Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An A DENGAN NEFROTIK

SINDROM

Disusun Oleh :

RANA AULIYAH 175140063

DEWI OKTAVIA 175140065

FAJRI ALDI KORI 175140111

Dosen : Ns. Ida Subardiah M.Kep Sp. An

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

BANDAR LAMPUNG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah,

Alhamdulillah hirabbil alamiin kami

panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah

melimpahkan karunia serta ridho Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah asuhan keperawatan sederhana ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta

salam penulis limpahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi

Wasallam beserta keluarga, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Atas rahmat dan inayah Nya kami dapat menyelesaikan askep sederhana ini

dengan judul “Asuhan Keperawatan An A dengan Nefrotik sindrom”. Kami

menyadari asuhan keperawatan ini jauh dari kata sempurna baik dari isi maupun

sistematika penulisannya, maka dari itu kami berterimakasih jika ada kritik

maupun saran untuk membangun kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan selalu mendapatkan

ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wassalam.

Bandar Lampung, 04 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................4

B. Tujuan Penelitian........................................................................................5

C. Metode penulisan........................................................................................7

D. Sistematika penulisan..................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi.......................................................................................................................8

Etiologi.......................................................................................................................9

Patofisiologi................................................................................................................9

Tanda dan Gejala.......................................................................................................10

Komplikasi.................................................................................................................11

Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................12

Penatalaksanaan.........................................................................................................12

BAB III PEMBAHASAN

Pengkajian..................................................................................................................14

Diagnosa Keperawatan...............................................................................................18

Intervensi Keperawatan..............................................................................................18

Implementasi Keperawatan........................................................................................19

Evaluasi Keperawatan................................................................................................20
BAB IV PENGKAJIAN

A. Pengkajian Lengkap.......................................................................................20

B. Analisa Data...................................................................................................21

C. Diagnosa Keperawatan Prioritas....................................................................30

D. Intervensi Keperawatan..................................................................................31

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.......................................................31

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................34

B. Saran ..............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan


permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema. Sifat khusus penyakit ini adalah
sering kambuh, sering gagalnya pengobatan dan timbul penyulit, baik akibat
penyakitnya sendiri maupun oleh karena akibat pengobatannya. Penyulit yang
sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut,
malnutrisi, gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia, anemia (Betz, et al., 2009).
Sindrom nefrotik pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering
ditemukan. Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan
Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun,dengan prevalensi
berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang insidensinya lebih
tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang
dari 14 tahun.Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI,
2012).

Etiologi SN dibagi 3 yaitu kongenital, primer/idiopatik dan sekunder


mengikuti penyakit sistemik, antara lain lupus eritematosus sistemik (LES),
purpura Henoch Schonlein dan lain lain (Konsensus IDAI, 2012). Sindrom
nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital, sindrom nefrotik
primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian besar (±80%)
sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap pengobatan awal
dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan sekitar 10% tidak
memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (IDAI, 2010).
Manifestasi klinis yang membuat anak SN datang ke fasilitas kesehatan
adalah edema palpebra dan genitalia. Apabila kondisi sudah memburuk, dapat
dijumpai asites, efusi pleura dan edema genitalia. Oliguria dan gejala infeksi dapat
dijumpai disertai penurunan nafsu makan dan diare. Keluhan nyeri perut harus
diperhatikan karena mungkin berhubungan dengan peritonitis atau hipovolemia.
Hematuria mikroskopik, hipertensi serta peningkatan kadar kreatinin dan ureum
yang bersifat sementara dapat dijumpai pada anak SN (Trihono, 2012)

Untuk menunjang diagnosis SN, dilakukan pemeriksaan penunjang seperti


urinalisis, protein urin kuantitatif, darah lengkap, albumin, kolesterol serum,
ureum, kreatinin, klirens kreatinin, kadar komplemen (C3 dan C4), antinuclear
antibody (ANA) dan anti ds-DNA. Anak SN yang menunjukkan manifestasi klinis
pertama kali sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mempercepat pemeriksaan
dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema, inisiasi pemberian steroid
dan edukasi orang tua. Pada anak dengan SN relaps, perawatan di rumah sakit
hanya dilakukan apabila terdapat edema anasarka yang berat atau disertai
komplikasi muntah, infeksi berat, gagal ginjal atau syok (Noer, 2011)

Angka kejadian sindroma nefrotik ini memang tergolong jarang, namun


penyakit ini perlu diwaspadai terutama pada anak-anak, karena jika tidak segera
diatasi akan mengganggu sistem urinaria dan akan menggangu perkembangan
lebih lanjut anak tersebut. Di samping itu masih banyak orang yang belum
mengerti tentang sindrom nefrotik, faktor penyebab sindrom nefrotik, gejala
sindrom nefrotik, dan cara penanganan sindroma nefrotik. Berdasarkan hal itu
maka kelompok tertarik untuk mengambil kasus ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada An. A Dengan Sindroma Nefrotik”
B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan sindroma


nefrotik

2. Tujuan Khusus

Setelah penulis melakukan pendekatan pada An. A dengan sindroma nefrotik,


maka penulis dapat:

a. Melakukan pengkajian pada An. A


b. Mampu menganalisa masalah pada An. A
c. Menegakan diagnosa keperawatan pada An. A
d. Melakukan perencanaan asuhan keperawatan pada An. A
e. Melakukan tindakan keperawatan pada An. A
f. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan An. A

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis ini menggunakan metode deskriptif
berupa studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik
pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Observasi
Penulis melakukan pengamatan gejala-gejala perilaku yang dialami klien
dengan sindroma nefrotik
2. Teknik Wawancara
Pengkajian untuk mengumpulkan data dilakukan terhadap keluarga, dan
perawat ruangan. Dengan melakukan komunikasi secara langsung.
3. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik head to toe untuk mendapatkan data
yang objektif, dengan tahap inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
4. Studi Dokumentasi/catatan perawat
Penulis melakukan pengumpulan data dengan mempelajari data pada buku
status perkembangan pasien meliputi catatan perawatan dan catatan medis
dirumah sakit.
5. Studi Literatur
Penulis mencari referensi sebagai bahan pendukung analisa agar makalah ini
mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ditulis untuk memudahkan dalam memahami isi tulisan


ini, penulis memberikan gambaran pada isi setiap BAB, yaitu :

1. BAB I Pendahuluan : meliputi dari latar belakang, tujuan penulisan, metode


penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teoritis : meliputi pengertian, rentang respon sosial, faktor-
faktor penyebab, tanda dan gejala, faktor terkait, pohon masalah,
penatalaksanaan.
3. BAB III Tinjauan Kasus dan Pembahasan : meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intersensi, implementasi, dan evaluasi. Pembahasan tentang
data atau masalah yang di dapat dari hasil pengkajian hingga evaluasi pada
kasus dilahan praktik dan dibandingkan dengan teori.
4. BAB IV Penutup : Kesimpulan dan Saran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sindrom nefrotik merupakan manifestasi klinik dari glomerulonefritis (GN) yang


ditandai dengan edema, proteinuria masif > 3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/hari,
lipiduria dan hiperkolesterolemia, serta kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan
penurunan fungsi ginjal [CITATION Ami12 \l 1057 ].

Sindroma nefrotik adalah gangguan klinis yang ditandai dengan peningkatan protein,
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi
dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia) (Brunner & Suddart, 2002).

A. Etiologi

Penyebab terjadinya sindrom nefrotik belum diketahui secara pasti, namun akhir-akhir
ini dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu penyakit yang disebabkan reaksi dari antigen
dan antibodi. Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :

1. Sindrom Nefrotik Bawaan

Sindrom nefrotik bawaan diturunkan sebagai autosomal atau dikarenakan reaksi


maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Biasanya prognosis buruk dan pasien
meninggal dalam bulan pertama kehidupannya.

2. Sindrom Nefrotik Skunder

Sindrom nefrotik skunder disebabkan oleh malaria kuartana atau parasit lainnya,
penyakit kolagen seperti lupus eritromatosus dan purpura antifilaktoid. Penyebab lainnya
adalah trombosis vena renalis, bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
eman, dan air raksa.

3. Sindrom Nefrotik Idiopatik

Tidak diketahui penyebabnya atau disebut juga sindrom nefrotik primer.


4. Glomerulo Sklerosisfokal Segmental

Pada kelainan ini mencolok skleriosis glomeruls yang sering disertai atrofitubulus.

B. Patofisiologi

Adanya peningkatan permeabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif


sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karena
adanya pergeseran cairan intra vaskuler ke intestinal.

Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang


mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang sintesa
protein di hati, di sertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.

a) Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada


hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan
osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah kedalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.

b) Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan


merangsang prodeksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon
(ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan
retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.

c) Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari


peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan
penurunan onkotik plasma.

d) Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam
urin (lipiduria).

e) Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia,hipelipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani,
2001 ; 217)
C. Tanda dan Gejala

1. Edema anasarka (biasanya pada bagian kelopak mata, tangan, kaki, kelamin).
2. Oliguria
3. Proteinuria (>3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
4. Hipoalbuminemia (<3,5 g/dL)
5. Anoreksia
6. Asites
7. Berat badan meningkat
8. hiperlidipedmia
9. Hiperkolesterolemia
D. Komplikasi

Komplikasi sindrom nefrotik mencakup infeksi akibat defisiensi respon imun,


tromboembolisme (terutama vena renal), embnoli pulmoner, dan peningkatan terjadinya
aterosklerosis. Adapun komplikasi secara umum dari sindrom nefrotik adalah :

1. Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik).


2. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena).
3. Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan).
4. Kerusakan kulit.
5. Infeksi.
6. Efek samping steroid yang tidak diinginkan.

E. Pemeriksaan Penunjang

Penegakan diagnosis sindrom nefrotik tidak ditentukan dengan hanya penampilan klinis.
Diagnosis sindrom nefrotik dapat ditegakkan melalui beberapa pemeriksaan penunjang
sebagai berikut:

1. Urinalisis

Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguri ) yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak, warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
Monoglobin, Porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal. Contoh
glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan kemampuan untuk meningkatkan, menetap
pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat. pH lebih besar dari 7 ditemukan pada
infeksi saluran kencing, nekrosis tubular ginjal dan gagal ginjal kronis (GGK). Protein urin
meningkat (nilai normal negatif). Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik.
Proteinuria berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes semikuantitatif
dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan protein urin sebesar 300 mg/dL atau
lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih yang masuk dalam nephrotic range.

2. Pemeriksaan Sedimen Urin

Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel yang
mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, torak hialin dan
torak eritrosit.
3. Pengukuran Protein Urin

Pengukuran protein urin dilakukan melalui timed collection atau single spot collection.
Timed collection dilakukan melalui pengumpulan urin 24 jam, mulai dari jam 7 pagi hingga
waktu yang sama keesokan harinya. Pada individu sehat, total protein urin ≤ 150 mg. Adanya
proteinuria masif merupakan kriteria diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan.
Saat rasio protein urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per hari
sebanyak ≥ 3g.

4. Albumin Serum

Kualitatif : ++ sampai ++++ kuantitatif :> 50 mg/kgBB/hari (diperiksa dengan memakai


reagen ESBACH).

5. USG Renal

Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.

6. Biopsi Ginjal

Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia> 8 tahun,
resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat manifestasi nefritik
signifikan.Pada SN dewasa yang tidak diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan untuk
diagnosis.Penegakan diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe
memiliki pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan minimal-
change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal, karena minimal-change disease
memiliki respon yang lebih baik terhadap steroid.

7. Darah

Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat tapi
biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah). Penurunan pada
kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin melalui urin, perpindahan
cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino
essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14 tahun : kurang dari atau sama dengan 220
mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai protein total menurun (N: 6,2-8,1
gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8 gm/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin
normal.

F. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan medis untuk sindroma nefrotik mencakup komponen berikut ini :

1. Perawatan Medis
a. Proteinuria
ACE inhibitor diindikasikan untuk menurunkan tekanan darahsistemik dan glomerular
serta proteinuria. Obat ini mungkin memicu hiperkalemia pada pasien dengan insufisiensi
ginjal moderat sampai berat. Restriksi protein tidak lagi direkomendasikan karena tidak
memberikan progres yang baik.

b. Edema

Diuretik hanya diberikan pada edema yang nyata, dan tidak dapat diberikan pada
Sindrom Nefrotik yang disertai dengan diare, muntah atau hipovolemia, karena pemberian
diuretik dapat memperburuk gejala tersebut. Pada edema sedang atau edema persisten, dapat
diberikan furosemid dengan dosis 1-3 mg/kg perhari. Pemberian spironolakton dapat
ditambahkan bila pemberian furosemid telah lebih dari 1 minggu lamanya, dengan dosis 1-2
mg/kg per hari. Bila edema menetap dengan pemberian diuretik, dapat diberikan kombinasi
diuretik dengan infus albumin. Pemberian infus albumin diikuti dengan pemberian furosemid
1-2 mg/kg intravena. Albumin biasanya diberikan selang sehari untuk menjamin pergeseran
cairan ke dalam vaskuler dan untuk mencegah kelebihan cairan (overload). Penderita yang
mendapat infus albumin harus dimonitor terhadap gangguan napas dan gagal jantung.

c. Dietetik

Jenis diet yang direkomendasikan adalah diet seimbang dengan protein dan kalori yang
adekuat. Kebutuhan protein anak ialah 1,5 – 2 g/kg, namun anak-anak dengan proteinuria
persisten yang seringkali mudah mengalami malnutrisi diberikan protein 2 – 2,25 g/kg per
hari. Maksimum 30% kalori berasal dari lemak. Karbohidrat diberikan dalam bentuk
kompleks seperti zat tepung dan maltodekstrin.
d. Infeksi

Penderita Sindrom Nefrotik sangat rentan terhadap infeksi, yang paling sering adalah
selulitis dan peritonitis. Hal ini disebabkan karena pengeluaran imunoglobulin G, protein
faktor B dan D diurin, disfungsi sel T, dan kondisi hipoproteinemia itu sendiri. Pemakaian
imunosupresif menambah risiko terjadinya infeksi. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi
adanya infeksi perlu dilakukan. Selulitis umumnya disebabkan oleh kuman stafilokokus,
sedang sepsis pada SN sering disebabkan oleh kuman gram negatif. Peritonitis primer
umumnya disebabkan oleh kuman gram-negatif dan Streptococcus pneumoniae sehingga
perlu diterapi dengan penisilin parenteral dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ke-
tiga, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 10-14 hari.

e. Hipertensi

Hipertensi pada Sindrom Nefrotik dapat ditemukan sejak awal pada 10-15% kasus, atau
terjadi sebagai akibat efek samping steroid. Pengobatan hipertensi pada Sindrom Nefrotik
dengan golongan inhibitor enzim angiotensin konvertase, calcium channel blockers, atau beta
adrenergic blockers.

f. Hipovolemia

Komplikasi hipovolemia dapat terjadi sebagai akibat pemakaian diuretik yang tidak
terkontrol, terutama pada kasus yang disertai dengan sepsis, diare, dan muntah. Gejala dan
tanda hipovolemia ialah hipotensi, takikardia, akral dingin dan perfusi buruk, peningkatan
kadar urea dan asam urat dalam plasma. Pada beberapa anak memberi keluhan nyeri
abdomen. Hipovalemia diterapi dengan pemberian cairan fisiologis dan plasma sebanyak 15-
20 ml/kg dengan cepat, atau albumin 1 g/kg berat badan.

g. Tromboemboli

Risiko untuk mengalami tromboemboli disebabkan oleh karena keadaan


hiperkoagulabilitas. Selain disebabkan oleh penurunan volume intravaskular, keadaan
hiperkoagulabilitas ini dikarenakan juga oleh peningkatan faktor pembekuan darah antara lain
faktor V, VII, VIII, X serta fibrinogen, dan dikarenakan oleh penurunan konsentrasi
antitrombin III yang keluar melalui urin. Risiko terjadinya tromboemboli akan meningkat
pada kadar albumin plasma < 2 g/dL, kadar fibrinogen > 6 g/dL, atau kadar antitrombin III <
70%. Pada SN dengan risiko tinggi, pencegahan komplikasi tromboemboli dapat dilakukan
dengan pemberian asetosal dosis rendah dan dipiridamol. Heparin hanya diberikan bila telah
terjadi tromboemboli, dengan dosis 50 U/kg intravena dan dilanjutkan dengan 100 U/kg tiap
4 jam secara intravena.

h. Hiperlipidemia

Hiperlipidemia pada Sindrom Nefrotik meliputi peningkatan kolesterol, trigliserida,


fosfolipid dan asam lemak. Kolesterol hampir selalu ditemukan meningkat, namun kadar
trigliserida, fosfolipid tidak selalu meningkat. Peningkatan kadar kolesterol berbanding
terbalik dengan kadar albumin serum dan derajat proteinuria. Keadaan hiperlipidemia ini
disebabkan oleh karena penurunan tekanan onkotik plasma sebagai akibat dari proteinuria
merangsang hepar untuk melakukan sintesis lipid dan lipoprotein, di samping itu katabolisme
lipid pada Sindrom Nefrotik juga menurun. Pengaruh hiperlipidemia terhadap morbiditas dan
mortalitas akibat kelainan kardiovaskuler pada anak penderita Sindrom Nefrotik masih belum
jelas. Sedangkan manfaat pemberian obat-obat penurun lipid seperti kolesteramin, derivat
asam fibrat atau inhibitor HMG-CoA reduktase (statin) masih diperdebatkan.

2. Perawatan dan Pencegahan

Pada umumnya perawatan dan pencegahan pada nefrotik sindrom adalah untuk
mengurangi gejala dan mencegah pemburukan fungsi ginjal yaitu sebagai berikut :

a. Pengaturan Minum

Hal ini dilakukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengobatan cairan dan elektrolit,
yaitu pemberian cairan intravena sampai diuresis cukup maksimal.

b. Pengendalian Hipertensi

Tekanan darah harus dikendalikan dengan obat-obatan golongan tertentu, tekanan darah
data diturunkan tanpa diturunkan fungsi ginjal, misalnya dengan betabloker, methyldopa,
vasodilator, juga mengatur pemasukan garam.

c. Pengendalian Darah

Peningkatan kalium darah dapat mengakibatkan kemaitan mendadak, ini dapat dihindari
dengan hati-hati dalam pemberian obat-obatan dan diit buah-buahan, hiperkalemia dapat
diagnosis dengan pemeriksaan EEG dan EKG, bila hiperkalemia sudah terjadi maka
dilakukan pengurangan intake kalium, pemberian natrium bicarbonate secara intra vena,
pemberian cairan parental (glukosa), dan pemberian insulin.

d. Penanggulangan Anemia

Anemia merupakan keadaan yang sulit ditanggulangi pada gagal ginjal kronis, usaha
pertama dengan mengatasi faktor defisiensi, untuk anemia normakrom trikositik dapat
diberikan supplemen zat besi oral, tranfusi darah hanya diberikan pada keadaan mendesak
misalnya insufisiensi karena anemia dan payah jantung.

e. Penanggulangan Asidosis

Pada umumnya asidosis baru timbul pada tahap lanjut dari nefrotik sindrom. Sebelum
memberikan pengobatan khusus, faktor lain yang harus diatasi dulu misalnya rehidrasi.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Pengobatan natrium
bikarbonat dapat diberikan melalui peroral dan parenteral, pada permulaan diberi 100 mg
natrium bicarbonate, diberikan melalui intravena secara perlahan-lahan. Tetapi lain dengan
dilakukan dengan cara hemodialisis dan dialysis peritoneal.

f. Pengobatan dan Pencegahan Infeksi

Ginjal yang sedemikian rupa lebih mudah mengalami infeksi, hal ini dapat memperburuk
faal ginjal. Obat-obatan antimikroba diberikan bila ada bakteriuria dengan memperhatikan
efek nefrotoksik, tindakan katetrisasi harus sedapat mungkin dihindari karena dapat
mempermudah terjadinya infeksi.

