Anda di halaman 1dari 9

REKAYASA IDE

PENGARUH BORAKS TERHADAP SISTEM REPRODUKSI PRIA


Dosen Pengampu:
Friends silaban.S,Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

1. ALWI HAMDANI NST 418


2. EVY SILVIA SARI 4181141015
3. ISMI TITI IVANI NABABAN 418
4. DANDI SEMBIRING 418

BIOLOGI DIK E 2018

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nafas
kehidupan kepada saya dan telah menolong hambanya menyelesaikan rekayasa ide ini yang
berjudul sistem reproduksi dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan tidak lupa ucapan
terima kasih kepada dosen Anatomi Fisiologi tubuh manusia, sebagai dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada saya, sebagai pelatihan dan
penambahan wawasan, serta berbagai pihak yang telah membantu saya menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
 Adapun rekayasa ide ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Anatomi
fisiologi tubuh manusia , yang mana dalam mengajukan gagasannya ini berdasarkan
pemahaman dan apa yang diketahui penulis.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
rekaysa ide ini . Saya berharap semoga rekayasa ide ini bermanfaat bagi diri saya sendiri
dan kepada para pembacanya .

Medan,  21 April 2020

                                                                                      Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1

BAB II : ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA............................2

BAB III : PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN

INOVASI........................................................................................................6

BAB IV : IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA......................................7

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................8

4.2 Nilai-nilai inovasi...................................................................................................8

4.3 perkiraan dampak...................................................................................................9

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN

Masalah reproduksi biasanya sering sekali terdengar dan dibahas oleh masyarakat, dalam
dunia pendidikan tingkat SlTP, SLTA, ataupun di Perguruan Tinggi EPKIP Biologi, dunia
kesehatan, bidang kedokteran juga membahas reproduksi. Istilah reproduksi tidak lagi tabu
untuk dibicarakan. Karena reproduksi itu adalah hal yang wajar saja dibicarakan, asalkan tidak
menyalahgunakan pengetahuan yang telah didapat mengenai reproduksi. Para orang tua dan
orang dewasa lainnya sangat enggan untuk membicarakan masalah reproduksi, apalagi sampai
diketahui oleh anak, teman atau adik yang masih remaja yang masih belum bisa mengenal
istilah reproduksi. Sebaiknya mereka memberi arahan, bimbingan , serta pengajaran mengenai
reproduksi, sebab dengan begitu mereka menjadi lebih mengetahui pengertian reproduksi,
fungsi reproduksi, serta berbagai proses yang terjadi didalamnya. Sehingga tidak merugikan
masa depan mereka, dan tidak membuat mereka jatuh dalam pergaulan bebas yang biasanya
sangat dekat dengan seks bebas, Narkotika, dan sebagainya. Dengan begitu mereka dapat
menjaga sistem reproduksi mereka dengan mengkonsumsi makan-makanan yang sehat,
penyakit reproduksi bisa diperoleh dari makanan yang tidak sehat, seperti makanan yang
banyak mengandung boraks dapat menurunkan jumlah sperma pada laki-laki dan sistem
reproduksi mereka pun terganggu
BAB II ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA

Sebagian besar makanan yang diedarkan sudah ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP),
yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan.
Bahan tambahan pangan banyak digunakan sebagai pemanis, pengemulsi, pengeras, pengental,
pembentuk gel, pengawet, dan lain-lain. Penggunaannya diatur oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan tidak boleh melebihi asupan harian yang dapat diterima tubuh .Pemerintah
sudah menetapkan beberapa bahan yang dilarang untuk digunakan sebagai BTP. Bahan-bahan
tersebut diantaranya adalah boraks, formalin, rodamin B, kokain, dan nitrobenzene. Dilarangnya
bahan-bahan tersebut terkait dengan bahayanya bagi kesehatan.

Ditinjau dari segi histopatologi, boraks dapat menyebabkan, penipisan epitel germinal,
disorganisasi epitel germinal, penyempitan diameter tubulus seminiferus, hingga atrofi testis.
Sedangkan dari segi fisiologi dan biokimia, boraks menyebabkan menurunnya kadar testosteron di
sirkulasi, inhibisi spermiasi, dan menurunnya hitung jumlah sperma.

Mekanisme boraks di dalam tubuh belum diketahui secara jelas. Boraks diduga dapat
menyebabkan stres oksidatif dan menginduksi ekspresi berlebihan COX-2 yang akan menghambat
steroidogenesis dan pembentukan testosteron. Mekanisme lainnya adalah timbulnya vakuolisasi
dan hilangnya specific junction antara sel Sertoli dan sel spermatogenik. Teori lain juga
menyebutkan boraks sebagai sitotoksik yang menghambat pembentukan ATP sehingga sel Leydig
tidak dapat menghasilkan testosteron sesuai dengan kebutuhan tubuh. Ketiga mekanisme ini,
bagaimanapun, saling berhubungan satu sama lain. Terganggunya sistem reproduksi pria karena
boraks diduga dapat berujung infertilitas.
BAB III PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI

Penelitian hewan coba terhadap tikus putih menunjukkan bahwa pemberian boraks dengan dosis
tertentu dapat menyebabkan inhibisi spermiasi, penipisan epitel germinal, disorganisasi epitel germinal,
penyempitan ukuran diameter tubulus seminiferus, deskuamasi epitel germinal, hingga atrofi testis.
Perubahan ini dapat disebabkan adanya penurunan kadar testosteron di sirkulasi. Penurunan kadar
testosteron dan FSH dapat memicu apoptosis dan lepasnya sel spermatogenik dari epitel germinal.
BAB IV IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA

Penelitian hewan coba terhadap tikus putih menemukan adanya penurunan kadar
testosteron di sirkulasi pada kelompok yang diinduksi boraks. Boraks bersifat sitotoksik dengan
bekerja sebagai penghambat pembentukan ATP. Reaksi dekarboksilasi oksidatif memerlukan
riboflavin sebagai koenzim. Jika riboflavin diikat oleh boraks, maka akan terbentuk kompleks
riboflavin-boraks, sehingga reaksi dekarboksilasi oksidatif tidak terjadi dan ATP tidak
terbentuk. Sel Leydig yang kekurangan ATP akan mengalami penurunan kemampuan untuk
melaksanakan biosintesis testosteron. Pengaruh lain sebagai akibat penghambatan pembentukan
energi sel Leydig oleh boraks adalah penurunan intergritas sel sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi faal reseptor sel-sel Leydig

4.1 KESIMPULAN
4.2 NILAI-NILAI INOVASI
4.3 PERKIRAAN DAMPAK
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai