Anda di halaman 1dari 20

Makassar, 06 Oktober 2019

ILMU KEDOKTERAN GIGI MASYARAKAT


MAKALAH TUTORIAL MODUL 1
PERUBAHAN TINGKAH LAKU

NAMA KELOMPOK 8 :
1. ANDI FITRIA RAMADHANI J011181334
2. ST.MARYAM J011181335
3. NURWAHYUNI J011181336
4. RAMADHAN ALFITRAH SYAMSIR D J011181337
5. NURMAGFIRAH RAFIUDDIN J011181338
6. DELBI FEBRIAN WINANDA J011181339
7. RAGIL PONCO BUWONA SYAM J011181340
8. FATHUL RIJAL ABDULLAH J011181341
9. IZZATHUL HURRIYAH SYAHRAN J011181342
10. CLARISA BATARA DASE J011181343
11. WAODE NUR ANISA J011181344

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Perubahan Tingkah Laku"
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 06 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Sampul ................................................................................................................i

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi iii

1. BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

2. 1.3 Tujuan Pembelajaran 2

3. BAB II PEMBAHASAN 4

4. 2.1 Definisi dan Prinsip Komunikasi 4

5. 2.2 Tahap Perubahan Tingkah Laku 6

6. 2.3 Metode Promosi Kesehatan Gigi 7

7. 2.4 Tugas Pokok dan Peran Dokter Gigi Meningkatkan Kesehatan


Gilut 8

8. 2.5 Sistem Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat 11

9. 2.6 Konsep dan Peran Dokter Gigi Keluarga 12

10. BAB III PENUTUP 16

11. 3.1 Kesimpulan 16

12. 3.2 Saran 16

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa definisi dan Prinsip Komunikasi

2. Bagaimana Tahap Perubahan Tingkah Laku

3. Metode Promosi Kesehatan Gigi

4. Apa Tugas Pokok dan Peran Dokter Gigi Meningkatkan Kesehatan Gilut

5. Bagaimana Sistem Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat

6. Apa Konsep dan Peran Dokter Gigi Keluarga

1.3 Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan pembelajaran dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi dan Prinsip Komunikasi

2. Untuk mengetahui tahap Perubahan Tingkah Laku

3. Untuk mengetahui metode Promosi Kesehatan Gigi

4. Untuk mengetahui tugas Pokok dan Peran Dokter Gigi Meningkatkan

Kesehatan Gilut

5. Untuk mengetahui sistem Pelayanan Kesehatan Gigi Masyaraka

6. Untuk mengetahui Konsep dan Peran Dokter Gigi Keluarga


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Penyebab Keterlambatan Erupsi Gigi Permanen

Terdapat beberapa kondisi yang berhubungan dengan keterlambatan erupsi

gigi secara umum. Keterlambatan ini antara lain dapat dilihat pada anak-

anak yang memiliki kromosom abnormal yaitu penderita syndrome down

dan turner, yang pada beberapa kasus gigi sulung akan terus bertahan

dalam rongga mulut sehingga anak berumur 15tahun. Keterlambatan yang

signifikan juga di sebabkan oleh adanya defisiensi nutrisi, hipotiroidisme

atau hipopituitarisme pada masa anak-anak. Cleidocronial displasia

menyebabkan keterlambatan atau kegagalan erupsi gigi permanen.

Hiperplasia gusi herediter bersama hipertrikosis juga menyebabkan

keterlambatan erupsi. Selain itu, pencabutan gigi molar susu yang terlalu

dini dapat menyebabkan penundaan erupsi gigi permanen.

Beberapa penyebab dari keterlambatan erupsi gigi tetap adalah :

A. Insisivus : Reseorpsi yang terlambat pada insisivus sulung setelah

trauma dan kematian pulpa, dilaserasi, gigi-geligi kelebihan

(supernumerary teeth), kehilangan gigi sulung yang sangat dini, diikuti

oleh perkembangan tulang dalam soket gigi.

B. Kaninus : Jalur erupsi kaninus rahang atas tidak sebagaimana

mestinya.
C. Premolar : Impaksi ke arah gigi-geligi lain disebabkan karena angulasi

abnormal atau bejejal-jejal, resorpsi terhambat pada molar susu, molar

susu terpendam.

D. Molar : Impaksi ke arah gigi-geligi lain: khususnya mengenai molar

ketiga.

E. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi erupsi gigi adalah :

genetik, lingkungan, dan sistemik. Faktor genetik dapat mempengaruhi

kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik mempunyai pengaruh

terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk

proses kalsifikasi gigi. Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi

adalah sekitar 78%.

Perbedaan ras juga dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi

gigi tetap. Pengamatan terhadap jenis kelamin, waktu kelahiran, dan

nutrisi, menunjukkan bahwa ras Negroid Amerika memiliki waktu erupsi

lebih cepat dibanding ras Kaukasoid Amerika. Orang

Amerika,Swiss,Perancis,Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang

sama yaitu Kaukasoid tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi gigi

yang terlalu besar.

Tingkat sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,

kesehatan seseorang dan faktor lainnya, yang berhubungan, juga

dihubungkan dengan terjadinya keterlambatan erupsi gigi-geligi anterior

dan percepatan erupsi gigi-geligi posterior. Keluarga yang mempunyai

tingkat sosial ekonomi baik, umumnya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi


yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tubuh Anak-anak

dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi

yanh lebih terlambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi

menengah.

Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan

nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Kelenjar

endokrin berfungsi untuk menghasilkan hormon dalam tubuh untuk

mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kelenjar Pituitari,

Tiroid, Paratiroid, dan growth hormone. Apabila ada kelainan kelenjar

tersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan rahang dan gigi.

Gangguan pada erupsi permanen juga dapat disebabkan oleh penyakit

sistemik dan beberapa sindroma. Keterlambatan erupsi gigi terjadi pada

penyakit dan sindroma seperti Down Sindrome, Cleidocranial dysostosis,

Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial

synostosis dan Hemifacial atrophy

2.2 Struktur dan Waktu Erupsi Gigi Normal

A. Struktur

1. Email : adalah lapisan putih pada permukaan gigi yang merupakan

pelindung mahkota anatomis.

2. Dentin : adalah jaringan keras berwarna kekuningan dibawah email

dan sementum yang menyusun bagian dalam setiap mahkota serta akar

gigi.
3. Sementum : lapisan luar berwarna kuning suram dan akar gigi.

sementum sangat tipis teruma pada garis servikal.

4. Pulpa : jaringan lunak berisi pembulu darah.

5. CEJ : adalah permukaan dalam dari penutup email di muka email

bertemu dentin

6. Foramen Apikal : ujung gigi tempat keluar masuknya pembuluh darah

B. Erupsi Gigi Permanen

I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M3
RA 7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21
RB 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21
C. Erupsi Gigi Sulung

I1 I2 C M1 M1
RA 7,5 9 18 14 24
RB 6 7 16 12 20
2.3 Diagnosa dan Diagnosa Banding Sesuai dengan Skenario

A. Kista Erupsi

Berdasaran gejala pada skenario yaitu daerah bebiruan pada region

gigi 11 yang akan erupsi disertai pembengkakan mukosa warna

kemerahan disekitarnya maka diagnosa sementara yang dapat diambil

adalah kista erupsi dimana kista erupsi ini merupakan kista jaringan

lunak yang berasal dari pemisahan folikel gigi dari mahkota gigi yang

erupsi, dimana kista erupsi ini memilii gambaran klinis yaitu

pembengkakan mukosa diatas alveolar ridge, lunak saat disentuh,

berwarna ungu atau hitam kebiruan. Lesi yang tampak biru kehitaman

mungkin karena mengandung darah akibat trauma. Diagnosis banding

kista erupsi adalah piogenik granuloma, amalgam tattoo, bohn’s


nodule dan eruption hematoma. Erupsi hematoma disebabkan

pendarahan pada jaringan gingiva selama erupsi dan akumulasi darah

pada luar epitel email, saat dalam kista cairan bercampur dengan

darah. Beda antara kista erupsi dan erupsi hematoma tidak terlalu

nyata, kista erupsi menunjukkan transluminasi di bawah pertumbuhan

tetapi erupsi hematoma tidak.

B. Hipoplasia Enamel

Berdasarkan gejala kelainan pada skenario yaitu adanya warna kuning

pada permukaan gigi dan permukaa yang tidak rata maka diagnose

banding yang dapat diambil adalah Hipoplasi enamel dimana

hipoplasia enamel ini adalah kelainan struktur email yang terjadi

akibat adanya gangguan fungsi amloblast pada tahap formatif

sehingga pembentukan email tidak sempurna. Dimana gambaran

klinisnya bervariasi dari normal sampai berwarna kuning kecoklatan

tergantung ketebalan email derajat translusensi melalui dentin, email

terlihat kasar, tidak beraturan dan berlubang-lubang. Diagnosis

bandingnya yaitu amelogenesis imperfecta yaitu kelainan herediter

yang mempengaruhi pembentukan email baik dari gigi geligi sulung

maupun permanen kekurangan email sebagian atau seluruhnya

menyebabkan warna kuning sampai coklat yang rentan terhadap

karies.

2.4 Etiologi dari Diagnosa Penyakit yang Dialami Anak dalam Scenario

A. Kista Erupsi
Etiologi kista erupsi belum diketahui secara pasti. Menurut aguilo et al,

dari 36 kasus ditemukan karies dini, trauma, infeksi dan kekurangan

ruang untuk erupsi yang mungkin menjadi penyebab kista erupsi .

Gambaran klinis kista erupsi tampak sebagai pembengkakan gingiva

yang lunak, translusen dan bila terisi darah akan berwarna biru

keunguan. Pembengkakan pada mukosa di atas alveolar ridge, lunak

saat disentuh, berwarna ungu atau hitam kebiruan. Kebanyakan

asimptomatik tetapi dapat nyeri ketika dipalpasi . Warna lesi ini

bervariasi, normal hingga biru kehitaman atau coklat, tergantung pada

jumlah cairan di dalam kista. Lesi yang tampak biru kehitaman

mungkin karena mengandung darah akibat trauma.

B. Hipoplasia Enamel

1. Faktor keturunan

Bentuk email yang tidak normal kemunngkinan besar disebabkan oleh

gangguan menyeluruh pada ameloblas. kelainan melibatkan seluruh

email sangat tipis sehingga tidak terlihat melalui rontgen. mahkota gigi

yang terkena berwarna kuning kecolatan, halus, berilap, keras.

2. Hipoplasia karena penyakit congenital

Hipoplasia ditularkan oleh ibu melalui aliran darah ke janin. kelainan

email ini terjadi pada tahap pembentuan gigi olh mikroorganisma,

misalnya Treponema pallidum dan kuman penyebab sifilis. kelainan

email ini mempegaruhi bentuk dan ukuran mahkota gigi. selain itu,

jika anak dilahirkan dari ibu penderit rubella pada trisemester perama
kehamilan, akan mengalami hipoplasia email menyeluruh, mahkota

gigi yang mengecil, kelainan saraf dan kelainan anatomi lainya.

3. Hipoplasia karea difisiensi nutrisi

Difisiensi vitamin yang mmempegaruhi email terutama vitamin A,C,D

termasuk kekurangan kalsium dan fosfor. kekurangan vitamin A

meyerang struktur eptel, bila parah akan terjadi amelogenesis.

kekurangan vitamin C berat akan megakibatkan degenerasi ameloblas

dan hipoplasia email sekunder arena odotoblas idak dapat

berdiferensiasi. viamin D mempengaruhi pembentuka gigi yang

berhubungn dengan metabolism kalsium fosfat dan akan mengganggu

organisasi ameloblas sehigga terjadi hipoplasia email.

4. Penyakit infeksi

Penyakit infeksi yang dapat menybabkan terjadiya hipoplasia email

adalah measles, chiken fox, scarlet fever, hooping coug atau batuk

kronis dan pneumonia karena penyakit ini ditandai dengan suhu tubuh

tinggi selama beberapa minggu.

5. Radiasi

Anak yang terkena radiasi akibat pengobatan penyakit keganasan yang

dideritanya akan mengalami karies rampan di daerah yang terkena

radiasi. penyebab karies ini berhubungan dengan perubahan pada

saluran saliva. ameloblas umumnya resiste terhadap radiasi sinar x dan

ditemukan garis pada email yang berhubungan dengan waktu

perkembangan gigi selama terapi.


6. Hipoplasia karena fluoride

Fluoride dapat mempengaruhi ameloblas pada tahap pembentukan gigi

dan secara klinis disebut morrled enamel. email dapat menjadi putih,

opak, atau tampak berintik-bintik. keparahannya tergantug dari

banyaknya pemakaian fluoride selama periode pembentukan gigi.

