Anda di halaman 1dari 15

Aku bernama Ara. Usiaku 8 tahun.

Sekarang aku sudah duduk dibangku kelas


dua SD. Aku bersekolah di SD Negeri
Bahagia. Setiap harinya aku berangkat ke
sekolah dengan ceria bersama dengan teman-
temanku.
Aku memang anak yang manja tapi
aku juga termasuk anak yang rajin. Ayah dan
ibuku juga mengakui hal tersebut.
Aku sangat senang membaca. Setiap
harinya aku selalu menyempatkan waktu
untuk membaca, karena dengan membaca
aku dapat berkeliling dunia. Itulah yang
sering dikatakan ibu kepadaku.
Hidupkubahagia karena masih
dikelilingi oleh orang-orang yang
menyayangiku dengan setulus hatinya. Aku
merasa bangga dan bersyukur dapat terlahir
dikeluarga sederhana ini.
Aku adalah anak pertama dalam
keluargaku. Aku mempunyai sepasang orang
tua yang begitu mencintaiku. Ayahku
bernama Pak Hilman dan ibuku bernama Bu
Hera.
Ayahku adalah sosok laki-laki yang
sangat bijaksana dan menjadi orang
tertampan pertama di duniaku. Ibuku adalah
sosok perempuan penyayang dan menjadi
orang tercantik di dunia ku
Aku juga mempunyai seorang adik
laki-laki. Dia bernama Ari. Usianya 5 tahun,
artinya hanya beda dua tahun dengan usiaku.
Akupun sangat menyayanginya
Menurutku Ari adalah anak yang
penurut tapi terkadang keras kepala. Itu
merupakan sifat wajar yang dimiliki oleh
anak bungsu. Aku tidak pernah mengeluh
ketika harus menemaninya bermain dan
mengikuti semua permintaannya.
Aku selalu berusaha menjadi kakak
yang dapat dicontoh olehnya, dengan harapan
kelak dia menjadi anak yang baik.
Aku merasa keluargaku begitu
lengkap. Selain mempunya kedua orang tua
dan seorang adik, aku juga mempunyai kakek
dan nenek yang sangat peduli dan baik
kepadaku. Namanya kakek Sultan dan Nenek
Susi. Akupun sangat menyayangi mereka.
Setiap dua minggu sekali kami
mengunjunginya di desa. Mereka tinggal di
Desa Suka Maju. Aku selalu bersemangat
ketika akan berlibur di desa, begitupun
dengan adikku Ari. Kami sangat berantusias
karenaudara dan pemandangan disana
sangatlah indah dan menyejukkan mata.
Hari ini, di minggu yang ceria kami Kami pun bergegas dengan lincah.
akan mengunjungi kakek dan nenek di desa. “Ari jangan lupa bawa kue dan buah dimeja
Rasanya aku ingin cepat-cepat tiba disana itu”, kata Ibu sambil menunjuk meja. “Kakak
ketika mengingat keindahannya. Ara saja bu yang bawa, diakan lebih besar”,
sahut Ari. “Ingat pesan ibu, Ari tidak boleh
iri kepada orang lain, walaupun Ari masih
kecil, Ari harus bisa mengerjakan sesuatu
dengan mandiri. Apalagi Ari kan anak laki-
laki jagoan ibu”, lanjut ibu sambil mengelus
kepala Ari. “Iya, baik bu”, jawab Ari dengan
berat. Ayah yang juga ada ditempat itu hanya
ketawa kecil sambil menggeleng-geleng
melihat kelakuan Ari kala itu. “Sudahlah Ari,
turuti saja permintaan Ibu, apa yang dikatan
ibu tadi benar”.
Ari melakukannya walaupun dengan
hati yang kurang ikhlas. Aku yang
melihatnya, langsung berkata, “Sini kakak
bantuin bawa kuenya”, sambil mengambil
beberapa kantongan kue ditangan Ari.
“Makasih kakak Ara”, balas Ari yang disertai
dengan senyuman manja di pipinya. Aku
sadar bahwa saling menolong itu sangat
penting. Setelah semua telah selesai, maka
kami sekeluarga berangkat ke desa.
Sepanjang perjalanan aku dan Ari menikmati
keindahannya sambil bernyanyi.
Naik...naik... ke puncak gunung
Tinggi...tinggi sekali
Kiri..kanan kulihat semua
Banyak pohon cemara....aaa
Kiri...kanan kulihat semua
Banyak pohon cemaraaa...
Ayah dan ibu pun ikut bernyanyi
dengan kami. Sungguh bahagianya kami.
Tak terasa kami pun tiba di rumah
kakek dan nenek. “Ayah..itu rumah kakek
dan nenek kan ?”, tanya Ari sambil
menunujuk sebuah rumah yang mulai terlihat
dari kejauhan.
Ternyata mereka telah menunggu
kami sejak tadi. Mereka menyambut kami
dengan sebuah pelukan dan senyuman hangat
yang terlukis dibibirnya. “Akhirnya kalian
sampai juga”, kata kakek memulai
percakapan kala itu. “Iya kek, alhamdulillah.
Kami rindu sama kakek dan nenek”, sahut
Ara.

Keesokan harinya kami menikmati


indahnya mentari pagi dengan terpaan udara
sejuk di pekarangan rumah. “Ayah...ibu..itu
kakek dan nenek kan ?”, tanya Ari sambil
menarik-narik baju Ayah. “Iya itu kakek dan
nenek yang sedang olahraga pagi”, jawab
Ayah. “Ibu jadi malu melihat mereka yang
sudah tua tapi masih giat berolahraga
sedangkan kita yang muda masih bermalas-
malasan dipagi ini”,lanjut ibu. “Ibu..kita
ikutan olahraga yah, boleh ?, tanya Ara.
“Tentunya boleh anak-anak, Ayo kita semua
ke sana”, kata Ayah. Kami pun bergegas ke
arah kakek dan nenek untuk ikut berolahraga
pagi.

Hari telah beranjak sore, kami


sekeluarga benar-benar menikmati liburan
kali ini. Tiba-tiba nenek muncul dari balik
pintu, “Ada yang mau ikut nenek
berkebun ?”. “Saya”, jawab Ara dan Ari
dengan kompak. “Kalau
begitu, dari pada kita
hanya duduk saja tanpa
ada aktivitas kita semua
ikut berkebun bu, rasanya
sudah lama sekali tidak
pernah melakukan itu”,
lanjut ibu ke nenek.
Akhirnya kami sekeluarga
ikut berkebun dengan
kakek dan nenek.Aku
begitu penasaran dengan
kebun yang akan kami
datangi.
Sesampai ditempat itu, saya kembali
terpaku melihat berbagai macam pohon yang
sebelumnya belum pernah ku temui.
Aku dan Ari sangat antusias
menanyakan berbagai jenis pohon yang ada.
“Ibu, itu pohon apa ?”, tanya Ara sambil
menunjuk salah satu pohon. “Ini namanya
pohon pisang nak”, jawab ibu. Kami berdua
terus-terusan bertanya kepada kedua orang
tua kami sampai mereka kewalahan
menjawab semua pertanyaan kami. Namanya
juga anak-anak.
Terlihat dari kejauhan kakek dan
nenek membersihkan disekitaran kebun.
“Mari anak-anak kita tolong kakek dan nenek
untuk membersihkan. Kita sebagai generasi
muda harusnya lebih giat dan lebih paham
tentang kebersihan lingkungan”, kata ayah.
Aku bangga memiliki kakek dan nenek
seperti mereka. Mereka sangat peduli
terhadap lingkungan sekitar. Siapa lagi yang
akan menjaga lingkungan jika bukan kita
semua.
Tak terasa waktu liburan telah usai.
Rasanya aku tidak ingin kembali ke kota dan
ingin tinggal bersama kakek dan nenek di
desa. Tapi mengingat akan sekolah dan
teman-teman akupun merindukan semua itu.
Setelah itu kami berpamitan. “Kami pulang
dulu yah ayah..ibu”, kata ayah kepada Ara dan Ari sambil memeluk mereka. Setelah
mereka. berpamitan, akhirnya kami kembali ke kota.
“Iya hati-hati di jalan, kami pasti
merindukan kalian”, sahut nenek. “Jangan
bosan-bosan kemari yah nak..cuu..rumah ini
selalu terbuka lebar untuk kalian”, sambung
kakek. “Sayaaaaangg kakek dan nenek”, kata
KELUARGAKU

Anda mungkin juga menyukai