Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG ILMU KEPERAWATAN

EPIDEMIOLOGI DAN DEMOGRAFI ( EFUSI PLEURA )

3B KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

ANISSA JUWITA OKTAVIA 17.156.01.11. 047

STIKes MEDISTRA INDONESIA

BEKASI, JAWA BARAT

TAHUN 2018-2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusun makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bekasi, 05 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian.................................................................................................................................5
1. Etiologi.......................................................................................................................................7
2. Proses penyakit..........................................................................................................................7
3. Efusi pleura mengakibatkan.......................................................................................................8
4. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................8
B. Patofisiologi Efusi Pleura..........................................................................................................13
C. Peta perjalanan efusi pleura (pathway)...................................................................................14
D. Kerangka Teori.........................................................................................................................15
E. Penatalaksanaan Penunjang....................................................................................................15
F. Penatalaksanaan medis...........................................................................................................17
Daftar pustaka.................................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga
pleural, antara lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001). Efusi pleura adalah
pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral
dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi


problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di
negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000
orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi
Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi
tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini sebagai makalah
kami.

Peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan terutama dalam


bentuk promotive, prefentif, kuratif dan rehabilitative untuk mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia, pneumothorak, gagal nafas, dan kolaps
paru sampai dengan kematian. Peran perawat secara promotive misalnya memberikan
penjelasan dan informasi tentang penyakit efusi pleura, preferatif misalnya
mengurangi meroko dan mengurangi minuman beralkohol, kuratif misalnya dilakukan
pengobatan ke rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD bila diperlukan,
rehabilitative misalnya melakukan pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit
atau tenaga kesehatan.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura
berlebihan dalam rongga pleura sebagai akibat transudasi (perubahan tekanan
hidrostatik dan onkotik) dan eksudasi (proses peradangan yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura). Penyebab efusi pleura
eksudatif yang paling sering adalah kuman M.Tb. Efusi pleura TB terjadi lebih dari
30% penderita TB dan merupakan penyebab terbesar morbiditi akibat TB Ekstra
Paru.2 Diagnosis Efusi pleura TB ditegakkan dengan ditemukannya kuman M.Tb
dalam cairan pleura.

Metode laboratorium yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi M. Tb dalam


cairan pleura antara lain tes analisis cairan pleura, pewarnaan Ziehl-Neelsen, dan
kultur. Keberhasilan identifikasi M.Tb dalam cairan pleura sangat tergantung pada
jumlah kuman dalam cairan pleura. Deteksi M.Tb dalam cairan pleura melalui
pewarnaan Ziehl-Neelsen memiliki sensitivitas rendah dan tidak dapat membedakan
berbagai anggota genus mycobacterium. Disisi lain, kultur laboratorium M.Tb cukup
sensitif, tapi membutuhkan waktu 38 minggu untuk tumbuh. Hal ini mengakibatkan
penundaan diagnosis Efusi pleura TB yang mungkin menyebabkan penyebaran
penyakit lebih lanjut. Kunci utama dalam penanganan kasus TB adalah menemukan
kasus TB sedini mungkin, namun dengan teknik yang digunakan saat ini tampaknya
masih kurang memadai dalam melakukan hal tersebut.

Teknik amplifikasi asam nukleat seperti Polymerase Chain Reaction (PCR)


memberikan harapan baru dalam identifikasi kasus TB. Teknik ini dapat membantu
diagnosis TB hanya dalam hitungan jam dengan tingkat sensitivitas dan spesifitas
yang tinggi. Metode pemeriksaan cairan pleura lainnya dengan pewarnaan May
Grunwald-Giemsa (MGG) cukup menjanjikan dalam membantu diagnosis Efusi
pleura TB melalui hitung jumlah dan jenis sel PMN maupun limfosit.

Analisis cairan pleura adalah pemeriksaan terhadap spesimen cairan yang


terdapat dalam rongga pleura sebagai petunjuk penyebab penimbunan cairan,
menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan dan

5
komplikasi penyakit. Analisis cairan pleura meliputi tes makroskopik, kimia dan
mikroskopik. Analisis cairan pleura cukup murah dan mudah dikerjakan, namun
memiliki beberapa keterbatasan diantaranya hasil rivalta positif dapat disebabkan oleh
sebab lain

Selain infeksi tuberculosis misalnya haemoptu, pneumoni, tumor dan infark


paru.3 Tes mikroskopik pada cairan pleura antara lain adalah untuk melihat morfologi
dan hitung jenis sel, dimana pada pemeriksaan rutin biasanya hanya membedakan dua
golongan jenis sel yaitu golongan yang berinti satu yang digolongkan dengan nama
“limfosit” dan golongan sel polinuklear atau “segment”. Pada hitung jenis leukosit,
dengan pewarnaan May Grunwald Giemsa (MGG) , sel yang dapat dijumpai antara
lain

1. Neutrofil
2. Eosinofil
3. Limfosit
4. Monosit
5. Makrofa
6. Sel plasma dan mesotel.
Bila leukosit polimorfonuklear yang banyak dapat diduga adanya infeksi non
tuberkulosis, sedang limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada tuberculosis dan
infeksi kronik. Eosinofil dapat ditemukan pada penyakit alergi seperti asthma dan
penyakit parasit, pneumonia yang akan sembuh, pneumothorax, infark pulmonum dan
limfoma. Leukosit muda dapat ditemukan pada leukemia, leukosit dan eritrosit muda
dapat ditemukan pada hemopoesis ekstrameduler. 3,4,5 Identifikasi M.Tb dengan
teknik PCR digunakan untuk menentukan Deoxyribo Nukleat Acid (DNA) M.Tb pada
cairan pleura, dapat dilakukan dengan cepat dan tidak memerlukan kuman dalam
jumlah banyak.
Penelitian lain juga melaporkan pemeriksaan PCR efusi pleura TB memiliki
sensitivitas 90% dan spesifisitas 100%.6,7 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
untuk membuktikan kemampuan tes PCR dalam mengidentifikasi M.Tb di cairan
pleura serta bagaimana hubungan tes PCR dengan hasil tes pewarnaan MGG cairan
pleura pada penderita Efusi pleura

6
1. Etiologi
Bisa terjadi 2 jenis efusi yang berbeda:

a. Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada


tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering
ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
b. Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang
seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru,kanker,tuberculosis dan infeksi
paru lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh
penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
1. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
a. Kadar protein darah yang rendah
b. Sirosis
c. Pneumonia
d. Abses dibawah diafragma
e. Artritis rematoid
f. Pankreatitis
g. Emboli paru
h. Tumor
i. Lupus eritematosus sistemik
j. Pembedahan jantung
k. Cedera di dada
l. Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).

Pemasanan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik.
Efusi pleura dapat terjadi karena terjadinya inflamasi oleh bakteri atau tumor yang
mengenai permukaann pleural juga dapat terjadi karena ketidak seimbangan
tekanan hidrostatik dan osmotic.

2. Proses penyakit
a. Tekanan Hidrostatik
b. Cairan masuk
c. Cairan tertimbun dalalm jaringan / Ruangan
d. Kongesti jantung (transudat)

7
e. Abses paru / kangker paru/TB paru /Penumonia dll (elsudat)

3. Efusi pleura mengakibatkan


a. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
b. Resiko terhadap Trauma/ penghentian nafas b.d pemasangan alat dari luar
c. Resti terhadap kerusakan ,pertukaran gas b.d Penurunan permukaan efektif
Paru

4. Tanda dan Gejala


Biasanya manifestasi klinisnya disebabkan oleh penyakit dasar:
a. Demam
b. Mengigil
c. Nyeri dada pleuritis
d. Dispnea
e. Batuk
f. Sesak nafas
g. Bunyi nafas minimal
 Hasil Sampel yang diperoleh sebanyak 75 sampel, yang terdiri dari 41 orang (54.7%)
lakilaki dan 34 orang (45.3%) perempuan. Penelitian terdiri dari empat kelompok
umur, yaitu kelompok umur 20-39 tahun, kelompok umur 4049 tahun, kelompok
umur 50-59 tahun dan kelompok umur ≥ 60 tahun. Kelompok umur terbanyak pada
penelitian ini adalah kelompok umur 40-49 tahun (30.7%). Karakteristik umum
variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 1

VARIABLE JUMLAH PRESENTASE (%)


Umur
(tahun)
20-39 19 25,3
40-49 23 30,7
50-59 14 18,7
≥60 19 25,3
Jenis kelamin
Laki-laki 41 54,7
Perempuan 34 45,3

Tes PCR yang dilakukan pada 75 sampel penelitian, hasil diperoleh 44 sampel
(58.7%) positif dan 31 sampel (41.3%) negatif. Hasil Tes Rivalta positif sebanyak 62

8
dan tes Rivalta negatif sebanyak 13 dari keseluruhan sampel penelitian. Hasil tes
PCR dan Rivalta dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3

Table 2. Hasil Tes PCR pada Penderita dengan Efusi Pleura

Tes Jumlah presentase


PCR Positive 44 58,7
PCR Negative 31 41,3

Tabel 3.Hasil Tes Rivalta Berdasarkan Hasil Tes PCR

Tes PCR Positif n (%) PCR Negatif n(%) Jumlah n(%)


Rivalta Positif 35 (46.7) 27 (36) 62 (82,7)

Rivalta Negatif 9 ( 12.) 4 (5.3) 13 (17,3)

44 (58.7) 31 (41.3) 75 (100)

Pada pewarnaan MGG cairan pleura pada penelitian ini hanya dapat
membedakan dua golongan jenis sel yaitu golongan yang berinti satu (MN) dan
golongan sel polinuklear (PMN). Rerata persentase sel MN pada pasien efusi pleura
dengan PCR (+) adalah 66,64, sedangkan pada pasien dengan PCR (-) adalah 55,65
dengan p = 0,261. Pada PCR (+), rerata PMN adalah 15,61 dan pada PCR (-) 21,77
dengan p = 0,116., seperti yang terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Analisis Tes PCR dengan Pewarnaan MGG

Variable N Mean Std. P*


Deviation
PCR positif 44 66,64 36,46 0,261
(+) 31 55,65 38,23
PCR Positif
(-)
PCR Positif 44 15,61 20,11 0,116
(+) 31 21,77 25,90
PCR Positif
(-) 9
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura
yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan.
Pleural TB (efusi pleura TB) terjadi pada 30% penderita TB paru dan merupakan
penyebab terbesar morbiditi akibat TB ekstra paru. Penderita dengan efusi pleura pada
penelitian ini, banyak ditemui pada kelompok umur 40-49 tahun (30.7%), serta lebih
banyak terjadi pada laki-laki (54.7%) dibandingkan perempuan (45.3%).

Tingginya insiden efusi pleura, khususnya efusi pleura eksudat sebagian besar
disebabkan oleh infeksi TB dan keganasan khususnya tumor paru. Identifikasi M.Tb
dalam cairan pleura dibuat berdasarkan identifikasi keberadaan basil tuberkuli di
dalam sputum, cairan pleura, spesimen biopsi pleura, atau dengan kehadiran
granuloma pada pemeriksaan histopatologi.

Namun demikian terdapat beberapa kesulitan dalam identifikasi M.Tb dalam


cairan pleura, mulai dari pengumpulan spesimen, metode deteksi dengan sensitivitas
yang rendah serta waktu yang lama menunggu hasil kultur. Identifikasi M. Tb di
cairan pleura dengan teknik PCR dapat dilakukan dengan cepat dan tidak memerlukan
kuman dalam jumlah banyak. Sebanyak 58.7% sampel pada penelitian ini yang
menunjukkan hasil tes PCR positif TB dan 41.3% sampel yang menunjukkan hasil tes
PCR negatif TB. .

Hasil tes PCR positif TB pada penelitian ini, telah menunjukkan bahwa
identifikasi M.Tb di cairan pleura dapat dilakukan dengan tes PCR, selain tes BTA
dan kultur cairan pleura, khususnya pada penderita efusi pleura yang tidak disertai
gejala infeksi TB dan penderita efusi pleura akibat keganasan. Tes PCR memiliki
kelebihan antara lain :

1. Mempunyai daya lacak (detektibilitas tinggi) yang tinggi. Secara teoritis jika ada satu
basil Mycobcaterium tuberkulosis di dalam spesimen yang diperiksa sudah dapat
memberikan hasil positif
2. Waktu pemeriksaan PCR yang relatif singkat
3. Nilai diagnostiknya tergolong tinggi terutama bila spesimen berasal dari rongga tubuh
tertutup, misalnya cairan otak, cairan pleura dan cairan peritoneum
4. Dapat dipakai menentukan resistensi obat. Kelemahan tes PCR antara lain :
a. Tidak dapat membedakan kuman hidup atau mati sehingga tidak dapat dipakai
untuk memantau pengobatan TB

10
b. Keandalan tes PCR tergantung dari target DNA atau primer yang dipakai dan hal
ini tergantung dari stabilitas genetiknya
c. Kurang praktis karena membutuhkan sarana dan reagen khusus. (SPM, 2004) Tes
Rivalta merupakan pemeriksaan konvensional yang masih sering dilakukan
hingga saat ini untuk membedakan efusi pleura transudat (tes Rivalta negatif) dan
eksudat (tes Rivalta positif). Interpretasi dari tes Rivalta dilakukan dengan menilai
ada tidaknya kekeruhan setelah cairan efusi pleura diteteskan pada cairan aquades
yang mengandung asam acetat glasial. (Gandasoebrata, 2008). Hasil tes Rivalta
yang positif pada penelitian ini sebanyak 62 sampel,

Sedangkan tes Rivalta yang negatif sejumlah 13 sampel. Tes Rivalta yang
positif ditemukan pada 46.7% tes PCR positif dan 36% tes PCR negatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan kelemahan tes Rivalta dalam membedakan cairan
eksudat yang disebabkan oleh infeksi TB dan non TB. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa tes rivalta positif dapat disebabkan oleh karena proses
inflamasi dan perubahan permeabilitas membran pada permukaan pleura, yang
antara lain dapat disebabkan oleh infeksi TB paru dan proses keganasan paru.
(Hardjoeno H, Fitriani M., 2007) Pada pewarnaan MGG cairan pleura pada
penelitian ini hanya dapat membedakan dua golongan jenis sel yaitu golongan
yang berinti satu (MN) dan golongan sel polinuklear (PMN).

MN (Mononuklear sel) terdiri dari limfosit dan monosit. Sedangkan


Polimorfonuklear (PMN) terdiri dari Netrofil, eosinofil dan basofil. Bila leukosit
PMN yang banyak dapat diduga adanya infeksi akut, bakteri ataupun virus, dan
reaksi alergi, sedangkan limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada infeksi
kronik bakteri ataupun virus Hasil analisis statistik dengan menggunakan t-test
independent, rerata sel MN pada pasien efusi pleura , lebih tinggi pada pasien
dengan PCR positif ( 66,64) , dibandingkan pada pasien dengan PCR negatif
( 55,65) meskipun secara statistik perbedaan ini tidak bermakna ( p=0,261).

Pada PCR positif, rerata PMN lebih rendah ( 15,61) dibandingkan rerata
PMN pada pasien efusi pleura dengan PCR negatif ( 21,77) meskipun secara
statistik perbedaan ini juga tidak bermakna (p=0,116). Hal ini dimungkinkan
karena pada penelitian ini tidak dibedakan antara kasus yang akut ataupun yang
kronik. Kepustakaan menyebutkan bahwa pada hitung jenis leukosit, dengan

11
pewarnaan May Grunwald Giemsa (MGG) , sel yang dapat dijumpai antara lain :
neutrofil, eosinofil, limfosit, monosit, makrofag, sel plasma dan mesotel. Bila
leukosit polimorfonuklear yang banyak dapat diduga adanya infeksi akut, sedang
limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada infeksi kronik. Eosinofil dapat
ditemukan pada penyakit alergi seperti asthma.

B. Patofisiologi Efusi Pleura

12
C. Peta perjalanan efusi pleura (pathway)

13
D. Kerangka Teori

14
AGENT :
BAKTERI, VIRUS,JAMUR, DAN
PROTOZOA

HOST : USIA, JENIS KELAMIN, BB,


ENVIRONMENT : LANGIT-LANGIT,
LAHIR,RIWAYAT PEMBERIAN ASI,
JENIS DINDING, JENIS LANTAI
STATUS GIZI, RIWAYAT PEMBERIAN
RUMAH, VENTILASI UDARA RUMAH,
VIT A. RIWAYAT IMUNISASI,STATUS
BAHAN BAKAR MEMASAK,
SOCIAL EKONOMI, DAN RIWAYAT
PENCAHAYAAN RUMAH.
ASMA.

E. Penatalaksanaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskopakan terdengar adanya
penurunan suara pernafasan. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan
pemeriksaan berikut:

a. Rontgen dada Rontgen dada


Biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis
efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
b. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
c. USG dada
Membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
d. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

15
e. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
f. Analisa cairan pleura
Diindikasikan untuk mengetahui apakah apakah jenis cairan efusi efusi pleura
apakah eksudat atau transudat.
g. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.
h. Pemerikasaan Laboratorium seperti:
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri
 Pewarnaan Gram,basil tahan asam(utuk tuberkolusis)
 Hitung sel darah meram dan putih, dan
 Pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase [LDH],
Protein), Analisis sitologi utuk sel Malignan dan pH.

Terapi merupakan sebagai tujuan dari pengobatan adalah untuk menemukan


penyebab dasar untuk mencegah penumpukan kembali cairan dan untuk
menghilangkan ketidak nyamanan serperti dispena, terapi yang di berikan adalah
terapi pada episema diberikan antibiotik dan dilakukan penengeluaran nanah. Jika
nanahnya tersebut sangat kental atau telah terkumpul didalam bagian fibrosa. Maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagaian dari tulang rusuk harus diangkat
sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan
untuk memotong lapisan terluar dari pleura tersebut (dekortikasi). Pengaliran cairan
dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih
lanjut.

F. Penatalaksanaan medis
 Kriteria diagnosa :
a. Inspeksi : Tertinggal waktu respirasi, Intercosta menonjol, Costa Asimetris.
b. Palpasi   : Fremitus menurun / negative

16
c. Perkusi   : Pekak
d. Auskultasi : Suara nafas menurun, egofoni.
e. Dispnea, nafas sesak, rasa berat pada dada tang sakit.
f. Senang tidur pada arah yang sakit
g. Batuk.
 Pemeriksaan penunjang :
a. Rongent toraks
b. Biopsy pleura
c. Analisa cairan pleura
 Terapi :
a. Thorakosintesis (pengeluaran cairan pleura)
b. Terapi sesuai penyakit dasar
A. Penatalaksanaan perawat
 Rencana keperawatan :
1) Kaji status pernafasan klien
2) Kaji penyebab ketidak efektifan pernafasan
3) Auskultasi bidang paru dan observasi pernafasan klien
4) Monitor hal-hal yang berhubungan dengan pernafasan : saturasi,oksigen, AGD.
5) Monitor tingkat kesadaran dan status mental
6) Monitor perubahan warna kulit, membran mukosa, warna kuku (adanya sianosis).
7) Kurangi pengaruh negative seperti kecemasan dan keletihan.
8) Latih nafas perlahan dan lebih efektif.
9) Beri periode istirahat, setelah latihan dan aktifitas.
10) Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, tindakan dan pemeriksaan

Daftar pustaka

https://aprilianurhakiki208.blogspot.com/2016/01/asuhan-keperawtan-pada-pasien-
efusi.html

https://dokumenperawat.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-efusi-pleura.html

https://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2015/01/patofisiologi-dan-pathway-
efusi-pleura.html

17
http://scholar.unand.ac.id/12143/5/Tugas%20akhir%20ilmiah%20utuh.pdf

https://psikoplasma.wordpress.com/2016/07/04/analisis-cairan-pleura-dan-
interpretasinya/

file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8wekyb
3d8bbwe/TempState/Downloads/5778-14046-1-PB%20(2).pdf
file:///C:/Users/LENOVO/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8wekyb
3d8bbwe/TempState/Downloads/5778-14046-1-PB%20(4).pdf

18

Anda mungkin juga menyukai