2.5 Patogenesis dari Penyakit yang Dialami Anak dalam Scenario

A. Kista Erupsi

Kista erupsi berbentuk oleh kista jinak jaringan lunak yang di sertai

dengan tidak erupsi nya gigi sulung atau permanen maupun sebelum

gigi tersebut erupsi. Kista erupso hamper mirip dengan kista detigerous

dari segi patologis. Satu-satunya berbeda dari dua jenis kista adalah

adanya gigi yang tidak erupsi pada kasus kista erupsi yang terhambat

di dalam jaringan lunak gingiva yang menutupi tulang.

Pathogenesis pertumbuhan atau perkembangan suatu kista dapat

terbagi menjadi 4 tahap yaitu

1. Tahap awal, ditandai kista belum merusak tulang sehingga

tulang di atasnya masih utuh dan masih teraba keras.

2. Tahap sensasi bola pimpong, ditandai sudah mulai terjadi

disakan kista yang semakin besar pada tulang.

3. Tahap krepitasi, pada tahap ini sudah terjadi fragmentasi dari

tulang diatasnya akibat disakankista, sehingga pada palpasi

teraba adanya krepitasi.


4. Tahap fluktuasi, pada tahap ini hanya ada bila kista telah

mengerosi tulang secara sempurna.

B. Hipoplasia Enamel

Hipoplasia adalah email kelainan sruktur email yang terjadi karena

adanya gangguan fungsi ameloblast pada tahap formatif, sehingga

pembentukan matrix email tidak sempurna. Pembentukan email di

mulai pada fase politerasi dengan di tandai dengan multiplikasi sel dan

mulai terbentuk. Organ email berasal dari lapisan epitelium dan akan

membentuk email. Pada fase histodiferensiasi organ emailmengalami

perubahan menjadi ameloblast. Sedangkan pada fase aposisiini lah

perletakan matrix email menjad. Beberapa gangguan tumbuh kembang

dapat merusak ameloblast yang mengakibatkan terjadi gangguan

peletakan matrix email dan menyebabkan terjadi hopoplasia email.

Kelainan ini bersifat metetap dan daoat terjadi pada gigi sulung.

2.6 Penatalaksanaan Penyakit yang Dialami Anak dalam Scenario

A. Kista Erupsi

Tidak ada penanganan khusus untuk kista erupsi karena berasal dari

gigi yang akan erupsi. Orang tua pasien dan pasien anak harus dapat

diyakinkan bahwa folikel bisa pecah secara spontan atau dapat

dilakukan pembedahan terbuka jika terinfeksi, dengan cara eksisi


mukosa untuk membebaskan mahkota gigi. Kista erupsi tidak perlu

diobati dan kebanyakan kista tersebut dapat hilang dengan sendirinya.

Intervensi bedah diperlukan jika terasa nyeri, terjadi perdarahan,

terinfeksi, atau menganggu estetika. Perawatan mungkin tidak

dibutuhkan ketika kista dapat pecah secara spontan, sehingga

memungkinkan gigi untuk erupsi. Jika hal ini tidak terjadi, eksisi

sederhana dari atap kista perlu dilakukan agar terjadi erupsi yang cepat

dari gigi. Sayatan sederhana atau eksisi parsial dari jaringan di atas

kista untuk mengekspos mahkota gigi yang tidak erupsi dan

mengeluarkan cairan kista. Penggunaan Er, laser Cr-YSGG yang

digunakan untuk perawatan kista erupsi disarankan oleh Boj et al.

Metode ini memiliki keuntungan yaitu berkurangnya paparan terhadap

pisau bedah dan perdarahan yang berlebihan pada saat operasi, serta

pasien merasa nyaman. Penyembuhan jaringan lebih baik dan lebih

cepat dan tidak mennyebabkan nyeri pascaoperasi juga merupakan

kelebihan dari metode ini.Perawatan konvensional bagi kista erupsi

ialah marsupialisasi, yang mengangkat jaringan yang menutupi gigi

yang tidak erupsi. Perawatan pilihan lain adalah insisi sederhana untuk

membuka gigi yang tertutup dan mengeluarkan cairan kista. Eksisi

sederhana pada bagian atas gigi yang akan erupsi digabungkan dengan

insisi sederhana. Perawatan dengan diode laser merupakan gabungan

dalam insisi sederhana untuk mengurangi pendarahan.

B. Hipoplasia Enamel
Gigi-gigi yang mengalami hypoplasia email parah mungkin tidak

hanya kurang baik estetiknya, namun juga menjadi sensitive karena

dentinya terbuka. Perawatan sebaiknya dimulai dengan pengurangan

sensitifitas gigi yang dilanjutkan dengan pembuatan restorasi sesuai

dengan maturasi gigi. Mahkota metal yang dilapisi porselen adalah

pilihan yang baik untuk restorasi permanen karena baik dalam hal

kekuatan maupun estetiknya, dan mahkota ini dapat digunakan untuk

gigi anterior maupun posterior. Selain itu perawatan sebaiknya

dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya penurunan

dimensi vertical dan oklusi, kematian pulpa pada gigi permanen muda

atau kerusakan lebih lanjut.

Veener dari bahan resin komposit juga dapat digunakan untuk

memperbaiki penampilan gigi yang mengalami hypoplasia email.

Namun penggunaan restorasi ini sering mengalami kegagalan,

sehingga lebih baik dipilih restorasi dengan bahan glass ionomer

terutama untuk gigi-gigi yang hipoplasinya belum terlalu luas. Veener

porselen dapat digunakan sebagai alternative oleh karena

penampilannya bagus, mempunyai daya tahan terhadap abrasi yang

lebih baik dan dapat dietsa sehingga ikatan dengan resin komposit

yang digunakan untuk sementasi jauh lebih baik. Veener porselen

menghasilkan ketebalan yang lebih rata daripada veener akrilik jika

ditempatkan pada permukaan gigi sebenarnya.


Sesuai dengan kasus pada scenario, untuk perawatan pada gigi anterior

adalah :

1. Untuk gigi yang sensitive, dilakukan pembersihan gigi dengan

sikat dan pumice, jaga daerah yang akan dioles dengan bahan

desensitisasi dalam keadaan kering. Kemudian gigi diulasi

dengan SnF2 8%-10% atau potassium nitrat.

2. Restorasi dengan resin karboksilat, selulosa asetat atau

mahkota metal yang diberi facing komposit untuk estetis dan

menurunkan sensitivitas gigi dari rangsangan termal dan asam,

menaikkan dimensi vertical dari oklusi dan juga menjaga

vitalitas pulpa gigi.

3. Untuk gigi permanen dapat digunakan veener komposit atau

veener porselen maupun mahkota porselen.

4. Restorasi dengan resin komposit dapat digunakan untuk

hypoplasia ringan sebagai veener yang melapisi permukaan

email dengan bantuan etsa. Namun restorasi ini sering

mengalami kegagalan karena perlekatan bahan resin harus

dibantu dengan etsa asam dan gigi yang mengalami hypoplasia

email mempunyai kelainan letak prisma email yang tidak

teratur sehingga retensi yang diperoleh tidak cukup. Tumpatan

glass ionomer lebih baik perlekatannya pada gigi dengan

Hipoplsia Email.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kelainan pada gigi dapat terjadi pada jumlah, warna, masa rupsi, struktur,

dan bentuk, beberapa diantaranya adalah kista erupsi dan hypoplasia

enamel Kista erupsi merupakan merupakan suatu kista odontogenik yang

mengelilingi mahkota gigi, dinding epitelnya memiliki hubungan dengan

mahkota gigi sulung atau kadang gigi permanen yang sedang erupsi. Kista

ini merupakan kista jinak jaringan lunak yang berada di atas gigi sulung

atau permanen yang akan erupsi, timbul secara singkat sebelum

kemunculan gigi di dalam rongga mulut. Kista erupsi merupakan analog

jaringan lunak pada kista dentigerous, tetapi dikenal sebagai kesatuan

klinis. Sedangkan hypoplasia enamel adalah kelainan struktur email yang

terjadi karena adanya gangguan fungsi ameloblast pada tahap formatif,

sehingga pembentukan matriks email tak sempurna

3.2 Saran

Banyak kelainan yang terdapat terjadi pada rongga mulut, mulai dari

kelainan pada jumlah, warna, masa erupsi, struktur, dan bentuk, maka dari
itu perlunya kita meningkatkan kesadaran terhadap kondisi kesehata gigi

dan mulut serta kita perlu mengenali penanganan yang tepat dari penyakit

yang diderita

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai