Anda di halaman 1dari 3

DEWAN PENGURUS KOMISARIAT

GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA


HUKUM UNDIP
Sekretariat: Jl. Klentengsari Selatan No. 6, Pedalangan, Banyumanik, Semarang.
Narahubung: Eka Padmahantara Antonius (081564667040)
email: gmnifakultashukumundip@gmail.com

Strukturalisme
(Pisau Analisa dalam Membedah Fenomena Negara)
Oleh : Alfonsius & Freddy

Louis Althusser adalah seorang filsuf Marxis dari Prancis yang pandangannya tidak dapat
dilepaskan dari konteks gerakan kiri di Prancis dan Eropa pada pertengahan abad ke 20.1 Dalam
bukunya yang berjudul Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara, Althusser berusaha membedah
kerangka pemikiran strukturalisme secara empirik bagaimana Kapitalisme bisa terus mereproduksi
dirinya. Dengan menggambarkan relasi antara infrastruktur (basis materi) dan supratruktur (negara
dan ideologi). Adapun buku ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yaitu : Mengenai reproduksi syarat-syarat
produksi, Reproduksi relasi-relasi produksi, dan Ideologi.

Mengenai Reproduksi Syarat-Syarat Produksi


Berangkat dari pemikiran marx pada sebuah formasi sosial, bahwa kegiatan produksi untuk
mempertahankan kegiatannya wajib melakukan reproduksi syarat-syarat produksi. Maka
Althusser berpandangan di dalam reproduksi syarat-syarat produksi harus memproduksi :
1) Kekuatan – kekuatan produksi (Alat-alat produksi dan tenaga kerja)
2) Relasi produksi yang berlaku
Althusser berpandangan bahwa dalam kegiatan reproduksi ini terjadi mekanisme rantai yang tak
berujung mengikuti prosedur kapitalisme, dan di dalam kegiatan reproduksi ini pula terjadi relasi
sirkulasi kapital antara kapitalis alat-alat produksi dan kapitalis alat-alat konsumsi.
Mengenai reproduksi tenaga kerja, dijalankan kapitalisme melalui upah, upah disini digambarkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yaitu makan (dengan kata lain untuk me’recharge’ agar
esok dapat bekerja lagi), menciptakan tenaga kerja baru, dan reproduksi keterampilan tenaga kerja.
Dalam melihat perubahan sosial, Marx melihat terdapat unsur-unsur dalam struktur masyarakat
dan membaginya kedalam dua kelas, yaitu infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur mengacu
pada ‘basis ekonomi’ sedangkan Suprastruktur mempunyai dua unsur, yaitu negara dan hukum
(legal-politis) dan ideologi. Dalam hubungan antara keduanya, Marx menggunakan metafora suatu
bangunan, dimana Infrastruktur sebagai suatu fondasi dan Suprastruktur sebagai lantai atasnya.
Sehingga disini terdapat suatu determinasi dimana penentu akhir dari apa yang terjadi di lantai atas

1
Martin Surajaya, Dilemma Althusser
DEWAN PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
HUKUM UNDIP
Sekretariat: Jl. Klentengsari Selatan No. 6, Pedalangan, Banyumanik, Semarang.
Narahubung: Eka Padmahantara Antonius (081564667040)
email: gmnifakultashukumundip@gmail.com

(suprastruktur) ditentukan oleh suatu fondasi (infrastruktur). Dalam menafsirkan hal tersebut,
Althusser menggunakan konsep ‘indeks efektivitas’ dan membagi dua cara: (1) ada ‘otonomi
relatif’ dari suprastruktur terhadap basis; (2) terdapat ‘timbal balik’ dari suprastruktur ke basis.
Sehingga menurutnya, pada akhirnya basis lah yang akan menentukan keseluruhan bangunan.

Dalam tulisannya yang berjudul Communist Manifesto dan Eighteen Brumaire, Marx memahami
negara sebagai aparatus represi. Negara adalah sebuah ‘mesin’ represi yang membuat kelas yang
berkuasa memiliki dominasi atas kelas pekerja. Althusser mengatakan keberadaan negara sebagai
mesin represi terlihat dalam hubungannya dengan syarat-syarat praktik hukum (polisi, pengadilan,
penjara), dan tentara yang sebagai kekuatan represif pelengkap. Di atas unsur-unsur tersebut
terdapat kepala negara, pemerintah, dan administrasi sebagai pihak-pihak yang mengontrol mesin
tersebut.
Berangkat dari pemikiran Marx tentang negara, Althusser menambahkan suatu konsep baru, yaitu
Aparatus Ideologi Negara/Ideological State Apparatuses (ISA). Ia menyebut Aparatus Ideologi
Negara sebagai sejumlah kenyataan yang menampilkan diri mereka ke pengamat terdekat dalam
bentuk institusi-institusi khusus dan berbeda. Yang dimaksud institusi-institusi khusus dan
berbeda adalah sebagai berikut:
• Institusi agama
• Institusi pendidikan
• Institusi keluarga
• Institusi hukum
• Institusi politik
• Institusi serikat-buruh
• Institusi komunikasi
Perebedaan antara Aparatus Represi dengan Aparatus Ideologi negara adalah: Aparatus Represi
berfungsi dengan kekerasan, sedangkan Aparatus Ideologi berfunsgi dengen ideologi. Namun
keduanya masih memiliki hubungan. Aparatus Represi Negara memiliki fungsi represi sebagai
fungsi utama sementara ideologis hanya bersifat sekunder. Sedangkan Aparatus Ideologi Negara
memiliki fungsi ideologi sebagai fungsi utama, sementara represi hanya bersifat sekunder.
Althusser memberikan contoh Sekolan dan Gereja yang menggunakan metode penghukuman, dsb,
sebagai metode pendisiplinan.

Reproduksi Relasi – Relasi Produksi


DEWAN PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
HUKUM UNDIP
Sekretariat: Jl. Klentengsari Selatan No. 6, Pedalangan, Banyumanik, Semarang.
Narahubung: Eka Padmahantara Antonius (081564667040)
email: gmnifakultashukumundip@gmail.com

Pada praktek kapitalisme, Althusser mengatakan bekerjanya hal ini sebagai suatu relasi-relasi
eksploitasi kapitalis. Ia menjelaskan bagaimana peran ISA melalui ideologinya berusaha
menjalankan fungsinya agar dalam kegiatan reproduksi dan produksi. Sebagai contoh Althusser
menjelaskan bagaimana sekolah sebagai instrumen ISA menjalankan fungsi ideologinya melalui
pelajaran-pelajaran dan berbagai metode yang mereka terapkan agar siswa ini dapat bekerja sesuai
dengan yang ideologi/negara harapkan.
Ideologi
Althusser dalam tulisannya menjelaskan bahwa ideologi merupakan suatu relasi yang terdapat
pada alam pikiran manusia yang berelasi dengan tindakan nyatanya. Ia menggambarkan sebuah
kondisi yang jelas bagaimana pada abad ke-18 raja merupakan gambaran Tuhan yang pada
akhirnya menyimpulkan bahwa Tuhan merupakan sebuah ilusi yang ada pada manusia. Adapun
beberapa tesis Althusser mengenai Ideologi sebagai berikut:
I. Ideologi mempresentasikan hubungan imajiner individu dengan kondisi keberadaan riil
mereka
II. Ideologi memiliki keberadaan material
III. Ideologi menginterpelasi individu sebagai subjek
Melalui thesisnya, Althusser berkesimpulan ideologi akan memberikan sebuah gambaran semu
melalui negara kepada individu sebagai subjek ideologi tersebut sehingga melahirkan sebuah
kesadaran yang semu pula.

Anda mungkin juga menyukai