g. Pengaturan Diit dan Makanan

Gejala ureum dapat hilang bila protein dapat dibatasi dengan syarat kebutuhan energi
dapat terpenuhi dengan baik, protein yang diberikan sebaiknya mengandung asam amino
yang esensial, diet yang hanya mengandung 20 gram protein yang dapat menurunkan
nitrogen darah, kalori diberikan sekitar 30 kal/kgBB dapat dikurangi apabila didapati
obesitas.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada An.A dengan sindrom
nefrotik di Ruang Anak RS Al Islam Bandung. Dalam bab ini, akan membahas meliputi segi
pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, impelementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan mengenai kasus yang diangkat.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang dilakukan di dalam proses perawatan. Pengkajian ini
melalui pengkajian pola fungsional menurut Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head
to toe, dan pengumpulan informasi atau data – data ini diperoleh dari wawancara dengan
pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan fisik.
Menurut NANDA (2012 - 2014) tanda gejala yang dapat muncul pada pasien sindrom
nefrotik adalah edema anasarka (biasanya pada bagian kelopak mata, tangan, kaki, kelamin),
oliguria, proteinuria (>3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak,
hipoalbuminemia (<3,5 g/dL), anoreksia, asites berat badan meningkat, iperlidipedmia,
hiperkolesterolemia.
Hasil pengkajian pada hari Senin, 15 Oktober tanda dan gejala yang muncul pada pasien ialah
edema pada mata, tangan, kaki dan kelamin, perut asites, protein 3+ dalam urine, albumin 2,5
g/dL, nilai hematologi darah meningkat, dan Ibu An. A yang tidak mengetahui tentang
penyakit sindrom nefrotik.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan kepada pasien
mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan, status, dan mencegah serta
merubah. Berdasarkan hal tersebut dalam kasus asuhan keperawatan pada An.A dengan
sindrom nefrotik di Ruang Anak RS Al Islam Bandung diangkat tiga diagnosa yaitu :
1. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan hipoalbuminemia
Kelebihan volume cairan adalah peningkatan asupan dan atau retensi cairan. Pada kasus ini
diagnosa keperawatan ini diangkat karena adanya tanda gejala edema dibagian mata, tangan,
kaki dan kelamin, perut asites, protein 3+ dalam urine, albumin 2,5 g/dL. Walaupun masih
ada tanda dan gejala lain yang tidak diangkat, tetapi diagnosa ini menjadi prioritas
dikarenakan tanda dan gejala yang muncul aktual pada pasien.
2. Resiko Infeksi
Resiko infeksi adalah rentan mengalami infeksi dan multiplikasi organisme patogenik yang
dapat menganggu kesehatan. Pada kasus ini diagnosa keperawatan ini diangkat karena adanya
tanda gejala peningkatan nilai hematologi dalam darah seperti leukosit, trombosit, hematokrit
dan hemoglobin. Diagnosa ini diambil untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih parah.

3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya Informasi


Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisien informasi kognitif yang berkaita
dengan topik tertensu, atau kemahiran. Pada kasus ini diagnosa keperawatan ini diangkat
karena ibu mengatakan belum mengetahui mengenai sindrom nefrotik. Berdasarkan jurnal
keperawatan Immawati tentang “Pengaruh Kepatuthan Pengobatan terhadap Kejadian
Kekambuhan pada Anak dengan Sindrom Nefrotik” dijelaskan bahwa salah satu indikator
yang menyebabkan kekambuhan dikemudian hari ialah kurangnya pengetahuan. Dari
kurangnya pengetahuan dapat berdampak paa kurangnya kepatuhan dalam pengobatan
sehingga kekambuhan dapat terjadi.
4. Diagnsosa Keperawatan yang Tidak Muncul
Diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada kasus ini perubahan pola nafas, perubahan
nutrisi kurang, intoleransi aktivitas, gangguan integritas kulit, gangguan body image, dan
gangguan pola eliminasi. Diagnosa keperawatan yang tidak muncul dikarenakan tanda dan
gejala yang ada pada An.A tidak semua muncul, hal ini dikarenakan An.A lebih dini dibawa
ke IGD saat sudah terjadi edema.

C. Intervensi Keperawatan
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien.
Intervensi yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan oleh pasien.
Diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipoalbuminemia diberikan
intervensi keperawatan dalam 3x 24 jam yaitu : monitoring edema, monitoring intake output,
monitoring tanda-tanda vital, monitoring berat badan dan lingkar perut setiap hari,
monitoring urine, lanjutkan kolaborasi dengan dokter pemberian lasix 15 mg (diatur setelah
pemberian albumin) dan prednisolon 3x10 mg serta wida D5-1/2Ns, dan lanjutkan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk diet rendah garam.
Diagnosa resiko infeksi diberikan intervensi keperawatan dalam 3x24 jam yaitu : monitoring
tanda-tanda vital, pastikan melakukan tindakan dengan teknik aseptik dengsn mencuci tangan
6 langkah di 5 momen, beritahu Ibu untuk mengenali adanya tanda- tanda infeksi, lanjutkan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cefotaxime 3x500mg.
Diagnosa resiko infeksi diberikan intervensi keperawatan dalam 3x24 jam yaitu : kaji tingkat
pengetahuan Ibu mengenai penyaki, berikan informasi mengenai penyakit, prognosis dan
penatalaksanaan yang diperlukan untuk sindrom nefrotik (menurut Jurnal Immawati dengan
Judul Pengaruh Kepatuhan Pengobatan Terhadap Kejadian Kekambuhan pada Anak
Pengidap Sindrom Nefrotik), berikan evaluasi terhadap informasi yang telah diberikan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah disusun pada tahap
perencanaan sebelumnya (Nanda 2012). Berdasarkan hal tersebut, dalam mengelola pasien
dilakukan implementasi dengan masing – masing diagnosa sesuai dengan perencanaan yang
dibuat. Dalam pelaksanaan terdapat beberapa hambatan yang dirasakan, yaitu tidak adanya
dinas malam sehingga pemantuan pasien tidak dapat secara langsung dan mengandalkan
handover dari perawat, kemudian pada tahap awal pengkajian An.A masih dalam kondisi
penyesuaian dengan situasi diruangan sehingga pengkajian yang dilakukan secara bertahap
dalam waktu sehari. Walaupun begitu, dari semua perencanaan yang dibuat dapat
dilaksanakan pada implementasi.
Diagnosa kelebihan volume cairan difokuskan pada pemantauan intake output untuk
mencapai balance negatif, pemantauan edema, pemantauan BB dan lingkar perut, pemberian
obat kortisosteroid dan pemberian diet rendah garam serta monitoring ttv. Implementasi ini
dilakukan dalam waktu 3x24 jam.
Diagnosa resiko infeksi dilakukan agar tidak terjadi infeksi yang meluas dengan
implementasi dimulai dari perawat dengan cuci tangan 6 langkah dalam 5 moment,
pemantuan ttv dan tanda-tanda infeksi serta pemberian antibiotik.
Diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dimulai dengan
mengkaji pengetahuan Ibu tentang sindrom nefrotik kemudian memberikan penjelasan
mengenai sindrom nefrotik dan mengevaluasi hasil yang telah diberikan.

E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Mareelli, 2007 evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari tahap – tahap
proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah – masalah keperawatan yang muncul
pada kasus teratasi atau tidak dan untuk membandingkan antara yang sistematik dengan yang
terencana berkaitan dengan fasilitas yang tersedia.
Diagnosa keperawatan pada pasien dapat teratasi walaupun pada diagnosa kelebihan volume
cairan perlu adanya pemantuan diet rendah garam saat di rumah agar tidak terjadi
kekambuhan pada An.A. Diagnosa resiko infeksi dapat teratasi walaupun pasien masih harus
melanjutkan terapi OAT karena positif pada pemeriksaan mantoux test. Diagnosa defisiensi
dapat teratasi karena ibu dan keluarga yang kooperatif dan patuh terhadap pengobatan
dilakukan.

BAB IV
PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An A DENGAN NEFROTIK SINDROM

Nomor RM : 77564 Sumber Informasi


Nama : An. A Nama : Ny. N
Tanggal lahir : Bandar Lampung, 3 Juli Umur : 30
2016 Pekerjaan : PNS
Usia : (2 tahun 3 bulan 12 hari) Alamat : Lampung
Jenis kelamin : Laki-Laki Hubungan dengan anak : Ibu
Tanggal pengkajian :15 Oktober 2018
Jam : 09.45 dan 18.15

A. RIWAYAT KESEHATAN

I. Keluhan Utama
Bengkak di beberapa bagian tubuh (kelamin, mata, kaki dan tangan).

II. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu An. A mengatakan SMRS An.A sudah 3 minggu mengalami bengkak yang diawali
di mata kemudian An.A dibawa ke dokter umum dan dikatakan bengkak dimatanya
berasal dari alergi. Setelah mendapat pengobatan, bengkak di mata An. A tidak kunjung
sembuh sehingga ibu An.A membawa berobat kembali ke dokter spesialis anak dan
mengatakan hal yang sama yaitu karena alergi, kemudian disarankan cek darah tetapi
hasilnya baik (tidak ada masalah pada darah). Setelah 2 minggu bengkak mulai
menyebar kebagian bawah seperti kelamin tangan dan kaki serta perut, kemudian
diperiksa kembali di RS Garut dan dinyatakan suspect NS. Selain itu, SMRS An. A
dilakukan pemeriksaan mantoux test dan setelah beberapa hari hasilnya negatif. Karena
kondisi yang bengkak dan dicurigai NS, akhirnya An. A tanggal 14 Oktober 2018
dibawa ke IGD RS Lampung. Di IGD An. A datang dalam keadaan albumin 1,9 g/dL
sehingga dokter di IGD menginstruksikan saat pindah ke ruang anak untuk diberikan
transfusi albumin 20% kemudian lasix 15 mg. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal
15 Oktober 2018 terdapat bengkak di mata, tangan, kaki dan kelamin, kemudian
terdapat asites dibagian perut dengan LP 54 cm. Kesadaran compos mentis, TD =
100/70 mmHg, HR = 80x/menit, RR = 30 x/menit, dan suhu 37,6 °C. Pada bagian
tangan kanan mulai bintik-bintik merah hasil pemeriksaan mantoux test seminggu yang
lalu. Ibu An. A mengatakan sebelumnya An.A mengalami demam. Ibu An. A
mengatakan bahwa belum mengetahui tentang penyakit dan prognosis sindrom
nefrotik.

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Prenatal
Konsumsi obat selama  Tidak √ Ya, Fe, Asam folat dan kalsium
kehamilan
Adakah ibu jatuh selama hamil √ Tidak  Ya, ............................
2. Natal
Cara melahirkan  Spontan √ SC  Dengan alat bantu
Penolong persalinan √ Dokter  Bidan  Bukan tenaga
kesehatan
3. Postnatal
Kondisi kesehatan bayi BBL (3900) gram; PB (45) cm
Kelainan kongenital √ Tidak  Ya, .............................
Pengeluaran BAB pertama √ <24jam  >24 jam
4. Penyakit terdahulu √ Tidak  Ya
Jika Ya, bagaimana gejala dan .................................................................................
penanganannya? ......
.................................................................................
......
Pernah dioperasi √ Tidak  Ya
Jika Ya, sebutkan waktu dan .................................................................................
berapa hari dirawat? ......
.................................................................................
......
5. Pernah dirawat di RS  Tidak √ Ya
Jika Ya, sebutkan penyakitnya Demam
dan respon emosional saat
dirawat?
6. Riwayat penggunaan obat √ Tidak  Ya
Jika Ya, sebutkan nama dan .................................................................................
respon anak terhadap pemakaian ......
obat? .................................................................................
......
7. Riwayat alergi √ Tidak  Ya
Jika Ya, apakah jenis alerginya .................................................................................
dan bagaimana penanganannya? ......
.................................................................................
......
8. Riwayat kecelakaan  Tidak √ Ya
Jika Ya, jelaskan Jatuh dari motor tetapi hanya lecet
9. Riwayat immunisasi √ Hepatitis √ BCG √ Polio √ DPT √
Campak
√ Lain-lain :

IV. Riwayat Keluarga


1. Riwayat penyakit keturunan √ Tidak  Ya, ......................
2. Riwayat penyakit menular  Tidak √ Ya, TB pada kakak
An.A

V. Pengkajian Fisiologis
1. OKSIGENASI
Perilaku
Ventilasi Frekuensi : 30x/menit √ Teratur □Tidak teratur
□ Trakeostomi □ penggunaan Oksigen ……..x/mnt
□ Sekret :
Respirasi □ sesak Nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi dada
√ Vesikuler □ Ronchi □ Wheezing □ Krakles
□ Batuk □ lain-lain…..
Pertukaran Gas AGD tgl ….. pH : PaO2: PCO2:
HCO3 BE : Sat O2:
Transport Gas Nadi : 80 x/mnt √ regular □ ireguler TD : 100/70 mmHg
Akral : √ hangat □ dingin □ anemis □ pucat
□ cianosis □ clubbing finger □ pusing
Bunyi Jantung □√ BJ I/II Normal □ murmur □ Gallop
2. NUTRISI
BB saat ini √ Lebih □ Baik □ kurang □ Buruk
(15,5kg)
Status Nutrisi □ ASI √ susu formula □ bubur □ nasi tim √ rendah
garam
Diet □ Ya √ tidak Frekuensi makan : Posi makan:
Puasa √ oral □ OGT □ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Cara Makan □ kurang □ cukup √ baik
Kualitas Makan √ bersih □ Kotor stomatitis : □ ya □ tidak
Lidah Caries : □ ya √ tidak lain-lain:
Mulut □ supel □ kembung √ tegang □ terdapat massa lokasi:
Abdomen √ tidak teraba □ hepatomegali □ lien □ splenomegali
Hepar 7 x/mnt
Bising Usus
3. PROTEKSI
PERILAKU √ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice
□ Menjadi merah □ Sianosis □ …………..
Gangguan □ suhu : 37,6 °C √ Hangat □ Teraba panas □ Teraba
Warna Kulit dingin
Suhu √ Baik □ Jelek
Turgor √ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema
□ Lainnya, ……………
Gangguan pada √ Tidak ada □ Ada
kulit
Luka √ Tidak ada □ Ada
Stoma √ Tidak Ada □ Ada

