3B KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2018-2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusun makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian.................................................................................................................................5
1. Etiologi.......................................................................................................................................7
2. Proses penyakit..........................................................................................................................7
3. Efusi pleura mengakibatkan.......................................................................................................8
4. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................8
B. Patofisiologi Efusi Pleura..........................................................................................................13
C. Peta perjalanan efusi pleura (pathway)...................................................................................14
D. Kerangka Teori.........................................................................................................................15
E. Penatalaksanaan Penunjang....................................................................................................15
F. Penatalaksanaan medis...........................................................................................................17
Daftar pustaka.................................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga
pleural, antara lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001). Efusi pleura adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral
dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura
berlebihan dalam rongga pleura sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan
hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi (proses peradangan yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura). Penyebab efusi pleura
eksudatif yang paling sering adalah kuman M.Tb. Efusi pleura TB terjadi lebih dari
30% penderita TB dan merupakan penyebab terbesar morbiditi akibat TB Ekstra
Paru.2 Diagnosis Efusi pleura TB ditegakkan dengan ditemukannya kuman M.Tb
dalam cairan pleura.
5
komplikasi penyakit. Analisis cairan pleura meliputi tes makroskopik, kimia dan
mikroskopik. Analisis cairan pleura cukup murah dan mudah dikerjakan, namun
memiliki beberapa keterbatasan diantaranya hasil rivalta positif dapat disebabkan oleh
sebab lain
1. Neutrofil
2. Eosinofil
3. Limfosit
4. Monosit
5. Makrofa
6. Sel plasma dan mesotel.
Bila leukosit polimorfonuklear yang banyak dapat diduga adanya infeksi non
tuberkulosis, sedang limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada tuberculosis dan
infeksi kronik. Eosinofil dapat ditemukan pada penyakit alergi seperti asthma dan
penyakit parasit, pneumonia yang akan sembuh, pneumothorax, infark pulmonum dan
limfoma. Leukosit muda dapat ditemukan pada leukemia, leukosit dan eritrosit muda
dapat ditemukan pada hemopoesis ekstrameduler. 3,4,5 Identifikasi M.Tb dengan
teknik PCR digunakan untuk menentukan Deoxyribo Nukleat Acid (DNA) M.Tb pada
cairan pleura, dapat dilakukan dengan cepat dan tidak memerlukan kuman dalam
jumlah banyak.
Penelitian lain juga melaporkan pemeriksaan PCR efusi pleura TB memiliki
sensitivitas 90% dan spesifisitas 100%.6,7 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
untuk membuktikan kemampuan tes PCR dalam mengidentifikasi M.Tb di cairan
pleura serta bagaimana hubungan tes PCR dengan hasil tes pewarnaan MGG cairan
pleura pada penderita Efusi pleura
6
1. Etiologi
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:
Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Efusi pleura dapat terjadi karena terjadinya inflamasi oleh bakteri atau tumor yang
mengenai permukaann pleural juga dapat terjadi karena ketidak seimbangan
tekanan hidrostatik dan osmotic.
2. Proses penyakit
a. Tekanan Hidrostatik
b. Cairan masuk
c. Cairan tertimbun dalalm jaringan / Ruangan
d. Kongesti jantung (transudat)
7
e. Abses paru / kangker paru/TB paru /Penumonia dll (elsudat)
Tes PCR yang dilakukan pada 75 sampel penelitian, hasil diperoleh 44 sampel
(58.7%) positif dan 31 sampel (41.3%) negatif. Hasil Tes Rivalta positif sebanyak 62
8
dan tes Rivalta negatif sebanyak 13 dari keseluruhan sampel penelitian. Hasil tes
PCR dan Rivalta dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3
Pada pewarnaan MGG cairan pleura pada penelitian ini hanya dapat
membedakan dua golongan jenis sel yaitu golongan yang berinti satu (MN) dan
golongan sel polinuklear (PMN). Rerata persentase sel MN pada pasien efusi pleura
dengan PCR (+) adalah 66,64, sedangkan pada pasien dengan PCR (-) adalah 55,65
dengan p = 0,261. Pada PCR (+), rerata PMN adalah 15,61 dan pada PCR (-) 21,77
dengan p = 0,116., seperti yang terlihat pada tabel 4.
Tingginya insiden efusi pleura, khususnya efusi pleura eksudat sebagian besar
disebabkan oleh infeksi TB dan keganasan khususnya tumor paru. Identifikasi M.Tb
dalam cairan pleura dibuat berdasarkan identifikasi keberadaan basil tuberkuli di
dalam sputum, cairan pleura, spesimen biopsi pleura, atau dengan kehadiran
granuloma pada pemeriksaan histopatologi.
Hasil tes PCR positif TB pada penelitian ini, telah menunjukkan bahwa
identifikasi M.Tb di cairan pleura dapat dilakukan dengan tes PCR, selain tes BTA
dan kultur cairan pleura, khususnya pada penderita efusi pleura yang tidak disertai
gejala infeksi TB dan penderita efusi pleura akibat keganasan. Tes PCR memiliki
kelebihan antara lain :
1. Mempunyai daya lacak (detektibilitas tinggi) yang tinggi. Secara teoritis jika ada satu
basil Mycobcaterium tuberkulosis di dalam spesimen yang diperiksa sudah dapat
memberikan hasil positif
2. Waktu pemeriksaan PCR yang relatif singkat
3. Nilai diagnostiknya tergolong tinggi terutama bila spesimen berasal dari rongga tubuh
tertutup, misalnya cairan otak, cairan pleura dan cairan peritoneum
4. Dapat dipakai menentukan resistensi obat. Kelemahan tes PCR antara lain :
a. Tidak dapat membedakan kuman hidup atau mati sehingga tidak dapat dipakai
untuk memantau pengobatan TB
10
b. Keandalan tes PCR tergantung dari target DNA atau primer yang dipakai dan hal
ini tergantung dari stabilitas genetiknya
c. Kurang praktis karena membutuhkan sarana dan reagen khusus. (SPM, 2004) Tes
Rivalta merupakan pemeriksaan konvensional yang masih sering dilakukan
hingga saat ini untuk membedakan efusi pleura transudat (tes Rivalta negatif) dan
eksudat (tes Rivalta positif). Interpretasi dari tes Rivalta dilakukan dengan menilai
ada tidaknya kekeruhan setelah cairan efusi pleura diteteskan pada cairan aquades
yang mengandung asam acetat glasial. (Gandasoebrata, 2008). Hasil tes Rivalta
yang positif pada penelitian ini sebanyak 62 sampel,
Sedangkan tes Rivalta yang negatif sejumlah 13 sampel. Tes Rivalta yang
positif ditemukan pada 46.7% tes PCR positif dan 36% tes PCR negatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan kelemahan tes Rivalta dalam membedakan cairan
eksudat yang disebabkan oleh infeksi TB dan non TB. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa tes rivalta positif dapat disebabkan oleh karena proses
inflamasi dan perubahan permeabilitas membran pada permukaan pleura, yang
antara lain dapat disebabkan oleh infeksi TB paru dan proses keganasan paru.
(Hardjoeno H, Fitriani M., 2007) Pada pewarnaan MGG cairan pleura pada
penelitian ini hanya dapat membedakan dua golongan jenis sel yaitu golongan
yang berinti satu (MN) dan golongan sel polinuklear (PMN).
Pada PCR positif, rerata PMN lebih rendah ( 15,61) dibandingkan rerata
PMN pada pasien efusi pleura dengan PCR negatif ( 21,77) meskipun secara
statistik perbedaan ini juga tidak bermakna (p=0,116). Hal ini dimungkinkan
karena pada penelitian ini tidak dibedakan antara kasus yang akut ataupun yang
kronik. Kepustakaan menyebutkan bahwa pada hitung jenis leukosit, dengan
11
pewarnaan May Grunwald Giemsa (MGG) , sel yang dapat dijumpai antara lain :
neutrofil, eosinofil, limfosit, monosit, makrofag, sel plasma dan mesotel. Bila
leukosit polimorfonuklear yang banyak dapat diduga adanya infeksi akut, sedang
limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada infeksi kronik. Eosinofil dapat
ditemukan pada penyakit alergi seperti asthma.
12
C. Peta perjalanan efusi pleura (pathway)
13
D. Kerangka Teori
14
AGENT :
BAKTERI, VIRUS,JAMUR, DAN
PROTOZOA
E. Penatalaksanaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskopakan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan
pemeriksaan berikut:
15
e. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
f. Analisa cairan pleura
Diindikasikan untuk mengetahui apakah apakah jenis cairan efusi efusi pleura
apakah eksudat atau transudat.
g. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.
h. Pemerikasaan Laboratorium seperti:
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri
Pewarnaan Gram,basil tahan asam(utuk tuberkolusis)
Hitung sel darah meram dan putih, dan
Pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase [LDH],
Protein), Analisis sitologi utuk sel Malignan dan pH.
F. Penatalaksanaan medis
Kriteria diagnosa :
a. Inspeksi : Tertinggal waktu respirasi, Intercosta menonjol, Costa Asimetris.
b. Palpasi : Fremitus menurun / negative
16
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : Suara nafas menurun, egofoni.
e. Dispnea, nafas sesak, rasa berat pada dada tang sakit.
f. Senang tidur pada arah yang sakit
g. Batuk.
Pemeriksaan penunjang :
a. Rongent toraks
b. Biopsy pleura
c. Analisa cairan pleura
Terapi :
a. Thorakosintesis (pengeluaran cairan pleura)
b. Terapi sesuai penyakit dasar
A. Penatalaksanaan perawat
Rencana keperawatan :
1) Kaji status pernafasan klien
2) Kaji penyebab ketidak efektifan pernafasan
3) Auskultasi bidang paru dan observasi pernafasan klien
4) Monitor hal-hal yang berhubungan dengan pernafasan : saturasi,oksigen, AGD.
5) Monitor tingkat kesadaran dan status mental
6) Monitor perubahan warna kulit, membran mukosa, warna kuku (adanya sianosis).
7) Kurangi pengaruh negative seperti kecemasan dan keletihan.
8) Latih nafas perlahan dan lebih efektif.
9) Beri periode istirahat, setelah latihan dan aktifitas.
10) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, tindakan dan pemeriksaan
Daftar pustaka
https://aprilianurhakiki208.blogspot.com/2016/01/asuhan-keperawtan-pada-pasien-
efusi.html
https://dokumenperawat.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-efusi-pleura.html
https://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2015/01/patofisiologi-dan-pathway-
efusi-pleura.html
17
http://scholar.unand.ac.id/12143/5/Tugas%20akhir%20ilmiah%20utuh.pdf
https://psikoplasma.wordpress.com/2016/07/04/analisis-cairan-pleura-dan-
interpretasinya/
file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8wekyb
3d8bbwe/TempState/Downloads/5778-14046-1-PB%20(2).pdf
file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8wekyb
3d8bbwe/TempState/Downloads/5778-14046-1-PB%20(4).pdf
18