation of Maintenance


Respiration in Wheat (Triticum aestivum L). Agricultural Science. 7(6) :
777-784.

Lakitan Benyamin. 2013. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali


Press.

Luqman,2012http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/10/ruang-lingkup-
fisiologi-tumbuhan.html

Materechera S.A. 2011. “Soil Salinity in Irrigated fields used for urban agriculture
under a semi-arid environment of South Africa”. African Journal of Agricultural
Research Vol. 6(16), pp. 3747-3754,  18 August, 2011

Rabinowitch & Kamenetsky 2002. klasifikasi tanaman berdasarkan responnya


terhadapfotoperiode.Bogor.https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/1234
56789/63106/5/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf. Diakses tanggal
15 desember 2019.
47

Roiyana M., M. Izzatti., E. Prihastanti. 2012. Potensi dan Efisiensi Senyawa


Hidrololoid Nabati Sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. Buletin
Anatomi dan Fisiologi. 20(2) : 40-50.

Shaban M. 2013. Review on Physiological Aspects of Seed Deterioration. IJACS.


6(11) : 627-631.

Salisbury. F. B. Ross C. W. 1992. Plant Physology.Fourth Edition. Wadsworth


Publishing Company. Belmont – California.

Siska, 2013 https://www.slideshare.net/siskakpurba/sejarah-perkembangan-


fisiologi

Prawiranata.w, ddk. 1991. Fotopriodisme, Dasar Dasar Fuisiologi Tumbuhan Jilid


III Departemen Botani Fakultas Peranian Institut Pertanian Bogor.
Bandung.

Pranata. W. ddk. 2001. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan  Jilit I,II Dep. Botani
Fak. Pertanian IPB.

Yuliani, 2018. https://vi-learn.unesa.ac.id/matkul/2061/fisiologi-tumbuhan

Zhamal, 2008. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Biji Kacang Hijau.


http://catatanzhamal.blogspot.com/
48

Lampiran 1. Jadwal Praktikum LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

Bulan / Tahun
N
Jadwal Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
Januari
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Imbibisi
2. Fotosintesis
Imbibisi, Difusi
3.
dan Osmosis
a. Pengamatan
hari ketiga
b. Pengamatan
hari kelima
c. Pengamatan
hari ketujuh
Fotosintesis
4. Terserang / Tidak
Terserang Hama
a. Pengamatan
hari ketiga
b. Pengamatan
hari kelima
c. Pengamatan
hari ketujuh
5. Fotoperiodisme
a. Pengamatan
hari ketiga
b. Pengamatan
hari kelima
c. Pengamatan
hari ketujuh
6. Transpirasi
49

Lampiran 2. Dokumentasi praktikum

Gambar 1. Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis pada pagi hari
dan sore hari

Gambar 2. Pengaruh cahaya terhadap besarnya hasil fotosintesis

Gambar 3. Benih yang digunakan pada praktikum III

Gambar 4. Foto pengukuran jagung yang terkena hama dan tidak


terkena hama
50

Gambar 5. Foto respon biji terhadap konsentrasi garam dan lama perendaman

Gambar 6. Foto pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kacang hijau

Gambar 7. Fotoperiodisme

Gambar 8. Foto tanaman 300, 600


51

Lampiran 3. Biodata Penulis


Ardian Nugraha, Dilahirkan di Kabupaten

Rokan Hilir tepatnya di desa Inti Raya Kecamatan

Simpang Kanan tanggal 11 Agustus 2002. Anak

ketiga dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak

Siswanto dan Ibu Laila Hafni. Panulis

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di SDN

002 Inti Raya di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir pada tahun

pada tahun 2012. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan Pendidikan di SMP

Negeri 1 Simpang Kanan di Kecamatan Simpang Kanan Kabupaten Rokan Hilir

dan tamat pada tahun 2015. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Simpang Kanan pada tahun 2016 dan seslesai pada tahun 2018.

Pada tahun 2018 Penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri,

tepatnya di Universitas Islam Riau (UIR) Fakultas Pertanian pada Program Studi

Agroteknologi (S1).

Anda mungkin juga menyukai