4. SENSASI
PERILAKU
Penglihatan □ Kotoran mata [R L]
Mata √ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R
√ Reaktif □ Non Reaktif [R L]
Pupil √ Baik □ Tidak baik
Pengecapan √ Baik □ Terjadi gangguan □ Jelek
Kondisi gigi √ Pink □ Pucat □ Inflamasi
□ Perdarahan □ Kering □ Lembab
Gusi √ Baik □ Tidak baik
Penciuman □ Berdarah □ Drainage √Tidak ditemukan masalah
Hidung □√ Adekuat □ Menurun [R L] □ Tuli [R L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
Pendengaran √ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □ Discharge [R
L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
Telinga √ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □ Discharge [R
L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]

5. CAIRAN DAN ELEKTROLIT


PERILAKU
Minum √ rata □ Cekung
Ubun-ubun □ cekung √ tidak Air mata: □ ada □ tidak
Mata √ lembab □ kering
Mukosa mulut √ elastic □ tidak elastic
Turgor √ ada □ tidak □ ektremitas √ anasarka □ asites lingkar perut:
54 cm
Edema □ ada √ tidak frekuensi: ……x/hr
Muntah □ ada √ tidak frekuensi: ……x/hr
Diare □ ada √ tidak □ ptekie □ purpura □ ekimosis
Perdarahan √ ada □ tidak Jenis : Wida D5-1/2 NS
Cairan infuse +50 cc dieresis: 3,2 cc/jam
Balance cairan
Hasil Lab
6. ELIMINASI
PERILAKU
Buang air kecil √ spontan □ dower kateter □ cistostomi □nefrostomi
Eliminasi urin □ ada √ tidak
Nyeri saat berkemih √ kuning jernih □ kuning pekat □ merah
Warna urin Frekuensi 1 kali sehari √ normal □ diare □ konstipasi
buang air besar √ kuning □ hijau □ merah
Warna feses □ lembek □ cair √ padat □ berlendir
Karakteristik feses √ ada lubang □ tidak berlubang
Anus
Hasil laboratorium
7. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
PERILAKU
Postur tubuh √ normal □ tidak normal
Berjalan □ hiperaktif √ aktif □ pasif □ leterbatasan □ pembatasan
Aktivitas anak √ aktif □ tidak aktif
Gerakan □ ada √ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya
□ kaki kanan/kiri/ keduanya
Paralise √ normal □ atrofi □ hipertrofi
Tonus otot □ bedrest total □ ditempat tidur
Mobilisasi
Gangguan
neuromuscular
Mobilisasi Tidur siang : 1-2 jam tidur malam : 8-10 jam
Jumalh jam tidur □ tidak ada √ ada, sebutkan minum susu
Kebiasaan □ ada √ tidak ada
sebelum tidur
Kesulitan tidur □ ya √ tidak
Tidur dengan □ ya √ tidak
bantuan obat
8. NEUROLOGI
PERILAKU E; 5 M:6 V:4 √ CM □ apatis □ somnolen □ koma
Kesadaran √ terorientasi □ disorientasi □ gelisah □ halusinasi
Status mental √ isokor □ anisokor
Pupil √ isokor □ anisokor
VI. KONSEP DIRI
Pembawaan anak √ Periang  Pemalu  Pendiam 
………………….
Reaksi terhadap √ Baik
hospitalisasi?  Buruk
Adanya stress/ cemas? √ Ya  Tidak
Persepsi keluarga  Baik
terhadap penyakit? √ Buruk
Reaksi keluarga  Baik
terhadap penyakit? √ Buruk
Persepsi keluarga √ Baik
terhadap pengobatan?  Buruk

VII. FUNGSI PERAN


Pengasuh  Ayah √ Ibu  Nenek  Orang lain
Dukungan sibling √ Ada  Tidak ada
Dukungan keluarga √ Ada  Tidak ada
lain

VIII. INTERDEPENDENSI (KETERGANTUNGAN)


1. Imunitas Sebelum sakit Selama sakit
Respon Baik Baik
peradangan
(merah/panas)
Sensitifitas Baik Baik
(nyeri/suhu)
2. Neurologi
Pernah alami √ Tidak  Ya
kejang
Jika Ya, waktu ........................................................................................................
& terjadinya ..........................................................................................................
kejang? .
3. Eliminasi Sebelum sakit Selama sakit
(BAB/BAK)
Frekuensi 1-2 kali sehari 1-2 kali sehari
(waktu)
Konsistensi Padat Padat
Kesulitan/nyer Tidak Ada Tidak Ada
i
Pemakaian Tidak Ada Tidak Ada
obat
Bowel status
Bowel LUQ RUQ LLQ RLQ
sounds :
Present √
Absent √ √ √
Hyperacti
ve
Hypoactiv
e
4. Aktivitas / Sebelum sakit Selama sakit
istirahat
Lama tidur Siang (<2-3 jam; >3 jam) Siang (<2-3 jam; >3 jam)
Malam(<6-7 jam; >7 jam) Malam(<6-7 jam; >7 jam)
Kebiasaan Minum susu Minum susu
sebelum tidur
Kesulitan tidur Tidak Ada Tidak Ada
Alat bantu Tidak Ada Tidak Ada
aktifitas
Kesulitan Tidak Ada Saat terpasang infus
pergerakan
5. Cairan & Sebelum sakit Selama sakit
elektrolit
Frekuensi 6-10 kali 6-10 kali
minum
Cara Minum air mineral dan susu Minum air mineral, susu dan
pemenuhan infus

PEMERIKSAAN KECEMASAN

No Item yg dinilai Penilaian Skoring


0 1 2 3 4
1 Perasaan Kekhawatiran yang berlebihan √
2 Ketegangan Perasaan tegang, kelelahan, ,
gemetar, perasaan gelisah,
ketidakmampuan untuk

bersantai.
3 Ketakutan Gelap, orang asing, dari
ditinggal sendirian, hewan, √
lalu lintas, dari orang banyak.
4 Insomnia Sulit tidur, tidur tidak
memuaskan dan kelelahan
pada bangun, mimpi, mimpi

buruk.
5 Intelektul Kesulitan dalam konsentrasi,
memori yang buruk.

6 Perasaan Hilangnya minat, kurangnya
tertekan kesenangan dalam hobi,
depresi

7 Somatis Rasa sakit dan nyeri,


(muskular) kekakuan, peningkatan tonus √
otot.
8 Somatis (sensori) panas dan dingin, perasaan √
lemah, merasakan sensasi
menusuk-nusuk
9 Kardiovaskuler Takikardia, palpitasi, nyeri di
dada, berdenyut kapal, √
perasaan mau pingsan
10 Pernapasan Mengeluh dada tertekan atau
penyempitan di dada, √
perasaan tersedak, dyspnea.
11 Gastroistenstinal Kesulitan dalam menelan,
sakit perut, sensasi terbakar,
kepenuhan perut, mual, √
muntah, kehilangan berat
badan, sembelit.
12 Perkemihan Frekuensi berkemih sering,
urgensi berkemih, amenore,

13 Tanda autonomi Mulut kering, kemerahan,
pucat, kecenderungan untuk
berkeringat, pusing, √
ketegangan
sakit kepala,
14 Sikap pada saat Gelisah, gelisah atau mondar-
diwawancara mandir, tremor tangan,
mengerutkan alis,

Wajah tegang, mendesah atau

0 = Tidak ada, 1 = ringan , 2 = Sedang, 3 = berat , 4 = Sangat berat

IX. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN


Umur sosial Motorik halus Motorik kasar
2 bulan  senyum  mengikuti gerak  mengangkat kepala
45 dari perut
4 bulan  senyum  menggenggam  membalikan badan
6 bulan  menggapai  memindahkan duduk
mainan benda dari tangan satu
ke tangan lain
9 bulan  bermain ciluk ba  mengambil benda  berdiri
dengan ibu jari dan
telunjuk
12 bulan  minum dgn  menjumput benda  berjalan
cangkir dengan 5 jari
18 bulan  menggunakan  mencoret-coret  naik tangga
sendok kertas
2 tahun √ melepaskan √ membuat garis √ berdiri dgn satu kaki
pakaian
3 tahun  bermain  meniru membuat  mengayuh sepeda
interaktif garis
4 tahun  memasang  menggambar  melompat dengan
kancing baju satu kaki
5 tahun  memaka baju  meniru gambar  menangkap bola
tanpa pengawasan
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Pemeriksaan
Nama
14 15 16 17 18 19 Satua
Pemeriksaa Nilai
Oktobe Oktobe Oktobe Oktobe Oktobe Oktobe n
n Rujukan
r 2018 r 2018 r 2018 r 2018 r 2018 r 2018
Hematologi
11,5-
Hemoglobin 13,7 g/dL
13,5
5.000-
Leukosit 16.900 Sel/uL
14.500
Hematokrit 41,4 34-40 %
150.000
Trombosit 489.000 - Sel/uL
450.000
Urine
Urine Rutin
Kimia Urine
Warna Urine Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Berat Jenis 1.002-
1.015 1.015 1.015 1.015 1.015
Urine 1.030
Ph 6,5 8,0 8,5 7,5 8,5 4,6-7
Nitrat Urine Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Protein
3+ 3+ 3+ 3+ 2+ Negatif
Urine
Glukosa
Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Urine
Keton Urine Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Urobilinoge u
3,2 3,2 3,2 3,2 3,2 3,2
n Urine mol/L
Bilirubin
Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Urine
Blood 2+ Trace Negatif Negatif Negatif Negatif
Mikroskopis Urine
Eritrosit 1 1 1 1 1 <1 /lpb
Lekosit 4 0 0 0 0 <6 /lpb
Sel epitel 5 0 1 0 1 <5 /lpk
Bakteri Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif /lpk
Kristal Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif /lpk
Silinder Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif /lpk
Lain-lain
Lekosit Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
Kimia Klinik
Albumin 2,5 3,5-5 g/dL

XII. THERAPI

No Nama Obat Dosis Rut Indikasi


e
1. Infus Wida D5-1/2 IV Diberikan pada pasien untuk infus vena
NS perifer sebagai sumber kalori dimana
penggantian cairan dan kalori dibutuhkan
serta keseimbangan elektrolit.
2. Cefotaxime 3x500 mg IV Obat antibiotik yang digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi bakteri
misalnya infeksi pernafasan bagian bawah.
Infeksi saluran kemih, meningitis dan
gonore. Antibiotik ini menghentikan
pertumbuhan bakteri.
4. Prednisolon 3x10 mg Oral Obat yang termasuk golongan
kortikosteroid untuk mengurngi respon
sistem imunitas agar mengurangi gejala
reaksi alergi seperti nyeri dan
pembengkakan.
5. Cefixime 2x2,5 ml Oral Obat antibiotik untuk mengobati berbagai
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, obat
ini bekerja dengan menghambat
pembentukan dinding sel bakteri sehingga
bakteri menjadi mati.
6. OAT Oral Obat anti TB adalah jenis-jenis antibiotik
yang dosisnya disesuaikan dengan berart
badan.

B. ANALISA DATA
Data Fokus Masalah Keperawatan
Ds : Ibu klien mengatakan bengkak sudah 3 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
minggu, dimulai dari mata kemudian ke hipoalbuminemia.
tangan kaki dan kelamin serta perut.
Do :
- Tampak edema di bagian mata, tangan,
kaki, dan genital.
- Perut tampak asites.
- Protein urine +3
- Blood 2+
- LP = 54 cm
- Albumin 2,5 g/dL
- BB = 15,5 Kg TB = 85 cm (Status
nutrisi lebih)
- Suhu = 37,6 °C
- TD = 100/70 mmHg
- HR = 80 x/menit
RR = 30 x/menit
Ds : Ibu klien mengatakan sebelumnya ada Resiko Infeksi.
demam.
Do :
- Leukosit 16.900 sel/uL
- Hematokrit 41,4 %
- Suhu = 37,6 °C
- TD = 100/70 mmHg
- HR = 80 x/menit
- RR = 30 x/menit

Ds : Ibu klien mengatakan belum Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan


mengetahui tentang penyakit dan prognosis kurangnya informasi.
dari sindrom nefrotik.
Do :
- Persepsi keluarga terhadap penyakit
buruk.
- Reakasi keluarga terhadap penyakit
buruk.
- Ibu An. A selalu bertanya mengenai
penyakit sindrom nefrotik dan prognosi
kedepannya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipoalbuminemia.
2. Resiko infeksi.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Dx

1. Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Rencana tindakan :


cairan berhubungan keperawatan 3x24 jam, Monitoring edema
dengan diagnosa kelebihan volume R: Kelebihan volume cairan
hypoalbuminemia cairan b.d hipoalbuminemia salah satunya ditandai
dapat teratasi dengan kriteria dengan adanya edema di
hasil : sebagaian atau seluruh
- Tidak ada edema. tubuh.
- Protein urine dan blood
negatif dan albumin 3,5 2. Monitoring intake output.
– 5 g/dL. R: Pemantauan inake dan
- Balance negatif. output dapat berguna
- Berat badan sesuai untuk melihat keefektifan
dengan usia (12-15 Kg). pemberian terapi dan
- Tanda-tanda vital dalam keadaan klien.
rentang normal (TD 90-
105/55-70 mmHg, HR 3. Monitoring tanda-tanda
70-120 x/menit, RR 20- vital.
30 x/menit, Suhu 36,5- R:Penurunan dan
37,5°C). peningkatan tanda-tanda
vital dapat memperlihatkan
Setelah dilakukan tindakan kondisi klien.
keperawatan 3x24 jam,
2 Resiko Infeksi diagnosa resiko infeksi dapat 1. Monitoring tanda-tanda
berhubungan dengan teratasi dengan kriteria hasil : vital.
menurunnya imunitas - Leukosit dalam rentang R:Penurunan dan
normal (5.000 – 14.500 peningkatan tanda-tanda
sel/uL). vital dapat menunjukkan
- Tanda-tanda vital dalam kondisi klien terutama
rentang normal (TD 90- peningkatan suhu tubuh
105/55-70 mmHg, HR menunjukkan kondisi
70-120 x/menit, RR 20- infeksi.
30 x/menit, Suhu 36,5- 2. Pastikan melakukan
37,5°C). tindakan dengan teknik
- Tidak ada tanda-tanda aseptik dengsn mencuci
infeksi seperti demam tangan 6 langkah di 5
dan peningkatan ttv. momen.
R: Teknik aseptik
merupakan segala usaha
yang dilakukan untuk
mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam
tubuh yang menyebabkan
infeksi salah satunya
dengan mencuci tangan
dengan benar.
3. Beritahu Ibu untuk
mengenali adanya tanda-
tanda infeksi.
R: Ibu adalah orang
terdekat yang menjaga dan
merawat klien, dengan
mengenali tanda-tanda
infeksi ibu dapat
membantu proses
penyembuhan klien.
4. Lanjutkan kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian cefotaxime
3x500mg dan paracetamol.
R: Cefotaxime adalah salah
satu obat antibiotik yang
berfungsi untuk membunuh
bakteri penyebab infeksi.
Obat ini bekerja dengan
membunuh dan mencegah
Setelah dilakukan tindakan pertumbuhan bakteri.
3 Defisiensi keperawatan 2x24 jam,
pengetahuan diagnosa defisiensi 1. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan dengan pengetahuan berhubungan Ibu mengenai penyakit.
kurangnya informasi. dengan kurangnya informasi R: Tingkat pengetahuan Ibu
dapat teratasi dengan kriteria menentukan informasi
hasil : yang dibutuhkan oleh Ibu
- Ibu dan keluarga dan keluarga.
mengetahui tentang
penyakit dan 2. Berikan informasi
prognosisnya. mengenai penyakit,
- Ibu dan keluarga prognosis dan
mempunyai persepsi penatalaksanaan yang
serta reaksi baik diperlukan untuk sindrom
terhadap penyakit. nefrotik
R: Informasi mengenai
penyakit, prognosis dan
penatalaksanaan sindrom
nefrotik meningkatkan
pengetahuan Ibu dan
keluarga sehingga Ibu dan
keluarga mempunyai
persepsi yang baik serta
dapat mendukung serta
kooperatif dalam
pengobatan yang dilakukan
serta mencegah adanya
kekambuhan di kemudian
hari.

3. Berikan evaluasi terhadap


informasi yang telah
diberikan.
R: Evaluasi diperlukan
untuk meninjau
pemahaman informasi
yang telah diberikan.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama : An.A Ruangan : Ruang Anak
No. Medrek : 770282 Diagnosa Medis : Sindrom Nefrotik
Dx IMPLEMENTASI EVALUASI
1.  Melakukan pemeriksaan fisik. S = Ibu mengatakan bengkak sudah ada
R: Terdapat edema di mata, tangan, semenjak
kaki dan kelamin, perut asites dengan 3 minggu yang lalu dan sempat ada
LP = 54 cm, ditangan kanan terdapat demam.
bintik hasil mantoux test, TD = 100/70
mmHg, HR = 80 x/menit, Suhu = O = Edema di mata, tangan, kaki, dan
37,6°C kelamin, perut asites, dan terdapat bintik
 Mengambil darah untuk observasi hasil mantoux test di tangan kanan tetapi
albumin. demam sudah hilang.
R: Follow up hasil albumin
 Monitoring intake dan output. A = TD 100/70 mmHg, HR 80 x/menit, RR
R: Infus 25 cc/jam, I = 350 cc, O = 300 30 x/menit, Suhu 37,6°C, albumin 2,5 g/dL,
cc, balance +50, diuresis 3,2 Infus 25 cc/jam, I = 350 cc, O = 300 cc,
cc/kgBB/jam balance +50, diuresis 3,2 cc/kgBB/jam,
protein 3+, LP 54 cm, BB 15,5 Kg

P = Obervasi intake output. Timbang BB,


timbang urine dan periksa, ukur lingkar
perut setiap hari. Observasi TTV.
Prednisolon 3x10 mg (08-14-20),
Cefotaxime 3x500 mg (08-16-24). Follow
up hasil albumin, apabila <2,5 g/dL
transfusi albumin 20 % dilanjut dengan
2.  Mengajarkan Ibu mengenali tanda- lasix 15 mg.
tanda infeksi seperti peningkatan S = Ibu mengatakan demam sudah hilang.
suhu, RR, HR. O = Tidak ada demam
R: Ibu akan melaporkan jika ada A = TD 100/60 mmHg, HR 94 x/menit, RR
tanda-tanda infeksi. 30 x/menit, Suhu 37,5°C, cefotaxime 500
mg.
3.  Menkaji pengetahuan ibu tentang P = Obervasi ttv. Cefotaxime 500 mg
sindrom nefrotik S = Ibu klien mengatakan belum
R: Ibu mengatakan belum mengetahui mengetahui tentang penyakit dan
bahwa bengkak pada An. A prognosis dari sindrom nefrotik.
disebabkan oleh sindrom nefrotik O = Ibu An. A selalu bertanya mengenai
 Memberikan informasi mengenai penyakit sindrom nefrotik dan prognosi
sindrom nefrotik, prognosis penyakit kedepannya.
dan penjelasan mengenai A = Ibu Persepsi keluarga terhadap
penatalaksanaan. penyakit buruk, reakasi keluarga terhadap
R: Ibu mengatakan mengetahui apa penyakit buruk.
yang harus dilakukan terhadap An.A P = Evaluasi mengenai informasi yang
 Memberikan obat prednisolone telah diberikan.
R: Tidak ada tanda-tanda alergi obat
dan bengkak masih sama
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan sindroma nefrotik di ruang
Darussalam 3 Ruang Anak Rumah Sakit Al Islam Bandung dengan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, dan observasi, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa :

Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 15 Oktober 2018 penulis melakukan
pengumpulan data yang didapatkan dari pasien dan hasil wawancara keluarga.

Pada saat melakukan intervensi sudah dilakukan semakin trust dengan pasiennya.

Pada saat melakukan implementasi penulis menemukan hambatan yaitu pada saat
mengidentifikasi penyebab nsindroma nefrotik dan melatih cara berkenalan dengan anak
masih sulit untuk melakukannya.

Pada tahap evaluasi disesuaikan dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.

B. Saran

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An. A dengan sindroma nefrotik, maka
penulis menyarankan :
1. Bagi Rumah Sakit
Memfasilitasi alat untuk setiap tindakan intervensi
2. Perawat
Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan sesuai
dengan Standar Operasional Praktek (SOP) yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medik Jilid 1.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik Idiopatik
Pada Anak Edisi 2.

Trihono PP, Alatas H, Tambunan T, Pardede SO, penyunting. Konsensus tatalaksana


sindrom nefrotik pada anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2012

Noer SM,Sindrom nefrotik idiopatik. Dalam: Kompendium nefrologi anak. Editor: Noer
SM, Soemyarso AN, Subandyah K, Prasetyo VR, Alatas H, Tambunan T, Trihono TT,
Pardede OS, Hidayati LE, Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D.Badan penerbit
ikatan dokter anak Indonesia.2011:72-88.

Betz, Cecily L, Sowden, Linda L. 2009. Pediatrik Edisi 5. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai