Anda di halaman 1dari 192

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERAN MEDITASI MINDFULNESS TERHADAP


PEMAKNAAN KEBAHAGIAAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:
Mario Febryan Heimbach
NIM : 089114094

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

PERAN MEDITASI MINDFULNESS TERHADAP


PEMAKNAAN KEBAHAGIAAN

Oleh:

Mario Febryan Heimbach

NIM: 089114094

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Skripsi,

C. Siswa Widyatmoko S.Psi., M.Psi. Yogyakarta, 20 Februari 2013

ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

SKRIPSI

PERAN MEDITASI MINDFULNESS TERHADAP


PEMAKNAAN KEBAHAGIAAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh:


Mario Febryan Heimbach
NIM: 089114094

Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji


pada tanggal: .. Maret 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:

Nama Lengkap Tanda Tangan


Penguji 1 C. Siswa Widyatmoko S.Psi., M.Psi. …………………………
Penguji 2 …………………………
Penguji 3 …………………………

Yogyakarta, Maret 2013


Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

Dr. Christina Siwi Handayani

iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Your vision will become clear only when you can look into your own heart.

Who looks outside, dreams; who looks inside, awakes”

(Carl Gustav Jung)

Terima kasih kepada segala bentuk kehidupan,

yang dalam ketidakkekalannya

mewujud indah ke dalam setiap napas

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 April 2013


Penulis,

Mario Febryan Heimbach

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERAN MEDITASI MINDFULNESS TERHADAP


PEMAKNAAN KEBAHAGIAAN

Mario Febryan Heimbach

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran meditasi mindfulness terhadap


pemaknaan kebahagiaan. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana peran meditasi
mindfulness terhadap pemaknaan kebahagiaan. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan interpretative phenomenological analysis. Penelitian ini melibatkan tiga orang
responden. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur. Proses validasi yang
dilalui adalah validasi komunikatif, di mana data dapat dipakai jika responden merasa data yang
didapat peneliti dapat menggambarkan pengalaman responden; dan validasi argumentatif, di mana
hasil penelitian dapat dibuktikan dengan melihat data mentah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praktik meditasi mindfulness yang dijalani dapat menggeser pemaknaan kebahagiaan, yang
dahulu berorientasi pada mengejar dan mempertahankan sesuatu menjadi penerimaan pada realitas
saat ini, sebagaimana adanya. Perubahan tersebut dapat terjadi karena melaui meditasi
mindfulness, para meditator belajar untuk tidak melekat pada pikiran melalui pengamatan terhadap
pikiran yang terus mengalir, memfokuskan perhatian pada kualitas napas, serta menerima diri dan
momen saat ini seutuhnya.

Kata kunci: Meditasi, mindfulness, kebahagiaan

vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE ROLE OF MINDFULNESS MEDITATION


TOWARDS THE MEANING OF HAPPINESS

Mario Febryan Heimbach

ABSTRACT

This research aimed to explore the role of mindfulness meditation towards the meaning of
happiness. The research question was how mindfulness meditation can affect the meaning of
happiness. This was a qualitative research that applied interpretative phenomenological analysis
as an approach. Three respondents were involved during this reseach. The data was collected by
using semi-structured interview. Credibilty in this research was built by communicative and
argumentative validation. Communicative validation was applied when the data can portray the
respondents’ experience correctly. While argumentative validation was applied when the
research’s result can be confirmed by looking at the raw data. The result suggested that by
practicing mindfulness meditation, the meaning of happiness was shifted. Previously, the
meditators defined happiness as a state that can be achieved by pursuing and holding on to
something. After practicing mindfulness meditation, the meditators defined happiness as a state
when people can accept reality in the present moment, as the way it is. This shifting meaning of
happiness can be achieved because by practicing mindfulness meditation, the meditators learned
to not getting attached to any thoughts through observing the stream of thoughts, focusing on the
quality of breath, and fully accepting the occuring present moment as well as themselves.

Key words: Meditation, mindfulness, happiness

vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata


Dharma
NAMA : MARIO FEBRYAN HEIMBACH
NIM : 089114094
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Peran Meditasi Mindfulness


terhadap Pemaknaan Kebahagiaan

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya


memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya


Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 10 April 2013
Yang menyatakan,

Mario Febryan Heimbach

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Ada banyak cara untuk melihat esensi sebuah tugas akhir dari suatu proses

perkuliahan. Jika dilihat dari sudut pandang akademis formal, tugas akhir yang

berupa tulisan ini adalah salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana psikologi

(S.Psi) dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Namun,

dari sudut pandang personal penulis, tulisan ini merupakan sebuah langkah awal

dari penjelajahan panjang yang baru saja dimulai.

Perwujudan tulisan ini dapat terlaksana karena adanya pengetahuan dari

individu-individu lain, dari masyarakat luas. Oleh karena itu, tulisan ini juga

diharapkan dapat kembali memberi kontribusi (berupa inspirasi, referensi teori,

atau apapun) kepada khalayak luas. Biarlah pengetahuan yang mampir dalam rupa

huruf-huruf ini memberi sumbangsih kepada siapa saja yang memerlukannya.

Akhirnya, penulis ingin mempersembahkan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya terhadap mereka yang berjasa baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap terwujudnya tulisan ini. Ucapan terima kasih penulis

persembahkan kepada:

1. Ibu Dr. C. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma. Terima kasih atas dedikasinya dalam menjalankan roda

fakultas.

2. Bapak Siswa Widyatmoko S.Psi., M.Psi. dan Mbak Haksi selaku

pembimbing skripsi. Terima kasih atas pengetahuan yang telah

diturunkan sedemikian rupa sampai terlesesaikannya tulisan ini.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Ibu Agnes Indar Etikawati., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing

akademik. Terima kasih atas saran-saran dan tanda tangan yang

dibubuhkan selama beberapa semester panjang yang terasa singkat ini.

4. Semua staf Fakultas Psikologi: Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Bu

Nanik, dan Pak Gie. Terima kasih atas dedikasinya yang luar biasa.

5. Orangtua penulis, yang selalu berusaha menyediakan layar dan perahu

terbaik agar penulis dapat berlayar ke samudera seberang tanpa kurang

suatu apapun.

6. Ketiga responden dalam penelitian ini, R, A, dan N. Terima kasih atas

kesediaan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksanaan

yang tertuang dalam penelitian ini.

7. Semua orang di Chan Indonesia, khususnya Bapak Agus Santoso, yang

telah memberi kesempatan agar penulis dapat menemukan dan

menyalakan lentera di dalam diri.

8. Teman-teman di kampus yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terima kasih atas warna-warni yang sudah kalian tumpahkan dalam

kehidupan. Interaksi dengan kalian merupakan momen yang sangat

mendewasakan.

9. Teman-teman, murid-murid, rekan-rekan guru dan staf di Sekolah

Bahasa Realia. Terima kasih atas segala cerita, ilmu, dan wawasan

tentang betapa luasnya dunia. Diskusi dan obrolan dengan kalian adalah

jendela bagi luasnya pengetahuan di dunia yang menanti untuk

dijelajahi.

x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10. Segala entitas yang (tentu saja) tidak bisa disebutkan satu per satu.

Terima kasih atas kesalingterhubungan yang mencerahkan.

Demikian kata pengantar yang dapat disampaikan. Penulis selalu

membuka mata hati dan pikiran terhadap kritik dan saran yang terkait dengan

tulisan ini. Sekali lagi, terima kasih.

Yogyakarta, 10 April 2013

Penulis

Mario Febryan Heimbach

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ………………………………... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................. vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

1. Manfaat teoretis ................................................................. 8

2. Manfaat praktis ................................................................. 9

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 10

A. Subjective Well-Being ............................................................... 10

1. Pengertian subjective well-being .................................... 10

xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Jenis-jenis kebahagiaan .................................................... 11

3. Kebahagiaan dan momen saat ini ……………………… 12

B. Meditasi ……………………………………………………… 12

1. Meditasi konsentrasi …………………………………… 14

2. Meditasi mindfulness …………………………………… 14

3. Meditasi loving-kindness ……………………………….. 14

C. Meditasi Mindfulness…………………………………………. 15

1. Definisi mindfulness …………………………………… 15

2. Mindfulness dalam Buddhist Psychological Model ……. 17

3. Mindfulness dan konsep here and now ……………….... 21

D. Hubugan antara mindfulness dan subjective well-being …….. 22

BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................... 26

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 27

B. Fokus Penelitian .................................................................... 27

C. Responden Penelitian............................................................... 27

D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 28

E. Prosedur Pengumpulan Data.................................................... 32

F. Metode Analisis Data ............................................................ 37

G. Kredibilitas Penelitian ............................................................ 41

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................. 42

A. Profil Responden ..................................................................... 42

B. Analisis Data .......................................................................... 44

xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

C. Pembahasan ............................................................................ 81

1. Kondisi sebelum mempraktikkan meditasi mindfulness ... 81

2. Hal yang dilakukan saat mempraktikkan meditasi

Mindfulness ........................................................................ 83

3. Perubahan yang berangsur terjadi sesudah

mempraktikkan meditasi mindfulness .............................. 85

BAB V. PENUTUP ……………………………………………………… 91

A. Kesimpulan …………………………………………………. 91

B. Kekuatan Penelitian ………………………………………… 92

C. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 92

D. Saran ...................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94

LAMPIRAN …………................................................................................. 98

xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Persiapan Wawancara ……………………………………………. 29

Tabel 2 Pedoman Wawancara ………………………………………….... 31

Tabel 3 Pelaksanaan Wawancara ………………………………………… 34

Tabel 4 Pengelolaan Wawancara dengan Triangulasi Peneliti ................... 39

Tabel 5 Tema-tema Umum Responden ………………………………….. 77

xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam eksistensinya, semua manusia tidak bisa lepas dari beberapa hal

deterministik seperti bertambah tua, terserang penyakit, dan menjumpai

kematian. Untuk mempertahankan eksistensinya tersebut, manusia sering kali

berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya dengan harapan

bahwa ketika semua kebutuhannya terpenuhi, maka akan tercapai kondisi

“bahagia”.

Beberapa manusia melakukan usaha yang tidak biasa sebagai bentuk

usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya dan untuk mengejar kebahagiaan.

Khususnya di masyarakat Indonesia, ada beberapa laku atau cara untuk

mengejar hal tersebut, antara lain dengan berpuasa (seperti puasa di bulan

Ramadhan, mutih, ngrowot, dll), bertapa dengan berbagai jenisnya,

menggunakan mantra serta susuk, dan masih banyak lagi (Endraswara, 2010).

Berbagai orang yang melakukan cara-cara tersebut juga menyertakan

permohonan, seperti ingin lulus ujian atau ingin memenangkan undian dengan

hadiah uang (Sartono, 2012). Meskipun pada kenyataannya, uang atau

kekayaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan seseorang

(Baumgardner & Crothers, 2009).

Fenomena-fenomena di atas adalah representasi dari berbagai tantangan

dan kesulitan yang dialami manusia dalam mengejar kebahagiaan. Hal-hal di

1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 2

atas sebenarnya tidak berasal dari eksistensi manusia itu sendiri, tetapi berasal

dari respons yang maladaptif (Olendzki, dalam Didonna, 2009). Respons

tersebut nampak dalam pengejaran kenikmatan dan penghindaran

ketidaknikmatan tanpa henti sebagai bentuk usaha mengejar kebahagiaan. Oleh

karena itu, perlu dipelajari esensi kebahagiaan dan langkah-langkah adaptif

yang dapat dijalani sebagai jalur menuju kebahagiaan (Leyden, Goldberg,

Michelbach, 2011).

Sejak dahulu, mulai dari era Yunani kuno sampai era fisafat modern,

sudah banyak para pemikir dan cendekiawan yang mempertanyakan esensi

atau makna kebahagiaan (Eid & Larsen, 2008). Kebahagiaan (happiness) atau

dalam terminologi psikologi sering disebut sebagai subjective well-being

merupakan kombinasi dari kepuasan hidup, adanya afek positif, dan tidak

adanya afek negatif (Baumgardner & Crothers, 2009). Kepuasan hidup

merupakan faktor kognitif mengenai tingkat kepuasan seseorang atas hidupnya.

Afek positif adalah faktor emosional yang menunjukkan frekuensi dan

intensitas emosi yang menyenangkan, seperti kesenangan dan keceriaan. Di sisi

lain, afek negatif merupakan faktor emosional yang menunjukkan frekuensi

dan intensitas emosi yang tidak menyenangkan, seperti kesedihan dan

kekhawatiran.

Menurut Keyes (dalam Lopez, 2008), komponen-komponen dalam

subjective well-being merupakan komponen dalam menentukan kesehatan

mental seseorang. Orang yang memiliki tingkat subjective well-being yang

tinggi (dengan kata lain, orang yang bahagia) adalah orang yang lebih sehat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 3

(Davidson. Mostofsky, & Whang, dalam Leyden et al., 2011). Melalui mental

yang sehat, manusia dapat memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih

maju agar dapat merealisasikan segala potensinya dan mengaktualisasikan diri

sepenuhnya (Schultz, 1991). Dalam kesehariannya, mereka pada akhirnya akan

memiliki lebih banyak emosi positif dan dapat berfungsi secara optimal dalam

berbagai aspek. Pada aspek psikologis dan sosial, individu yang sehat mental

dapat memiliki tujuan hidup dan kedekatan dengan sahabat dan keluarga.

Mereka juga dapat beraktivitas lebih optimal, khususnya dalam performa kerja

dan kehidupan sehari-hari (Lopez, 2008).

Subjective well-being adalah rumusan yang relevan untuk

mengeksplorasi kualitas hidup seseorang dari perspektif mereka sendiri

(Keyes, et al. dalam Lopez 2008). Hal ini disebabkan karena setiap individu

memiliki nilai-nilai, tujuan hidup, dan daya yang berbeda (Diener et al., dalam

Lopez, 2008). Oleh karena itu, hasil subjektif yang mendalam dapat didapat

dengan memberikan kesempatan kepada individu untuk mengeksplorasi

hidupnya berdasarkan penilaian, nilai-nilai, dan tujuan hidupnya sendiri.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, kebahagiaan atau

subjective well-being nampak berhubungan dengan beberapa hal. Menurut

Worsch, Amir, dan Miller (2011), Subjective well-being dipengaruhi oleh

kapasitas individu untuk menyesuaikan tujuan-tujuannya (goal adjustment

capacities) dan strategi individu dalam menanggulangi stres. Individu yang

tidak terikat pada tujuan yang gagal tercapai serta dapat memiliki tujuan lain

terbukti memiliki subjective well-being yang lebih tinggi. Subjective well-being


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 4

juga berhubungan dengan gejala-gejala depresif (Kim, Ann, & Kim, 2011).

Semakin tinggi tingkat kebahagiaan individu, maka gejala-gejala depresif

individu tersebut akan semakin rendah. Peristiwa-peristiwa dalam hidup juga

mempengaruhi subjective well-being seseorang (Luhman, Hoffman, Eid, &

Lucas, 2012). Setiap peristiwa hidup yang berbeda memiliki pengaruh yang

berbeda terhadap subjective well-being. Menurut Shier dan Graham (2011),

subjective well-being juga dipengaruhi oleh tingkat mindfulness seseorang.

Semakin mindful seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat subjective well-

being orang tersebut.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kebahagiaan atau subjective

well-being. Padash, Dehnavi, dan Botlani (2012) menyebutkan bahwa terapi

kognitif adalah pendekatan yang efektif untuk meningkatkan subjective well-

being seseorang. Salah satu modifikasi dari terapi kognitif, yaitu mindfulness-

based cognitive therapy (terapi kognitif yang berdasar pada pendekatan

mindfulness) juga berpengaruh positif pada subjective well-being (Collard,

Avny, & Boniwell, 2008). Meditasi mindfulness adalah salah satu pendekatan

yang juga berpengaruh terhadap well-being secara umum dan psychological

functioning seseorang (Lykins & Baer, 2009), di mana psychological

functioning merupakan salah satu bagian dari subjective well-being (Keyes, et

al. dalam Lopez, 2008).

Meskipun sudah berulang kali terbukti secara empiris, penelitian-

penelitian tentang terapi yang dapat meningkatkan subjective well-being adalah

beberapa contoh dari banyak penelitian lainnya yang masih berfokus pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 5

tingkat kebahagiaan seseorang. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu

penelitian yang dapat menjelaskan apa sebenarnya esensi atau makna dari

kebahagiaan sehingga makna kebahagiaan yang diperoleh dapat berperan

terhadap terapi mindfulness yang diberikan (Mogilner, Kamvar, & Aaker,

2011). Sebagai contoh, jika individu memaknai kebahagiaan sebagai

penerimaan, maka terapi mindfulness yang diberikan sebaiknya juga

menekankan aspek penerimaan.

Sebagai pendekatan yang berpengaruh terhadap kebahagiaan,

mindfulness pada dasarnya merupakan jantung atau inti dari meditasi dalam

Buddhisme (Thera, dalam Kabat-Zinn, 2003). Untuk mengembangkan

ketrampilan mindfulness, Kabat-Zinn (2003) menyebutkan bahwa praktik

meditasi merupakan landasan yang utama. Dalam praktik mindfulness, individu

mengamati bagaimana kesadaran (persepsi, kognisi, emosi, atau sensasi)

bekerja dengan tidak menghakimi segala yang muncul dan terjadi di sana

(Baer, 2003). Mindfulnes bukan aktivitas mistis atau spiritual, juga bukan

jawaban dari semua masalah. Namun, dengan praktik mindfulness, semua

permasalahan dalam hidup dapat dilihat dengan lebih jelas melalui pikiran

yang jernih (Kabat Zinn, 1990).

Mindfulness memiliki beberapa pengaruh terhadap subjective well-

being. Dengan pendekatan mindfulness, afek negatif dapat berkurang secara

signifikan dan kepuasan hidup dapat meningkat (Collard, Avny, & Boniwell,

2008). Brown dan Ryan (dalam Collard, et al., 2008) juga menyatakan bahwa

mindfulness berpengaruh terhadap well-being secara umum.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 6

Sampai saat ini, pendekatan berbasis mindfulness mulai banyak

diterapkan dalam berbagai konteks. Dalam konteks klinis, mindfulness

diterapkan dalam beberapa intervensi seperti mindfulness-based stress

reduction atau MBSR dan mindfulness-based cognitive therapy atau MBCT

(Baer, 2003). MBSR merupakan latihan ketrampilan meditasi mindfulness,

tidak hanya dalam meditasi duduk, namun juga dalam aktivitas sehari-hari

seperti berjalan, berdiri, dan makan. Dalam MBSR, partisipan juga mendapat

kesempatan untuk berdiskusi, khususnya tentang stres dan penanggulangannya.

MBCT merupakan intervensi yang berdasarkan pada MBSR. Dalam MBCT,

partisipan dilatih untuk mengamati pikiran dan perasaannya tanpa menghakimi.

Pada akhirnya, partisipan diharapkan dapat melihat pikiran dan perasaannya

sebagai peristiwa mental yang selalu berlalu dan tidak lekat terhadapnya.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa intervensi berbasis

mindfulness terbukti memiliki pengaruh positif terhadap banyak hal. Kabat-

Zinn (1982) dan Gardner-Nix (dalam Didonna, 2009) menyatakan bahwa

intervensi mindfulness berpengaruh positif terhadap penanggulangan rasa sakit

kronis. Proses penyembuhan psoriasis mengalami peningkatan setelah

intervensi mindfulness, khususnya MBSR (Kabat-Zinn, 2003). Dengan

ketrampilan yang diajarkan dalam intervensi mindfulness, gangguan kecemasan

yang dialami individu dapat berkurang (Kabat-Zinn et al., 1992; Greeson &

Brantley, dalam Didonna, 2009). Intervensi mindfulness juga berpengaruh

positif terhadap gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, bullimia nervosa,

dan binge eating disorder (Wolever & Best, dalam Didonna, 2009). Menurut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 7

Teasdale et al. (2000) serta Barnhofer dan Crane (dalam Didonna, 2009),

gangguan depresi mengalami penurunan setelah intervensi mindfulness.

Pengaruh positif dari intervensi berbasis mindfulness juga nampak pada

gangguan obsesif-kompulsif, borderline personality disorder, perilaku adiktif,

trauma dan post-traumatic stress disorder, attention-deficit hyperactivity

disorder, & psychosis (Didonna, Rizvi et al., Bien, Follette & Vijay, Zylowska

et al., Pinto, dalam Didonna, 2009).

Hasil penelitian-penelitian menunjukkan bahwa praktik mindfulness

memang memiliki pengaruh positif dan terbukti efektif menangani kondisi

psikologis dan fisik. Namun, karena adanya kesulitan dalam operasionalisasi

mindfulness, proses yang mendasari praktik mindfulness masih belum dapat

dipahami dengan baik (Chambers, Lo, & Allen, 2007). Oleh karena itu,

Shapiro (2005) menyatakan bahwa penelitian-penelitian selanjutnya perlu

mengeksplorasi bagaimana mindfulness bekerja. Grabovac, Lau, dan Willett

(2011) dalam Buddhist Psychological Model sudah mencoba menjelaskan

mekanisme mindfulness berdasarkan teks di dalam Buddhisme. Namun, karena

penelitian ini ditujukan untuk mengkaji mindfulness dalam konteks psikologi

sebagai ilmu, mekanisme tersebut masih perlu dieksplorasi melalui pendekatan

empiris yang sistematis, khususnya dalam konteks klinis saat ini sehingga

diharapkan akan didapat data yang sesuai dengan pengalaman, kondisi mental,

dan kondisi pikiran individu. Dengan demikian, pada akhirnya data yang

didapat akan memberi gambaran kontekstual mengenai peran meditasi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 8

mindfulness terhadap individu secara umum dan pemaknaan kebahagiaan

secara khusus.

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian mindfulness

sebelumnya, peneliti ingin mengeksplorasi peran mindfulness terhadap

pemaknaan kebahagiaan atau subjective well-being. Dengan mengeksplorasi

peran mindfulness, mekanisme yang terselubung di dalamnya dapat terungkap,

khususnya dalam kaitannya dengan pemaknaan kebahagiaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka dapat

dirumuskan pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian: Bagaimana

peran meditasi mindfulness terhadap pemaknaan kebahagiaan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran meditasi

mindfulness terhadap pemaknaan kebahagiaan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber literatur

mengenai psikologi positif secara umum dan meditasi mindfulness sebagai

salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan mental secara khusus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 9

2. Manfaat praktis

Hasil eksplorasi dari penelitian ini diharapkan dapat menawarkan

salah satu cara yang terbukti empiris dan therapeutic untuk meraih

kebahagiaan sebagai faktor penting dari kesehatan mental seseorang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SUBJECTIVE WELL-BEING

1. Pengertian subjective well-being

Subjective well being (SWB) adalah evaluasi subjektif individu

terhadap hidupnya, baik secara kognitif maupun afektif (Diener, dalam

Baumgardner & Crothers, 2009). Individu yang memiliki tingkat SWB

tinggi adalah individu yang mengalami banyak emosi positif dan sedikit

emosi negatif, mengalami lebih banyak kenikmatan daripada penderitaan,

dan mengalami kepuasan terhadap hidupnya. Dalam bahasa yang lebih

umum, istilah SWB sering kali diterjemahkan menjadi kebahagiaan

(Baumgardner & Crothers, 2009; Lopez, 2008).

SWB atau kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu kepuasan

hidup, afek positif, dan afek negatif. Kepuasan hidup merupakan faktor

kognitif mengenai tingkat kepuasan seseorang atas hidupnya. Afek positif

adalah faktor emosional yang menunjukkan frekuensi dan intensitas emosi

yang menyenangkan, seperti kesenangan dan keceriaan. Di sisi lain, afek

negatif merupakan faktor emosional yang menunjukkan frekuensi dan

intensitas emosi yang tidak menyenangkan, seperti kesedihan dan

kekhawatiran (Baumgardner & Crothers, 2009).

Menurut Keyes (dalam Lopez, 2008), komponen-komponen dalam

subjective well-being tersebut merupakan komponen dalam menentukan

10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental merupakan hal penting,

karena melalui mental yang sehat, manusia dapat memperjuangkan tingkat

pertumbuhan yang lebih maju supaya dapat merealisasikan semua

potensinya dan mengaktualisasikan diri sepenuhnya (Schultz, 1991).

2. Jenis-jenis kebahagiaan

Kebahagiaan dibagi menjadi dua, yaitu kebahagiaan hedonis dan

kebahagiaan eudaimonis. Baumgardner dan Crothers (2009) menyebutkan

bahwa kebahagiaan hedonis adalah kesenangan-kesenangan dan

kenikmatan-kenikmatan dalam hidup. Berdasarkan perspektif ini, tujuan

dari kehidupan seseorang adalah untuk mengejar kebahagiaan dan

kenikmatan. Sedangkan, kebahagiaan eudaimonis adalah realisasi diri,

pengekspresian, dan pemenuhan segala potensi dalam diri. Perspektif ini

melihat bahwa sumber kebahagiaan adalah usaha menuju aktualisasi diri,

ketika talenta, kebutuhan, dan nilai-nilai dapat diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari. Waterman (dalam Baumgardner & Crothers, 2009)

menyebutkan bahwa individu dapat mencapai kebahagiaan eudaimonis

ketika ia dapat terlibat ke dalam aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilai

yang dianutnya dan sesuai dengan persepsi dirinya.

Meskipun kebahagiaan hedonis dan eudaimonis tampak berbeda

secara konseptual, pengukuran kebahagaain hedonis dan eudaimonis

menunjukkan adanya korelasi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa individu

yang bahagia dan puas atas hidupnya (secara hedonis) juga merasa hidupnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

bermakna (secara eudaimonis). Jadi, meskipun sebuah penelitian meneliti

kebahagiaan hedonis maupun eudaimonis, kedua bentuk kebahagiaan

tersebut akan terlihat dalam hasil penelitian (Baumgardner & Crothers,

2009).

3. Kebahagiaan dan momen saat ini

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mogilner, Kamvar, dan

Aaker (2011), pemaknaan kebahagiaan dipengaruhi oleh usia. Individu

yang berasal dari kelompok usia muda (sekitar 20 tahun) memaknai

kebahagiaan sebagai kegembiraan (excitement). Pada kelompok usia yang

lebih tua, individu yang berusia sekitar 50 tahun memaknai kebahagiaan

sebagai ketenteraman (peacefulness) yang berfokus pada momen saat ini.

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya usia,

individu mengalami pergeseran makna kebahagiaan. Pergeseran ini terjadi

karena adanya pergeseran fokus dan orientasi kehidupan dari masa depan

ke momen saat ini seiring bertambahnya usia.

B. MEDITASI

Meditasi telah menjadi bagian dari budaya manusia sejak ribuan tahun

yang lalu. Meditasi mindfulness khususnya dapat ditemukan dalam ajaran

Siddharta Gautama (Gunaratna, Hanh, Nanamoli & Bodhi, dalam Kabat-Zinn,

2003). Ajaran yang kemudian dikenal sebagai Buddhisme tersebut mulai

dikenal manusia sejak 2500 tahun yang lalu. Karena berakar dari Buddhisme,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

Thera menyatakan bahwa meditasi mindfulness seringkali disebut sebagai

jantung dari meditasi dalam Buddhisme (Kabat-Zinn, 2003).

Ada beberapa alasan mengapa meditasi menjadi salah satu pendekatan

yang populer. Kabat-Zinn (2003) menyatakan bahwa ketrampilan dalam

meditasi (khususnya mindfulness) dapat dipraktikkan oleh orang-orang atau

budaya yang enggan menerapkan Buddhisme, tetapi membutuhkan teknik

untuk mengurangi stres dan hidup lebih sehat. Baik terapis maupun peneliti

telah membawa praktik meditasi tanpa nuansa tradisi dan agama (Linehan,

Kabat-Zinn et al, dalam Appel & Kim-Appel, 2009). Pendekatan dalam

meditasi sejatinya bernuansa psikologis, bermetode empiris, dan bertujuan

therapeutic (Didonna, 2009).

Meditasi melatih individu untuk menyadari pikiran-pikiran yang

mengalir dalam kesadaran. Hal ini merupakan hal yang utama karena pada

dasarnya pikiran-pikiran akan senantiasa mengalir dalam kesadaran, satu demi

satu maupun sekaligus, dalam rangkaian tanpa akhir. Fenomena ini adalah sifat

dasar pikiran (nature of the mind). Oleh karena itu, meditasi tidak bertujuan

untuk menghilangkan pikiran-pikiran, namun meditasi bertujuan untuk tidak

mengidentifikasi diri dengan pikiran-pikiran – not being your own thoughts

(Didonna, 2009). Dengan tidak mengidentifikasi diri dengan pikiran, individu

menjadi lebih dapat mengamati dan menerima, tanpa niat untuk mengubah

segala yang terjadi pada pikiran-pikiran dan emosi-emosinya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

Secara umum, meditasi dibagi menjadi tiga jenis.

1. Meditasi konsentrasi.

Meditasi jenis ini menggunakan suatu objek untuk memusatkan

pikiran, seperti mantra atau nafas. Dalam teknik ini, praktisi memusatkan

kembali pikirannya pada objek konsentrasi setiap kali pikirannya

berkelana sehingga pada akhirnya akan tercipta ketenangan. Bahasa Pali

yang tepat untuk menyebut meditasi konsentrasi ini adalah samatha

bhavana.

2. Meditasi mindfulness.

Meditasi mindfulness tidak memiliki suatu objek untuk

memusatkan pikiran. Alih-alih memusatkan pikiran, meditasi ini melatih

individu untuk mengamati segala yang terjadi dalam pikiran, menerima

semua buah pikir yang timbul-tenggelam, mengamati aliran kesadaran

(stream of consciousness). Dalam bahasa Pali, meditasi mindfulness

disebut sebagai vipassana bhavana. Namun, istilah spesifik untuk kata

mindfulness dalam bahasa Pali disebut sebagai sati, yang berarti “alat”

untuk mengamati segala yang terjadi dalam pikiran dari waktu ke waktu.

3. Meditasi loving-kindness

Dalam bahasa Pali, loving-kindness dapat diterjemahkan sebagai

meta. Saat praktik meditasi jenis ini, individu mengucapkan kalimat

seperti “semoga semua makhluk berbahagia”. Teknik ini membuat niat

dalam praktik meditasi menjadi penuh dengan emosi positif, sehingga


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

pada akhirnya dapat membantu praktisi dalam merespons segala buah

pikir yang muncul dalam pikiran.

Ketrampilan dalam ketiga jenis meditasi tersebut saling berhubungan.

Saat ketrampilan sati (mindfulness) sudah terlatih dengan baik, individu dapat

memilih antara meditasi meta (loving-kindness), meditasi samatha

(konsentrasi), atau meditasi vipassana (mindfulness) sesuai keperluan. Dalam

konteks psikologis secara umum, individu dapat memusatkan perhatiannya

pada nafas, suara-suara, atau apapun (samatha) saat sedang diliputi stressor.

Individu juga dapat menerapkan loving-kindness (meta) untuk membuat pikiran

menjadi lebih tenang dan dipenuhi emosi positif. Ketika memori buruk muncul,

ketika emosi dan pikiran negatif menguasai pikiran, individu dapat mengamati

dan menerima semua hal yang terjadi tersebut (vipassana). Jadi, ketiga jenis

meditasi di atas pada dasarnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

untuk mengurangi penderitaan dan mencapai kebahagiaan (Siegel, Germer, dan

Olendzki, dalam Didonna, 2009).

C. MEDITASI MINDFULNESS

1. Definisi mindfulness

Beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda-beda terhadap

mindfulness. Baer (2003) menyebutkan bahwa mindfulness adalah

pengamatan terhadap munculnya stimulus-stimulus internal dan eksternal

seperti apa adanya dan tanpa menghakimi. Menurut Kabat-Zinn (2003),

mindfulness adalah kesadaran yang muncul melalui pengamatan momen


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

saat ini, secara tanpa menghakimi dari waktu ke waktu. Germer (dalam

Didonna, 2009) menyatakan bahwa mindfulness adalah kemampuan untuk

menyadari dan menerima pengalaman saat ini. Definisi-definisi tersebut

menunjukkan bahwa mindfulness bicara tentang kesadaran, penerimaan, dan

momen saat ini.

Meditasi mindfulness bekerja dengan cara yang tidak sama dengan

teknik-teknik meditasi lain (seperti meditasi samatha dan meta, atau

meditasi yang menggunakan visualisasi). Seperti meditasi lain, mindfulness

melatih individu untuk menempatkan dan menjaga perhatian pada suatu

objek. Tidak seperti meditasi lain, objek dari meditasi mindfulness adalah

keseluruhan pikiran yang terus-menerus berubah dan mengalir. Ketrampilan

dalam mindfulness bukan untuk menginvestigasi suatu objek khusus,

melainkan untuk menginvestigasi suatu proses. Meditasi mindfulness

sebenarnya juga memerlukan konsentrasi untuk mengendalikan dan

memfokuskan perhatian, tetapi, pikiran yang sudah terkonsentrasi tersebut

kemudian diarahkan pada objek yang bergerak, yaitu aliran kesadaran (the

stream of consciousness). Alih-alih mengarahkan kesadaran pada suatu

objek tunggal, individu dilatih untuk melihat bagaimana kesadarannya

termanifestasi.

Secara umum, meditasi mindfulness memiliki beberapa pengaruh.

Coffey dan Hartman (2008) menemukan bahwa kemampuan untuk

mengamati aliran kesadaran tanpa menghakimi dalam meditasi mindfulness

dapat meningkatkan awareness dan kemampuan untuk meregulasi emosi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

sehingga emosi negatif dapat dikelola secara adaptif. Dalam mindfulness,

emosi-emosi yang muncul dapat diregulasi dengan menggunakan fungsi

kognitif. Meningkatnya mindfulness juga berhubungan dengan

berkurangnya kelekatan dan perenungan. Ketika individu betul-betul berada

pada momen saat ini, kecenderungan untuk mencari hal-hal di luar

pengalaman kekiniannya tersebut berkurang. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Greeson (2009), kemampuan dalam mindfulness dapat

meningkatkan ketenangan (equanimity) dan kemampuan untuk tidak

merespons stimulus secara reaktif (nonreactivity). Selain hal-hal di atas,

mindfulness juga terbukti dapat mengurangi stress dengan memberikan efek

relaksasi, meningkatkan kemampuan untuk menerima, dan mengubah fungsi

kognitif menjadi lebih adaptif (Baer, 2003). Alih-alih menganggap pikiran

sebagai realitas, individu dapat mepersepsikan pikiran atau buah pikir yang

muncul sebagai “hanya pikiran”.

2. Mindfulness dalam Buddhist Psychological Model

Grabovac, Lau, dan Willett (2011) mencoba menjelaskan mekanisme

mindfulness berdasarkan Buddhist Psychological Model (BPM). Konsep-

konsep dalam BPM diambil dari Abhidamma Pitaka, sehingga dapat

dikatakan bahwa hal-hal yang dijelaskan di dalamnya merupakan hasil dari

tinjauan literatur yang masih memerlukan validitas empiris.

Menurut BPM, aktivitas mental terjadi dalam beberapa komponen.

Kesadaran atau awareness terhadap suatu objek muncul ketika stimulus


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

memasuki persepsi dan mengalami kontak dengan indera atau ketika objek

kognisi (pemikiran, memori, emosi) muncul di pikiran. Kesadaran ini hadir

dalam waktu singkat dan kemudian segera berlalu.

Dengan munculnya kesadaran akan suatu objek, secara bersamaan

juga muncul perasaan (feeling tone) yang mengikuti: menyenangkan, tidak

menyenangkan, dan netral. Dalam konteks ini, “perasaan” di sini tidak sama

dengan konteks emosi seperti ketakutan, amarah, dll, melainkan merupakan

pengalaman afektif yang muncul secara spontan. Karena sifatnya yang

selalu berubah, tidak kekal, serta datang dan pergi dengan cepat, perasaan-

perasaan ini sering kali tidak disadari sehingga dapat memicu reaksi

pemikiran-pemikiran (termasuk emosi) dan tindakan yang menimbulkan

penderitaan atau suffering.

Kebiasaan manusia adalah mengejar hal yang menyenangkan dan

menjauhi hal yang tidak menyenangkan. Dalam Buddhisme, hal tersebut

dikenal sebagai kelekatan (attachment) dan aversi (aversion). Kebiasaan ini

muncul dalam segala hal atau peristiwa yang terjadi di pikiran. Secara

umum, masyarakat menganggap bahwa individu mengejar atau menjauhi

suatu objek yang muncul di kesadaran. Namun, BPM melihat bahwa

kelekatan dan aversi muncul dalam perasaan yang ditimbulkan suatu objek.

Hal-hal dan segala peristiwa yang terjadi di dalam pikiran (mental

events) yang memicu munculnya perasaan juga berasosiasi dengan perasaan

lain. Adanya kelekatan dan aversi yang muncul bersamaan dengan suatu

mental events akan semakin mengembangkan mental events tersebut. Hal


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

ini disebut sebagai proliferasi mental. Menurut BPM, ketika individu tidak

memiliki kesadaran atas pola kelekatan dan aversi yang menyebabkan

proliferasi mental, ia akan membuat proses tersebut menjadi kebiasaan

maladaptif.

BPM memiliki tiga karakteristik yang menjadi fokus utama.

Pertama, impresi sensoris (kesan-kesan yang ditangkap oleh indera) dan

segala hal yang terjadi di pikiran bersifat sementara. Hal-hal tersebut selalu

datang dan pergi. Hal ini dikenal sebagai ketidakkekalan atau

impermanence. Kedua, reaksi-reaksi yang dipicu oleh kelekatan dan aversi

adalah penyebab penderitaan atau suffering. Ketiga, impresi sensoris dan

segala hal yang terjadi di pikiran bukanlah bagian dari diri. Hal ini dikenal

sebagai bukan-diri atau not-self. Segala bentuk sensasi inderawi maupun

hal-hal yang terjadi di pikiran memiliki tiga karakteristik tersebut. Terlebih

lagi, penderitaan dalam konteks umum dan konteks klinis merupakan akibat

dari reaksi kelekatan/ aversi terhadap perasaan-perasaan dan proliferasi

mental di dalamnya. Dalam BPM, peningkatan well-being terjadi ketika

sensasi inderawi dan segala hal di pikiran dibiarkan datang dan pergi secara

alami, tanpa proses kognitif yang mengarah ke kelekatan maupun aversi,

meskipun masih terasa menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral.

Ketika tidak ada kelekatan dan aversi, maka tidak ada proliferasi mental,

sehingga tidak ada penderitaan yang ditimbulkan.

Menurut BPM, praktik mindfulness dilandasi oleh beberapa hal.

Pertama, praktik mindfulness dilandasi oleh regulasi atensi. Perhatian yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

tidak beraturan difokuskan pada kualitas napas. Setiap napas yang dihirup

dan dihembuskan dapat memberikan pemahaman tentang ketidakkekalan

(impermanence), penderitaan (suffering), dan not-self, yang merupakan tiga

karakteristik segala fenomena dalam pikiran (mental events). Ketika

perhatian difokuskan pada napas, meditator dapat menyadari bahwa tidak

ada kualitas napas yang sama (ketidakkekalan). Meditator juga dapat

melihat bahwa mereka akan mengejar gaya bernapas tertentu (pelan atau

cepat), kemudian menyadari adanya kelekatan pada gaya bernapas tersebut

sehingga menyebabkan munculnya penderitaan sebagai usaha pengejaran

kelekatan. Meskipun tidak dikejar dan tidak disadari, napas akan tetap

terjadi tanpa intevensi diri (not-self). Dalam memfokuskan perhatian,

meditator juga mengonsentrasikan pikirannya. Praktik mindfulness memang

lazim digabungkan dengan praktik konsentrasi, khususnya untuk

memfokuskan dan menenangkan pikiran, tidak semata-mata untuk

berkonsentrasi pada suatu objek spesifik.

BPM menyebutkan bahwa salah satu tujuan individu untuk

mempraktikkan meditasi mindfulness adalah untuk mengalami transformasi

batin. Hal ini juga sering dikenal sebagai pencerahan atau enlightenment.

Transformasi batin dalam BPM dijelaskan sebagai perubahan permanen

dan radikal dalam persepsi yang dapat menghentikan proses identifikasi

terhadap hal-hal di pikiran. Dalam perjalanan menuju transformasi batin,

para meditator lambat laun akan menyadari bahwa mengejar kenikmatan

dan menghindari ketidaknikmatan tidak akan mendatangkan kebahagiaan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

Transformasi batin yang didapat dari pemahaman terhadap tiga karakter

(impermanence, suffering, not-self) dapat mengembangkan kesadaran yang

seimbang. Keseimbangan ini tercapai ketika individu mempersepsikan suatu

objek tanpa adanya kelekatan maupun aversi.

Praktik mindfulness yang dijelaskan dalam BPM juga mencakup

latihan untuk menerima diri. Ketika individu berlatih untuk menerima diri

saat bermeditasi, sensasi-sensasi serta segala hal yang terjadi dalam pikiran

menjadi lebih mudah untuk disadari karena kondisi pikiran yang bebas dari

ketegangan. Kesadaran yang terhanyut dalam aliran pikiran juga dapat

kembali diarahkan kepada objek meditasi (misalnya napas) tanpa reaksi

negatif sehingga kemunculan pemikiran-pemikiran negatif dapat dicegah.

Latihan regulasi atensi dan penerimaan diri yang dijalani dalam praktik

mindfulness dapat meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri

(behavioral self-regulation).

3. Mindfulness dan konsep here and now

Seperti yang diungkapkan oleh Germer (dalam Didonna, 2009) dan

Kabat-Zinn (2003), mindfulness menekankan pada pentingnya menyadari

momen saat ini. Perls (dalam Schultz, 1991) menyatakan bahwa momen di

sini dan kini (here and now) adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Masa

lampau dan masa depan adalah sesuatu yang tidak riil. Orang-orang yang

melekat pada masa lampau ataupun masa depan memiliki kepribadian yang

tidak seimbang. Ketika individu melekat pada masa lampau ataupun masa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

depan, individu tersebut menjadi tidak dapat menerima diri sepenuhnya

karena adanya realitas yang dihindari. Oleh karena itu, ketika individu dapat

menerima realitas secara penuh, maka ia dapat memanfaatkan seluruh

potensinya untuk menjadi individu yang fleksibel. Dengan demikian,

kelekatan terhadap masa lampau ataupun masa depan adalah kecenderungan

yang maladaptif terhadap perkembangan manusia yang penuh.

D. HUBUNGAN ANTARA MINDFULNES DAN SUBJECTIVE WELL-

BEING

Intervensi berbasis mindfulness memiliki pengaruh positif terhadap

banyak hal. Kabat-Zinn (1982) dan Gardner-Nix (dalam Didonna, 2009)

menyatakan bahwa intervensi mindfulness berpengaruh positif terhadap

penanggulangan rasa sakit kronis. Proses penyembuhan psoriasis mengalami

peningkatan setelah intervensi mindfulness, khususnya MBSR (Kabat-Zinn,

2003). Dengan ketrampilan yang diajarkan dalam intervensi mindfulness,

gangguan kecemasan yang dialami individu dapat berkurang (Kabat-Zinn,

1992; Greeson & Brantley, dalam Didonna, 2009). Intervensi mindfulness juga

berpengaruh positif terhadap gangguan makan, seperti anoreksia nervosa,

bullimia nervosa, dan binge eating disorder (Wolever & Best, dalam Didonna,

2009). Menurut Teasdale et al. (2000) dan Barnhofer dan Crane (dalam

Didonna, 2009), gangguan depresi mengalami penurunan setelah intervensi

mindfulness. Pengaruh positif dari intervensi berbasis mindfulness juga nampak

pada gangguan obsesif-kompulsif, borderline personality disorder, perilaku


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

adiktif, trauma & post-traumatic stress disorder, attention-deficit hyperactivity

disorder, & psychosis (Didonna, Rizvi et al., Bien, Follette & Vijay, Zylowska

et al., Pinto, dalam Didonna, 2009).

Beberapa penelitian terbukti menunjukkan hubungan yang signifikan

antara mindfulness dengan subjective well-being. Penelitian yang dilakukan

oleh Collard, Avny, dan Boniwell (2008) menunjukkan bahwa mindfulness-

based cognitif therapy (terapi kognitif yang berdasar pada pendekatan

mindfulness) memiliki pengaruh positif terhadap SWB. Pada penelitian

tersebut, afek positif dari partisipan tidak mengalami peningkatan, sedangkan

afek negatif partisipan terbukti berkurang secara signifikan. Tingkat kepuasan

hidup terbukti mengalami peningkatan, tetapi nampak tidak cukup signifikan.

Lykins dan Baer (2009) menemukan bahwa meditasi mindfulness berpengaruh

positif terhadap psychological functioning, di mana psychological functioning

merupakan salah satu bagian dari SWB (Keyes, et al. dalam Lopez, 2008).

Menurut Keyes (dalam Lopez, 2008), SWB dan komponen-

komponennya merupakan komponen dalam menentukan kesehatan mental

seseorang. Orang yang memiliki tingkat SWB yang tinggi (dengan kata lain,

orang yang bahagia) adalah orang yang lebih sehat (Davidson. Mostofsky, &

Whang, dalam Leyden et al., 2011). Melalui mental yang sehat, manusia dapat

memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih maju supaya dapat

merealisasikan semua potensinya dan mengaktualisasikan diri sepenuhnya

(Schultz, 1991).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24

Penelitian-penelitian di atas adalah beberapa contoh dari banyak

penelitian lainnya yang hanya berfokus pada tingkat kebahagiaan seseorang.

Dengan demikian, perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat menjelaskan apa

sebenarnya esensi atau makna dari kebahagiaan tersebut (Mogilner, Kamvar, &

Aaker, 2011).

Eksplorasi mengenai bagaimana mindfulness dapat memberikan

pengaruh positif seperti yang sudah disebutkan sebelumnya merupakan hal

yang penting. Meskipun mindfulness terbukti berpengaruh positif dan efektif

dalam menangani kondisi psikologis dan fisik, Chambers, Lo, dan Allen (2007)

berpendapat bahwa intervensi berbasis mindfulness belum dapat dipahami

dengan baik karena adanya kesulitan dalam operasionalisasi mindfulness. Oleh

karena itu, Shapiro (2005) menyarankan kepada penelitian-penelitian

selanjutnya untuk mengeksplorasi bagaimana mindfulness bekerja.

Penelitian ini berharap untuk dapat mengisi kekosongan yang

dikemukakan oleh Chambers, Lo, Allen (2007), dan Shapiro (2005) tersebut,

khususnya dalam kaitannya dengan kebahagiaan atau SWB seperti yang

diungkapkan oleh Mogilner, Kamvar, dan Aaker, (2011). Untuk dapat

mengeksplorasi proses yang mendasari mindfulness dan pemaknaan

kebahagiaan, metode penelitian yang digunakan adalah interpretative

phenomenological analysis (IPA). IPA dapat digunakan untuk mengeksplorasi

secara mendetail mengenai bagaimana individu mempersepsikan situasi atau

kondisi tertentu dalam hidupnya, serta bagaimana individu memaknai hidupnya

(Smith, 2008). Dengan demikian, IPA merupakan metode yang tepat untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 25

mengeksplorasi suatu proses yang kompleks seperti yang terjadi pada

mindfulness dan kebahagiaan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi mendalam pada

peran mindfulness terhadap pemaknaan kebahagiaan. Melalui penelitian ini

akan didapatkan suatu informasi berupa proses mendetail mengenai bagaimana

meditasi mindfulness berpengaruh terhadap pemaknaan kebahagiaan individu.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

interpretative phenomenological analysis (IPA). IPA dapat digunakan untuk

mengeksplorasi secara mendetail mengenai bagaimana individu

mempersepsikan situasi atau kondisi tertentu dalam hidupnya, serta bagaimana

individu memaknai hidupnya (Smith, 2008).

Penelitian yang menggunakan metode IPA memiliki dua tahapan

utama. Pertama, responden yang dilibatkan dalam penelitian ini berusaha untuk

memikirkan kembali dan memaknai pengalaman-pengalaman mereka. Kedua,

peneliti kemudian berusaha untuk memaknai bagaimana responden penelitian

memikirkan kembali dan memaknai pengalaman-pengalaman mereka. Proses

kedua ini merupakan suatu proses interpretasi yang bertujuan untuk

mengeksplorasi dunia personal responden, sesuai dengan persepsi dan

pengalamannya masing-masing (Smith, 2008).

26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 27

Penelitian ini memiliki suatu nilai lebih dari metode IPA yang

digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heeren, Van Broeck,

dan Philipot (2009), intervensi berbasis mindfulness (dalam hal ini, MBCT)

terbukti dapat meningkatkan memori autobiografis. Kondisi ini memungkinkan

individu untuk mengingat pengalaman masa lalu mereka secara spesifik.

Dengan mempertimbangkan hasil dari penelitian tersebut, dapat diasumsikan

bahwa pengalaman-pengalaman yang diutarakan oleh responden-responden

dalam penelitian ini lebih bisa dipertanggungjawabkan.

B. FOKUS PENELITIAN

Penelitian ini berfokus pada mekanisme yang terjadi di dalam meditasi

mindfulness sampai pada tingkat di mana meditasi mindfulness dapat berperan

terhadap pemaknaan kebahagiaan. Peneliti berharap dapat menemukan benang

merah pada fokus-fokus penelitian.

C. RESPONDEN PENELITIAN

Responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa

pertimbangan. Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan kriteria

tertentu (Patton, dalam Poerwandari 2005), yaitu para meditator yang secara

khusus melakukan meditasi mindfulness selama paling sedikit satu tahun.

Peneliti merasa satu tahun adalah waktu yang cukup untuk melihat pengaruh

dari mindfulness, mengingat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya dapat

mulai mengases pengaruh mindfulness setelah pemberian intervensi selama


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 28

delapan minggu. Agar dapat menghasilkan data dan analisa yang mendalam,

penelitian ini melibatkan tiga orang responden (Smith, 2008).

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semi-terstruktur. Smith (2008) menyatakan bahwa wawancara

semi-terstruktur adalah metode yang paling tepat digunakan untuk

mengumpulkan data dalam peneltian dengan pendekatan IPA. Dalam

wawancara semi-terstruktur, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang

sangat umum, yang mencantumkan topik-topik penting yang harus digali

(Poerwandari, 2005). Urutan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat

disesuaikan dengan respons dari responden sehingga metode wawancara ini

menuntut fleksibilitas dari peneliti dalam mengajukan pertanyaan. Peneliti

bebas untuk menggali topik-topik yang dimunculkan oleh responden. Oleh

karena itu, peneliti diharapkan dapat menciptakan dan membina hubungan

yang baik (rapport) selama proses pengumpulan data.

Dalam mempersiapkan wawancara, ada beberapa langkah yang

dilakukan peneliti. Pertama-tama, peneliti mencari referensi dari skripsi-skripsi

terdahulu yang dapat dijadikan pedoman untuk memberikan gambaran umum.

Dari gambaran umum yang sudah diperoleh, peneliti kemudian membuat

panduan wawancara dengan menjadikan teori-teori yang ada sebagai poin-poin

pemandu. Panduan wawancara tersebut kemudian didiskusikan peneliti dengan

dosen pembimbing. Sesudah mendapat ijin untuk melakukan wawancara


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 29

percobaan, peneliti langsung menghubungi salah satu responden yang sejak

awal sudah bersedia untuk terlibat dalam penelitian. Wawancara percobaan

akhirnya dilakukan pada tanggal 27 Juli 2012 dengan responden pertama.

Sesudah wawancara, peneliti langsung membuat verbatim dan menganalisis

data untuk segera didiskusikan. Sesudah mendiskusikan hasil wawancara

percobaan dengan dosen pembimbing, akhirnya diputuskan untuk

menggunakan hasil wawancara percobaan tersebut sebagai data yang terpakai.

Hal ini bisa disepakati bersama karena panduan wawancara yang digunakan

sudah mampu menggali data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Berikut ini adalah tabel persiapan wawancara yang dilakukan peneliti.

Tabel 1

Persiapan Wawancara

No Tanggal Kegiatan Waktu Tempat Catatan


1 20 Juli Membaca 10:15 – Perpustakaan, Ada banyak
2012 contoh-contoh 12:00 Kampus III, format dalam
wawancara Universitas menulis
semi- Sanata panduan
terstruktur Dharma, wawancara
pada skripsi- Yogyakarta
skripsi
terdahulu
2 23 Juli Membuat 09:30 – Perpustakaan, Selalu
2012 panduan 11:00 Kampus III, perhatikan
wawancara Universitas teori; jadikan
Sanata itu sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 30

Dharma, poin-poin
Yogyakarta pemandu
3 25 Juli Mendiskusikan 13:00 – Fakultas Ingat untuk
2012 panduan 15:00 Psikologi, fleksibel
wawancara Universitas dalam
dengan dosen Sanata penggunaan
pembimbing Dharma, panduan
skripsi Yogyakarta wawancara
4 27 Juli Wawancara 17:20 – Vihara Menggunakan
2012 percobaan 18:30 Buddha wawancara
dengan Prabha, semi-
responden R Gondomanan, terstruktur
Yogyakarta

5 3 Agustus Mendiskusikan 13:00 – Fakultas Memutuskan


2012 hasil 15:00 Psikologi, untuk
wawancara Universitas menggunakan
percobaan Sanata hasil
dengan dosen Dharma, wawancara
pembimbing Yogyakarta percobaan
sebagai data
yang terpakai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 31

Tabel rancangan panduan wawancara yang digunakan oleh peneliti bisa

dilihat di bawah ini.

Tabel 2

Pedoman Wawancara

No Aspek Topik yang digali Pertanyaan


1 Latar belakang Landasan awal Sudah berapa lama
meditasi mengenai meditasi yang Anda praktik
dilakukan subjek meditasi?
Mengapa Anda
melakukan meditasi?
Apa yang membuat
Anda terus melakukan
meditasi sampai saat
ini?
2 Afek positif & Deskripsi perasaan- Bagaimana Anda
negatif perasaan sebelum menilai kondisi emosi
praktik meditasi Anda sebelum
mindfulness meditasi? Bisa
sebutkan contohnya di
kehidupan sehari-hari?
Deskripsi perasaan- Bagaimana Anda
perasaan setelah menilai kondisi emosi
meditasi mindfulness Anda setelah
meditasi?
Bisa sebutkan
contohnya di
kehidupan sehari-hari?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 32

3 Kepuasan hidup Deskripsi hidup ideal Sebelum Anda


(life sebelum praktik mengenal dan
satisfaction) meditasi mindfulness melakukan meditasi,
bagaimanakah hidup
yang ideal menurut
Anda?
Deskripsi hidup ideal Setelah Anda
setelah praktik meditasi mengenal dan
mindfulness melakukan meditasi,
bagaimanakah hidup
yang ideal menurut
Anda?
4 Makna Proses meditasi Meditasi paling
kebahagiaan mindfulness dalam berpengaruh pada hal
mempengaruhi apa dalam hidup
kehidupan Anda?
Makna kebahagiaan Apa makna
menurut responden kebahagiaan bagi
Anda?

E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Pola yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah zig-zag

(Creswell, 1998). Creswell (1998) menyatakan bahwa dengan pola ini, peneliti

mengumpulkan data dari lapangan, menganalisisnya, kemudian kembali lagi ke

lapangan jika data yang didapat ternyata belum mencukupi. Hal ini dilakukan

terus-menerus sampai akhirnya data yang didapat dirasa cukup.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 33

Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan beberapa langkah

berikut:

1. Peneliti menentukan dan mencari responden penelitian sesuai dengan

kriteria yang sudah ditentukan. Semua responden yang terlibat

merupakan anggota komunitas meditasi di Vihara Buddha Prabha,

Yogyakarta. Peneliti secara rutin menghadiri meditasi yang diadakan

oleh komunitas ini sejak Desember 2011.

2. Peneliti melakukan pendekatan secara personal, kemudian

menciptakan dan membina rapport dengan responden-responden

penelitian.

3. Peneliti menyatakan niatnya dan menanyakan kesediaan responden

untuk terlibat dalam penelitian. Sejak awal terlibat dalam komunitas

meditasi ini, peneliti sudah menyatakan niatnya untuk melakukan

penelitian tentang meditasi mindfulness. Hal ini mempermudah peneliti

ketika mendatangi dan bertanya kepada responden satu per satu, terkait

dengan kesediaan mereka untuk terlibat dalam penelitian.

4. Setelah responden bersedia, peneliti dan responden kemudian

menentukan waktu dan lokasi wawancara.

5. Saat wawancara pertama, peneliti memberi gambaran penelitian secara

umum kepada responden. Hal-hal yang digali adalah latar belakang

responden secara umum. Dalam melakukan wawancara ini, peneliti

tidak menggunakan panduan wawancara.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 34

6. Wawancara kedua dilakukan peneliti dengan menggunakan panduan

wawancara. Wawancara ini dilakukan sesudah responden mendapat

gambaran mengenai penelitian yang dilakukan.

7. Sambil mengajukan pertanyaan dan merekam dengan alat perekam

suara digital, peneliti juga menulis catatan-catatan penting yang

digunakan sebagai bantuan dalam mengajukan pertanyaan.

8. Setelah wawancara kedua selesai, peneliti membuat verbatim dan

menganalisis data yang didapat sejauh ini. Jawaban-jawaban

responden yang memerlukan konfirmasi juga dicatat dan dan disiapkan

untuk wawancara selanjutnya.

9. Wawancara ketiga kemudian dilakukan. Selain untuk menggali

kembali jawaban yang belum jelas, wawancara ini juga dilakukan

untuk mengonfirmasikan hasil analisis kepada responden.

10. Langkah nomor 5 sampai 9 juga dilakukan terhadap responden kedua

dan ketiga

Tabel 3

Pelaksanaan Wawancara

No Tanggal Kegiatan Waktu Tempat Catatan


1 20 Juli Wawancara 20:15 – Vihara Wawancara
2012 pertama 20:45 Buddha informal; untuk
dengan Prabha, mengembangkan
responden Gondomanan, rapport dan
R Yogyakarta memberikan
gambaran besar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 35

mengenai
wawancara yang
akan dilakukan
2 27 Juli Wawancara 17:20 – Vihara Menggunakan
2012 kedua 18:30 Buddha wawancara
dengan Prabha, semi-terstruktur
responden Gondomanan,
R Yogyakarta
3 26 Oktober Wawancara 20:55 – Vihara Wawancara
2012 pertama 21:15 Buddha informal; untuk
dengan Prabha, mengembangkan
responden Gondomanan, rapport dan
A Yogyakarta memberikan
gambaran besar
mengenai
wawancara yang
akan dilakukan
4 31 Oktober Wawancara 12:30 – Jalan Menggunakan
2012 kedua 13:40 Pakuningratan wawancara
dengan 53, semi-terstruktur;
responden Yogyakarta Ada sedikit
A interupsi dari
karyawan
responden yang
datang di tengah
wawancara
5 17 Wawancara 10:00 – Vihara Wawancara
November pertama 10:30 Buddha informal; untuk
2012 dengan Prabha, mengembangkan
responden Gondomanan, rapport dan
N Yogyakarta memberikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 36

gambaran besar
mengenai
wawancara yang
akan dilakukan
6 18 Wawancara 09:00 – Vihara Menggunakan
November kedua 10:15 Buddha wawancara
2012 dengan Prabha, semi-terstruktur;
responden Gondomanan, suasana sedikit
N Yogyakarta ramai karena
adanya ibadah di
vihara
7 3 Wawancara 19:10 – Jl. Taman Melakukan
Desember ketiga 19:50 Siswa MG konfirmasi atas
2012 dengan II/76, hasil wawancara
responden Yogyakarta sebelumnya
R
8 5 Wawancara 12:00 – Jl. Melakukan
Desember ketiga 12:40 Pakuningratan konfirmasi atas
2012 dengan 53, hasil wawancara
responden Yogyakarta sebelumnya; ada
A sedikit data
tambahan
9 16 Wawancara 09:20 – Vihara Melakukan
Desember ketiga 10:15 Buddha konfirmasi atas
2012 dengan Prabha, hasil wawancara
responden Gondomanan, sebelumnya
N Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 37

F. METODE ANALISIS DATA

Analisis dalam pendekatan IPA bertujuan untuk mempelajari dunia

psikologis responden penelitian (Smith, 2008). Berikut ini adalah langkah-

langkah yang dilakukan dalam pendekatan IPA:

1. Mencari tema-tema dalam kasus pertama

Pada langkah ini, transkrip verbatim dibaca berulang-ulang. Penulisan

kemudian dibentuk menjadi tiga kolom. Kolom di tengah menjadi

ruang untuk transkrip verbatim. Setelah transkrip verbatim selesai

dibaca, peneliti kemudian menuliskan komentar atau parafrase untuk

setiap hal-hal atau kalimat yang dirasa menarik oleh peneliti. Langkah

ini dilanjutkan sampai seluruh transkrip selesai. Kemudian, peneliti

kembali ke awal transkrip dan menuliskan tema-tema yang muncul di

kolom sebelah kanan. Tema-tema yang ditulis merupakan intisari yang

ditemukan dalam teks. Tema-tema yang ditulis memerlukan daya

abstraksi yang tinggi dan dapat menggunakan istilah psikologis.

2. Menghubungkan tema-tema

Tema-tema yang ditemukan kemudian dituliskan dalam selembar kertas

dan dicari keterkaitannya satu sama lain. Pertama, penulisan dilakukan

secara kronologis, didasarkan pada urutan di dalam transkrip verbatim.

Kedua, tema-tema tersebut dikelompokkan dan diurutkan secara analitis

atau teoritis. Pada langkah ini, tema-tema akan terbagi menjadi

beberapa kelompok yang sesuai dengan ciri-cirinya masing-masing.

Langkah selanjutnya adalah membuat tabel untuk kelompok tema-tema.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 38

Setiap kelompok tema diberi nama atau label yang mewakili

keseluruhan tema dalam kelompok tersebut. Jika ditemukan suatu tema

yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian, maka tema

tersebut dapat dihilangkan.

3. Melanjutkan analisis ke kasus berikutnya

Tema-tema dari suatu transkrip verbatim yang sudah dibuat dijadikan

peneliti sebagai acuan untuk mengerjakan transkrip verbatim

selanjutnya. Ketika semua transkrip verbatim telah memiliki tabel tema,

tema-tema tersebut kemudian dikelompokkan menjadi sebuah tabel

tema superordinat

4. Mengubah tema menjadi narasi

Pada langkah ini, tema-tema yang sudah dikelompokkan kemudian

diubah menjadi suatu narasi yang dapat menjelaskan dinamika dan

pengalaman responden penelitian.

Dalam menganalisis data, peneliti melibatkan dua orang peneliti lain

yang memiliki ketertarikan yang sama pada tema mindfulness. Hal ini

dilakukan peneliti dalam rangka mewujudkan triangulasi peneliti. Dengan

triangulasi peneliti, adanya perspektif yang berbeda dalam menganalisis data

yang sama akan memperkuat kredibilitas suatu penelitian kualitatif (Patton,

dalam Poerwandari 2005).

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah bersama-sama

menentukan alur pengalaman responden. Hal ini dilakukan peneliti untuk

melihat gambaran kronologis pengalaman responden. Alur yang jelas dapat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 39

menyajikan gambaran pengalaman responden, khususnya kepada peneliti lain

yang tidak terlibat secara langsung dengan responden. Langkah kedua adalah

mencari, menghubungkan, dan mengelompokkan tema-tema responden.

Setelah didapat tabel tema yang menggambarkan pengalaman responden,

analisis dilanjutkan dengan responden-responden selanjutnya. Pada akhirnya,

tabel tema-tema dari ketiga responden disajikan ke dalam satu tabel tema yang

mencakup semua tema-tema dari responden pertama, kedua, dan ketiga.

Tabel 4

Pengolahan Hasil Wawancara dengan Triangulasi Peneliti

No Tanggal Kegiatan Waktu Tempat Catatan


1 22 Oktober Membuat 17:00 – Perpustakaan, Alur dapat
2012 alur 18:25 Kampus III, dibuat dengan
responden R Universitas mudah karena
Sanata data yang
Dharma, ringkas
Yogyakarta
2 25 Oktober Membuat 13:30 – Perpustakaan, Makan waktu
2012 pengelom- 15:15 Kampus III, lama dalam
pokkan Universitas pemberian
tema-tema Sanata label tema
responden R Dharma, yang tepat
Yogyakarta
3 2 November Membuat 16:00 – Perpustakaan, Makan waktu
2012 alur 19:45 Kampus III, lama karena
responden A Universitas banyaknya
Sanata data yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 40

Dharma, berulang
Yogyakarta

4 12 Membuat 16:00 – Perpustakaan, Sangat


November pengelom- 20:00 Kampus III, banyak data;
2012 pokkan Universitas kebanyakan
tema-tema Sanata terulang
responden A Dharma, berkali-kali
(berlanjut) Yogyakarta
5 15 Membuat 17:00 – Perpustakaan, Perlu
November pengelom- 20:00 Kampus III, membaca
2012 pokkan Universitas berkali-kali,
tema-tema Sanata lagi, dan lagi
responden A Dharma,
Yogyakarta
6 26 Membuat 17:00 – Perpustakaan, Proses
Novermber alur dan 18:15 Kampus III, pengolahan
2012 pengelom- Universitas menjadi lebih
pokkan Sanata efektif karena
tema-tema Dharma, dengan
responden N Yogyakarta pedoman
struktur dari
responden R
dan A
7 17 Merangkum 14:10 – Perpustakaan, Pemaknaan
Desember tema-tema 15:15 Kampus III, yang sangat
2012 responden Universitas variatif
R, A, dan N Sanata
ke dalam Dharma,
satu tabel Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 41

G. KREDIBILITAS PENELITIAN

Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya dalam

mengeksplorasi masalah (Poerwandari, 2005). Deksripsi mendalam yang

menjelaskan kompleksitas dan interaksi dari aspek-aspek yang terkait menjadi

salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif.

Dalam rangka mendapatkan kredibilitas penelitian, peneliti melakukan

dua cara. Pertama, peneliti melakukan validasi komunikatif. Pada langkah ini,

peneliti mengkonfirmasi data dan hasil analisis kepada responden penelitian.

Responden penelitian berhak untuk menyetujui atau tidak menyetujui data dan

hasil analisis yang didapat. Langkah kedua adalah validasi argumentatif. Pada

langkah ini, peneliti melihat kembali keterkaitan antara hasil dan kesimpulan

penelitian dengan melihat kembali data mentah yang sudah didapat

sebelumnya. Hal ini dapat tercapai jika hasil dan kesimpulan penelitian

memiliki alur berpikir yang baik serta dapat dibuktikan dengan melihat

kembali ke data mentah.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. PROFIL RESPONDEN

Berikut ini adalah profil dari ketiga responden yang terlibat dalam

penelitian ini:

1. Responden I

Responden pertama dalam penelitian ini berinisial R, seorang

perempuan berusia 43 tahun. R betubuh relatif gemuk dengan kulit sawo

matang. Kacamata dan potongan rambut pendek menjadi ciri khasnya.

Setiap kali sedang terlibat dalam sesi wawancara, R selalu menunjukkan

sikap yang santai dan sering tertawa. Jawaban R cenderung singkat, padat,

dan ringkas.

Dalam kesehariannya, R hidup melajang. Meskipun hidup melajang, R

tidak tinggal sendirian melainkan tinggal dengan keluarganya. Aktivitas

sehari-hari R dijalaninya sebagai seorang peneliti yang beberapa kali pergi

ke luar kota untuk mengadakan penelitian. Pekerjaannya ini baru saja

dijalaninya karena dahulu R bekerja di bidang periklanan. Kedua pekerjaan

yang diceritakannya tersebut berhubungan dengan latar belakang

pendidikannya, yaitu ilmu komunikasi.

R memutuskan untuk mulai bermeditasi sejak tahun 1989. Hal yang

mendorong R untuk belajar meditasi pada waktu itu ialah kebutuhannya

untuk mencari fondasi hidup. Gereja adalah salah satu tempat yang pernah

42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 43

menjadi tempat pencariannya. Namun, gereja tidak bisa memenuhi hal yang

dicarinya sampai akhirnya ia menemukan meditasi. Meskipun R merasa

gereja bukanlah tempat yang bisa memenuhi kebutuhannya, R

mengidentifikasi diri sebagai seorang Kristen Protestan.

2. Responden II

Inisial dari responden kedua adalah A. A adalah laki-laki berusia 50

tahun dengan postur yang relatif tinggi. Ciri khas dari A adalah rambutnya

yang selalu dicukur sampai habis. Saat diwawancarai, A dapat menceritakan

banyak hal sampai mendetail dan dengan wajah yang selalu nampak

antusias.

Dalam kehidupan sehari-harinya, A bekerja sebagai kontraktor – sejalan

dengan latar belakang pendidikannya, yaitu teknik sipil. Namun, beberapa

tahun belakangan ini A memutuskan untuk menjalani pekerjaannya dengan

gaya hidup pensiunan sambil mementori anak sulungnya yang juga bekerja

sebagai kontraktor. A tinggal serumah dengan istri dan kedua orang

anaknya.

A mulai bermeditasi sejak tahun 1996. Sebelum mulai praktik meditasi,

A banyak membekali diri dengan ilmu-ilmu filsafat, baik yang umum

maupun yang bernuansa meditasi. A pertama kali belajar meditasi secara

intensif di Amerika Serikat karena tidak adanya lembaga atau guru meditasi

yang secara khusus mengajarkan meditasi beraliran Zen. Saat ini, A menjadi

pemimpin diskusi dan latihan meditasi di vihara Buddha Prabha,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 44

Yogyakarta. A juga aktif di vihara dan komunitas-komunitas umat

beragama Buddha.

3. Responden III

N adalah inisial dari responden ketiga dalam penelitian ini. Laki-laki

berusia 36 tahun ini nampak gemar bercerita. Setiap kali berada dalam sesi

wawancara, N selalu bersemangat dalam menceritakan hal-hal apapun yang

berkaitan dengan meditasi. N memiliki perawakan yang tegap dengan

rambut yang selalu dicukur tipis.

Dalam kesehariannya, sarjana ekonomi ini bekerja sebagai seorang

wiraswastawan. Saat ini N hidup melajang. Selain bekerja, aktivitas N

sehari-hari adalah merawat orangtuanya yang mulai membutuhkan banyak

perhatian darinya.

N mulai bermeditasi sejak tahun 2001. Dengan latar belakang beragama

Buddha, N akrab dengan cerita-cerita dalam Buddhisme. Dari salah satu

cerita itulah N menemukan cerita yang menginspirasinya untuk belajar

meditasi. Selain aktif dalam komunitas meditasi, N juga aktif berlatih yoga

untuk memperkuat praktik meditasinya.

B. ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil analisis terhadap tiga responden yang terlibat, didapat

beberapa tema yang menjelaskan jawaban dari pertanyaan penelitian. Analisis

dalam penelitian ini dilakukan secara terpisah, dari satu responden kemudian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 45

dilanjutkan ke responden-responden lainnya. Hal ini dilakukan agar analisis

dapat dilakukan secara terfokus kepada setiap responden.

Pada tahap analisis lanjutan ini, ada beberapa proses yang dilalui oleh

peneliti. Tema-tema yang didapat dari responden pertama dijadikan panduan

untuk menganalisis transkrip-transkrip selanjutnya. Meskipun memiliki

panduan, peneliti tetap memperhatikan dan terbuka pada kemungkinan

munculnya tema-tema yang baru dan unik dari responden selanjutnya. Peneliti

juga memperhatikan adanya tema-tema yang terulang pada tiap responden.

Dengan cara ini, pola-pola yang sama dan berbeda pada masing-masing

responden dapat terlihat dengan lebih jelas.

Sesudah ketiga responden selesai dianalisis secara individual, peneliti

kemudian merangkum tema-tema yang muncul sebagai hasil analisis lebih

lanjut. Ada beberapa hal yang menjadi petimbangan peneliti dalam

memutuskan tema-tema yang dapat dijadikan fokus analisis dan pembahasan

lebih lanjut. Pertimbangan tersebut antara lain: kesesuaian dengan fokus

penelitian, frekuensi kemunculan, dan keterkaitan satu tema dengan tema-tema

lain.

Berikut ini adalah hasil analisis dari masing-masing responden.

1. Responden I

a. Adanya kehampaan dalam diri

Sebelum mengenal praktik meditasi mindfulness, R mudah

mengalami kepanikan, khususnya saat berada dalam tuntutan pekerjaan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 46

Kepanikan itu mendorong R untuk semakin berlarut-larut dan tenggelam

dalam masalahnya sehingga R sering kali merasa tidak dapat menemukan

solusi dari masalahnya.

“Dulu saya sering cepat panik, misalnya dikejari deadline atau


ada masalah gitu tuh... sering saya merasa nggak menemukan
jalan keluar ya... atau berlarut-larut ke dalam masalah, tertarik ke
dalam masalah” (R, 16)

Tidak hanya pada konteks pekerjaan, hal-hal eksternal seperti

interaksi sosial dengan teman, pasangan, atau tetangga juga berpotensi

untuk menjadi sumber masalah yang dapat membuat diri R menjadi

semakin larut.

“Nah, kalau selama ini kan kalau kesibukan di luar kita terlalu
larut dalam segala macam. Ada pekerjaan, ada interaksi dengan
teman, dengan pasangan, dengan tetangga.. itu lebih eksternal”
(R, 6)

Semakin lama, karena semakin disibukkan oleh hal-hal eksternal,

R merasa kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Ia menjadi asing bagi

dirinya sendiri karena terlarut oleh kesibukannya.

“Kita kan hidup... Waktu itu saya di Jakarta. Kalau di Jakarta tu


saya kerja dan terlalu sibuk gitu ya, jadi saya kayak kehilangan
waktu untuk diri sendiri” (R, 2)

Karena merasa asing dengan dirinya, R merasa bahwa ia

memerlukan suatu fondasi dalam hidupnya, suatu pegangan yang bisa

memenuhi kebutuhan yang ia miliki.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 47

“Saya pernah cari-cari, belajar ke gereja. Cuman, kayaknya


gereja tu kurang memenuhi ini ya, kebutuhan yang saya cari” (R,
3)

Dalam perjalanan mencari fondasi hidup, R sempat mempelajari

ilmu-ilmu yang diajarkan dari gereja. Namun, hal yang dipelajarinya di

gereja tidak memberi kepuasan. Salah satu faktor yang dapat

menyebabkan hal ini adalah kesan asing yang dirasakan R terhadap ilmu-

ilmu di gereja karena bernuansa Barat. Akhirnya, R memiliki keinginan

untuk mempelajari ilmu kuno yang berasal dari budaya Timur. sesuai

dengan latar belakangnya sebagai orang yang dibesarkan dalam budaya

Timur.

“Terus akhirnya saya cari yang lebih ke “arah timur” gitu ya.
Saya lihat kalau gereja tu agak ke barat-baratan, jadi saya cari
ilmu-ilmu lama yang kuno, yang timur... antara lain aku ketemunya
meditasi, terus mulailah belajar meditasi” (R, 4)

Dari transkrip di atas dapat dilihat bahwa R merasa cocok dengan

meditasi mindfulnes dan mulai melibatkan praktik tersebut ke dalam

kehidupan sehari-harinya.

b. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi

Dalam berpraktik meditasi mindfulness, R belajar untuk berfokus

pada diri. Sebelumnya, R mengalami keterasingan dengan dirinya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 48

Namun, dengan praktik meditasi mindfulness, R mendapat kesempatan

untuk mengenal diri, melihat hal-hal yang terjadi di dalam dirinya.

“Oke... Setelah saya belajar meditasi, saya menemukan bahwa kita


diajak untuk mengenal tentang diri kita sendiri, apa yang terjadi
dengan pikiran kita, apa yang terjadi dengan emosi, apa yang
terjadi dengan perasaan kita. Nah, di situ kita diajak masuk ke
dalam, mengenal diri sendiri” (R, 5)

Dalam mengenal dirinya melalui meditasi mindfulness, R juga

belajar untuk mengenal kehidupannya.

“Dengan meditasi, benar-benar dibawa ke dalam untuk mengenal


tentang hidup kita” (R, 7)

Kemampuan R dapat mengenal diri dan kehidupannya secara lebih

mendalam didapatnya karena ia belajar untuk mengamati segala hal yang

terjadi di dalam pikirannya. Dalam mengamati pikiran, R tidak bereaksi

secara spontan terhadap apa pun yang terjadi di sana – hanya mengamati

dan mengenali.

“Karena kita belajar untuk ‘diam’ gitu ya... ‘Diam’ itu artinya kita
enggak spontan bereaksi terhadap apa pun yang muncul di dalam
pikiran kita. Melihat, mengamati. Terus... dari situ pelan-pelan,
‘oh ternyata kecenderungan pikiran saya tuh begini’. Nah, setelah
menemukan seperti itu, nanti ‘oh, mengatasinya begini...” (R, 22)

Pengamatan terhadap pikiran yang dilakukan R memberi

kesempatan padanya untuk mengenali hal yang terjadi di dalam pikiran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 49

Dengan mengenali pikirannya sendiri, R dapat meregulasi pikirannya

sehingga menjadi lebih tertata.

“Oh, oke. Memang kalau secara fisik kalau meditasi itu kita duduk
diam, antara melamun atau apa gitu enggak jelas ya. Cuman,
proses yang terjadi di dalam diri kita pada saat meditasi adalah
kita melihat tentang pikiran kita, batin kita. Dari situ ya kita bisa
mengenali. Karena kalau kita terlalu, yang contoh... apa
namanya... yang berlawanan ya, kita sering lebih frontal, lebih
opposite gitu dengan problem kita. Padahal, kalau kita dengan
meditasi tu lebih.. ya... sebenarnya sederhana kayaknya ya. Cuman
mengenali, merasakan, dan menata kembali pikiran kita (R, 24)”

c. Respons terhadap pikiran

Sesudah mulai mempraktikkan meditasi mindfulness, R menjadi

tidak mudah terlarut ke dalam pikiran-pikirannya. Hal ini disebabkan

oleh adanya kemampuan untuk selalu waspada terhadap pikiran.

Dengan demikian, R mampu mempertahankan pikirannya agar selalu

berada dalam keseimbangan.

“Jadi, kita juga harus waspada dengan pikiran kita sendiri dan
menempatkannya pada proporsi yang seimbang aja... Seimbang itu
pas... seperti timbangan, kiri kanan imbang, hehe...” (R, 38)

d. Perubahan pikiran menjadi lebih positif

Meditasi mindfulness yang dipraktikkan oleh R selama bertahun-

tahun memberi pengaruh positif terhadap pikiran. Dengan kata lain,

pikiran berkembang menjadi lebih adaptif. Salah satu perubahan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 50

positif yang dialami R adalah perubahan pikiran menjadi lebih

fleksibel.

“Tapi bagian yang terbaik dari proses kita melakukan meditasi


adalah kita bisa melenturkan ego kita. Kita enggak terikat dengan
pikiran kita, yang jadi kaku gitu... memegang itu sebagai sesuatu
yang absolut. Tetapi kalau kita meditasi tu, ego kita lebih lentur.
Jadi, apa pun yang datang pada kita, masalah atau keyakinan kita,
itu sebenarnya kadang-kadang enggak mutlak benar ya. Misalnya
kita punya musuh gitu, kita juga enggak menganggap itu 100%
musuh. Tapi kadang-kadang kan ada hal-hal lain, misalnya
persoalan, atau musuh, atau apa pun yang negatif itu enggak
mutlak itu tuh negatif gitu ya. Karena pasti ada sesuatu yang dari
situ tu bisa membuat kita lebih lentur lagi, lebih lentur lagi kalau
kita menghadapi itu” (R, 40)

Dengan pikiran yang fleksibel, R dapat mengurangi kecenderungan

untuk melekat terhadap suatu persepsi, kesan, ataupun penilaian.

Karena kecenderungannya ini, pikiran R menjadi lebih terkendali.

Pikiran yang lebih terkendali membantu R dalam pemecahan masalah.

“Tapi, setelah saya mengalokasikan waktu untuk meditasi, pikiran


itu lebih tertata dan banyak kemungkinan bisa menemukan solusi
terhadap masalah saya atau pikiran saya tu lebih terkendali” (R,
17)

Kecenderungan untuk tidak melekat pada masalah selain membuat

pikiran menjadi lebih fleksibel dan terkendali ternyata juga memberi

pengaruh relaksasi. Dengan pikiran yang tidak melekat, R merasa

pikirannya menjadi lebih relaks.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 51

“Karena di dalam meditasi itu kita juga membuat pikiran kita itu
tidak ada ‘engagement’ terhadap apa pun... Eee.... Keterikatan...
yang benar-benar mencengkram sesuatu atau memikirkan sesuatu
sampai pusing sendiri. Jadi, kita lebih rileks” (R, 30)

Pikiran R juga menjadi lebih relaks karena tubuh yang relaks.

Meditasi mindfulness yang dipraktikkan R nampak memberi pengaruh

relaksasi yang bertahap, mulai dari tubuh sampai ke pikiran.

“Ternyata dengan relaks itu, pikiran kita akhirnya relaks” (R, 29)

e. Perubahan sikap menjadi lebih positif

Dengan pikiran yang lebih adaptif, sikap R berubah menjadi lebih

adaptif pula. Perubahan yang positif ini diwujudkan dalam sikap yang

lebih terkendali. Kendali terhadap sikap pada R dimulai dari pikiran

yang tidak mudah melekat, tidak mudah larut, atau terbawa hal-hal di

luar diri.

“Karena kita jadi lebih terkendali ya. Kita nggak terlarut dengan
segala hal yang ada di luar kita” (R, 11)

Selain lebih terkendali, pikiran R juga menjadi lebih terbuka dan

dapat menerima peristiwa-peristiwa dalam hidupnya.

“Ada perubahan sih yang saya rasakan. Ya saya lebih bisa


menerima peristiwa apa pun yang kena pada saya” (R, 34)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 52

Dengan lebih terkendali dan mampu menerima hal-hal yang terjadi

pada diri, R dapat mengembangkan ketenangan dalam bersikap.

“Emmm.... lebih menenangkan ya. Membuat kita tuh lebih


memahami, menerima, terus reaksinya itu enggak frontal. Jadi
lebih kalem lah” (R, 21)

Dari kutipan-kutipan di atas dapat dipahami bahwa kondisi pikiran

R yang adaptif (fleksibel, terkendali dan relaks) nampak memiliki

pengaruh positif terhadap cara bersikap.

f. Kondisi fisik yang membaik

R merasakan adanya pengaruh positif terhadap fisiknya sesudah

mulai berpraktik meditasi mindfulness. Dengan relaksasi yang

dilakukan selama meditasi, R dapat mengendurkan ketegangan-

ketegangan yang ada di tubuhnya. Dengan demikian, tubuh R terasa

lebih relaks.

“Ya... Jadi metode relaksasi adalah membuat setiap bagian dari


tubuh kita relaks. Dari kepala, pikiran, sampai ke muka, kemudian
punggung. Karena secara tidak sadar kadang-kadang kita menarik
punggung seperti ini. Dan di sana ada ketegangan (R, 26)”

Tubuh yang relaks juga menimbulkan rasa nyaman.

“Dengan merilekskan itu kita menjadi, badan menjadi lebih


nyaman gitu ya” (R, 27)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 53

Selain rasa nyaman, relaksasi yang didapat dari meditasi

mindfulness juga membuat tubuh menjadi lebih sehat. R percaya

bahwa ketegangan-ketegangan dalam tubuh dapat menjadi penyebab

munculnya penyakit. Dengan demikian, ketika tubuh mengalami

relaksasi, tubuh dapat menjadi lebih sehat.

“Terus perut juga, kadang-kadang kita tegang. Dan itu menjadi


penyakitlah kalau kita memperlakukan seluruh badan kita dengan
penuh ketegangan... Tangan, sampai kaki, terus semuanya dari
seluruh tubuh. Kita dibuat rileks” (R, 28)

g. Penghayatan tujuan hidup

Praktik meditasi mindfulness yang dilakukan R nampak

memberikan pengaruh terhadap penghayatan tujuan hidupnya. Salah

satu tujuan hidup yang dihayati R adalah untuk menjalani hidup

dengan mengalir dan tidak dibatasi oleh kaidah-kaidah yang kaku.

“Kebetulan saya tu tidak punya patokan hidup itu harus begini,


harus begitu. Jadi saya mengalir aja” (R, 31)

Hidup yang mengalir dijalani R dengan fleksibilitas. Fleksibilitas

yang dimulai dari pikiran selama praktik meditasi mindfulness nampak

mempengaruhi R dalam mempersepsikan tujuan hidupnya.

“Ya sebenarnya kalau relaks itu kan enggak kaku. Kaku tu ya


misalnya orang meninggal kan kaku ya, tapi kalau orang hidup kan
kita musti lentur” (R, 42)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 54

Meskipun R belajar untuk lebih dapat menerima dan hidup

mengalir, dalam kesehariannya R juga tetap berusaha untuk memiliki

kehidupan yang lebih baik.

“Ada perbedaan... hmm... gimana ya ngomongnya... Pasti ada


yang dicari ya di dalam hidup, cuman, saya melakukan usaha,
mencari untuk hidup lebih baik, tapi kalau pun itu belum berhasil,
saya tetap berusaha dan tidak putus asa” (R, 35)

Usaha untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dimaknai R

sebagai usaha untuk hidup bahagia.

“Mencari yang saya tuju... hidup bahagia” (R, 36)

h. Pemaknaan kebahagiaan

Kebahagiaan dimaknai R sebagai kondisi ketika semua keinginan-

keinginan dapat terpenuhi dalam proporsi yang tepat. Dalam

memaknai hal ini, R juga menekankan pentingnya kewaspadaan

dalam berkeinginan karena keinginan dapat menjadi terlalu

berlebihan.

“Itu sifatnya personal ya, masing-masing orang punya ini sendiri.


Kalau yang saya rasakan sih bila semua yang kita inginkan tuh
bisa terpenuhi. Tapi keinginan itu pun kita harus hati-hati karena
ada batasan-batasan juga keinginan kita tuh terlalu berlebihan”
(R, 37)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 55

Pada konteks yang lebih luas, R memaknai kebahagiaan sebagai

keseimbangan dalam hidup – tidak hanya dari segi keinginan, tetapi

juga dalam konteks apa saja.

“Kebahagiaan itu bisa karena hidup kita seimbang. Nah,


keseimbangan itu bisa apa saja. Dalam konteks apa pun yang ada
dalam kehidupan kita” (R, 39)

Keseimbangan dalam hidup juga diikuti oleh kemampuan untuk

menjalani hidup dengan ringan. Bagi R, hidup ringan ini bisa dicapai

dengan tidak melekat pada masalah. Masalah adalah hal yang tidak

bisa dihindari. Oleh karena itu, dalam menghadapi masalah, R

memilih untuk tidak tenggelam ke dalam masalah melainkan memilih

untuk tidak melekat ke dalamnya.

“Bahagia tu ya kita bisa menghadapi hidup ini dengan ringan...


Misalnya... kita enggak bisa menolak persoalan atau pun masalah
di dalam hidup ini ya, tapi kita bisa menghadapinya dengan
keyakinan, dengan percaya diri, cuman ‘oke, ini masalah. Itu
enggak bisa dihindari. Saya harus menghadapi, mencari solusi,
mungkin terpecahkan, mungkin tidak’, itu diserahkan saja” (R, 32)

2. Responden II

a. Adanya kehampaan dalam diri

Sebelum mulai praktik meditasi mindfulness, A merasa tidak

memiliki kendali atas pikirannya. Pikiran yang tidak terkendali ini sering

kali dirasakan A khususnya ketika merespons stimulus yang tidak

disukainya, stimulus yang menyebabkan munculnya afek negatif seperti


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 56

rasa jengkel. Saat rasa jengkel muncul, demikian juga pikiran otomatis

berkecenderungan destruktif yang diarahkan baik pada diri maupun

orang lain. Hal ini menjadi kebiasaan dalam diri A.

“Jadi, jengkel, terus timbul niat buruk, terus mungkin sampai


terjadi ucapan atau tindakan buruk. Buruk di sini jangan diartikan
sebagai dosa. Buruk artinya tidak sehat, yang merugikan diri
sendiri, maupun orang lain. Nah, contohne misale gini... Kita
duduk-duduk di sini deh, terus di luar ada orang naik sepeda motor
ngebut, berisik. “wreeeeeng, wreeeeeng, wreeeeeng!”. Di dalam
sini, pikiran, langsung jengkel. Terus langsung timbul niat buruk.
“Nabrak o, nabrak o”. Terus misalnya saya kedengaran,
‘wreeeeeng, wreeeeweeeeng... ciiiiiit, dueeeees!’ ‘sukur!’, saya
bilang. Itu otomatis, gitu lho. Itu reaksi otomatis yang... kebiasaan
saya begitu” (A, 78)

Pikiran yang tidak terkendali juga membuat diri A menjadi tergesa-

gesa. Ketergesan-gesaan dalam diri A memunculkan sikap yang ingin

berebut, seolah-olah selalu ada sesuatu yang dikejar.

“Dan di jaman dahulu, sebelum saya latihan meditasi, rasanya aku


kok enggak pernah ingat ya aku dikeki dalan karo wong. Rasanya
saya mau berebut saja, mau serobot-serobotan” (A, 87)

Munculnya kejengkelan hingga menjadi suatu kebiasaan juga

merupakan salah satu perwujudan dari pikiran A yang tidak terkendali.

Rasa jengkel yang muncul sebagai respons dari suatu stimulus (dalam hal

ini, kendaraan yang mengebut) diperkuat oleh faktor lingkungan dan

significant others. Hal ini menunjukkan bahwa respons maladaptif yang


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 57

dimiliki A merupakan respons yang dapat diterima sehingga berubah

menjadi kebiasaan.

“Pertama; saya dulu punya kebiasaan dan itu lazim di lingkungan


saya, kawan-kawan atau sedulur, atau di lingkungan saya. Punya
kebiasaan, misale lihat orang naik kendaraan ugal-ugalan,
ngebut... tidak harus ugal-ugalan, pokoke ngebut atau berisik,
bising. Itu timbul jengkel langsung” (A, 77)

Di sisi lain dalam kehidupan sehari-harinya, meskipun A menjalani

kehidupan yang lancar, Ia mengalami peristiwa yang membuatnya

menderita. Penderitaan yang dirasakannya ini dialaminya selama

bertahun-tahun sehingga A merasa tidak bahagia di sepanjang tahun

tersebut.

“Terus, ada situasi yang susah. Suatu situasi suffering yang


lumayan intens, terjadi pada saya selama hampir sekian bulan,
sekian tahun...” (A, 53)

Kondisi-kondisi A di atas memperkuat adanya kebutuhan untuk

mencari suatu prinsip atau pemahaman yang dapat dijadikan sebagai

fondasi hidup. Dalam pencarian akan fondasi tersebut, A

mempertanyakan penjelasan tentang kebaikan, kejahatan, tujuan hidup

ideal, serta alasan-alasan di baliknya.

“Risetnya pertama-tama saya tu mempertanyakan lagi, sing


jenenge baik ki opo to? Terus sing jenenge buruk atau jahat ki opo
to? Saya ingin kembali ke basis definisinya, gitu lho. Sak tenane
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 58

sing jenenge apik ki opo to? Sing jenenge buruk ki opo to? Terus,
bagaimana saya harus menjalankan kehidupan saya? Apakah saya
jadi orang baik? Kalau tentang begitu kenapa? Apakah saya jadi
orang jahat? Kalau memang begitu, kenapa alasan’e? Pertanyaan
itu yang muncul pada saat itu. Katakanlah waktu itu mungkin usia
27, sekitar itu lah” (A, 12)

Seiring berjalannya proses pencarian A, akhirnya ia menemukan

meditasi mindfulness secara teoritis pada tahun 90-an dan mulai

berpraktik meditasi mindfulness pada sekitar tahun 1996.

b. Pemaknaan kebahagiaan sebelum praktik mindfulness

Seperti individu di dalam masyarakat secara umum, A dibesarkan

dalam budaya yang menuntut sikap-sikap yang sesuai dengan normal

sosial. Namun, dalam lingkungan pekerjaannya, A melihat keadaan di

mana orang-orang yang melakukan tindakan dengan tidak

mempertimbangkan norma-norma sosial, tega dan tidak peduli terhadap

orang lain sering kali nampak lebih sukses dalam bekerja. Bahkan,

Kesuksesan yang didapat dengan melakukan tindakan di luar norma-

norma sosial yang tidak memedulikan orang lain tersebut nampak lebih

mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan.

“Saya menyaksikan bahwa, dengan sudut pandang pada saat itu,


orang yang keras, yang kejam, tega ki maksud’e ekstrem’e kejam
lah... orang yang kejam, yang tega, bahkan dalam artian yang
negatif, yang bersedia melanggar kaidah-kaidah moral, acapkali
lebih sukses ketimbang orang yang lemah lembut, yang baik. Wis,
kasarane sing jahat luwih sukses ‘mbangane sing apik. Kasarane
gitu lho. Di dalam bisnis, waktu itu kesan yang saya tangkap pada
saat itu adalah sing jahat, sing tegel kuwi lebih sukses dibanding
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 59

yang baik... Tidak sekedar lebih sukses, bahkan. Yang saya jumpai,
sing jahat, sing tegel kuwi lebih “bahagia”, lebih “beruntung”
ketimbang yang baik... dalam tanda kutip. Sekali lagi saya bilang,
sudut pandang saya pada saat itu, gitu ya. Ya itu given fact
situasiku pada saat itu, gitu lho. Itu yang saya alami. Orang lain
mungkin bisa punya pengalaman yang lain” (A, 9)

c. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi

Hal yang dilakukan oleh A ketika ia mempraktikkan meditasi

mindfulness adalah memfokuskan diri pada momen here and now.

Pikiran difokuskan untuk menyadari sensasi-sensasi yang dirasakan

tubuh ketika sedang duduk bermeditasi. Dengan menyadari sensasi-

sensasi tubuh pada momen saat ini, A juga berlatih untuk meninggalkan

pikiran-pikiran yang datang silih berganti seperti urusan pekerjaan.

“Bagaimana meditasi kok bisa ngefek, misale luwih sabar, atau


lebih awas, gampangane ngene... Teknik meditasi ki misale obyeke
memperhatikan rasa tubuh yang sedang duduk di sini-sekarang.
Sadar bahwa tubuh ini sedang duduk di sini-sekarang. Menyadari,
memperhatikan, merasakan tubuh kita ini yang sedang duduk di
ruangan ini, di sini, sekarang. Katakanlah kita meditasi formal.
Aku lingguh neng kene mungkin 20 menit. Mungkin pikiran
grambyang, mengembara. ‘Aduh, urusan proyek urung beres...
Tagihane urung beres. Eh, sik... Aku saiki meh meditasi’. Kita
sudah sepakat, commit ke diri sendiri, 20 menit atau 30 menit, aku
wis tekade seko setengah tiga sampai jam tiga ini mau meditasi.
‘Relakanlah, sing urusan kantor kuwi sementara relakan. 30 menit
wae, atau 15 menit... urusan kantor, rileks... kembali di sini-
sekarang... tubuh sedang duduk’, atau ‘wah, kemarin... kembali ke
tubuh sedang duduk, rasanya gimana...’ Nah, pada saat kita
ngalami satu aksi tersebut, misale ‘eh, nang kene urung beres. Iki
nang kene ono opo? Ra ono opo-opo, ‘kan awak lagi lingguh” (A,
104)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 60

d. Respons terhadap pikiran

Dalam pengalamannya mempraktikkan meditasi mindfulness, A

mendapat pemahaman bahwa pikiran adalah sesuatu yang tidak dapat

diandalkan. Pikiran yang selalu bergerak tanpa bisa diatur membuat A

memunculkan kewaspadaan terhadap pikirannya sendiri.

“Pada saat itu juga Anda menyaksikan dan mengalami sendiri


bahwa pikiran ini ilusi, gitu lho. Tidak bisa diandalkan, nggugu
karepe dewe. Wong tekade, komitmene meh meditasi 30 menit di
sini kok. Iki kok mlayu karepe dewe, ngono lho. Jadi Anda akan
menyaksikan betapa unreliable-nya si pikiran kita sendiri” (A, 105)

e. Perubahan pikiran menjadi lebih positif

Kewaspadaan A terhadap pikiran pada akhirnya mengubah pikiran

A menjadi lebih adaptif. Perubahan yang positif tersebut ialah

kemampuan A untuk menyadari hal-hal yang terjadi dalam pikiran yang

terus bergerak.

“Efek psikologis juga, maksudnya kita jadi lebih... yang paling


utama, lebih mindful, lebih awas terhadap reaksi-reaksi batin kita
sendiri. Kita menjadi lebih awas terhadap pikiran kita sendiri,
terhadap gerak pikiran kita sendiri” (A, 72)

Karena mampu menyadari segala hal dalam pikirannya, A mulai

mencoba untuk menyesuaikan pola pikir dan sikapnya. Rasa jengkel


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 61

yang dulu selalu diikuti oleh respons maladaptif kini mulai disadari tanpa

dituruti maupun ditolak sehingga memunculkan kendali atas pikiran.

“Nah, saya mencoba untuk meng-adjust pola pikir, sikap saya...


dan ini memerlukan praktik. Misale sekarang dengar “wreeeeeng
wreeeeweeeeng!”, pertama-tama saya, “oh iyo, ono jengkel”.
Timbul rasa enggak enak. Saya tidak menekan, tapi juga tidak
menolak, tapi juga tidak menuruti, gitu lho. Tidak nuruti jadi
“nabrak o...”, gitu, ora. Jengkel atau enggak enak, ini enggak
enak... Soal tindakan itu ‘kan keputusane nang tanganku. Respons
saya terhadap jengkel ‘kan di tangan saya. Saya sebenarnya
berkuasa terhadap keputusan itu, gitu lho. Choice-nya di saya,
decision-nya di saya” (A, 80)

f. Perubahan sikap menjadi lebih positif

Perubahan yang terjadi dalam aspek pikiran juga memengaruhi

aspek sikap. Karena pikiran yang lebih adaptif, sikap A pun mengalami

perubahan ke arah positif. Dahulu, ketika ada respons yang

memunculkan reaksi negatif pada diri A, sikap yang ditunjukkan adalah

sikap negatif. Sesudah praktik meditasi mindfulness, sikap yang dahulu

negatif berubah menjadi positif. Perubahan sikap ini ditandai dengan

kecenderungan A untuk berintensi positif terhadap orang lain.

“Kalau sekarang, saya tahu, dari jauh ada orang nyalip, ngebut,
lampunya dia enggak terang, cepat-cepat saya dim lampu mobil
saya. Saya dim, mugo-mugo yang sana juga lihat bahwa ini ada
orang ngebut, yang ngebut pun juga jadi lihat, ada orang
nyebrang. Itu wis otomatis. Saya akan begitu otomatis” (A, 80)

Selain adanya intensi positif, A juga mulai mengembangkan sikap

lebih menerima. Hal ini dicontohkan A dalam konteks berkendaraan di


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 62

lalu lintas. Dulu, A selalu tergesa-gesa dan ingin berebut ketika di jalan,

tetapi sesudah praktik meditasi mindfulness, A dapat menerima fakta

adanya orang lain yang juga ingin menggunakan jalan yang sama. Untuk

itu, A lebih memilih untuk mempersilakan orang lain lewat terlebih

dahulu.

“Sekarang enggak. Kalau saya lihat, saya akan kasih jalan kalau
dia lewat dulu. Saya akan cari celah untuk menepi. Minggir, agar
lawan saya bisa lewat lebih dulu” (A, 90)

Tidak hanya bersedia mendahulukan orang lain, khususnya saat

berkendaraan, A juga nampak lebih tenang dalam bersikap.

“Saya pilih berhenti. Dengan demikian, dia lancar. Wong aku yo


ngopo to, cepet-cepet nyemplung, blung, tetep harus nunggu. Jadi,
saya pilih berhenti. Saya pilih berhenti walaupun kurang satu, dua,
tiga detik” (A, 93)

Sikap-sikap yang adaptif berpengaruh positif terhadap gaya hidup

A. Gaya hidup A menjadi lebih teratur karena nilai-nilai dari praktik

meditasi mindfulness.

“Mungkin karena bukan sekedar latihan, tapi setting life style-nya


tu mulai jadwal hidup harian, bulanan, tahunan, cara saya
berelasi dengan orang… artinya, ini kan mengubah life style, gitu
lho… Jadi lebih teratur” (A, 67)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 63

g. Perubahan sikap orang lain menjadi lebih positif

Praktik meditasi minduflness yang dilakukan A juga berpengaruh

terhadap cara orang lain bersikap. Sikap orang lain yang positif

disebabkan karena sikap A yang juga positif. Karena sikap yang tidak

tergesa-gesa, orang lain ternyata mendapat kesempatan untuk bersikap

positif.

“Terus, eee... Lucunya, paradoksnya, pengalaman bagus terjadi.


Misale, si Yoko kadang suka tanya saya, ‘Koe nek nyupir kok
sering dikeki dalan karo wong yo?’ Aku yo enggak tahu, gitu loh.
Maksudnya, kalau saya nyebrang, aku enggak pernah tergesa-gesa
ngerebut jalan, gitu, enggak. Santai wae lah. Kalau diberi jalan ya
syukur... Bukan malas ya, tapi tidak berusaha menyerobot. Nah,
sering kali kok malah dikeki dalan. Berulang kali. Sangat sering”
(A, 86)

Sikap yang positif dari orang lain juga berhubungan dengan fakta

bahwa orang lain nampak menjadi lebih relaks. Dalam pengalaman A,

orang lain dapat menjadi lebih relaks karena adanya kondisi relaks pada

diri A.

“Nah, lucunya, apakah karena hawanya, atau gelagatnya itu...


lawan kita itu mungkin bisa merasakan situasi emosi kita, gerak
supir kita sing biyayakan atau rileks, itu mungkin lawan kita itu
bisa nyetrum, bisa terasa. Lucunya, dia juga jadi rileks, gitu lho.
Kalau kita beri jalan, dia juga lebih rileks, lebih santai, enggak
berebut jarak. Saya ketemu sampai orang yang gelap mata jadi
jarang, gitu lho. Sering kali dia juga jadi rileks. Dia juga kasih
jalan ke kita, gitu lho. Itu menurutku contoh sederhana sing
fenomenal” (A, 91)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 64

h. Kondisi fisik yang membaik

Pikiran dan sikap yang lebih positif membawa pengaruh yang

positif terhadap tubuh. Dengan sikap A yang lebih positif, A dapat

merasakan efek relaksasi pada tubuhnya.

“Satu; yo nek contoh tadi saya bilang ‘mugo-mugo selamet’, itu


kan neng awak yo luwih penak to? Lebih rileks. Nek Anda “modyar
o!”, dari ekspresi saja Anda sudah bisa lihat ini orang jadi lebih
tegang, jengkel... Ketika “mugo-mugo selamet” kan ekspresi
wajahnya saja Anda sudah bisa lihat bahwa luwih kepenak neng
awak. Itu satu” (A, 107)

Selain karena tubuh yang rileks, gaya hidup yang lebih positif juga

berpengaruh terhadap kondisi tubuh A. Hal-hal tersebut membuat kondisi

tubuh A menjadi lebih sehat.

“Ya, plus yang lain-lain, maksudnya, pola kita, jadwal hidup kita,
respons-respons kita terhadap orang lain, lingkungan, dan
seterusnya lebih baik lah, lebih sehat” (A, 108)

Kondisi tubuh yang lebih relaks dan lebih sehat juga membuat

tubuh A terasa lebih nyaman. Dalam pengalaman A, kondisi tubuh yang

lebih sehat dan lebih nyaman mulai dapat dirasakan setelah praktik

mindfulness dalam hitungan bulan.

“Nah, itu setelah dipraktikkan sekian bulan, itu cukup bulanan aja.
Jadi lebih sehat ya, lebih nyaman gitu lho”(A, 84)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 65

i. Penghayatan tujuan hidup

Selama pencarian akan fondasi hidup, A menghayati beberapa

nilai-nilai yang dijadikan tujuan hidupnya. Salah satu hasil dari

penghayatannya adalah untuk menjadi orang baik, bukan karena

menghindari dosa atau hubungan, melainkan karena pilihan untuk

menjadi orang baik adalah suatu pilihan yang cerdas. Berdasarkan

pengalaman A, perbuatan baik yang diwujudkan misalnya dalam intensi

positif terhadap orang lain, pada akhirnya akan membawa efek relaksasi

pada tubuh, membuat tubuh menjadi lebih sehat dan nyaman.

Eee... simple-nya dari belajar, riset, mikir-mikir, menganalisis,


nimbang-nimbang sendiri, nguji di lapangan, dicocoke karo
pengalaman, di-cross check, direnung-renung sendiri... itu
akhirnya saya berkesimpulan eee... satu, wong urip ki sing bener
dadi wong apik, jadi orang baik. Orang menjadi orang baik, itu
bukan karena takut dosa, takut hukuman, bukan... karena itu
adalah pilihan cerdas” (A, 15)

Selain untuk menjadi orang baik, A juga ingin mengalami suatu

transformasi dalam dirinya. A ingin menjadi lebih sehat, lebih bijak,

lebih cerdas, dan lebih realistis.

“Ya, sama... kalau seorang meditator ya disebutnya ya tujuannya


mencapai pencerahan... atau pencerahan yang mendalam.
Mungkin yang lebih cocok saya mau bilang transformasi batin...
menjadi lebih sehat, lebih bijak, lebih cerdas, lebih realistik” (A,
110)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 66

A menghayati kebahagiaan sebagai tujuan hidupnya setelah

membaca dan mempelajari ilmu etika.

“Dua... ini berkaitlah, topik ini. Dua adalah, kalau ngomong


tujuan hidup karena itu juga merupakan pertanyaan yang
mencekam bagi saya... Tujuan hidup apa ya, tujuan hidup...
intuitively ngerti. Tujuan hidup donge happy. Tapi terlalu
confused, otak saya waktu itu terlalu ruwet. Nah, belajar etika itu
saya jadi paham, clear bahwa “oh iyo, tujuan hidup tu adalah
kebahagiaan”... (A, 21)

j. Pemaknaan kebahagiaan sesudah praktik mindfulness

Salah satu alasan A untuk menjadi orang baik adalah karena A

memaknai tindakan baik sebagai suatu tindakan yang membahagiakan.

“Kenapa? Karena jadi wong apik ki luwih happy, luwih penak...


Orang baik itu adalah tindakan bahagia” (A, 16)

Berdasarkan nilai-nilai dan pemahaman yang didapat dari praktik

meditasi mindfulness, A memaknai kebahagiaan sebagai kondisi yang

terjadi di pikiran.

“Happy terjadinya di mana? Di pikiranku dewe” (A, 50)

Karena kebahagiaan merupakan suatu kondisi yang terjadi di

pikiran, maka A memaknai kebahagiaan sebagai kondisi yang dapat


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 67

dicapai melalui upaya melatih pikiran. Salah satu cara untuk melatih

pikiran yang dilakukan A adalah meditasi mindfulness.

“Ya, agar bisa happy, pikirane kudu dikelola ben happy, gitu. Nah,
saya sudah tahu, pikiran dikelola itu, sama dengan meditasi” (A,
52)

Karena kebahagiaan merupakan kondisi yang terjadi di pikiran,

maka A juga memaknai kebahagiaan sebagai kondisi yang tidak dapat

dipenuhi oleh hal-hal eksternal seperti rumah, jabatan, kekuasaan, dll.

“Sedang tujuan-tujuan yang lain, misal’e rumah bagus, atau duit,


atau istri cantik, atau jabatan, kekuasaan, terkenal, kesehatan,
apapun lah... itu tidak bisa menjadi ‘the end by itself’. Nek kono
punya duit, mesti duit meh nggo opo, nek kono punya sehat pasti
sehat meh nggo opo, nek kono punya istri cantik, pasti istri cantik
nggo opo” (A, 23)

Hal-hal eksternal tidak bisa menciptakan kebahagiaan karena hal-

hal tersebut tidak bisa menjadi akhir. Jika terpenuhi, akan selalu

mengarah ke dorongan untuk mencari pemenuhan lain. Oleh karena itu,

A memaknai kebahagiaan sebagai akhir dari segala kebutuhan. Jika

seseorang sudah mencapai kebahagiaan, maka ia tidak memerlukan hal-

hal lain.

“Tapi kalau kamu bilang bahagia... wis, selesai. The end by itself.
Kamu udah enggak perlu apa-apa yang lain, wong sudah happy
kok” (A, 24)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 68

Ketika seseorang sudah tidak memerlukan apa-apa lagi, maka ia

berada dalam kondisi di mana ia dapat menerima realitas sebagaimana

adanya. Melalui praktik meditasi mindfulness yang dilakukannya, A

memaknai kebahagiaan sebagai penerimaan terhadap realitas

sebagaimana adanya, realitas pada momen saat ini ketika pikiran tidak

mencari hal-hal eksternal sebagai bentuk usaha pemenuhan kebutuhan.

Kebahagiaan itu adalah kemampuan batin kita untuk melihat


segala sesuatu sebagaimana sebenarnya. Kebahagiaan itu
misalnya sekarang... keberadaannya ya begini. Ini tidak kurang,
tidak lebih, gitu. Tidak ada yang kurang, tidak ada yang kelebihan.
Kalau kita bilang ada yang lebih, ada yang kurang... Pikiran kita
itu sudah tidak sebagaimana adanya. Pikiran kita sudah lari. ‘Oh,
alangkah baiknya kalau ada A.C. Alangkah baiknya kalau ada
lotek’. Itu kan pikiran kita sudah ke mana-mana” (A, 111)

3. Responden III

a. Adanya kehampaan dalam diri

Sebelum praktik meditasi mindfulness, N tidak memiliki kendali

terhadap pikirannya. Ketika dalam kondisi yang diliputi kemarahan dan

kebencian, N kehilangan kontrol dan memiliki kecenderungan untuk

membuat skenario atau perencanaan di pikirannya yang ditujukan kepada

obyek yang menjadi pemicu kemarahan dan kebenciannya.

“Nak contoh konkritnya ya tentang ketidakstabilan ketika saya


betul-betul dalam kondisi yang marah, itu menjadi tidak terkontrol,
gitu lho. Kalau benci ya, benci sekali... sehingga pikiran ini kalau
sudah benci sesuatu, mereka-reka, merencanakan rencana, terus
wes nanti tak begini-beginikan gitu...” (N, 5)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 69

Selain tidak adanya kendali terhadap pikiran, N juga memiliki

ketergantungan pada orang lain. Ketergantungan ini bersumber dari

adanya dorongan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dalam diri.

Dalam usaha pemenuhan kebutuhan dalam diri tersebut, N juga

memerlukan adanya orang lain sebagai sumber pemenuh kebutuhan.

“Tapi biasanya karena kita geraknya acak, dan self ini dipandangi
oleh pandangan subjektivitas yang tinggi dan pekat... termasuk
pandangan self yang kuat itu tadi, jadi akhirnya kan penuntutan.
“Mbok kamu begini terhadap saya, mbok kamu begitu terhadap
saya”, kan menjadi begitu to? Pokoknya intinya, berusaha
memuaskan self, kalau perlu ya menggunakan self-self yang lain”
(N, 52)

b. Pemaknaan kebahagiaan sebelum praktik mindfulness

Dalam memaknai kebahagiaan sebelum praktik mindfulness,

Kebahagiaan dimaknai oleh N sebagai kondisi ketika individu dapat

mempertahankan sesuatu yang dimilikinya. Dalam usaha

mempertahankan hal tersebut, rasa ketergantungan dan tidak adanya

kendali terhadap pikiran semakin mendorong N untuk terobsesi dan tidak

dapat berpikir secara jernih, bahkan untuk waktu yang lama.

“Bahagia kalau bisa dapat sesuatu, pertahankan sesuatu secara


membuta sampai ngedani hal tersebut. Pokoknya bahkan enggak
melek ini sehat atau tidak… pikiran sangat menyempit. Jika
dirundung sesuatu bisa lama usianya, baik benci dan lain-lain
bagiku itu berharga” (N, 81)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 70

c. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi

Saat melakukan meditasi minfulness, N mengonsentrasikan

pikirannya. Pikiran diarahkan untuk selalu berkonsentrasi dari waktu ke

waktu.

“Karepe kalau kamu mau konsentrasi ya konstan, terus, sambung-


menyambung, dan selalu kaitannya dengan dari momen ke momen,
dari berjalannya waktu ke waktu... Maunya dia satu garis lurus
terus. Teruuuus... begitu” (N, 39)

Agar dapat mencapai konsentrasi, pikiran N yang selalu bergerak

tidak terkendali difokuskan pada obyek yang netral, yaitu napas.

“Terus bagaimana cara nganunya? Geraknya disusut. Pertama,


geraknya disusut. Caranya nyusut bagaimana? Diberikan obyek.
Terus pertanyaannya, obyeknya yang seperti apa? Wong toh ini
bergerak juga mencari obyek... Kalau tadi bergerak karena yang
subjektif tadi, subjektifnya tu tadi pasti pada suka dan tidak suka.
Dia merancang pada gerak suka, tidak suka, gitu aja. Lha,
otomatis, disusut geraknya, obyeknya karena dia terlalu subjektif...
maka dikasih obyek yang kontra dengan yang suka, tidak suka.
Yang tidak mengandung suka dan tidak suka, contohnya napas”
(N, 25)

Melalui fokus pada napas, N dapat memfokuskan diri pada

pengalaman dan momen saat ini.

“Nah, tingkat dari elingnya tadi, kalau di dalam meditasi, diubah


dalam yang betul-betul kamu experience di sini. Tubuhmu tu di
sini. Napasmu tu di sini. Jadi, kita masuk terus di situ. Maunya dia
kamu menyatu dengan terus yang di sini” (N, 36)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 71

Fokus pada pengalaman dan momen saat ini juga melatih N untuk

menerima diri, untuk puas pada diri. Dengan kepuasan terhadap diri, N

juga berlatih menjadi individu yang mandiri karena dilatih untuk tidak

tergantung pada orang lain.

“Saat meditasi itu, ini bajiknya kita dilatih mandiri, untuk puas
pada diri kita sendiri, atau puas pada self kita sendiri. Betul-betul
mandiri, gitu lho” (N, 53)

d. Perubahan pikiran menjadi lebih positif

Sesudah praktik meditasi mindfulness, N memiliki pikiran yang

lebih adaptif. Dahulu, N memiliki pandangan subjektif yang disebabkan

oleh adanya kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan diri dan pikiran yang

tidak terkendali. Praktik meditasi mindfulness yang dilakukan membuat

pandangan subjektif tersebut berkurang sehingga N dapat berpikir dengan

lebih objektif.

“Kalau ditanya tentang pertanyaan itu tadi, sebelum dan sesudah,


saya katakan bahwa banyak yang tanggal di dalam diri saya. ...
Eee... kalau ditanya misalnya... contoh yang paling gampang
beginilah, kita karena dia merasa ada pandangan subjektif ini, ada
self yang terlalu kuat, terlalu acak, otomatis dia merasa koyo...
katakanlah begini, dia ada self, kamu ada self... otomatis, self
ketemu self jadi bentrok. Padahal, kalau self lihat self, kamu lihat
aku, ya merasa aku aneh, ini juga rasa aneh. Jadi, pandangan-
pandangan kayak gitu tanggal di dalam diri saya” (N, 43)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 72

Berdasarkan pengalaman N, dorongan untuk memenuhi kebutuhan

diri yang memunculkan subjektivitas membuat dirinya berpikir secara kaku.

Dengan lunturnya subjektivitas yang dimiliki, N dapat berpikir dengan lebih

fleksibel.

“Nah, pemahaman-pemahaman tentang melenturnya ini tadi.


Pandangan self yang begini tadi, yang acak itu tadi, sebetulnya dia
membentuk suatu subjektivitas yang keras. Tapi kemudian dia
melentur, melentur, melunak” (A, 79)

Selain pikiran yang lebih objektif dan fleksibel, N juga

mengembangkan pikiran yang lebih aware, lebih dapat melihat yang terjadi

pada diri secara jernih sehingga memunculkan pemahaman terhadap diri.

“Pandangan Anda mulai jernih, tapi ada menggigil sedikit. Kalau


kamu tanya tentang efek, ceritanya begitulah.... Maksudnya
adalah, ketika kamu sakit kamu mungkin kan.... meriang itu berarti
kan matanya berair. Ini masalah tentang sakit itu tadi. Nak
pandangan jernih tentang aspek meditatifnya, Anda menjadi tahu,
Kalau kita ngomong tentang pikiran, Anda menjadi tahu bahwa
gerak yang ini tu, Anda sudah menangkap bahwa.... Anda
memahami bahwa gerak di sini sudah mulai tereduksi, terkurangi.
Anda mengetahui itu, pasti. Jadi, meditasi tu ya Anda memahami”
(N, 76)

e. Perubahan sikap menjadi lebih positif

Praktik meditasi mindfulness yang dilakukan N tidak hanya

berpengaruh terhadap pikiran, tetapi juga terhadap sikap. Sikap yang lebih

adaptif ini ditunjukkan dengan kemampuan N dalam mengembangkan

intensi positif terhadap orang lain, khususnya orangtuanya. Karena tidak


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 73

berfokus pada kebutuhan diri, N dapat melayani dan memberikan perhatian

lebih kepada orangtuanya yang sudah memiliki banyak kebutuhan.

“Kalau pengaruhnya tentang sehari-hari... yo kalau umpamanya...


gampangannya dengan kemandirian yang saya dapat, saya bisa...
Umpamane saya punya orangtua ya, saya bisa meladeni orangtua
saya dengan lebih baik. Karena saya sendiri tidak membutuhkan
banyak perhatian, otomatis saya bisa memberikan perhatian yang
lebih kepada orangtua. Kasusnya dalam diri saya karena saya
punya orangtua yang sudah cukup tua, sehingga orangtua itu
butuh perhatian. Lha, kalau seandainya pikiran saya tidak mandiri,
atau pikiran saya yang acak, ini akan menjadi kacau. Alih-alih
saya memperhatikan orangtua, terjadi benturan” (N, 63)

Intensi positif yang muncul pada diri N disebabkan oleh hilangnya

ketergantungan pada orang lain. Dengan hilangnya ketergantungan tersebut,

N menjadi lebih mandiri.

“Intinya, kita menjadi pribadi yang lebih mandiri. Karena


ketergantungan kita terhadap self-self yang lain itu menjadi
terkuak gitu lho. Apakah itu benar atau tidak, seiring berjalannya
waktu, kita meditasi, kita menjadi tahu... Kita menjadi...
katakanlah ketidaktergantungan kita pada banyak self, bukan
berarti diri kita hambar lho” (N, 55)

Kemandirian pada diri N mengurangi kebutuhannya akan barang-

barang seperti makanan, pakaian, hiburan, dll. Hal ini menyebabkan

munculnya kesederhanaan dalam diri N.

“Karena tidak membutuhkan banyak hal. Entah makanan yang


enak, pakaian yang bagus. Entah hiburan, entah apa... Saya
banyak sesuatu hal yang tanggal. Katakanlah itu tentang sebelum
dan sesudah” (N, 47)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 74

Karena tidak berfokus pada pemenuhan kebutuhan diri, N dapat

merasa lebih nyaman dengan dirinya. Ia merasa berkecukupan, tidak lagi

merasa membutuhkan banyak hal.

“Saya pikir, malah ceritane, paradoksnya adalah ketika kamu


membutuhkan banyak self itu sesungguhnya kamu yang hambar.
Benar nggak? You merasa kering, gitu lho. Kalau kamu merasa
cukup, kenapa kamu butuh? Kan katakanlah menjadi begitu to?
Karena kita betul-betul damai lho. Saya merasa nyaman dengan
diri saya” (N, 56)

f. Penghayatan tujuan hidup

Melalui meditasi mindfulness yang dipraktikkannya, N menghayati

tujuan hidupnya sebagai usaha untuk menghilangkan penderitaan. Dengan

kata lain, N ingin mencapai kebahagiaan.

“Saya hanya ingin satu, saya enggak ingin menderita. Saya ingin
bahagia” (N, 69)

g. Pemaknaan kebahagiaan

Melalui transkrip di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa tujuan

hidup N adalah untuk mencapai kebahagiaan. Berdasarkan nilai-nilai dari

meditasi mindfulness yang dilakukannya, N memaknai pikiran sebagai

sumber kebahagiaan. Kebahagiaan, penderitaan, serta hal-hal di dunia

dipersepsikan oleh pikiran.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 75

“Nek tentang kon ngopo dalam hidup, saya sering ngomong


begini... Di dalam hidup ini, saya mengutip omongannya Sang
Buddha, ‘Kita menangkap jagat raya itu di pikiran”, jadi di
pikiran. Aku sih ngomong bahwa jagat raya ini ditangkap oleh
pikiran. Sebagai umat awam, saya concern bahwa saya lebih
sering ngomongin pikiran, karena di situlah sumber dari dua hal:
kebahagiaan mau pun penderitaan. Ya kan? Kalau di awal tadi kan
acak. Saya ngomong saya lebih senang ngurusi di hulunya, pada
sifat aslinya yang paling utama” (N, 68)

Nilai-nilai dari meditasi mindfulness yang dipelajari N

menyebutkan kebutuhan yang tidak terbatas sebagai sumber dari

penderitaan. Pada sisi lain, ketika kebutuhan dapat dibatasi, dapat diakhiri,

maka kebahagiaan dapat dicapai.

“Kemandirian ini penting. Karena, kalau kita enggak mandiri, kita


akan membutuhkan banyak hal. Jadi, karena dia sendiri
bergeraknya cepat, acak, ya dia akhirnya membutuhkan banyak
hal. Lagi, lagi, lagi, dan terus, gitu lho. Dan kemandirian ini,
menurut saya, tidak ada batasnya. Nah, itu yang membuat
penderitaan. Sesuatu yang berbatas itu pasti enak. Tapi kalau
sesuatu tidak terbatas, yo bayangin aja, gitu lho. Kita ngomong
gampang aja” (N, 48)

N juga memaknai salah catu cara untuk mencapai kebahagiaan,

yaitu dengan konsentrasi tanpa pandangan subjektif secara terus menerus

terus-menerus.

“Kalau happiness-nya ya gampangannya yang stabil, kontinyu,


terus-menerus, dan objektif. Kira-kira kan begitu” (A, 41)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 76

Dalam praktik meditasi mindfulness yang dijalani N, kebahagiaan

dimaknai sebagai suatu keadaan ketika individu dapat merasakan

kenyamanan dalam dirinya. Kenyamanan dalam diri ini ditandai dengan

adanya rasa ringan dan optimisme di dalam diri, meskipun individu belum

mencapai keadaan transformasi diri yang signifikan.

“Saya sih hanya nyontohinya begini... saya sering ngomong


kepada teman saya efeknya begini... Kalau kamu dirundung demam
yang tinggi, yang betul-betul kamu menggigil, demam yang tinggi...
Dia juga bertanya yang sama seperti kamu. Saya cerita bahwa
kamu menggigil, badanmu panas-dingin. Nah, ketika kamu
meminum obat, otomatis kalau kamu perhatikan... Terjadi kayak
gradasi, gitu lho. Nah, di mana gradasi itu kamu masuk di dalam
area yang tidak meriang, tidak panas-dingin, tapi juga belum
totally sembuh. Tapi Anda masuk ke dalam suatu gradasi yang
kelihatannya ya agak sakit, tapi kok yo rodo enteng, rodo nyaman.
Ha, piye kui sing mbahasake? Kira-kira begitu. Anda karena
minum obat, sudah terjadi badanmu mulai fit... Anda masuk dalam
suatu gradasi di mana demamnya masih ada, tapi ada rasa enteng,
tapi sembuh juga belum. Tapi rasanya ya... ada suatu rasa optimis
di dalam diri Anda. Anda, ‘eey, saya sudah enakan!’. Ya, saya
kalau cerita begitu bisa ekspresinya, ini kan aku sing ngalami, bisa
ketawa, betul-betul ketawa. Tapi nek dikatakan sembuh 100% juga
belum. Saya mengakui bahwa saya belum sembuh 100%” (N, 74)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 77

Tabel 5

Tema-tema Umum Responden

R A N

A. Adanya kehampaan dalam diri


1. Mudah panik dan tenggelam dalam 16
masalah
2. Hal-hal eksternal berpotensi menjadi 6
stressor
3. Alienasi dengan diri 2

4. Ketidakpuasan terhadap pendekatan 4


Barat yang lebih modern
5. Kebutuhan untuk mencari fondasi hidup 1, 3 10, 12,
33, 36
6. Tidak adanya kendali pikiran 55, 78, 1, 5, 7
82
7. Tergesa-gesa 87, 89
8. Jengkel 77
9. Tidak bahagia 45, 51,
53
10. Ketergantungan pada orang lain 52

B. Pemaknaan kebahagiaan sebelum


praktik mindfulness
1. Konflik dalam pemaknaan: kebahagiaan 9
dicapai ketika individu tidak
memedulikan orang lain
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 78

2. Kebahagiaan dicapai ketika dapat 81


mempertahankan sesuatu

C. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi


1. Mengenal diri 5
2. Mengenal hidup 7
3. Mengamati pikiran 22
4. Meregulasi pikiran 24
5. Fokus pada momen here and now 104 31, 34,
36
6. Fokus pada napas 25, 30
7. Konsentrasi secara terus menerus 39

8. Menerima diri 53

D. Respons terhadap pikiran


1. Waspada terhadap pikiran 38 46, 54,
105

E. Perubahan pikiran menjadi lebih positif


1. Lebih fleksibel 40 79
2. Lebih terkendali 17, 23 80, 76,
106
3. Lebih rileks karena hilangnya kelekatan 30
4. Lebih rileks karena tubuh yang rileks 29
5. Lebih aware 72, 74, 76
92, 96,
103
6. Lebih objektif 43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 79

F. Perubahan sikap menjadi lebih positif


1. Lebih terkendali 11
2. Lebih dapat menerima 34 90, 95
3. Lebih tenang 21 63, 93
4. Adanya intensi positif 81, 83, 57, 63
101
5. Gaya hidup menjadi lebih teratur 67, 100
6. Lebih mandiri 44, 46,
55, 69,
72
7. Lebih sederhana 47
8. Lebih nyaman dengan diri 56

G. Perubahan sikap orang lain menjadi


lebih positif
1. Adanya perlakuan positif dari orang lain 86, 88
2. Orang lain menjadi lebih rileks 91, 94

H. Kondisi fisik yang membaik


1. Tubuh menjadi lebih rileks 26 107
2. Tubuh menjadi lebih nyaman 27 108
3. Tubuh menjadi lebih sehat 28 84, 102

I. Penghayatan tujuan hidup


1. Menjalani hidup dengan mengalir 31
2. Menjalani hidup dengan fleksibel 42
3. Berusaha hidup lebih baik dengan tidak 35
putus asa
4. Menemukan kebahagiaan 36 21, 28, 69
35, 49
5. Menjadi orang baik 15, 20,
30, 34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 80

6. Mengalami transformasi batin 110

J. Pemaknaan kebahagiaan sesudah


praktik mindfulness
1. Kebahagiaan dicapai ketika keinginan 37
terpenuhi secara seimbang
2. Kebahagiaan dicapai dengan kehidupan 39
yang seimbang
3. Kebahagiaan dicapai dengan hidup 32
ringan dan tidak melekat pada masalah
4. Orang baik adalah orang yang bahagia 16
5. Kebahagiaan ada di pikiran 50 68, 70
6. Kebahagiaan dicapai dengan melatih 40, 52
pikiran
7. Kebagaiaan tidak bisa dipenuhi oleh hal- 23
hal eksternal
8. Kebahagiaan adalah akhir dari segala 22, 24, 48
kebutuhan 29
9. Kebahagiaan dicapai dengan menerima 111
realitas sebagaimana adanya
10. Kebahagiaan dicapai dengan 41
konsentrasi yang objektif dan terus-
menerus
11. Kebahagiaan dicapai ketika individu 74
merasa nyaman dengan dirinya sendiri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 81

C. PEMBAHASAN

Peneliti membagi pembahasan ke dalam tiga bagian. Pertama, kondisi

meditator sebelum mempraktikkan meditasi mindfulness; kedua, hal yang

dilakukan meditator saat mempraktikkan meditasi mindfulness; dan ketiga,

perubahan yang berangsur terjadi sesudah mempraktikkan meditasi

mindfulness.

Hasil penelitian yang dibahas berusaha untuk menunjukkan peran

meditasi mindfulness terhadap pemaknaan kebahagiaan. Dengan melihat peran

tersebut, penelitian ini dapat melihat proses yang terjadi di dalam meditasi

mindfulness. Hal ini dapat mengisi kekosongan yang dilontarkan oleh Shapiro

(2005) dan Chambers et al. (2007), serta berkontribusi terhadap validitas dalam

Buddhist Psychological Model (Grabovac, et al., 2011). Pemaknaan

kebahagiaan yang nampak dalam hasil penelitian ini juga dapat menjawab

pertanyaan dan mengonfirmasikan penelitian yang dilakukan oleh Mogilner et

al. (2011) serta penelitian-penelitian lain yang akan dibahas pada bagian

berikut ini.

1. Kondisi sebelum mempraktikkan meditasi mindfulness

Sebelum memulai praktik meditasi mindfulness, para meditator tidak

memiliki kendali atas pikirannya. Pikiran yang tidak terkendali tersebut

membuat para meditator mudah lekat dan terhanyut ke dalam ketergesa-

gesan dan kejengkelan sehingga mereka menjadi mudah panik dan

tenggelam dalam permasalahan yang mereka alami. Grabovac et al. (2011)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 82

dalam BPM (Buddhist Psychological Model) menjelaskan bahwa hal ini

disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk menyadari sifat dasar

pikiran. Dalam tulisannya tersebut, pikiran dan hal-hal yang terjadi di

dalamnya selalu berubah, tidak kekal, serta datang dan pergi dengan cepat.

Ketika hal ini tidak disadari, maka akan timbul reaksi-reaksi yang memicu

pikiran dan perasaan tertentu yang dapat menyebabkan penderitaan atau

ketidakbahagiaan.

Ketidakbahagiaan yang dialami para meditator mendorong mereka

untuk mencari pemenuhan kebutuhan dari orang lain atau hal-hal eksternal

lainnya sehingga perlahan-lahan mereka mengalami alienasi dengan dirinya

sendiri. Hal ini merupakan penyebab dari munculnya kebutuhan untuk

mencari fondasi atau suatu pegangan dalam kehidupan sebagai awal dari

praktik meditasi mindfulness.

Sebelum mengenal praktik meditasi mindfulness, para meditator

memaknai kebahagiaan sebagai kondisi yang dapat dicapai ketika individu

dapat mengejar sesuatu yang diinginkan tanpa memedulikan orang lain.

Para meditator juga akan merasa bahagia jika dapat mempertahankan

sesuatu yang dikejarnya tersebut. Baumgardner dan Crothers (2009)

mengategorikan kebahagiaan ini ke dalam kebahagiaan hedonis. Dalam

BPM (Grabovac et al., 2011), keinginan untuk mengejar dan

mempertahankan sesuatu adalah suatu reaksi ketika individu tidak dapat

menyadari sifat dasar pikiran yang selalu berubah, tidak kekal, serta datang

dan pergi dengan cepat. Individu akan selalu mengejar hal yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 83

menyenangkan (yang berakibat pada munculnya kelekatan atau attachment),

serta menghindari hal yang tidak menyenangkan (yang berakibat pada

munculnya aversi). Pada dasarnya, kelekatan dan aversi tidak diatribusikan

pada obyek, melainkan pada perasaan yang ditimbulkan obyek tersebut.

2. Hal yang dilakukan saat mempraktikkan meditasi mindfulness

Pada saat mempraktikkan meditasi mindfulness, para meditator

melakukan beberapa hal. Salah satu hal tersebut adalah pengamatan

terhadap pikiran. Hal ini serupa dengan definisi mindfulness dalam Didonna

(2009), di mana mindfulness dijelaskan sebagai proses pengamatan terhadap

pikiran yang senantiasa berubah dan mengalir. Para meditator juga

mengonsentrasikan pikirannya secara terus menerus, tidak kepada suatu

obyek khusus, melainkan kepada aliran kesadaran dalam pikiran. Grabovac

et al. (2011) menjelaskan bahwa praktik mindfulness memang lazim

digabungkan dengan praktik konsentrasi, khususnya untuk memfokuskan

dan menenangkan pikiran.

Hal lain yang dilakukan oleh para meditator adalah memfokuskan

perhatian pada napas. Melalui fokus pada napas, individu dapat memperoleh

pengaruh adaptif dari meditasi mindfulness. Perubahan yang adaptif tersebut

dapat dicapai karena menurut BPM (Grabocav et al., 2011), kualitas setiap

napas yang dihirup dan dihembuskan dapat memberikan pemahaman

tentang ketidakkekalan (impermanence), penderitaan (suffering), dan not-

self, yang merupakan tiga karakteristik segala fenomena dalam pikiran


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 84

(mental events). Dalam BPM juga dijelaskan ketika memfokuskan perhatian

pada napas, meditator dapat menyadari bahwa tidak ada kualitas napas yang

sama (ketidakkekalan). Meditator juga dapat melihat bahwa mereka akan

mengejar gaya bernapas tertentu (pelan atau cepat), kemudian menyadari

adanya kelekatan pada gaya bernapas tersebut sehingga menyebabkan

munculnya penderitaan sebagai usaha pengejaran kelekatan. Meskipun tidak

dikejar dan tidak disadari, napas akan tetap terjadi tanpa intevensi diri (not-

self).

Fokus pada napas membantu para meditator untuk menyadari

momen here and now. Perls (dalam Schultz, 1991) menyatakan bahwa

momen here and now adalah hal yang penting karena merupakan satu-

satunya kenyataan yang ada. Masa lampau dan masa depan adalah sesuatu

yang tidak riil. Dengan demikian, kelekatan terhadap masa lampau ataupun

masa depan adalah kecenderungan yang menghambat perkembangan

individu seutuhnya. Dengan fokus pada momen here and now, para

meditator cenderung tidak melekat pada hasil yang diharapkan dari praktik

meditasi mindfulness. Menurut Kabat-Zinn (2003), kecenderungan untuk

tidak melekat pada hasil merupakan hal radikal, khususnya dalam konteks

intervensi klinis.

Dalam mempraktikkan meditasi mindfulness, para meditator juga

berlatih untuk menerima diri. BPM (Grabovac et al., 2011) menjelaskan

bahwa dengan berlatih untuk menerima diri, khususnya saat bermeditasi,

sensasi-sensasi serta segala hal yang terjadi dalam pikiran menjadi lebih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 85

mudah untuk disadari. Kesadaran yang terhanyut dalam aliran pikiran juga

dapat kembali diarahkan kepada obyek meditasi (misalnya napas) tanpa

reaksi negatif sehingga kemunculan pemikiran-pemikiran negatif dapat

dicegah.

3. Perubahan yang berangsur terjadi sesudah mempraktikkan meditasi

mindfulness

Praktik meditasi mindfulness secara berlanjut dan berkepanjangan

yang dilakukan oleh meditator mendatangkan pengaruh positif terhadap

pikiran. Dengan berlatih menerima diri saat mempraktikkan meditasi

mindfulness, pikiran menjadi lebih relaks. Hal ini konsisten dengan

penjelasan Grabovac dalam BPM (2011). Efek relaksasi dalam pikiran

ternyata juga dirasakan pada tubuh meditator secara otomatis sehingga para

meditator merasa tubuh mereka menjadi lebih sehat dan nyaman. Para

meditator dapat merasakan manfaat meditasi mindfulness terhadap

kesehatan fisik karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kabat-

Zinn (2001), meditasi mindfulness dapat meningkatkan kekebalan tubuh

sehingga tubuh menjadi lebih sehat. Menurut Baer (2003), meskipun praktik

mindfulness memberi pengaruh relaksasi, tujuan dari mindfulness bukanlah

relaksasi.

Dengan pikiran yang lebih relaks, para meditator dapar berpikir

dengan lebih fleksibel. Grabovac et al. (2011) menjelaskan bahwa selain

dengan kemampuan untuk menerima diri, fleksibilitas pikiran juga


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 86

berkontribusi pada kemampuan untuk menyadari sensasi-sensasi serta

segala hal yang terjadi di pikiran. Dengan kata lain, pikiran yang fleksibel

membuat para meditator menjadi lebih aware. Penelitian yang dilakukan

oleh Coffey dan Hartman (2008) juga menemukan bahwa meditasi

mindfulness dapat meningkatkan awareness. Menurut Perls (dalam Schultz,

1998), fleksibilitas ini tidak hanya berkembang karena kemampuan untuk

menerima diri, tetapi juga karena kemampuan untuk fokus pada momen

here and now. Dengan fokus pada momen saat ini, para meditator menjadi

lebih terbuka terhadap lingkungan dan diri. Oleh karena itu, fleksibilitas ini

dapat membantu meditator untuk berkembang secara lebih adaptif.

Para meditator juga mengalami perubahan sikap. Karena lebih dapat

menyadari dan menerima segala hal yang terjadi di pikiran, sikap para

meditator menjadi lebih terkendali. Hal ini konsisten dengan penjelasan

dalam BPM (Grabovac et al., 2011) yang menyebutkan bahwa pengendalian

perilaku (behavioral self-regulation) merupakan hasil dari proses

pengamatan dan penerimaan terhadap hal-hal yang terjadi di pikiran.

Dengan adanya pengendalian diri, gaya hidup para meditator menjadi lebih

teratur.

Praktik meditasi mindfulness yang dijalani oleh para meditator

mendorong hilangnya rasa jengkel yang dahulu dapat melanda. Secara

umum, praktik meditasi mindfulness memang dapat mengurangi afek negatif

yang muncul dalam diri (Collard et al., 2008). Coffey et al. (2008) juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 87

menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mindfulness seseorang, maka

semakin tinggi pula kemampuannya untuk mengelola emosi-emosi negatif.

Sikap yang lebih adaptif juga nampak dalam kemampuan untuk lebih

menerima. Penelitian yang dilakukan oleh Baer (2003) menunjukkan bahwa

mempraktikkan meditasi mindfulness memang terbukti dapat meningkatkan

kemampuan untuk menerima. Menurut Kabat-Zinn (2003), penerimaan

adalah landasan dari meditasi mindfulness. Karena para meditator menjadi

lebih dapat menerima, maka mereka tidak terhanyut dalam kelekatan

maupun aversi. Dalam BPM (Grabovac et al., 2011), kondisi ini disebut

sebagai a balanced state of mind atau pikiran yang seimbang. Dengan

demikian, para meditator cenderung tidak memiliki kebutuhan akan banyak

hal serta menjadi lebih mandiri di dalam kehidupan mereka.

Sikap yang lebih adaptif dalam diri para meditator juga

memunculkan intensi yang lebih positif. Dengan adanya intensi positif

tersebut, orang lain yang berada di sekitar para meditator juga memunculkan

sikap positif. Karena belum adanya referensi dari penelitian maupun sumber

empiris lain, maka hal ini perlu diperiksa keakuratannya pada penelitian-

penelitian selanjutnya.

Para meditator menghayati fleksibilitas yang didapat dari

mempraktikkan meditasi mindfulness sebagai tujuan hidup mereka.

Meditator juga memiliki tujuan hidup untuk mengalami trasformasi batin.

Dalam BPM (Grabovac et al., 2011), transformasi batin memang merupakan

tujuan dari praktik meditasi mindfulness. Transformasi batin dalam BPM


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 88

dijelaskan sebagai perubahan permanen dan radikal dalam persepsi yang

dapat menghentikan proses identifikasi terhadap hal-hal di pikiran.

Transformasi batin dalam konteks ini juga terkadang disebut sebagai

pencerahan atau enlightenment. Selain fleksibilitas dalam hidup dan

transformasi batin, para meditator juga menghayati kebahagiaan sebagai hal

yang dituju, tentunya dengan pemaknaan yang spesifik berdasarkan

pengalaman mereka dalam menjalani praktik meditasi mindfulness.

Melalui praktik meditasi mindfulness yang dijalani, para meditator

memaknai kebahagiaan dari beberapa sisi. Kebahagiaan dimaknai sebagai

kondisi yang berada di pikiran. Karena berada di pikiran, maka kebahagiaan

tidak dapat dipenuhi oleh hal-hal eksternal. Dengan demikian, cara untuk

mencapai kebahagiaan adalah melalui melatih pikiran, yaitu dengan

meditasi mindfulness. Grabovac et al. (2011) dalam BPM menjelaskan,

pemahaman yang didapat melalui praktik ini dimaknai oleh para meditator

karena para meditator menyadari bahwa kelekatan (mengejar kenikmatan,

usaha memenuhi keinginan) maupun aversi (menghindari penderitaan) tidak

dapat mendatangkan kebahagiaan karena sifatnya yang tidak permanen dan

segala hal di pikiran hanyalah fenomena sensoris, bukan bagian dari diri.

Kebahagiaan juga dimaknai para meditator sebagai kondisi ketika

individu dapat menerima realitas seutuhnya. Penerimaan seutuhnya terhadap

realitas dihayati oleh para meditator sebagai kondisi ketika individu tidak

memiliki kelekatan maupun aversi, benar-benar berada pada momen saat

ini. Hal ini juga dimaknai para meditator sebagai kondisi ketika individu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 89

tidak lagi memiliki kebutuhan dan dapat merasa nyaman dengan diri

sehingga dapat menjalani kehidupan yang seimbang. Menurut Baumgardner

dan Crothers (2009), kebahagiaan seperti ini dapat dikategorikan sebagai

kebahagiaan yang eudaimonis.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat dilihat bahwa

praktik meditasi mindfulness yang dijalani para meditator nampak

mentranformasikan pemaknaan kebahagiaan. Kebahagiaan yang dahulu

berorientasi pada kondisi mengejar dan mempertahankan sesuatu

berkembang menjadi kebahagiaan yang berorientasi pada penerimaan

realitas dalam momen saat ini. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Mogilner et al. (2011) yang menyebutkan bahwa

memfokuskan diri pada momen saat ini dapat mengubah pemaknaan

kebahagiaan pada subyek dari kelompok usia muda menjadi kebahagiaan

yang juga berorientasi pada momen saat ini, seperti makna kebahagiaan

pada subyek dari kelompok usia lebih tua. Meskipun dapat dilihat bahwa

tejadi pergeseran pemaknaan kebahagiaan, penelitian ini belum dapat

menjelaskan apakah pergeseran ini terjadi karena praktik meditasi

mindfulness yang dijalani oleh para meditator atau karena usia mereka

semata. Untuk itu, penelitian-penelitian selanjutnya perlu membandingkan

pemaknaan kebahagiaan di antara kelompok meditator dari kelompok usia

yang berbeda.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

Makna Sebelum Praktik


Kebahagiaan =
Mengejar dan
mempertahankan sesuatu

Kondisi Sebelum Praktik


Tidak memiliki kendali atas pikiran Kondisi Sesudah Praktik
Pikiran relaks lebih fleksibel lebih aware
Praktik Mindfulness
Tergesa-gesa dan jengkel Pengamatan terhadap pikiran
Tubuh relaks lebih sehat dan nyaman
Konsentrasi terus menerus
Mudah panik dan tenggelam dalam
masalah Fokus pada napas Sikap lebih menerima lebih terkendali

Fokus pada here and now


Tidak bahagia Intensi positif pada diri
Menerima diri

Mencari pemenuhan dari hal-hal Intensi positif dari orang lain


eksternal

Butuh fondasi hidup Keterangan:


Makna Sesudah Praktik Hubungan kausalitas
Kebahagiaan =
Ada di pikiran dicapai dengan Hubungan timbal-balik
melatih pikiran
Tidak dipenuhi oleh hal eksternal Kondisi meditator
Menerima realitas seutuhnya
Tidak memiliki kebutuhan Praktik mindfulness
Nyaman dengan diri
Makna Kebahagiaan

Proses perubahan makna

Proses perubahan kondisi


meditator

Skema 1. Peran meditasi mindfulness terhadap pemaknaan kebahagiaan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

pemaknaan kebahagiaan mengalami perubahan setelah praktik meditasi

mindfulness. Perubahan dalam pemaknaan kebahagiaan tersebut dapat tercapai

melalui mekanisme yang terjadi pada saat mempraktikkan meditasi

mindfulness. Melalui praktik meditasi mindfulness, para meditator belajar

untuk tidak melekat pada pikirannya melalui pengamatan terhadap pikiran

yang terus mengalir, memfokuskan perhatian pada kualitas napas, serta

menerima diri dan momen saat ini seutuhnya. Dengan dilakukannya hal ini,

pikiran dan sikap berkembang menjadi lebih adaptif. Selain itu, praktik

meditasi mindfulness juga memberi pengaruh positif terhadap tubuh.

Sebelum mempraktikkan meditasi mindfulness, para meditator memiliki

kecenderungan untuk memaknai kebahagiaan sebagai kondisi yang dicapai

ketika dapat mengejar dan mempertahankan sesuatu. Sesudah menjalani

praktik meditasi mindfulness, secara berangsur kebahagiaan mengalami

pergeseran makna. Karena berorientasi pada momen saat ini, kebahagiaan

dimaknai sebagai kondisi ketika individu dapat menerima realitas yang ada

pada momen saat ini sebagaimana adanya.

Dari hasil yang didapat tidak ditemukan adanya perbedaan mengenai

mekanisme yang dijelaskan dalam BPM dengan pengalaman dari reponden

91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 92

yang terlibat. Dengan demikian, sejauh ini dapat disimpulkan bahwa

penjelasan dalam BPM dapat menggambarkan mekanisme mindfulness secara

akurat.

B. KEKUATAN PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diperoleh melalui pendekatan empiris yang

sistematis, khususnya dalam konteks saat ini sehingga dapat merefleksikan

pengalaman, kondisi mental, dan kondisi pikiran beberapa orang secara

kontekstual.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Penelitian ini melibatkan tiga orang responden. Dari ketiga responden

tersebut, data yang didapat masih sangat bervariasi sehingga belum

mencapai titik jenuh. Oleh karena itu hasil dari penelitian ini belum dapat

menyajikan gambaran pengalaman pada kelompok yang lebih luas.

2. Penelitian ini belum dapat menjelaskan apakah pergeseran makna

kebahagiaan yang terjadi pada responden disebabkan oleh meditasi

mindfulness yang dilakukan atau karena usia semata.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 93

D. SARAN

Saran dalam penelitian ini ditujukan bagi:

1. Bagi peneliti lain, disarankan untuk:

a. Membandingkan pemaknaan kebahagiaan di antara kelompok meditator

dari kelompok usia yang berbeda.

b. Melibatkan lebih banyak responden sampai mendapat data yang

mencapai titik jenuh.

c. Untuk semakin memperkuat kredibilitas penelitian-penelitian

selanjutnya, juga disarankan untuk menggunakan triangulasi metode

(seperti observasi dan wawancara dengan significant others).

2. Bagi pembaca, psikolog, dan ahli kesehatan secara umum, disarankan

untuk mempertimbangkan praktik meditasi mindfulness sebagai salah satu

pendekatan untuk meningkatkan kesehatan mental.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Appel, J., Kim-Appel, D. (2009). Mindfulness: Implications for substance abuse


and addiction. International Journal of Mental Health and Addiction,
7, 506-512, doi: 10.1007/s11469-009-9199-z

Baer, R. A. (2003). Mindfulness training as a clinical intervention: A conceptual


& empirical review. Clinical Psychology: Science & Pratice, 10(2),
125-143, doi: 10.1093/clipsy/bpg015

Baumgardner, S. R. & Crothers, M. K. (2009). Positive Psychology. New Jersey:


Prentice Hall.

Chambers, R., Lo, B. C. Y., Allen, N. B. (2007). The impact of intensive


mindfulness training on attentional control, cognitive style, and affect.
Cognitive Therapy and Research, 32, 303-322, doi: 10.1007/s10608-
007-9119-0

Coffey, K. A., Hartman, M. (2008). Mechanisms of action in inverse relationship


between mindfulness and psychological distress. Complementary
Health Practice Review, 13(2), 79-91.

Collard, P., Avny, N., Boniwell, I. (2008). Teaching mindfulness based cognitive
therapy (MBCT) to students: The effects of MBCT on the levels of
mindfulness and subjective well-being. Counselling Psychology
Quarterly, 21(4), 323-336, doi: 10.1080/09515070802602112

Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design: choosing among


five traditions. Washington DC: Sage Publications.

Didonna, Fabrizio. (Ed.). (2009). Clinical handbook of mindfulness. New York:


Springer.

Eid, M., Larsen, R. J. (2008). The science of subjective well-being. New York:
The Guilford Press.

94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 95

Endraswara, S. (2010). Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala.

Grabovac, A. D., Lau, M. A., Willett, B. R. (2011). Mechanisms of mindfulness: a


Buddhist psychological model. Mindfulness, 2, 156-166, doi:
10.1007/s12671-011-0054-5

Greeson, J. M. (2009). Mindfulness research update: 2008. Complementary


Health Practice, 14(1), 10-18. doi: 10.1177/1533210108329862

Heeren, A., Van Broeck, N., Philipot, P. (2009). The effects of mindfulness on
executive process and autobiographical memory specificity.
Behaviour Research and Therapy, 47(5), 403-409, doi:
10.106/j.brat.2009.01.017

Kabat Zinn, J. (1982). An outpatient program in behavioral medicine for chronic


pain patients based on the practice of mindfulness meditation:
Theoritical considerations and preliminary results. General Hospital
Psychiatry, 4, 33-47.

Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe living: using the wisdom of your body and
mind to face stress, pain, and illness. New York: Delacourt.

Kabat-Zinn, J., Massion, M. D., Kristeller, J., Peterson, L. G., Fletcher, K. E.,
Pbert., L., et al. (1992). Effectiveness of a meditation-based stress
reduction program in a treatment of anxiety disorders. American
Journal of Psychiatry, 149, 936-943.

Kabat-Zinn, J. (2003). Mindfulness-based interventions in context: Past, present,


and future. Clinical Psychology: Science & Practice, 10(2), 144-156,
doi: 10.1093/clipsy/bpg016

Kim, J., Ann, J., Kim, M. (2011). Relationship between improvements of


subjective well-being and depressive symptoms during acute
treatment of schizophrenia with atypical antipsychotics. Journal of
Clinical Pharmacy & Therapeutics, 26, 172-178, doi: 10.1111/j.1365-
2710.2010.01175.x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 96

Leyden, K. M, Goldberg, A., Michelbach, P. (2011). Understanding the pursuit of


happiness in ten major cities. Urban Affairs Review, 47(6), 861-888,
doi: 10.1177/1078087411403120

Lopez, S. J. (Ed.). (2008). Positive Psychology: Exploring the Best in People


(Vol.4). London: Praeger Publisher.

Luhman, M., Hoffman, W., Eid, E,m Lucas, R. (2012). Subjective well-being and
adaptation to life events: A meta-analysis. Journal of Personality &
Social Psychology, 102(3), 592-613, doi :10.1037/a0025948

Lykins, E., Baer, R. A. (2009). Psychological functioning in a sample of long-


term practitioners of mindfulness meditation. Journal of Cognitive
Psychotherapy: An International Quarterly, 23(3), 226-241, doi:
10.1891/0889-8391.23.3.226

Mogilner, C., Kamvas, S. D., Aaker, J. (2011). The shifting meaning of happiness.
Social Psychology and Personality Science, 2(4), 395-402, doi:
10.1177/1948550610393987

Padash, Z., Dehnavi, S. R., Botlani, S. (2012). The study of efficacy of cognitive
therapy basis on positive psychology on subjective well being.
International Journal of Business and Social Science, 3(10), 202-207.

Poerwandari, K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.


Jakarta: LPSP3.

Sartono, A. (2012, Juni 21). Hujan aneh di sekitar kedhung. Koran Merapi, h.12.

Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Shapiro, S. L., Carlson, L. E., Astin, J. A., Freedman, B. (2005). Mechanisms of


Mindfulness. Journal of Clinical Psychology, 1-14, doi:
10.1002/jclp.20237
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 97

Shier, M. L., Graham, J. R. (2011). Mindfulness, subjective well-being, and social


work: Insight into their interconnection from social work practitioners.
Social Work Education, 30(1), 29-44, doi:
10.1080/02615471003763188

Smith, J. A. (Ed.). (2008). Qualitative psychology: a practical guide to research


methods (ed. Ke-2). London: Sage Publications.

Teasdale, J. D., Williams, J. M., Soulsby, J. M., Segal, Z. V., Ridgeway, V. A.,
Lau, M. A. (2000). Prevention of relapse/recurrence in major
depression by mindfulness-based cognitive therapy. Journal of
Consulting and Clinical Psychology, 68, 615-623.

Wrosch, C., Amir, E., Miller, G. (2011). Goal adjustment capacities, coping, and
subjective well-being: The sample case of caregiving for a family
member with mental illness. Journal of Personality and Social
Psychology, 100(5), 943-936, doi: 10.1037/a0022873
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LAMPIRAN

98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 99

VERBATIM RESPONDEN I (R)

No Catatan Verbatim Tema Spesifik


1 R mencari pondasi Apa yang menyebabkan Adanya kebutuhan
hidup Anda memilih meditasi? untuk memiliki
Ya, ceritanya panjang.. . fondasi hidup
Jadi, waktu itu sih kalau aku
tuh nyari pondasi hidup, ya.
2 Karena Kita kan hidup... Waktu itu Alienasi dengan diri
kesibukannya, R saya di Jakarta. Kalau di sendiri
merasa tidak Jakarta tu saya kerja dan
memiliki waktu terlalu sibuk gitu ya, jadi
untuk dirinya saya kayak kehilangan
sendiri waktu untuk diri sendiri.
3 R mencari cara Saya pernah cari-cari, Adanya kebutuhan
yang dapat belajar ke gereja. Cuman, untuk mencari pondasi
memenuhi kayaknya gereja tu kurang hidup
memenuhi ini ya, kebutuhan
kebutuhannya
yang saya cari.
4 R pernah belajar di Terus akhirnya saya cari Ketidakpuasan
gereja namun yang lebih ke “arah timur” terhadap pendekatan
merasa tidak puas gitu ya. Saya lihat kalau Barat yang lebih
sampai akhirnya gereja tu agak ke barat- modern
menemukan baratan, jadi saya cari ilmu-
meditasi dan mulai ilmu lama yang kuno, yang
bermeditasi sejak timur... antara lain aku
23 tahun yang lalu ketemunya meditasi, terus
mulailah belajar meditasi.
Itu kapan ya? Itu sekitar
tahun ‘89
5 R menemukan Oke... Jadi tadi Anda Mengenal diri
bahwa meditasi bilang Anda mencari
memberi sesuatu yang memenuhi
kesempatan untuk kebutuhan Anda dan
mengenal diri, Anda menemukan
masuk ke dalam meditasi, gitu ya? Bisa
diri, mengenal cerita kenapa meditasi
pikiran dan emosi cocok untuk Anda? Oke...
Setelah saya belajar
meditasi, saya menemukan
bahwa kita diajak untuk
mengenal tentang diri kita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 100

sendiri, apa yang terjadi


dengan pikiran kita, apa
yang terjadi dengan emosi,
apa yang terjadi dengan
perasaan kita. Nah, di situ
kita diajak masuk ke dalam,
mengenal diri sendiri.
6 R menilai bahwa Nah, kalau selama ini kan Hal-hal eksternal
selama ini hal-hal kalau kesibukan di luar kita berpotensi menjadi
seperti pekerjaan terlalu larut dalam segala sumber stressor
macam. Ada pekerjaan, ada
dan interaksi
interaksi dengan teman,
dengan orang-orang dengan pasangan, dengan
lain dapat membuat tetangga.. itu lebih eksternal.
diri terlarut.
7 R merasa meditasi Dengan meditasi, benar- Mengenal hidup
berfokus ke dalam benar dibawa ke dalam
diri dan untuk mengenal tentang
membuatnya lebih hidup kita.
mengenal hidupnya
8 R terus-menerus Sejak tahun ’89 Anda Meditasi dilakukan
melakukan meditasi rutin melakukan meditasi? secara kontinyu
Dikatakan rutin sih enggak.
Tapi, saya kontinyu
memenuhi kebutuhan dan
yang saya temukan di
meditasi itu
9 R merasa meditasi Kalau interval dalam Meditasi sebagai
sudah menjadi melakukan meditasi? kebutuhan
seperti kebutuhan Kalau sekarang, meditasi
sudah menjadi seperti
kebutuhan.
10 Setiap hari, R Jadi, setiap hari saya Meditasi sebagai
melakukan meditasi melakukan meditasi. Pagi sarana penyegaran
untuk menyegarkan rutin, kalau siang sepanjang pikiran dan batin
pikiran dan hari ya meditasi tapi bukan
batinnya duduk, bukan sitting yang
formal gitu tapi masuk ke
dalam gitu ya... Kayak me-
refresh pikiran, me-refresh
batin kita, melihat ke dalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 101

11 R menjadi lebih Apa yang memotivasi Lebih terkendali


terkendali karena Anda untuk melakukan
tidak terpengaruhi meditasi sampai sekarang?
hal-hal eksternal Karena kita jadi lebih
terkendali ya. Kita nggak
terlarut dengan segala hal
yang ada di luar kita.
12 R mengalokasikan Kalau aku sih biasa bikin Meditasi diatur dalam
waktu khusus untuk kayak “traffic” gitu ya... jadwal sehari-hari
meditasi sehingga misalkan per jam berapa
gitu kita menarik diri ke
bisa menjadi lebih
dalam, mengenal lagi ke
segar jika sedang dalam, masuk lagi. Itu
dalam kondisi stres membuat... misalnya lagi
capek banget atau emosinya
naik turun, tapi begitu
meditasi, kayak refresh gitu.
13 Meditasi sudah “Traffic” di sini Meditasi menjadi
seperti ibadah bagi maksudnya seperti apa seperti ibadah
R ya? Kalau orang Islam
misalnya bilang “lima
waktu” gitu ya. Kan itu kan
ada waktu-waktu khusus
yang dilakukan untuk
melakukan ibadah. Nah,
kalau aku, ya itu untuk
meditasi
14 R menilai dirinya Ahh.. oke. Jadi tadi Anda Menilai diri sebagai
sebagai orang yang juga sempat menyinggung orang yang pendiam
pendiam dan lebih kalau meditasi bisa dan berfokus pada diri
berfokus dengan mempengaruhi perasaan sendiri
diri sendiri dan emosi. Kalau dulu,
sebelum Anda melakukan
meditasi, bagaimana Anda
menilai emosi Anda?
Eeee.... Sudah lupa,
hahaha... Itu lama sekali.
Cuman mungkin karakter
saya memang lebih pendiam
ya. Dan saya lebih
menyenangi mengenal ke
dalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 102

15 Meditasi cocok Bukan ekstrovert gitu ya. Menilai diri introvert


untuk R karena Tapi, memang, ya, saya
sesuai dengan lebih introvert. Dan
mungkin itu juga yang
karakter R yang
membuat saya cocok untuk
introvert (menyukai meditasi ya. Tapi bukan
keheningan dan introvert... saya sih menilai
kesendirian) diri saya sendiri bukan
introvert yang negatif, tapi
yang lebih menyukai
keheningan, lebih menyukai
sendiri
16 Sebelum meditasi, Kalau dengan contoh Mudah panik dan
R merasa sering sehari-hari, bagaimana tenggelam dalam
mudah panik, dulu waktu sebelum masalah
sering tenggelam meditasi? Dulu saya sering
dalam masalah cepat panik, misalnya
dikejari deadline atau ada
masalah gitu tuh... sering
saya merasa nggak
menemukan jalan keluar
ya... atau berlarut-larut ke
dalam masalah, tertarik ke
dalam masalah
17 Setelah meditasi, Tapi, setelah saya Pikiran menjadi lebih
pikiran R lebih mengalokasikan waktu terkendali
tertata dan untuk meditasi, pikiran itu
terkendali sehingga lebih tertata dan banyak
bisa menemukan kemungkinan bisa
solusi masalah menemukan solusi terhadap
masalah saya atau pikiran
saya tu lebih terkendali
18 R merasa setiap terus...apa pun masalahnya Tenggelam dalam
masalah sebenarnya tu sebenarnya ada solusinya, masalah membuat
memiliki solusi, cuman kadang-kadang solusi tidak terlihat
karena kita ketarik ke
namun, orang-
persoalan itu jadi itu enggak
orang kadang- kelihatan
kadang terlalu
tenggelam dalam
masalah
19 Proses meditasi Oke... lalu proses yang Proses meditasi yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 103

yang dialami R terjadi di situ bagaimana? cukup lama


cukup lama Prosesnya enggak bisa
dikatakan instan ya... ya,
cukup lama. Karena kita
nge-switch pikiran kita dari
yang dulu enggak pernah
meditasi kemudian meditasi
gitu ya
20 R menyukai Itu cukup.... Tapi saya Menyukai meditasi
meditasi karena banyak merasakan nilai-nilai karena adanya efek
adanya nilai-nilai positifnya. Jadi, saya ya positif yang dirasakan
menyukai meditasi, gitu
positif yang
dirasakan
21 R merasa meditasi Anda bisa merasakan Lebih tenang
membuatnya lebih perannya meditasi dalam
tenang karena dapat pengendalian emosi Anda
itu seperti apa? Emmm....
memahami dan
lebih menenangkan ya.
menerima emosi- Membuat kita tuh lebih
emosinya memahami, menerima, terus
reaksinya itu enggak frontal.
Jadi lebih kalem lah.
22 Dari meditasi, R Kenapa bisa seperti itu? Mengamati pikiran
belajar untuk Karena kita belajar untuk
melihat dan “diam” gitu ya. Maksudnya
“diam”? “Diam” itu
mengamati pikiran
artinya kita enggak spontan
bereaksi terhadap apa pun
yang muncul di dalam
pikiran kita. Melihat,
mengamati. Terus... dari situ
pelan-pelan, “oh ternyata
kecenderungan pikiran saya
tuh begini”. Nah, setelah
menemukan seperti itu,
nanti “oh, mengatasinya
begini...”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 104

23 R tidak bereaksi ...enggak buru-buru, enggak Pikiran menjadi lebih


secara spontan tergesa-gesa bereaksi terkendali
terhadap hal-hal terhadap pikiran yang
yang muncul di muncul. Dan ternyata itu
pikirannya cuma “sampah”, “oh, tadi tu
cuman enggak sabar”, kayak
gitu....
24 Dengan meditasi, R Oke... lalu yang terjadi Meregulasi pikiran
belajar untuk dalam sehari-hari
melihat, mengenali, contohnya seperti apa?
merasakan, dan Oh, oke. Memang kalau
menata pikiran secara fisik kalau meditasi
itu kita duduk diam, antara
melamun atau apa gitu
enggak jelas ya. Cuman,
proses yang terjadi di dalam
diri kita pada saat meditasi
adalah kita melihat tentang
pikiran kita, batin kita. Dari
situ ya kita bisa mengenali.
Karena kalau kita terlalu,
yang contoh... apa
namanya... yang berlawanan
ya, kita sering lebih frontal,
lebih opposite gitu dengan
problem kita. Padahal, kalau
kita dengan meditasi tu
lebih.. ya... sebenarnya
sederhana kayaknya ya.
Cuman mengenali,
merasakan, dan menata
kembali pikiran kita
25 R menggunakan Oke.... Dalam meditasi Memakai metode
metode relaksasi gitu kan banyak relaksasi dan
dan mengatur napas metodenya ya, kalau Anda mengatur napas
dalam meditasi sendiri memakai metode
mindfulness apa? Ya, dalam Zen ada
banyak ya... Kalau saya
memakai metode relaksasi
dan mengatur napas
26 Dengan metode Bisa dijelaskan? Ya... Jadi Tubuh menjadi lebih
relaksasi, R metode relaksasi adalah relaks
membuat seluruh membuat setiap bagian dari
tubuhnya relaks tubuh kita relaks. Dari
sehingga tidak ada kepala, pikiran, sampai ke
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 105

ketegangan muka, kemudian punggung.


Karena secara tidak sadar
kadang-kadang kita menarik
punggung seperti ini. Dan di
sana ada ketegangan.
27 R merasa lebih Dengan merelakskan itu kita Tubuh menjadi lebih
nyaman dengan menjadi, badan menjadi nyaman
metode relaksasi lebih nyaman gitu ya.
28 R merasa penyakit Terus perut juga, kadang- Tubuh menjadi lebih
bisa muncul jika kadang kita tegang. Dan itu sehat
badan penuh menjadi penyakitlah kalau
ketegangan kita memperlakukan seluruh
badan kita dengan penuh
ketegangan... Tangan,
sampai kaki, terus semuanya
dari seluruh tubuh. Kita
dibuat relaks.
29 R merasa, dengan Oke... lalu bagaimana Pikiran menjadi lebih
tubuh yang relaks, pengaruhnya antara relaks karena tubuh
pikiran juga akan relaks tadi itu dengan yang relaks
menjadi relaks pengaruh meditasi yang
Anda sebutkan? Ternyata
dengan relaks itu, pikiran
kita akhirnya relaks.
30 Meditasi membuat Karena di dalam meditasi itu Pikiran menjadi lebih
R menjadi tidak kita juga membuat pikiran relaks karena
terikat dengan hal- kita itu tidak ada hilangnya kelakatan
hal di pikirannya “engagement” terhadap apa
sehingga R menjadi pun, Engagement? Eee....
lebih relaks Keterikatan... yang benar-
benar mencengkram sesuatu
atau memikirkan sesuatu
sampai pusing sendiri. Jadi,
kita lebih relaks
31 R menjalani hidup Oke.... Terus kemudian.... Menjalani hidup
dengan mengalir Dalam bermeditasi kan dengan mengalir
ada filosofinya gitu ya, dan
filosofi tersebut
mempengaruhi persepsi
hidup... Ya,
Hmmm...hmmm. Sebelum
meditasi, bagaimana Anda
melihat hidup Anda?
Kebetulan saya tu tidak
punya patokan hidup itu
harus begini, harus begitu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 106

Jadi saya mengalir aja


32 R merasa bahagia Oke... lalu, orang-orang Kebahagiaan dicapai
kalau ia bisa dalam hidup kan biasanya dengan hidup ringan
menghadapi hidup mengejar sesuatu untuk dan tidak melekat
dengan ringan dan mewujudkan “good life” pada masalah
tidak terobsesi gitu ya.... Menurut Anda
dengan masalah sewaktu sebelum meditasi,
“good life” itu seperti apa?
Bahagia. Bahagia yang
dimaksud di sini seperti
apa? Bahagia tu ya kita bisa
menghadapi hidup ini
dengan ringan. Hmmm...
dengan ringan?
Maksudnya dengan
ringan? Misalnya... kita
enggak bisa menolak
persoalan atau pun masalah
di dalam hidup ini ya, tapi
kita bisa menghadapinya
dengan keyakinan, dengan
percaya diri, cuman “oke,
ini masalah. Itu enggak bisa
dihindari. Saya harus
menghadapi, mencari solusi,
mungkin terpecahkan,
mungkin tidak”, itu
diserahkan saja
33 Dengan menjalani Ah... Lalu apa pengaruh Kondisi relaks
hidup secara itu pada kondisi mental membuat hidup
ringan, R menjadi Anda? Ya.... menjalani dijalani dengan lebih
lebih senang dan hidup dengan senang. senang
tidak tegang dalam Dengan tidak tegang
hidup menghadapi hidup, gitu
34 Dengan meditasi, R Lalu bagaimana dengan Lebih dapat menerima
lebih bisa setelah meditasi? Ada
menerima perubahan sih yang saya
fenomena- rasakan. Ya saya lebih bisa
fenomena dalam menerima peristiwa apa pun
hidupnya yang kena pada saya
35 Setelah belajar Lalu, ehh... setelah Anda Berusaha untuk hidup
meditasi, R tetap meditasi apakah ada lebih baik dengan
berusaha mencari perbedaan mengenai tidak putus asa
hidup yang lebih persepsi Anda tentang
baik dengan tidak hidup? Ada perbedaan...
mudah putus asa hmm... gimana ya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 107

ngomongnya... Pasti ada


yang dicari ya di dalam
hidup, cuman, saya
melakukan usaha, mencari
untuk hidup lebih baik, tapi
kalau pun itu belum
berhasil, saya tetap berusaha
dan tidak putus asa
36 R mencari hidup Berusaha untuk? Mencari Menemukan
bahagia yang saya tuju... hidup kebahagiaan
bahagia
37 R merasa bahagia Hidup bahagia yang Kebahagiaan dicapai
jika semua seperti apa? Itu sifatnya dengan terpenuhinya
keinginannya personal ya, masing-masing keinginan secara
terpenuhi tidak orang punya ini sendiri. seimbang
berlebihan Kalau yang saya rasakan sih
bila semua yang kita
inginkan tuh bisa terpenuhi.
Tapi keinginan itu pun kita
harus hati-hati karena ada
batasan-batasan juga
keinginan kita tuh terlalu
berlebihan.
38 R merasa harus Jadi, kita juga harus Waspada terhadap
waspada dengan waspada dengan pikiran kita pikiran
pikiran sendiri dan sendiri dan
menempatannya menempatkannya pada
secara proporsional proporsi yang seimbang aja.
Seimbang? Seimbang itu
pas... seperti timbangan, kiri
kanan imbang, hehe...
39 R merasa bahagia Eeeh... Jadi? Kebahagiaan Kebahagiaan dicapai
jika bisa hidup itu bisa karena hidup kita dengan kehidupan
dengan seimbang seimbang. Nah, yang seimbang
keseimbangan itu bisa apa
saja. Dalam konteks apa pun
yang ada dalam kehidupan
kita
40 Meditasi membuat Oh oke, hahaha... Oh iya, Pikiran menjadi lebih
R menjadi tidak tadi kan Anda juga sempat fleksibel
terikat terhadap menyebutkan pengaruh-
pikiran sehingga pengaruh meditasi pada
bisa menjadi lebih Anda ya... Kalau yang
fleksibel dalam paling berpengaruh pada
mempersepsikan Anda apa? Mungkin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 108

fenomena enggak bisa ya kalau


disebutkan “paling” gitu ya.
Karena semuanya itu ya
merata. Karena kalau mau
dibikin grade, enggak bisa
sih... Tapi bagian yang
terbaik dari proses kita
melakukan meditasi adalah
kita bisa melenturkan ego
kita. Kita enggak terikat
dengan pikiran kita, yang
jadi kaku gitu... memegang
itu sebagai sesuatu yang
absolut.
Tetapi kalau kita meditasi
tu, ego kita lebih lentur.
Jadi, apa pun yang datang
pada kita, masalah atau
keyakinan kita, itu
sebenarnya kadang-kadang
enggak mutlak benar ya.
Misalnya kita punya musuh
gitu, kita juga enggak
menganggap itu 100%
musuh. Tapi kadang-kadang
kan ada hal-hal lain,
misalnya persoalan, atau
musuh, atau apa pun yang
negatif itu enggak mutlak itu
tuh negatif gitu ya. Karena
pasti ada sesuatu yang dari
situ tu bisa membuat kita
lebih lentur lagi, lebih lentur
lagi kalau kita menghadapi
itu
41 R merasa dengan Oke... dalam hal Fleksibilitas membuat
fleksibilitas, ia kelenturan itu ya. Yang adaptasi menjadi lebih
lebih dapat dimaksud ego tadi baik
menghadapi segala menurut definisi Anda
sesuatu di hidupnya apa? Ego tu sesuatu yang
kaku, yang kita pegang,
menjadi seolah-olah itu tu
hal yang benar, yang benar-
benar kita yakini bahwa
ee.... itu tu “milik” kita yang
kita, yang ada di dalam diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 109

kita tu benar. Berarti kalau


ego kita lentur, itu kita lebih
fleksibel menghadapi segala
sesuatu, kemudian....
42 R berpikir bahwa Ya sebenarnya kalau relaks Menjalani hidup
dalam hidup, itu kan enggak kaku. Kaku dengan fleksibel
individu memang tu ya misalnya orang
seharusnya meninggal kan kaku ya, tapi
fleksibel kalau orang hidup kan kita
musti lentur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 110

TEMA-TEMA RESPONDEN I (R)

A. Adanya kehampaan dalam diri (Nomor)


1. Mudah panik dan tenggelam dalam masalah 16
2. Hal-hal eksternal berpotensi menjadi sumber stressor 6
3. Alienasi dengan diri 2
4. Kebutuhan untuk mencari fondasi hidup 1, 3
5. Ketidakpuasan terhadap pendekatan Barat yang lebih 4
modern

B. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi


1. Mengenal diri 5
2. Mengenal hidup 7
3. Mengamati pikiran 22
4. Meregulasi pikiran 24

C. Respons terhadap pikiran


1. Waspada terhadap pikiran 38

D. Perubahan pikiran menjadi lebih positif


1. Lebih fleksibel 40
2 . Lebih terkendali 17, 23
3. Lebih rileks karena hilangnya kelekatan 30
4. Lebih rileks karena tubuh yang rileks 29

E. Perubahan sikap menjadi lebih positif


1. Lebih terkendali 11
2. Lebih dapat menerima 34
3. Lebih tenang 21

F. Kondisi fisik yang membaik


1. Tubuh menjadi lebih rileks 26
2. Tubuh menjadi lebih nyaman 27
3. Tubuh menjadi lebih sehat 28

G. Pengahayatan tujuan hidup


1. Menjalani hidup dengan mengalir 31
2. Menjalani hidup dengan fleksibel 42
3. Berusaha untuk hidup lebih baik dengan tidak putus asa 35
4. Menemukan kebahagiaan 36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 111

H. Pemaknaan kebahagiaan
1. Kebahagiaan dicapai dengan terpenuhinya keinginan secara 37
seimbang
2. Kebahagiaan dicapai dengan kehidupan yang seimbang 39
3. Kebahagiaan dicapai dengan hidup ringan dan tidak 32
melekat pada masalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 112

VERBATIM RESPONDEN II (A)

No Catatan Verbatim Tema Spesifik


1 A memiliki rasa Apa yang membuat bapak Rasa ingin tahu sejak
ingin tahu yang melakukan meditasi? usia muda
besar sejak usia Mungkin waktu itu SMA
atau SMP ya, sekitar itu.
muda
Saya sama sekali tidak
paham soal meditasi, sama
sekali tidak paham soal hal-
hal spiritual, eee...
Walaupun waktu itu
pembawaan saya sejak kecil
memang curious, banyak
pingin tahu... dan untuk
orang seusia saya, seusia itu
waktu itu, katakanlah usia
sebelas-dua belas tahun itu
pertanyaan-pertanyaan saya
sudah agak filosofis, gitu.
Enggak lazim untuk anak
seusia itu... dan itu keluar
secara genuine, lebih ke
sifatnya curiousity, logika.
2 A kagum dengan Terus di masa itu, ketika Kekaguman pada
ekspresi rileks dan SMP saya jalan-jalan di ekspresi rileks dan
tenang dari patung Malioboro, ketemu patung tenang
Buddha kecil. Nah, saya
Buddha yang
hanya lihat, apa, patung
dilihatnya Buddha yang murahan itu,
belakangan saya baru tahun
bahwa itu modelnya
Kamakura, model Jepang,
Kamakura. Saya lihat, “ini
wajahnya kok cakep dan
teduh”. Saya pikir itu adalah
perjumpaan saya pertama
tentang ekspresi teduh. Oke.
Jadi, sebelumnya saya tuh...
itu tidak masuk dalam opsi,
atau tidak masuk dalam
memori, atau tidak masuk di
dalam katalog, vocab,
kosa... apa, perbendaharaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 113

hidup saya, gitu lho,


ekspresi bahwa “oh, ono
wong teduh”, gitu lho...
Wajah yang teduh, yang
ketoke ki tersenyum,
matanya setengah terpejam,
seolah-olah, bukan seolah-
olah ya, tapi ada rasa self-
content, puas. Dia merasa
ekspresinya itu enggak
risau. “Aku cukup kok”,
gitu. Walaupun saya enggak
paham apa-apa soal
meditasi, tapi waktu itu saya
beli patung kecil itu yang
mana saya pikir itu adalah
perjumpaan pertama.
Setelah itu ya ora mudeng,
blas ora mudeng opo-opo.
3 A kagum dengan Kemudian ketika SMA, di Kekaguman pada
figur dan cara hidup de Britto, saya merasa figur dan cara hidup
monastik sangat beruntung, untuk monastik
pertama kali saya dalam
hidup melihat figur
monastik. Biarawan, gitu.
Frater, atau pastur, atau
romo. Sekali lagi itu juga di
dalam perbendaharaan
pengalaman saya sejak SD-
SMP tidak masuk. Opsi itu
enggak pernah terlintas. Hal
yang baru ya? Hal yang
betul-betul baru. Lihat orang
beneran, daging tulang
beneran, itu adalah baru.
Figur yang... kendati
belakangan saya sadari tidak
sempurna, tapi tetap spirit-
nya ‘kan spirit unselfish.
Spirit yang hidupnya bukan
untuk nglumpukke, untuk
nglumpukke nggo aku, aku,
aku, semakin kaya, atau
semakin itu lah. Spirit-nya
unselfish, atau bahkan
ascetic. Maksud’e mungkin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 114

dia kepemilikan pribadinya


minim, cara hidupnya juga
bersahaja, plus cerdas.
Pastur-pastur Jesuit itu ‘kan
pendidikannya bagus.
4 A menemukan cara Ya. Cerdas itu adalah Menemukan sudut
pandang hidup yang sesuatu yang baru juga bagi pandang baru
baru saya. Maksudku, kalau
konco sing pinter matematik
atau... cerdas di sini maksud
saya wisdom, bijak, gitu.
Bukan sekedar cerdas pinter
matematik atau pinter
Bahasa Inggris. Di SMP ada
ya orang yang pinter ini, itu,
tapi cara pandangnya hidup
yang cerdas, gitu lho. Itu
baru bagi saya, “oh, ono
wong koyo ngene yo”
5 Pengalaman Terus, menjelang kelas 3 Pengalaman buruk
meditasi pertama SMA de Britto, atau di saat meditasi pertama
yang buruk, karena perguruan tinggi tahun kali
pertama... karena saya
diliputi
ngambil agamanya Katolik,
ketidaktenangan pembimbingnya ya frater
dan kejenuhan waktu itu. Waktu itu pupuler
di kalangan frater-frater
Kotabaru, bukunya Anthony
de Mello, Burung Berkicau,
Doa Sangata, terus buku
meditasi sadana. Sadanya
karyanya Anthony de Mello.
Pengalaman pertama saya,
disuruh nyoba meditasi
waktu itu di... apa itu? Di de
Britto ono pasturan, opo?
Ngarep, cedak... Dekat
pasturan itu? ‘kan ada
kapel. Di situ disuruh nyoba
meditasi. Di situ kalau
enggak salah pelajaran
agama di tingkat satu ya,
tahun pertama, jadi
pesertanya tidak banyak.
Cuma lima atau sepuluh
orang, gitu. Disuruh njajal,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 115

panduannya pakai sadana


itu, eee... Wah,
pengalamannya buruk. Saya
suruh duduk cuma lima
menit atau sepuluh menit,
setelah selesai ditanya sama
pasturnya, “gimana
rasanya?”, “wah, rasanya
sumpek, mau meledak”.
Rasanya jengkel, disuruh
diam itu jengkel, sumpek.
Buruk, pengalaman itu.
6 Pengalaman Mungkin karena si Pemahaman yang
meditasi pertama pembimbingnya kurang kurang menghambat
yang buruk karena memberi pendahuluan, meditasi
kurang mendapat kurang memberi penjelasan,
pemahaman pendahuluan, guidance, atau
perspektif, tujuan meditasi
opo, terus filosofinya
gimana. Mungkin
penjelasannya kurang,
begitu. Tapi pokoknya
pengalamannya buruk
tentang meditasi.
7 Ketertarikan Tapi, buku-buku Anthony Merasa tertantang
terhadap Zen de Mello itu memikat bagi secara intelektual
muncul karena saya. Memukau, memikat,
menantang. Jadi, terutama
adanya kisah-kisah
yang cerita-cerita tentang
yang menabrak Zen. Bahkan disamping
norma umum chalenging itu juga kisah-
kisah Zen itu ‘kan
ikonoklas. Ngerti ikonoklas?
Ikonoklas ki ugal-ugalan.
Jadi, patung dibakar, patung
Buddha dibakar,
dikencingin, misalnya
begitu. Nabrak kaidah-
kaidah standar, gitu. Berani
nabrak kaidah-kaidah
standar. Dan bagi orang
seusia saya waktu itu, itu
seksi, memikat.
8 A merasa tertantang Tapi ya, kalau saya tanya ke Merasa tertantang
secara intelektual sana ke mari tentang itu secara intelektual
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 116

dengan kisah-kisah kalau mau tanya lebih lanjut,


Zen saya tidak menjumpai orang
yang bisa menjelaskan
waktu itu. Terus lupa... Ya
seneng baca-baca neng
donge mung menarik,
cerdas, tapi donge ora tek
mudeng. Tapi justru karena
ora mudeng kui jadi seksi.
Barangkali karena menjadi
menantang, gitu lho.
Maksud’e, aku ki merasa,
“aku ki sekolahe pinter’e,
opo-opo mudeng. Tapi iki
kok ora mudeng?” Jadi itu
menjadi, malah menjadi
tantangan, jadi seksi.
9 Dalam dunia kerja, Terus eeee... lulus sekolah, Konflik dalam
A belajar bahwa lulus kuliah... sudah lupa, pemaknaan:
kebahagiaan dan urusan-urusan itu wis kebahagiaan dicapai
enggak pernah membahas
kesuksesan dicapai ketika individu tidak
lagi. Terjun di dunia kerja,
dengan sikap yang saya kerja di bisnis memedulikan orang
keras dan kejam konstruksi selama tiga lain
tahun. Bisnis konstruksi tu
keras, banyak tantangan,
eee... kendati waktunya
cuman tiga tahun tapi
jamnya tinggi. Jam kerja per
harinya tinggi dan intens.
Intens maksudnya padat,
intens, tantangannya
banyak, sehingga dalam
waktu singkat saya belajar
banyak, atau ngehadapi
persoalan banyak. Nah...
kira-kira sehabis tiga tahun
kerja, tiga-empat tahun
kerja, eee... timbul
pertanyaan bagi saya,
pertanyaan pribadi. Kira-
kira pertanyaannya gini, dari
pengalaman saya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 117

menyaksikan orang di dunia


bisnis, di dunia kerja lah...
Saya menyaksikan beberapa
mentor saya di dunia bisnis
ngajari saya untuk... di dunia
bisnis itu tega, tegel. Tough,
tapi dalam artian lebih
negatif lah. Tega, tegel.
Dalam hal apa biasanya,
pak?
Eee... ya, dalam mencari
profit, dalam mensikapi
relasi kerja. Harus keras,
begitu ya? Harus keras,
harus tega. Kalau perlu ya...
atau pokoknya kaidah-
kaidah moral tidak masuk
dalam pertimbangan. Itu
pertimbangan yang ke
sekian, atau bahkan enggak
masuk dalam pertimbangan.
Saya menyaksikan dari
sudut pandang mata saya
pada saat itu, kemudian juga
sudut pandang orang pada
umumnya yang saya kenal
pada saat itu. Saya
menyaksikan bahwa, dengan
sudut pandang pada saat itu,
orang yang keras, yang
kejam, tega ki maksud’e
ekstrem’e kejam lah... orang
yang kejam, yang tega,
bahkan dalam artian yang
negatif, yang bersedia
melanggar kaidah-kaidah
moral, acapkali lebih sukses
ketimbang orang yang
lemah lembut, yang baik.
Wis, kasarane sing jahat
luwih sukses ‘mbangane
sing apik. Kasarane gitu
lho. Di dalam bisnis, waktu
itu kesan yang saya tangkap
pada saat itu adalah sing
jahat, sing tegel kuwi lebih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 118

sukses dibanding yang baik.


Oke. Tidak sekedar lebih
sukses, bahkan. Yang saya
jumpai, sing jahat, sing
tegel kuwi lebih “bahagia”,
lebih “beruntung”
ketimbang yang baik...
dalam tanda kutip. Sekali
lagi saya bilang, sudut
pandang saya pada saat itu,
gitu ya. Ya itu given fact
situasiku pada saat itu, gitu
lho. Itu yang saya alami.
Orang lain mungkin bisa
punya pengalaman yang
lain. Ya, tentu saja
10 A mempertanyakan Nah, sehingga sebagai orang Kebutuhan untuk
figur diri ideal muda, timbul pertanyaan mencari fondasi hidup
untuknya untuk diri saya sendiri, lha
aku ki... terus berikutnya
saya mau jadi orang seperti
apa?
11 A berkomitmen Background saya bukan Komitmen untuk
untuk mengikuti orang yang relijius, saleh, mengikuti jalan hidup
jalan apapun yang gitu lho. Jadi, nek memang yang akan ditemukan
nanti ditemukannya ketentuan’e kudune kejam,
tega, jahat itu adalah yang
sukses, saya ya bersedia
untuk ngikutin kaidah-
kaidah seperti itu lho.
12 A mencari prinsip Tapi seperti sebelum ngikuti Kebutuhan untuk
hidup kaidah-kaidah itu, saya mencari fondasi hidup
mencoba untuk
mengevaluasi, belajar,
menganalisis,
mempertanyakan, sebelum
menyimpulkan, gitu lho.
Jadi saya memutuskan untuk
belajar dulu, terus saya
melakukan pencarian atau
riset. Risetnya yang paling
gampang ya ke
perpustakaan. Riset tentang
apa, pak? Risetnya
pertama-tama saya tu
mempertanyakan lagi, sing
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 119

jenenge baik ki opo to?


Terus sing jenenge buruk
atau jahat ki opo to? Saya
ingin kembali ke basis
definisinya, gitu lho. Sak
tenane sing jenenge apik ki
opo to? Sing jenenge buruk
ki opo to? Terus, bagaimana
saya harus menjalankan
kehidupan saya? Apakah
saya jadi orang baik? Kalau
tentang begitu kenapa?
Apakah saya jadi orang
jahat? Kalau memang
begitu, kenapa alasan’e?
Pertanyaan itu yang muncul
pada saat itu. Katakanlah
waktu itu mungkin usia 27,
sekitar itu lah.
13 A berkomitmen Nah, eee... dan waktu itu Komitmen untuk
untuk mengikuti saya bertekad untuk, nanti mengikuti jalan hidup
jalan apapun yang kalau saya sudah yang akan ditemukan
nanti ditemukannya menyimpulkan, ya saya
bersedia konsisten dengan
kesimpulan saya itu.
Andaikata kesimpulannya
adalah, “ woo, sing bener ki,
sing logis ki dadi wong
jahat”, ya saya bersedia
untuk konsisten dengan hasil
pencarian saya, atau hasil
riset, hasil logika tersebut.
14 A menemukan Oke. Nah, saya baca buku, Menemukan prinsip
prinsip hidupnya tanya sana-sini, kadang hidup dalam kajian
pada kajian etika tanya-tanya ke pastur, tanya etika dan filsafat
sana-sini lah. Nah, kebetulan
dalam filsafat
nemunya mungkin di
Gramedia atau di mana ya,
saya lupa. Intinya saya beli
buku tipis. Karena tertarik
kemudian saya jadi
ngumpul-ngumpulke buku
filsafat, buku opo, opo...
Ketemu satu buku tipis yang
sangat sederhana. Judul’e
Pengantar Etika. Buku’ne
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 120

gur tipis. Terbitan Kanisius,


sing ngarang Romo Franz
Magnis-Suseno SJ.
Pengantar Etika, jadi gur
pengantar, ibarat’e gur
pembukaan, buku “pra”,
ngono lho. Nah, waktu itu,
bahkan kata etika itu aku
wae ora mudeng. Saya pikir
waktu itu sing jenenge etika
tu sama dengan sopan
santun. Adalah lazim di
masyarakat kalau lihat orang
enggak sopan, dikatakan
wong ora ndue etika. Oh ya,
sering ya... Ya... Ketika
baca itu saya baru paham,
gitu lho, bahwa etika ki ra
ono urusane karo sopan
santun. Etika itu adalah
suatu cabang ilmu filsafat
yang mempelajari tentang
“baik”, apakah baik itu...
“buruk”, apakah buruk itu...
terus definisi’ne opo, terus
kepiye satu filsuf dengan
lainnya, terus tentang wong
urip ki kudune piye... itu
etika. Ya mungkin ada
kaitannya dengan sopan
santun karena sopan santun
ki etiket, jadi mungkin akar
katanya sama. Tapi kalau
ngomongin sopan santun tu
etiket, bukan etika. Nah,
waktu itu baru paham saya
kalau etika tu begitu... “woh,
lha iki cocok banget karo
karepku”, gitu lho. Ini yang
saya cari-cari, pertanyaan
yang saya cari-cari. Terus
saya beli lagi yang lebih,
bukan pengantar, yang lebih
detil, antara lain mungkin
Dua Belas Tokoh Etika.
Kebetulan ya buku-bukunya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 121

Franz Magnis-Suseno, terus


buku etikanya Carl Belton,
belakangan agak lama saya
buku yang Bahasa Inggris,
Aristoteles, Ethics, beberapa
buku etika. Tapi yang paling
menggetarkan bagi saya
pertama ki yo cuman buku
pengantar kui.
15 Berdasarkan Eee... simple-nya dari Adanya tujuan hidup
risetnya melalui belajar, riset, mikir-mikir, untuk menjadi orang
kajian tentang etika, menganalisis, nimbang- baik
nimbang sendiri, nguji di
A menemukan
lapangan, dicocoke karo
bahwa tujuan hidup pengalaman, di-cross check,
adalah untuk direnung-renung sendiri...
menjadi orang baik itu akhirnya saya
dengan berkesimpulan eee... satu,
pertimbangan wong urip ki sing bener dadi
rasional wong apik, jadi orang baik.
Orang menjadi orang baik,
itu bukan karena takut dosa,
takut hukuman, bukan...
karena itu adalah pilihan
cerdas
16 Menurut A, orang Kenapa? Karena jadi wong Orang baik adalah
baik adalah orang apik ki luwih happy, luwih orang yang bahagia
yang lebih bahagia penak.
Jadi orang bahagia ketika
ia menjadi orang baik?
Orang baik itu adalah
tindakan bahagia
17 A merasa bahwa Artinya, ketika Anda Fisik yang terasa lebih
tindakan yang baik melakukan tindakan yang baik karena perbuatan
membuat fisik baik, itu kan physically wae baik
luwih penak kok neng awak,
terasa lebih baik
ketimbang tindakan yang
secara seketika buruk, immediately lah. Sak
dek, sak nyet, pada saat itu,
misal’e saya nawari “mas,
monggo minum”, dengan
“ojo, ngko ora diombe”...
Pada saat itu immediately di
badan itu lebih enak, kalau
saya bilang... “monggo mas
diunjuk”, ketimbang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 122

“ojooo....”. Atau misalnya


saya bilang, “mas, monggo
dijunjuk” tapi sak tenane
ora rela, itu terus enggak
enak, gitu lho. Jadi, efeknya
itu immediate.
18 A berpikir bahwa Jadi, kalau saya bertindak Perbuatan baik adalah
perbuatan baik baik itu donge bukan karena perbuatan yang cerdas
adalah pilihan saya orang baik, bukan
cerdas karena saya gawa’ane orang
baik, tapi saya cerdas. Jadi,
ini adalah pilihan cerdas.
19 Perbuatan baik Jadi saya baik ni sak tenane Fisik yang terasa lebih
yang dilakukan adalah pilihan yang tanda baik karena perbuatan
akan memberikan kutip “selfish”, egois, tapi baik
egois yang cerdas. Artinya,
manfaat ke diri
iki donge nggolek penaku
sendiri terlebih dewe. Sing pertama-tama
dahulu oleh penak ki aku, donge.
Dudu wong liyo. Itu akarnya
begitu lah.
20 A meyimpulkan Jadi ada dua yang saya Adanya tujuan hidup
bahwa tujuan simpulkan. Satu, kudune untuk menjadi orang
hidupnya adalah dadi wong apik... baik
menjadi orang baik
21 A menjadi lebih Dua... ini berkaitlah, topik Adanya tujuan hidup
yakin bahwa tujuan ini. Dua adalah, kalau untuk menemukan
hidupnya adalahngomong tujuan hidup kebahagiaan
karena itu juga merupakan
kebahagiaan
pertanyaan yang mencekam
bagi saya... Tujuan hidup
apa ya, tujuan hidup...
intuitively ngerti. Tujuan
hidup donge happy. Tapi
terlalu confused, otak saya
waktu itu terlalu ruwet. Nah,
belajar etika itu saya jadi
paham, clear bahwa “oh iyo,
tujuan hidup tu adalah
kebahagiaan”...
22 Kebahagiaan layak Lho kok bisa begitu? Nah, Kebahagiaan adalah
menjadi tujuan penjelasannya Aristoteles akhir dari segala
hidup, karena betul-betul mengena bagi kebutuhan
saya. Kenapa kebahagiaan
kebahagiaan adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 123

akhir dari segala tu layak menjadi tujuan


tujuan hidup? Karena kebahagiaan
itu bisa menjadi the end by
itself. Maksudnya “the
end”?
“The end by itself” tu
maksudnya itu menjadi
akhir bagi tujuan, bagi
dirinya sendiri.
23 Hal-hal eksternal Sedang tujuan-tujuan yang Kebahagiaan tidak
tidak bisa menjadi lain, misal’e rumah bagus, bisa dipenuhi oleh hal-
tujuan akhir bagi A atau duit, atau istri cantik, hal eksternal
atau jabatan, kekuasaan,
terkenal, kesehatan, apapun
lah... itu tidak bisa menjadi
“the end by itself”. Nek kono
punya duit, mesti duit meh
nggo opo, nek kono punya
sehat pasti sehat meh nggo
opo, nek kono punya istri
cantik, pasti istri cantik nggo
opo.
24 Ketika sudah Tapi kalau kamu bilang Kebahagiaan adalah
bahagia, orang- bahagia... wis, selesai. The akhir dari segala
orang tidak end by itself. Kamu udah kebutuhan
memerlukan apa- enggak perlu apa-apa yang
apa lagi lain, wong sudah happy kok.
25 Menurut A, banyak Saya pikir tidak semua Konsep kebahagiaan
orang tidak orang bisa paham ini. yang terlalu sederhana
memahami hal ini Walaupun... ini terlalu
karena terlalu simple, gitu lho. Terlalu
sederhana simple malah jadi, wong ora
mudeng.
26 Ketika sudah Karena lha jelas to, nek wis Kebahagiaan adalah
bahagia, orang- happy ki wis ora butuh opo- akhir dari segala
orang tidak opo. kebutuhan
memerlukan apa-
apa lagi
27 Menurut A, banyak Itu terlalu simple, orang Konsep kebahagiaan
orang tidak biasanya enggak paham. yang terlalu sederhana
memahami hal ini
karena terlalu
sederhana
28 Tujuan hidup A Jadi kesimpulan saya... satu, Adanya tujuan hidup
adalah kebahagiaan happiness layak dijadikan untuk menemukan
tujuan hidup. Jadi, tujuan kebahagiaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 124

hidup adalah happy,


bahagia.
29 A merasa bahagia Walaupun definisi bahagia, Kebahagiaan adalah
jika ia merasa puas sing jenenge bahagia itu akhir dari segala
atas hidupnya masih cerita panjang, gitu kebutuhan
lho... tapi intuitively, dewe
mudeng lah, jenenge
bahagia berarti content,
puas, kecukupan, mungkin
semacam itulah pada saat itu
pemahaman saya. Jadi itu
kesimpulan sementara.
30 Menjadi orang baik Bahagia, terus dadi wong Adanya tujuan hidup
juga menjadi tujuan apik. untuk menjadi orang
hidup A baik
31 A tidak setuju Karena alasannya begini, Skeptis
dengan salah satu tidak semua orang, atau
ahli filsafat yang tidak semua filsuf
dipelarinya ketika sebetulnya memberi
melakukan riset jawaban yang sesederhana
tentang etika itu. Ono sing rodo ugal-
ugalan, misalnya seperti
Nietzsche dan lain
sebagainya. Eee... Misalnya
dari Dua Belas Tokoh Etika,
Nietzsche sing rodo
nyempal. Jawabannya...
mungkin karena saya
enggak paham, tapi dia
mungkin bahkan malah rodo
sinis atau mengritik tindakan
baik. Penangkapan saya
begitu waktu itu. Aku
enggak sempat baca lagi
lebih lanjut. Dia nganggap
orang baik itu hanya orang
lemah. Oh... Oke. Ya.
Orang-orang yang lemah.
Waktu itu saya enggak
sempat... itu, apa itu tafsirku
yang keliru, enggak sempat
belajar lebih lanjut. Tapi,
dari dua belas tokoh etika
itu, yo gur siji kui sing
nyempal. Yah, aku bodon-
bodone, gur statistik rolas,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 125

sewelas banding siji,


mungkin ngono. Itu Satu.
32 A tidak ingin Dua, memang kesannya Menghindari
hidupnya gagah, macho, si Nietzsche kehidupan yang
berantakan itu, berontak terhadap berantakan
kemapanan. Tapi terus, tak
delok wae sejarah uripe
Nietzsche koyo ngopo, uripe
deknen dewe koyo ngopo.
Lah, Nietzsche ki uripe
berantakan. Berakhir di
rumah sakit jiwa, sinting,
stres, terus sedeng karo
seneng karo mbakyune
dewe. Terus aku wegah, urip
kok koyo ngono. Walaupun
kamu punya definisi yang
brilian, aku wegah kiro-kiro
tiru urip koyo Nietzsche.
Mati, akhire dadi sinting
neng rumah sakit jiwa,
mosok jatuh cinta karo
saudara sedarah daging
barang, itu aku wis ora
minat karo biografi-ne
Nietszche.
33 A tidak ingin hidup Karena saya toh harus Kebutuhan untuk
tanpa prinsip yang mengambil keputusan, dan mencari fondasi hidup
jelas dalam hidup saya, saya
enggak mau ngambang.
Saya harus mengambil
kesimpulan lah.
34 Tujuan hidup untuk Iki meh tak apake uripku? Adanya tujuan hidup
menjadi orang baik Jadi, yo aku sepakat karo untuk menjadi orang
adalah pilihan yang filsuf sing sebelas wae. Jadi, baik
cerdas, logis, dan urip baik… dan itu logis
rasional bagi saya, karena itu sudah
pilihan cerdas, dan
seterusnya.
35 A menyimpulkan Terus, tujuannya adalah Adanya tujuan hidup
bahwa kebahagiaan bahagia. Itu fondasi-ne untuk menemukan
adalah tujuan ngono. Fondasi, background kebahagiaan
hidupnya filosofis saya begitu.
36 A mencari cara Nah, terus pertanyaane, Kebutuhan untuk
untuk mencapai tujuan jelas, perilakunya ya mencari fondasi hidup
tujuan hidupnya rodo jelas, dadi wong apik,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 126

gitu ya, tapi detail-e ki ora


jelas. Yo wis, setuju wis
dadi wong apik. Tapi terus
ngko sore dikon ngopo?
Sesuk isuk dikon ngopo?
Sesuk awan aku suruh apa?
Minggu depan saya suruh
apa? Besok bangun pagi tuh
saya suruh ngerjakan apa?
Agar selaras dengan nilai-
nilai yang saya yakini tu
jongklang ra ono.
37 Beberapa cara yang Saya baca ini, filsuf ini, Menemukan fondasi
sudah ditemukan A masing-masing… bahkan hidup yang tidak bisa
tidak dapat Aristoteles yang saya diterapkan di jaman
diterapkan di jaman kagumi pun juga jawabane sekarang
sekarang kadang lucu-lucu, enggak
up-to-date, cuma berlaku di
jaman itu. Ketika diterapke
di jaman sekarang, itu lucu,
ngono lho…
38 A membaca buku- Nah, saya mulai cari-cari Membaca buku Zen
buku Zen, lagi, baca ini, baca itu.
meskipun pada Terus, jadi teringat neh Zen
awalnya tidak kui mau. Ketika sudah
mengerti membaca, nanti
perilakunya seperti apa,
kemudian jadi teringat
tentang Zen? Teringat soal
Zen sing ceritane nggone
Anthony de Mello, dan terus
mungkin ada banyak faktor
lah. Antara lain, waktu itu
aku suka travelling ke
Amerika, dan karena saya
sukanya baca buku. Jaman
itu dollarnya murah. Kalau
saya pergi ke kota-kota
besar di Amerika, saya pasti
mampir ke buku-buku
second. Kalau di sana, buku
second tu murah banget.
Jaman itu paling enggak,
gur sak dollar, dua dollar.
Dollare waktu itu mung
rongewu, sewu pitungatus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 127

Sangat murah. Nah, setiap


kali saya pergi, saya cari
buku-buku sing aku seneng.
Waktu itu antara lain saya
jalan-jalan ke San Fransisco,
ke Berkeley. Di Berkeley tu,
satu kota kecil yang koyo
Jogja gini, toko bukune
bekas, gede-gede, pirang
lantai, bukune murah-
murah, banyak. Ono sak
dalan koyo Pakuningratan
kene, ono limo, po enem, po
pitu ngono. Wis to, pesta
pora aku, koyo bazaar kae
pokoke. Aku pesta. Mrono,
angger lungo bawa tas besar
kosong loro. Dadi mulih tak
kebaki buku. Nah, waktu itu
buku yang populer, di
etalase banyak, itu buku
tentang Zen. Tahun berapa
itu, pak? Kira-kira…. Itu
mungkin tahun ’96 ya. 16
tahun lalu lah. Jadi…
walaupun ora mudeng,
waton tak tuku beberapa.
39 A merasa terkesan Ada buku-buku dari penerbit Merasa terkesan
dengan salah satu Buddhist karangannya yang
buku Zen yang Bahasa Indonesia. Saya beli,
dibacanya ada beberapa. Ada satu buku
yang berkesan. Waktu itu
saya baca… ya sekitar
proses pencarian itu,
bersama-sama. Judule…
kalau Bahasa Inggrisnya itu
judulnya The Sword of
Wisdom, pengarangnya
Master Sheng Yen. Di sini
diterjemahkan sebagai
Pedang Pusaka
Kebijaksanaan. Intine saya
belajar sendiri, moco-moco
ra mudeng, tapi intine satu,
buku Bahasa Indonesia
meskipun terjemahane
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 128

kurang kadar, Pedang


Pusaka Kebijaksanaan,
terjemahane enggak persis,
alakadarnya, tapi itu
berkesan bagi saya. Ini
adalah buku Zen sing aku
paling mudeng ketimbang
yang lain-lain
40 A menemukan Oke… dan kenapa buku Kebahagiaan dicapai
bahwa kebahagiaan ini menimbulkan kesan dengan melatih
dapat dicapai bagi bapak? Penjelasane pikiran
melalui proses lebih jelas, kemudian ada
latihan satu hal sing di buku-buku
Zen lain itu, paling tidak
buku Zen yang pernah saya
baca di jaman itu, ada satu
yang beda. Bedanya, saya
baru tahu bahwa keadaan
happy atau keadaan
tercerahkan itu ada
prosesnya. Sedangkan kalau
cerita-cerita di Anthony de
Mello tu kejadiannya kan
pas peristiwa pencerahane
kuwi tok. Diiing... ngono
tok… enggak menceritakan
prosesnya berlatih gimana
tu, bahkan kata “berlatih”
pun mungkin enggak ada
waktu itu. Nah, di buku
Pedang Pusaka
Kebijaksanaan itu banyak
membicarakan soal praktik,
soal berlatih. Saya baru
mudeng bahwa,”oh… ngono
kui ono prosese, ono
latihane” Berupa praktik
itu ya? Walaupun
praktiknya kayak apa juga
belum jelas pada saat itu…
tapi ternyata, kui ora ujug-
ujug, gitu lho.
41 A merasa bahagia Waktu itu aku happy banget Merasa bahagia ketika
ketika mengetahui rasanya… berarti itu menemukan cara
bahwa ada cara accessable. Bisa dilatih, bisa untuk mencapai
untuk mencapai diakses, bukan sesuatu yang kebahagiaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 129

kebahagiaan seolah-olah given, langsung


jliing….. ora ono udan, ora
ono angin, gur hoki. Jadi,
bukan sesuatu yang
random… jadi, accessable.
Nah, eee… itu mungkin
sekitar tahun ‘90an.
42 Adanya situasi Terus, eee… Ya intine ada Terdorong oleh situasi
tertentu mendorong suatu situasi yang akhirnya
A untuk serius saya berkesimpulan, “wah,
menekuni meditasi aku harus mengambil step
yang serius, yang drastis,
gitu… untuk terjun ke
praktik meditasi”… ada
suatu situasi yang membuat
saya eee… mengambil
langkah serius lah, saya
harus serius. Bukan sekedar
baca-baca, bukan sekedar
wacana…

43 A tidak bisa dan dalam proses, Tidak bisa


menemukan orang katakanlah, tujuh-delapan menemukan tempat
yang bisa tahun mencari tu tanya- untuk belajar
mengajarinya tanya di sini juga enggak
meditasi (Zen) di ada orang yang menjelaskan
Indonesia soal Zen… ya memang
enggak ada pada jaman itu.
Tanya ke mana-mana juga
enggak ada.
44 Dari risetnya, A Kenapa situasi tersebut Kebahagiaan ada di
menyimpulkan membuat akhirnya bapak pikiran
bahwa kebahagiaan ingin fokus praktik ke
terjadi di pikiran meditasi? Eee… Oh,
kita sendiri gampangnya gini… Dari
proses belajar, ada satu hal
yang penting sing terkait
dengan ini, dengan riset ini.
Dari proses belajar, saya
akhirnya berkesimpulan,
yakin, convinced banget
bahwa “oh, uripku ki happy,
atau enggak happy itu
tergantung…” tak baleni,
tak ulang ya… Satu, saya
berkesimpulan, jelas bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 130

“oh, sing jenenge happy,


bahagia, itu terjadinya di
pikiran. Sing bahagia ki
terjadine ora nang mobil,
nang ngomah, nang duit,
nang dengkul, opo nang,
tangan, wajah… enggak.
Terjadinya di pikiran”. Sing
iso ngrasakke happy ‘kan
pikiran. Pikiran itu ‘kan ora
jempol, jenthik, mobil, duit,
opo omah, opo anak, istri,
teman, pegawai, bapak,
simbok. Ora ono kaitane,
gitu lho. Kalo kita ngomong
saklek, saklek tenan, happy
terjadinya di mana? Di
pikiran. Pikirane sopo?
Pikiranmu dewe. Dudu
pikirane kamu, pikirane si
A, si B, si C… ora ono
kaitane, gitu lho. Happy
terjadinya di pikiran. Saya
pikir tidak semua orang
paham ini: Happy itu terjadi
dipikiran; pikirane sopo?
Pikiranmu dewe. Itu satu.
45 A merasa tidak Terus… nyatanya, aku ora Tidak bahagia
bahagia happy.
46 Pikiran yang tidak Lha, carane piye ben happy? Waspada terhadap
dikelola bisa Pikirannya itu harus pikiran
mencelakakan diri dikelola. Kalau enggak
sendiri dikelola, dia bakal
mencelakakan diri saya
sendiri.
47 Meditasi adalah Itu poin yang kedua. Nah, Meditasi adalah cara
cara untuk sing jenenge ngelola kui untuk mengelola
mengelola pikiran adalah meditasi. Ngelola pikiran
pikiran kui yo meditasi.
48 A menyimpulkan Meditasi ini, dalam hal Kebahagiaan ada di
bahwa kebahagiaan ini… dalam hal praktik pikiran
terjadi di pikiran ya? Ya, dalam hal praktik.
kita sendiri Ini pemahamannya masih
pemahaman intelektual pada
saat itu. Aku belum praktik,
hanya kesimpulan yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 131

jelas, bahwa happy tu


terjadinya di pikiranku
sendiri.
49 A merasa tujuan Tujuane urip wis ceto: Adanya tujuan hidup
hidupnya sudah happy untuk menemukan
jelas: bahagia kebahagiaan
50 Kebahagiaan terjadi Happy terjadinya di mana? Kebahagiaan ada di
di pikiran kita Di pikiranku dewe. pikiran
sendiri
51 A merasa tidak Terus, nyatane aku ora Tidak bahagia
bahagia happy…
52 Kebahagiaan dapat Ya, agar bisa happy, Kebahagiaan dicapai
dicapai dengan pikirane kudu dikelola ben dengan melatih
mengelola pikiran happy, gitu. Nah, saya sudah pikiran
(meditasi) tahu, pikiran dikelola itu,
sama dengan meditasi.
53 A mengalami Terus, ada situasi yang Tidak bahagia
situasi yang susah. Suatu situasi
menimbulkan suffering yang lumayan
penderitaan intens, terjadi pada saya
selama hampir sekian bulan,
sekian tahun...
54 A merasa yang mana waktu itu, Waspada terhadap
penderitaan yang dengan kesimpulan seperti pikiran
dirasakannya ada di itu, aku akhirnya “lha iki
pikirannya kan pikiran-pikiranku dewe
to?
55 A merasa tidak ...Susah, susahku dewe. Tak Tidak adanya kendali
berdaya atas gawe dewe. Ning, aku ora atas pikiran
pikirannya sendiri iso opo-opo”.
56 A mencari tempat Pemecahannya gimana? Ya Mencari tempat untuk
untuk melatih harus dilatih. Latihane piye? melatih pikirannya
pikirannya Ya makane digoleki… cari
tempat yang bisa untuk
belajar di mana…
57 A merasa terpaksa Akhirnya, “ah, aku wis ora Merasa tertekan
mencari jalan untuk tahan tenan dengan situasi
mengatasi ini. Saya harus serius”.
penderitaannya Situasi setahun, dua tahun,
tiga tahun terakhir ini betul-
betul berat banget. Iki nek
ora segera tak carikan
pemecahan, bakal rekoso
sak lawas-lawase uripku.
58 A tidak bisa Jadi yo gek pemecahan. Kebutuhan untuk
menemukan orang Pemecahane, “aku sinau belajar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 132

yang bisa meditasi neng ndi yo?”. Sing


mengajarinya cocok karo aku Zen, style
meditasi (Zen) di yang saya cocok Zen. Saya
Indonesia cari di sini enggak ada.
59 A pergi ke New Akhirnya saya kembali ke Pergi belajar ke New
York untuk belajar buku Pedang Pusaka York
meditasi Zen Kebijaksanaan itu,
pengarangnya Master Sheng
Yen. Waktu itu tahun ’96,
’97 mungkin… sudah ada
jaman internet. Tak cari-cari
di internet, ketemu, terus,
oh, wonge ngajar nang New
York. Jadi, saya berangkat
ke New York.
60 A belajar meditasi Dan sesudah itu, bapak Mempelajari meditasi
secara intensif kemudian praktik secara intensif
meditasi terus menerus?
Ya… Jadi, dari itu terus
belajar, terus belajar
tekniknya, melu latihan
intensif, retret, disamping
latihan intensif, itu juga
semacam proses… opo
jenenge? Training,
workshop, nang dunia
sehari-hari, semacam
learning by doing.
61 A merasa Jadi itu, fondasi yang Pemahaman
pemahaman dan mendasari kenapa bapak membantu individu
latar belakang melakukan meditasi… dalam praktik
dalam melakukan Saya pikir, dari pengalaman meditasi
meditasi saya sharing, belajar,
merupakan hal yang berlatih bersama dengan
penting untuk banyak orang… saya bahkan
mendorong berani ngomong fondasi itu
individu terus lebih penting ketimbang
berlatih latihannya sendiri. Karena,
orang tanpa fondasi
pemahaman, background
seperti itu, biasanya ya
kalaupun belajar, berlatih
gitu enggak bisa kontinyu…
dia hanya on/off, gitu…
62 Pada tahun-tahun Oke… Jadi tadi bapak Tidaka danya efek
pertama awal juga mengatakan bahwa yang dirasakan pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 133

latihan meditasi, A ada pemahaman fondasi, tahun pertama


hampir tidak kemudian belajar praktik, meditasi
merasakan efek ikut workshop,
yang signifikan mempelajari teknik-
teknik, dan cara berlatih,
ikut retret… dan
kemudian sesudah
melakukan hal-hal itu, apa
yang bapak rasakan dari
meditasi yang bapak
lakukan? Eee… Kalau yang
dirasakan artinya itu
adalah… kalau
pertanyaanmu dirasakan itu
adalah apakah luwih penak,
apakah luwih tenang, apakah
luwih happy, gitu, atau nang
awak, nang pikiran luwih
penak, gitu… sebetulnya…
lima tahun training saya
pertama itu boleh dibilang
nyaris enggak ada rasa apa-
apa. Nyaris enggak ada
bonus, enggak ada insentif,
enggak ada hadiah sing
betul-betul “woooah….
hore!”, boleh dibilang
enggak ada.
63 Pada tahun-tahun Boleh dibilang lima tahun Lebih tenang
awal latihan, A pertama belum ada efek
merasa lebih tenang yang signifikan? Ya…
Ibaratnya orang berlatih,
sedikit banyak ada lebih
tenang.
64 Pada tahun-tahun Tapi mungkin, kalau mau Semakin yakin pada
awal latihan, A dibilang efek, itu adalah… pemahaman dan
merasa semakin ada suatu sense of direction, prinsip hidup
yakin pada ada rasa arah dalam hidup
pemahaman dan yang dibangun berdasarkan
prinsip hidupnya logika, filsafat, praktik,
psikologi, sing jernih…
kesimpulan yang jelas,
sehingga uripku mantap.
Mantapnya bukan karena
takut sama dogma-dogma,
bukan karena manut melu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 134

wong, jarene nganu, jarena


iku… bukan karena ngikut
sana, ngikut sini, tapi karena
saya cari sendiri, saya
akhirnya mendapat
kesimpulan sendiri yang
logis dan siap diuji di setiap
waktu selama lima tahun tuh
dari minggu ke minggu kan
siap diuji. Prosesnya siap
diuji… setting ulang, di-
review, diterapkan, diuji
lagi, belajar lagi, cross
check. Nah, eee… ada suatu
sense of kemantapan, rasa
“oh, uripku ngene. Iki
keputusanku. Tak lakoni
dewe”.
65 Dengan keyakinan Buahnya boleh dibilang Lebih percaya diri
terhadap prinsip kalaupun ada, minim. Tapi, karena adanya
dan pemahaman kemantapan ketika pemahaman
hidupnya, A merasa melakukan itu, ya… tidak
lebih percaya diri tertandingi. Maksudnya,
boleh dibilang, rasanya
mantap lah… Uripki dadi
confident, “iki ki wis tak
simpulke, aku wis sinau, wis
riset. Pun, aku juga siap
berubah kok. Ketika dalam
perjalanan, aku menemui
hambatan, aku harus siap
ganti jalan atau ganti arah”,
arahnya tuh jelas, bagi saya,
ngono lho. Itu katakanlah
lima tahun pertama.
66 Efek meditasi Eee… mungkin selepas lima Efek meditasi yang
terhadap tubuh dan tahun pertama, efek ke mulai dapat dirasakan
pikiran mulai terasa tubuh dan pikiran baru setelah lima tahun
sesudah lima tahun mulai agak signifikan.
pertama latihan Mungkin lho.
67 Meditasi membuat Bisa diceritakan? Mungkin Hidup menjadi lebih
gaya hidup A karena bukan sekedar teratur
menjadi lebih latihan, tapi setting life style-
teratur nya tu mulai jadwal hidup
harian, bulanan, tahunan,
cara saya berelasi dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 135

orang… Jadi, setelah lima


tahun praktik itu, ternyata
kemudian meditasi
mempengaruhi life style
juga? Ya jelas… artinya, ini
kan mengubah life style, gitu
lho… Jadi lebih teratur.
68 A mengalami efek Otomatis itu memberi Meditasi berpengaruh
meditasi terhadap dampak secara psikologis pada fisik, pikiran dan
fisik, pikiran, dan yang anggaplah… Ini aku gaya hidup setelah
gaya hidup setelah simplifikasi. Lima tahun latihan bertahun-tahun
latihan bertahun- barang itu adalah
tahun simplifikasi, orang lain
mungkin punya pengalaman
lain. Kalau mau dampak itu
ibaratnya terukur, mau
diukur, ya lima tahun itu,
kira-kira… Saya yakin
bilangannya bukan bulanan
atau mingguan, pasti
tahunan… aku mau
ngomong begitu… yang bisa
ngefek ke pola pikir,
psikologis, gaya hidup,
physically. Yang punya efek
terukur, jangkanya pasti
tahunan.
69 Pemahaman akan Makanya saya bilang, sense Pemahaman akan
prinsip meditasi of direction atau fondasi, meditasi mendasari
lebih penting pemahaman, pemikiran, praktik
daripada praktiknya view, pandangan sebelum
sendiri mulai praktik itu lebih
penting ketimbang
praktiknya sendiri, karena
praktik itu bakal tahunan,
begitu. Prosesnya bakal
tahunan, tanpa bonus, tanpa
hadiah.
70 A berpikir bahwa Ya, oke. Tadi bapak Landasan meditasi
teori perlu diketahui bilang, praktik ‘kan bakal perlu dipahami
sebelum praktik tahunan. Dibutuhkan sebelum praktik
fondasi, view, dan prinsip
untuk melatarbelakangi
praktik. Nah, kenapa bisa
seperti itu? Orang
membutuhkan fondasi,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 136

view, supaya bisa praktik.


Eee... Satu; ya wajar to,
kamu mau melakukan
sesuatu kan mestinya ngerti
teorine sikik, ngerti teknike.
Misale kamu mau
mengoperasikan mobil,
ideale kamu ya tahu sedikit
manualnya, pernah baca
manualnya... atau
mengoperasikan handphone,
sedikit banyak kamu belajar
soal manualnya, kaidah-
kaidahnya, perawatannya,
fungsi-fungsinya untuk apa,
cara pengoperasiannya yang
benar gimana. Nah, itu
adalah suatu hal yang wajar
kita perlu tahu itu. Sedikit,
paling enggak.
71 Dengan Dua; saya mau ngutip kata- Segala hal di hidup
pemahaman yang katanya Nietzsche yang dapat dipahami
jelas, orang akan dikutip oleh satu dengan adanya
mampu mengatasi psikoterapis terkemuka, pemahaman
hal-hal di hidupnya Viktor Frankl: orang yang
paham akan why, kenapa,
maksude kenapa dia
melakukan sesuatu, dia akan
mampu menanggung any
how. Orang yang paham
kenapa atau punya alasan
yang jelas untuk melakukan
sesuatu, dia akan mampu
menanggung situasi yang
seperti apapun, kalau dia
punya alasan yang jelas. Ya,
saya pikir itulah.
72 Meditasi membuat Oke... dan kemudian tadi Pikiran menjadi lebih
A lebih menyadari bapak juga bilang setelah aware
pikiran dan gerak kira-kira lima tahun,
pikirannya meditasi mempengaruhi
life style. Life style jadi
lebih teratur... dan itu
otomatis ya? Kemudian,
dalam life style itu... Efek
psikologis juga, maksudnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 137

kita jadi lebih... yang paling


utama, lebih mindful, lebih
awas terhadap reaksi-reaksi
batin kita sendiri. Kita
menjadi lebih awas terhadap
pikiran kita sendiri, terhadap
gerak pikiran kita sendiri.
73 Beberapa kebiasaan Kemudian, beberapa Tidak mudah jengkel
mental yang buruk kebiasaan buruk susut atau
berkurang tersembuhkan. Beberapa
kebiasaan mental yang
buruk susut atau
tersembuhkan.
74 Meditasi membuat Jadi yang pertama tadi lebih Pikiran menjadi lebih
A lebih menyadari awas terhadap reaksi-reaksi aware
pikiran dan gerak pikiran, terhadap gerak
pikirannya pikiran kita sendiri.
75 Beberapa kebiasaan Dua; kebiasaan buruk Tidak mudah jengkel
mental yang buruk mental susut atau bahkan
berkurang tersembuhkan.
76 Meditasi membuat Yang ketiga; eee... dengan Lebih terkendali
A tidak larut dalam demikian kita menjadi
pikirannya sendiri semakin “tidak percaya”
dalam tanda kutip. Tidak
percaya pada pikiran kita
sendiri. Skeptis? Ya, Anda
boleh sebut skeptis... tidak
mudah dikecoh oleh pikiran
kita sendiri. Jadi kalau
pikiran kita muni “sikat!”,
“eh, sik, sik... didelok sik,
ojo kesusu”. Atau “Oh, si
anu kae ngene!”, “sik, sik”.
Itu... atau misale “oh, kae
ngene!”, “oh yo? Tenane?”
Jadi tidak langsung “si anu
kae ngene...”, “ oh iyo! Aku
ngerti! Mesti ngene...”,
enggak. Jadi lebih awas,
lebih... tiga hal itu lah.
77 Dulu, A sering Lha nek njenengan tanya Mudah merasa jengkel
mudah merasa contohnya, gampang. Misale
jengkel dalam contoh sederhana yang
menghadapi hal-hal sering saya pakai: nyupir
di lingkungannya mobil, berkendara. Pertama;
saya dulu punya kebiasaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 138

dan itu lazim di lingkungan


saya, kawan-kawan atau
sedulur, atau di lingkungan
saya. Punya kebiasaan,
misale lihat orang naik
kendaraan ugal-ugalan,
ngebut... tidak harus ugal-
ugalan, pokoke ngebut atau
berisik, bising. Itu timbul
jengkel langsung.
78 Dulu, rasa jengkel Jengkel, setelah jengkel, Tidak adanya kendali
yang dirasakan A timbul niat buruk, bahkan atas pikiran
dapat berubah mungkin tindakan buruk.
menjadi perilaku Jadi, jengkel, terus timbul
yang merugikan diri niat buruk, terus mungkin
sendiri dan orang sampai terjadi ucapan atau
lain secara otomatis tindakan buruk. Buruk di
sini jangan diartikan sebagai
dosa. Buruk artinya tidak
sehat, yang merugikan diri
sendiri, maupun orang lain.
Nah, contohne misale gini...
Kita duduk-duduk di sini
deh, terus di luar ada orang
naik sepeda motor ngebut,
berisik. “wreeeeeng,
wreeeeeng, wreeeeeng!”. Di
dalam sini, pikiran, langsung
jengkel. Terus langsung
timbul niat buruk. “Nabrak
o, nabrak o”. Terus
misalnya saya kedengaran,
“wreeeeeng,
wreeeeweeeeng... ciiiiiit,
dueeeees!”, “sukur!”, saya
bilang. Itu otomatis, gitu
lho. Itu reaksi otomatis
yang... kebiasaan saya
begitu.
79 A hidup dalam Dan itu lazim. Teman-teman Hidup dalam
lingkungan yang saya, sedulur saya juga lingkungan yang
terbiasa merespons begitu, masyarakat saya, reaktif
hal-hal secara tempat saya dibesarkan, itu
reaktif polanya ya begitu.
80 Setelah belajar Nah, setelah saya belajar Lebih terkendali
meditasi, A belajar meditasi, perlahan-lahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 139

untuk mengatur saya belajar untuk... karena


pola pikir dan paham mana yang sehat,
sikapnya mana yang eee... kalau
Bahasa Inggrisnya bukan
sekedar healthy, tapi
wholesome. Wholesome
versus unwholesome.
Wholesome tu bajik, sehat.
Nek panjenengan tahu
makanan sehat, misale beras
brown rice itu whole grain.
Atau kalau roti sing kasar
kae, whole bread. Jadi
whole ki utuh... apik, sehat
lah. Nah, saya mencoba
untuk meng-adjust pola
pikir, sikap saya... dan ini
memerlukan praktik. Misale
sekarang dengar “wreeeeeng
wreeeeweeeeng!”, pertama-
tama saya, “oh iyo, ono
jengkel”. Timbul rasa
enggak enak. Saya tidak
menekan, tapi juga tidak
menolak, tapi juga tidak
menuruti, gitu lho. Tidak
nuruti jadi “nabrak o...”,
gitu, ora. Jengkel atau
enggak enak, ini enggak
enak... Soal tindakan itu
‘kan keputusane nang
tanganku. Respons saya
terhadap jengkel ‘kan di
tangan saya. Saya
sebenarnya berkuasa
terhadap keputusan itu, gitu
lho. Choice-nya di saya,
decision-nya di saya.
81 Karena memiliki Jengkel, ya ngerti jengkel, Adanya intensi positif
kendali atas atau enggak enak lah,
pikiranya, intensi A enggak sampai jengkel. Tapi
berubah menjadi terus, sing keluar adalah
lebih positif “mugo-mugo selamet”. Ada
rasa harapan ojo ciloko lah,
mugo-mugo selamet.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 140

82 Dulu, A tidak Terus bahkan kalau di jalan Tidak adanya kendali


punya kendali atas misalnya sudah gelap, atas pikiran
pikiran negatifnya malam, gitu. Misalnya dari
belakang, dari sebelah ada
orang ngebut... Mungkin
lampunya enggak terang dia.
Terus saya lihat di depan,
jauh di sana ada orang
nyebrang, atau becak
nyebrang. Nek mbiyen,
“jarne, mugo-mugo nabrak
o”.
83 Sikap A berubah Kalau sekarang, saya tahu, Adanya intensi positif
menjadi lebih dari jauh ada orang nyalip,
positif dengan ngebut, lampunya dia
adanya intensi enggak terang, cepat-cepat
positif saya dim lampu mobil saya.
Saya dim, mugo-mugo yang
sana juga lihat bahwa ini ada
orang ngebut, yang ngebut
pun juga jadi lihat, ada
orang nyebrang. Itu wis
otomatis. Saya akan begitu
otomatis.
84 Setelah praktik Nah, itu setelah dipraktikkan Tubuh menjadi lebih
meditasi, A merasa sekian bulan, itu cukup nyaman
lebih nyaman atas bulanan aja. Jadi lebih sehat
dirinya ya, lebih nyaman gitu lho.
85 Setelah praktik Enggak gampang jengkel Tidak mudah jengkel
meditasi, A merasa saya. Atau bahkan sekarang
hampir tidak pernah wis, disalip wong, ngono
merasa jengkel kui, saya di jalan nyaris
enggak pernah jengkel. Ada
orang motong, aku nyaris
enggak pernah jengkel.
86 Setelah praktik Terus, eee... Lucunya, Adanya perlakukan
meditasi, A merasa paradoksnya, pengalaman positif dari orang lain
lebih sering bagus terjadi. Misale, si
mendapat perlakuan Yoko kadang suka tanya
positif dari orang saya, “Koe nek nyupir kok
lain sering dikeki dalan karo
wong yo?” Aku yo enggak
tahu, gitu loh. Maksudnya,
kalau saya nyebrang, aku
enggak pernah tergesa-gesa
ngerebut jalan, gitu, enggak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 141

Santai wae lah. Kalau diberi


jalan ya syukur... Bukan
malas ya, tapi tidak berusaha
menyerobot. Nah, sering
kali kok malah dikeki dalan.
Berulang kali. Sangat sering.
87 Dulu, A sering Dan di jaman dahulu, Sering tergesa-gesa
merasa tergesa- sebelum saya latihan
gesa, saling berebut meditasi, rasanya aku kok
dengan orang lain enggak pernah ingat ya aku
dikeki dalan karo wong.
Rasanya saya mau berebut
saja, mau serobot-serobotan.
88 Setelah praktik Sekarang sering sekali saya Adanya perlakukan
meditasi, A merasa jalan, dikasih jalan sama positif dari orang lain
lebih sering orang. Mau jalan, diberi
mendapat perlakuan jalan lebih dulu.
positif dari orang
lain
89 Dulu, A sering Nah, di rumah saya, Sering tergesa-gesa
merasa tergesa- Jambon, jalannya kecil.
gesa, saling berebut Orang suka bilang, sedulur-
dengan orang lain sedulur suka bilang
“omahmu ra enak, dalane
cilik. Nek mlebu, lewat, ora
enak, dalane cilik”. Saya
enggak pernah ada masalah
di situ. Nyaris enggak
pernah ada masalah. Karena
setiap kali saya masuk jalan
itu, mungkin karena saya
hapal rumah saya sendiri.
Tahu mana celah-celah yang
saya bisa minggir. Kalau ada
lihat orang dari jauh, nek
jaman dulu cepet-cepetan,
rebutan dalan.
90 Setelah praktik Sekarang enggak. Kalau Lebih dapat menerima
meditasi, A lebih saya lihat, saya akan kasih
sering memberi jalan kalau dia lewat dulu.
kesempatan kepada Saya akan cari celah untuk
orang lain terlebih menepi. Minggir, agar lawan
dahulu saya bisa lewat lebih dulu.
91 A merasa, dengan Nah, lucunya, apakah karena Orang lain menjadi
kondisi rileks hawanya, atau gelagatnya lebih rileks
ternyata bisa itu... lawan kita itu mungkin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 142

membuat orang lain bisa merasakan situasi emosi


menjadi lebih rileks kita, gerak supir kita sing
juga biyayakan atau rileks, itu
mungkin lawan kita itu bisa
nyetrum, bisa terasa.
Lucunya, dia juga jadi
rileks, gitu lho. Kalau kita
beri jalan, dia juga lebih
rileks, lebih santai, enggak
berebut jarak. Saya ketemu
sampai orang yang gelap
mata jadi jarang, gitu lho.
Sering kali dia juga jadi
rileks. Dia juga kasih jalan
ke kita, gitu lho. Itu
menurutku contoh sederhana
sing fenomenal.
92 Setelah praktik Di traffic light, misalnya. Pikiran menjadi lebih
meditasi, A dapat Misalnya, tempatnya aware
melihat suatu ramai... Ini hijau, kurang
fenomena dengan mungkin lima, empat, tiga,
lebih jelas dua, satu... Sebenarnya saya
masih punya kesempatan
untuk lewat. Tapi saya lihat,
di perempatan tersebut
padat. Kalaupun saya lewat,
wong aku yo ra iso bablas,
malah mandek nang tengah-
tengah. Saya akan
mengganggu arus yang
bersilangan. Aku weruh
ijone isih tiga, dua, satu...
‘kan aku lewat donge iso.
Tapi ini, mobil ini merayap
pelan di traffic ini. Nek aku
melu njujul neng kene, iki
engko nek misale giliran
kene ijo, ini saya bakal
nutup-nutupi, gitu lho.
Walaupun secara hukum aku
enggak salah. Wis lewat iki.
Posisinya aku melewati
traffic dalam kondisi hijau.
Tapi nek tak lewatkan, aku
bakal nutup-nutupi traffic
yang di sini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 143

93 A menjadi lebih Saya pilih berhenti. Dengan Lebih tenang


santai, tidak demikian, dia lancar. Wong
tergesa-gesa aku yo ngopo to, cepet-cepet
nyemplung, blung, tetep
harus nunggu. Jadi, saya
pilih berhenti. Saya pilih
berhenti walaupun kurang
satu, dua, tiga detik. Itu kok,
eee....
94 A merasa, dengan ya poinnya saya mau bilang Orang lain menjadi
kondisi rileks lawan kita tu keroso. Dia lebih rileks
ternyata bisa jadi lebih tenang, enggak
membuat orang lain biyayakan, enggak panik.
menjadi lebih rileks Kalau itu cukup latihan
juga bulanan, enggak usah
tahunan.
95 Dengan meditasi, A Oke. Jadi tadi kalau saya Lebih dapat menerima
menjadi lebih bisa simpulkan, efek dari
toleran meditasi yang bapak
lakukan, yang pertama di
faktor pikiran, jadi lebih
awas, terus lebih mindful,
terhadap pikiran-pikiran
yang muncul. Terus
kemudian, dari aspek
emosi, jadi lebih sabar,
terus lebih sering dalam
tanda kutip “ngalah”... Ya,
lebih toleran. Tidak harus
ngalah. Luwih jembar lah,
luwih toleran. Luwih
perspektif mungkin, luwih
toleran,
96 Meditasi membuat ngerti kapan harus Lebih aware
A menjadi lebih bertindak, enggak gelap
sadar, lebih aware mata, gitu. Jarang sampai
terhadap dirinya lost, gelap gitu, jarang.
97 Dalam mempelajari ...dan yang ingin saya Mempelajari etika,
meditasi, A tanyakan itu, bagaimana metode, dan nilai-nilai
sekaligus meditasi bisa kebijaksanaan dari
mempelajari etika, mempengaruhi sampai meditasi
metode, dan nilai- seperti itu? Dari aspek
nilai kebijaksanaan pikiran dan perasaan.
dari meditasi Jadi, gini... yang disebut
meditasi itu terdiri dari tiga
training atau tiga studi: sila,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 144

samadhi, prajna. Sila ini


ethic. Samadhi itu adalah
training-nya meditasi itu
sendiri. Semacam nganune...
kita mengerjakan suatu
praktik... ada suatu metode
yang harus kita kerjakan.
Prajna ini adalah wisdom.
98 Dalam belajar Nah, misalnya ethic. Tadi Mempelajari etika
meditasi, A juga saya sudah cerita soal ethic
belajar etika; cara atau etika. Etikanya jelas.
hidup yang baik Urip sing bajik, dan
seterusnya. Itu
menguntungkan bagi kita.
Sori, etika tu jelas, bajik.
99 Pengertian tentang Tapi pengertian bahwa etika Pengertian tentang
etika adalah tu mengungtungkan bagi etika adalah
kebijaksanaan kita dan seterusnya, itu kebijaksanaan
adalah satu wisdom.
100 Praktik meditasi Jadi, meditasi ki mestinya Hidup menjadi lebih
yang dilakukan A dilandasi etika uripe, urip teratur
didasari oleh gaya sing bajik, terus lakukan
hidup yang baik olah pikiran, terus di-guide,
dipandu oleh wisdom,
pengertian, kecerdasan,
intelijen, dan seterusnya.
101 Latihan meditasi Nah, kalau yang bajik, tadi Adanya intensi positif
mengubah intensi A saya sudah cerita. Aku pilih
menjadi lebih ketimbang ngojeke “nabrak
positif o”, aku pilih “mugo-mugo
selamet”. Itu yang bajik. Itu
juga menyangkut training.
Training merubah dari
“nabrak o”, di-switch jadi
“mugo-mugo selamet”. Itu
training pikiran. Itu
menyangkut transformasi,
menyangkut training. Tapi
nek sing jawaban sing
simple, sori, aku mbalik...
dari “mugo-mugo nabrak o”,
jadi “mugo-mugo selamet”...
ini landasannya adalah
kebajikan, tindakan ini
bajik. Terus yang kita
lakukan ini adalah teknik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 145

meditasi sebenernya. Ini kan


termasuk teknik meditasi,
artinya ada change, switch,
dari “nabrak o”, “mugo-
mugo selamet”.
102 Meditasi membuat Nah, terus, hasilnya juga Tubuh menjadi lebih
fisik A terasa lebih Anda bisa lihat, “weh, nyaman
nyaman ternyata kok yo luwih penak
yo ning awak”, itu wisdom.
103 Meditasi membuat Anda bisa melihat “kok aku Pikiran menjadi lebih
pikiran A menjadi dadi luwih jembar yo? aware
lebih jernih Luwih jernih yo?”
104 Dengan belajar Tapi ini contoh kedua yang Fokus pada momen
meditasi, A belajar menurut aku luwih simple. here and now
untuk memfouskan Bagaimana meditasi kok
perhatiannya pada bisa ngefek, misale luwih
momen di sini- sabar, atau lebih awas,
sekarang (here and gampangane ngene...
now) Teknik meditasi ki misale
obyeke memperhatikan rasa
tubuh yang sedang duduk di
sini-sekarang. Sadar bahwa
tubuh ini sedang duduk di
sini-sekarang. Menyadari,
memperhatikan, merasakan
tubuh kita ini yang sedang
duduk di ruangan ini, di sini,
sekarang. Katakanlah kita
meditasi formal. Aku
lingguh neng kene mungkin
20 menit. Mungkin pikiran
grambyang, mengembara.
“Aduh, urusan proyek urung
beres... Tagihane urung
beres. Eh, sik... Aku saiki
meh meditasi”. Kita sudah
sepakat, commit ke diri
sendiri, 20 menit atau 30
menit, aku wis tekade seko
setengah tiga sampai jam
tiga ini mau meditasi.
“Relakanlah, sing urusan
kantor kuwi sementara
relakan. 30 menit wae, atau
15 menit... urusan kantor,
rileks... kembali di sini-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 146

sekarang... tubuh sedang


duduk”, atau “wah,
kemarin... kembali ke tubuh
sedang duduk, rasanya
gimana...” Nah, pada saat
kita ngalami satu aksi
tersebut, misale “eh, nang
kene urung beres. Iki nang
kene ono opo? Ra ono opo-
opo, ‘kan awak lagi
lingguh”.
105 Dengan latihan Pada saat itu juga Anda Wasapda terhadap
meditasi, A menyaksikan dan pikiran
menyadari bahwa mengalami sendiri bahwa
pikiran adalah hal pikiran ini ilusi, gitu lho.
yang tidak bisa Tidak bisa diandalkan,
diandalkan nggugu karepe dewe. Wong
tekade, komitmene meh
meditasi 30 menit di sini
kok. Iki kok mlayu karepe
dewe, ngono lho. Jadi Anda
akan menyaksikan betapa
unreliable-nya si pikiran
kita sendiri
106 Meditasi membuat sehingga semakin dilatih, Lebih terkendali
adanya kendali atas Anda semakin tidak
pikiran gampang percaya. Ketika
dia mau begini, “yo sikik, iki
saiki karepku ngopo neng
kene”. Itu penjelasan,
kenapa kok bisa ngefek.
107 Sikap yang positif Bapak tadi juga bilang, Tubuh menjadi lebih
membuat badan meditasi membuat badan rileks
menjadi lebih rileks jadi lebih sehat ya? Bisa
dijelaskan bagaimana
maksudnya? Satu; yo nek
contoh tadi saya bilang
“mugo-mugo selamet”, itu
kan neng awak yo luwih
penak to? Lebih rileks. Nek
Anda “modyar o!”, dari
ekspresi saja Anda sudah
bisa lihat ini orang jadi lebih
tegang, jengkel... Ketika
“mugo-mugo selamet” kan
ekspresi wajahnya saja Anda
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 147

sudah bisa lihat bahwa luwih


kepenak neng awak. Itu satu.
108 Dengan gaya hidup Ya, plus yang lain-lain, Tubuh menjadi lebih
yang lebih sehat, maksudnya, pola kita, sehat
fisik menjadi lebih jadwal hidup kita, respons-
sehat respons kita terhadap orang
lain, lingkungan, dan
seterusnya lebih baik lah,
lebih sehat.
109 Sesudah belajar Oke... dan tadi bapak Lebih realistis
meditasi, A merasa bilang, sebelum praktik
memiliki lebih meditasi, hal-hal seperti
banyak perspektif tujuan hidup, dan pondasi
dan lebih realistis hidup itu sebelum praktik
meditasi ya? Kemudian
sesudah praktik meditasi,
apakah ada perubahan
terhadap fondasi itu, atau
mungkin ada
perkembangan?
Adjustment saja, tapi enggak
ada perubahan. Adjustment
itu, ibarate eee... saya mau
pergi ke kantor Perusahaan
A, katanya di Jakarta.
Setelah sampai di Jakarta
saya baru tahu rupanya dia
bukan di Jakarta, tapi di
Tangerang. Setelah saya
sampai di Tangerang saya
baru tahu rupanya itu bukan
kantor A, tapi lebih tepatnya
anak perusahaane. Kira-kira
begitu. Jadi, apa yang kita
tuju mungkin tidak berubah,
tapi gambare mungkin agak
berubah, perspektifnya lebih
kaya, lebih realistik.
Mungkin kalau dulu kita
agak romantik, rodo naif.
Dalam perjalanan kita jadi
lebih realistik.
110 Sesudah belajar Bagaimana dengan tujuan Adanya tujuan hidup
meditasi, A merasa hidup? Ya, sama... kalau untuk mengalami
lebih sehat seorang meditator ya transformasi batin
disebutnya ya tujuannya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 148

mencapai pencerahan... atau


pencerahan yang mendalam.
Mungkin yang lebih cocok
saya mau bilang
transformasi batin... menjadi
lebih sehat, lebih bijak, lebih
cerdas, lebih realistik.
111 Bagi A, (tambahan) Kebahagiaan itu Kebahagiaan dicapai
kebahagiaan adalah adalah kemampuan batin dengan menerima
kemampuan batin kita untuk melihat segala realitas sebagaimana
untuk melihat sesuatu sebagaimana adanya
segala sesuatu sebenarnya. Kebahagiaan itu
sebagaimana misalnya sekarang...
sebenarnya, tidak keberadaannya ya begini. Ini
kurang, tidak lebih tidak kurang, tidak lebih,
gitu. Tidak ada yang kurang,
tidak ada yang kelebihan.
Kalau kita bilang ada yang
lebih, ada yang kurang...
Pikiran kita itu sudah tidak
sebagaimana adanya.
Pikiran kita sudah lari. “Oh,
alangkah baiknya kalau ada
A.C. Alangkah baiknya
kalau ada lotek”. Itu kan
pikiran kita sudah ke mana-
mana
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 149

TEMA-TEMA RESPONDEN II (A)

A. Adanya kehampaan dalam diri (Nomor)


1. Tidak adanya kendali pikiran 55, 78, 82
2. Tergesa-gesa 87, 89
3. Jengkel 77
4. Tidak bahagia 45, 51, 53
5. Kebutuhan untuk mencari fondasi hidup 10, 12, 33, 36

B. Pemaknaan kebahagiaan sebelum praktik


mindfulness
1. Konflik dalam pemaknaan: kebahagiaan dicapai 9
ketika individu tidak memedulikan orang lain

C. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi


1. Fokus pada momen here and now 104

D. Respons terhadap pikiran


1. Waspada terhadap pikiran 46, 54, 105

E. Perubahan pikiran menjadi lebih positif


1. Lebih aware 72, 74, 92, 96, 103
2. Lebih terkendali 80, 76, 106

F. Perubahan sikap menjadi lebih positif


1. Adanya intensi positif 81, 83, 101
2. Lebih dapat menerima 90, 95
3. Lebih tenang 63, 93
4. Gaya hidup menjadi lebih teratur 67, 100

G. Perubahan sikap orang lain menjadi lebih positif


1. Adanya perlakuan positif dari orang lain 86, 88
2. Orang lain menjadi lebih rileks 91, 94

H. Kondisi fisik yang membaik


3. Tubuh menjadi lebih rileks 107
1. Tubuh menjadi lebih sehat 108
2. Tubuh menjadi lebih nyaman 84, 102

I. Penghayatan tujuan hidup


1. Adanya tujuan hidup untuk menjadi orang baik 15, 20, 30, 34
2. Adanya tujuan hidup untuk mengalami 110
transformasi batin
2. Adanya tujuan hidup untuk menemukan 21, 28, 35, 49
kebahagiaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 150

J. Pemaknaan kebahagiaan sesudah praktik


mindfulness
1. Orang baik adalah orang yang bahagia 16
2. Kebahagiaan ada di pikiran 50
3. Kebahagiaan dicapai dengan melatih pikiran 40, 52
4. Kebahagiaan tidak bisa dipenuhi oleh hal-hal 23
eksternal
5. Kebahagiaan adalah akhir dari segala kebutuhan 22, 24, 29
6. Kebahagiaan dicapai dengan menerima realitas 111
sebagaimana adanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 151

VERBATIM RESPONDEN III (N)

No Catatan Verbatim Tema Spesifik


1 N menyadari Bisa menceritakan Tidak adanya kendali
bahwa pikirannya bagaimana dulu, awal pikiran
tidak dapat mengenal meditasi? Kalau
dikendalikan mengenai awal tentang aku
praktik meditasi... Segala
sesuatunya itu pastinya
dibentur oleh permasalahan
kita hidup. Saya menyadari
betapa pikiran ini acak, betul-
betul acak, gitu lho. Nah,
karena sifatnya yang cepat,
acak, dan tidak terkendali.
Karena cepat, acak, dan tidak
terkendali inilah yang
membuat segala sesuatunya,
hidup itu tuh... ya, kalau kita
hidup dalam kapasitas yang
baik-baik saja, saya pikir itu
tidak begitu terasa, gitu lho.
Tapi ketika kita hidup di
dalam sesuatu yang sifatnya
penuh dengan ketidak-enakan,
lha itu menjadi terasa.
Dorongan itu yang membuat
saya ingin menuntaskan pada
aspek itu. Itu satu.
2 Moralitas N Yang kedua, inspirasine yo, Moralitas yang
dipengaruhi oleh nek inspirasinya begini... ini dipengaruhi oleh
orangtua barangkali ceritanya agak orangtua
sedikit... ya pokoknya ada
cerita beginilah... Contoh
umpamane kata “marah”.
Otomatis pandangan kita
hidup nganu to, pasti
mungkin dipengaruhi oleh
moralitas dari orangtua,
“marah itu tidak baik”. Nah,
beruntungnya saya, bahwa
saya, support pemahaman
moralitas dari orangtua itu
membentuk suatu... apa ya?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 152

Suatu pandangan yang lebih


membentuk “oh, itu hal yang
baik”. Kan ada to, support
yang mengesampingkan hal-
hal yang bajik. Kebetulan
support keluarga pada waktu
kecil tu banyak, “kita begini,
kita tidak begini, kita tidak
boleh begitu, yang begini tu
tercela”.
3 N merasa kecewa Nah, itu landasan yang Kecewa ketika tidak
jika tidak dapat membuat ketika saya tidak dapat bertindak sesuai
bertindak sesuai bisa melakoni apa yang, apa dengan ajaran
dengan yang yang, moralitas yang pertama orangtua
diajarkan kali kita bentuk dari orangtua
orangtuanya kita, kalo kita enggak
nglakoni ada rasa tersiksa. Ya
to? Tentang baik dan buruk tu
ada rasa “aku kok betul-
betul...”.
4 Keluarga N Sementara ada sekian orang Batasan moralitas
mengajarkan yang mungkin enggak pernah yang jelas dalam
batasan-batasan mendapat masukan itu mereka keluarga
moralitas yang ya salah, karena, batasan
jelas benar dan salahnya itu tidak
jelas, mereka ya biasa-biasa
saja. Tapi nak kamu tanya
kepada saya, batasan benar
dan salah itu, di dalam
keluarga kami sangat-sangat
jelas. “Kamu enggak boleh
begini, enggak boleh begitu”.
Itu yang bikin bentuk mindset
saya ketika sesuatu terjadi.
Sesuatu terjadi bahwa ini
yang seharusnya dilakukan,
ini yang seharusnya tidak
dilakukan itu menjadi kuat,
gitu lho. Itu satu
5 N tidak dapat Nak contoh konkritnya ya Tidak adanya kendali
mengendalikan tentang ketidakstabilan ketika pikiran
pikiran ketika saya betul-betul dalam
berada dalam kondisi yang marah, itu
kondisi marah menjadi tidak terkontrol, gitu
lho. Kalau benci ya, benci
sekali... sehingga pikiran ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 153

kalau sudah benci sesuatu,


mereka-reka, merencanakan
rencana, terus wes nanti tak
begini-beginikan gitu...
6 N ingin mengatasi itu betul-betul bagi saya, kok Keinginan untuk
permasalahannya saya mengenali itu sebagai mengatasi
dalam suatu problematik yang harus permasalahan dalam
mengendalikan saya selesaikan. Itu kalau mengendalikan
pikiran contoh konkritnya. pikiran
7 N tidak dapat Contoh konkritnya kalau kita Tidak adanya kendali
mengendalikan marah, kita larut dalam pikiran
pikiran ketika kemarahan itu betul-betul
berada dalam tercampur menjadi satu,
kondisi marah seolah-olah kita enggak tahu.
8 N menilai bahwa Saya mengenali bahwa itu Pikiran yang tidak
pikiran yang tidak adalah ketidakberesan. terkendali adalah
terkendali adalah suatu masalah
suatu masalah
9 Nilai-nilai Sementara orang lain, ya Pengaruh moralitas
moralitas yangmungkin itu biasa-biasa saja. pada diri sejak kecil
dipelajari N sejakToh itu ya lumrah, toh dia
kecil berpengaruh juga ya salah, memandang
pada dirinya saya. Itu saya menganggap
bentukan-bentukan tinjauan
moral dari saya masih kecil
itu eee... tentang opo, kalau
cerita klasiknya Kwan Im, itu
mempengaruhi saya, gitu.
Saya enggak ngomong bahwa
ceritanya itu benar atau salah,
tapi itu sifat-sifat, hal-hal
bajik itu sudah saya lihat di
TV atau di video jaman dulu...
ya itu mempengaruhi saya.
10 N terkesan pada Terus, yang paling memukul Terkesan
salah satu cerita di dalam diri saya, yang
dalam Buddhisme paling dahsyat di dalam diri
saya, ketika saya menemukan
satu buku. Pokoknya di dalam
buku itu ada cerita begini...
Ada seorang pemuda yang
kecanduan akan onani. Saking
kecanduan dengan onani, dia
tidak bisa menghentikan
kebiasaan itu. Lah, pada saat
itu dia gemes. Dia merasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 154

jengkel kepada dirinya.


Barangkali pemuda ini juga
mungkin batasan baik-
buruknya dulu ditanamkan
oleh keluarga tidak boleh
begini, tidak boleh begitu,
sehingga kuat. Sehingga dia
merasa feeling guilty-nya,
merasa jijik terhadap dirinya,
feeling guilty terhadap dirinya
itu begitu kuat sehingga dia
ingin potong kemaluannya
pada saat itu juga. Saking dia
menyalahkan bahwa ini
salahnya kemaluan, bahwa
“kemaluan saya ini yang
salah”. Dia ingin potong. Pada
saat itu, Buddha muncul di
hadapannya. Cerita ini, saya
tidak tahu kok, eee... saya
kalau konkritnya, apakah ini
cerita yang di... rujukan dari
sutha-nya, sutha-nya mana
juga tidak tahu. Tapi
pokoknya inti ceritanya
adalah pada saat itu Buddha
mengatakan, “kalau kamu
ingin memotongnya, kamu
jangan potong di situ, tapi
potonglah di pikiranmu”.
Nah, kejadian, tulisan di situ
sangat menghentak di dalam
pikiran saya. Jadi nek awalnya
saya belajar meditasi, kira-
kira ceritanya begitulah.
Walaupun ini cerita singkat,
cerita panjangnya bisa
berwaktu-waktu, gitu. Tapi
kalau cerita singkatnya,
“kamu jangan potong di situ.
Kamu lebih baik potong di
pikiranmu”. Nah, walaupun
saya tidak sepaham sekarang,
tapi pada saat itu tulisan itu,
bunyi cerita itu, bahkan saya
masih ingat sampai sekarang,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 155

gitu lho. Ingatnya tu, betapa


mengesankan... pikiran.
11 N tidak dapat Padahal waktu itu kalau Rasa terkesan tanpa
memahami cerita misalkan kita tanya, saya disertai pemahaman
yang membuatnya enggak tahu apa yang disebut
terkesan pikiran. Saya hanya tahunya
pikiran itu adalah satu tambah
satu sama dengan dua.
Padahal, konsep 1+1=2 ini
adalah pemikiran.
12 N merasa cocok Tapi, pada saat itu saya Merasa cocok
pada nilai-nilai merasa bahwa cocok saja.
dalam cerita yang Cocok.
dibacanya
13 Semua hal muncul Ini adalah segala sesuatu Semua hal muncul di
di pikiran bahwa segala sesuatu muncul pikiran
di pikiran.
14 N merasa memiliki Ceritanya kira-kira begitu. Pemahaman yang
pemahaman yang Padahal nak kita bagi lagi, apa keliru
keliru pada awal yang saya pahami tentang
ketertarikannya pikiran pada kala itu ya keliru.
Karena saya hanya
memahami gerak dari pikiran,
yaitu pemikiran.
15 N memahami Oke... Ya to? Padahal yang Pemahaman tentang
tentang gerak namanya, sekarang saya tahu, gerak pikiran
pikiran bahwa yang dimaksud pikiran
itu yang begini. Kala itu saya
memahami, bahwa yang saya
pahami itu adalah...
sebetulnya yang saya pahami
adalah geraknya. Geraknya!
Oh, begini, begini... Ini
masalah kecocokan di dalam
sebuah kehidupan.
16 N menilai bahwa Mungkin teman-teman yang Penilaian terhadap
orang lain yang di luar sono yang enggak, nonmeditator: tidak
tidak bermeditasi tidak duduk meditasi, dapat memahami
tidak dapat mungkin mengalaminya hakikat pikiran
memahami hakikat sebetulnya sama. Orang
pikiran mengalami dari gerak pada
pikirannya. Tapi, karena
mereka tidak meneliti lebih
lanjut, sehingga mereka tidak
sempat mengenali apa yang
disebut pikiran. Saya sih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 156

menganggap bahwa orang di


luar sono kalau disuruh
mengalami pikiran... pikiran
itu, mereka tidak... mereka
tidak mengalami pikiran.
Yang mereka lihat dan yang
mereka rasakan sesungguhnya
hanyalah geraknya.
17 N mengalami Makanya kembali tadi dari Kesulitan melihat
kesulitan melihat konsep awal: acak, tidak hakikat pikiran karena
hakikat pikiran stabil, terus bergerak terus. pikiran yang tidak
karena sifat pikiran Iya to? Kamu paham yo? terkendali
yang tidak Karena dia bergerak acak
terkendali terus, kita enggak pernah
melihat siapa yang bergerak.
Yang kita lihat hanya
geraknya. Jadi gerak itu
sendiri yang kita lihat terus.
18 N menilai bahwa Saya pikir, orang luar sono Penilaian terhadap
orang lain yang hanya melihat geraknya saja. nonmeditator: tidak
tidak bermeditasi dapat memahami
tidak dapat hakikat pikiran
memahami hakikat
pikiran
19 Hakikat pikiranBaru setelah kita settle down, Hakikat pikiran dapat
dapat lebihsettle down...baru setelah lebih dipahami dengan
dipahami dengan geraknya ini dikurangi, pikiran yang sudah
pikiran yang sudah dikurangi, dikurangi... Kita lebih terkendali
lebih terkendali baru mengerti bahwa “oh,
yang dimaksud oleh Buddha
itu adalah yang ini. Yang
disebut pikiran itu yang ini”.
Walaupun tetap kita
mengalaminya sekilas,
sekilas, sekilas. Karena,
geraknya itu, penstabilan dari
gerak itu butuh waktu yang
cukup lama.
20 N memaknai Tadi Anda bilang kita Pikiran adalah
pikiran sebagai biasanya melihat gerak dari kesadaran
kesadaran pikiran itu sendiri kan?
(awareness) Lalu sebenarnya, pikiran
itu apa? Kalau konsep
pikiran dari gerak itu, konsep
pikiran itu sesungguhnya dia
sikapnya hanya tahu saja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 157

Tapi “tahu” di sini juga bukan


seperti tahu operasi
matematika 1+1=2... Itu
pemikiran tetepan! Kita
masuk dalam suatu... Kalau
kita ngomong tentang
meditasi, kita ngomong
tentang Buddhisme. Kita
bicaranya pasti selalu mundur,
mundur, dan mundur. Pada
sesuatu yang sifatnya itu
kalau bisa tu dia mengarah
pada hulu, gitu lho. Jadi kita
mundur, mundur, mundur.
Yang dikatakan pikiran itu
hanyalah kesadaran.
Kesadaran yang sifatnya
cuman mengetahui dan jernih,
begitu saja.
21 Orang yang tidak Ini saya katakan, ini sulit Kualitas kesadaran
bermeditasi tidak sekali dilihat karena... kalau tidak akan hilang
akan kehilangan terus pertanyaannya sekarang
kualitas kesadaran saya sering ngomong, “terus
kalau orang tidak train, tidak
berlatih, apakah kualitas ini
hilang?” Tidak, tidak hilang.
Kualitas ini tidak hilang. Dia
hanya terkubur di dalam
geraknya saja
22 N berpikir bahwa Lah, tahu dan kejernihannya Subyektivitas
subyektivitas ini hanya berubah pada mempengaruhi
mempengaruhi sesuatu yang dia suka, pada kesadaran untuk
kesadaran untuk sesuatu yang dia tidak suka, melihat secara
melihat secara gitu lho. Sehingga tahunya dia obyektif
obyektif ini sifatnya menjadi...
katakanlah, sangat subyektif.
Tingkat subyektif ini yang
disebut sebagai self. Dia
menjadi tidak obyektif lagi,
gitu lho. Pandangan self ini
lho yang membuat dia suka,
tidak suka... acak. Sehingga
dia terus bergerak terus. Tapi
yang bergerak ini kita enggak
pernah lihat... sesungguhnya
kita enggak pernah lihat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 158

Tanpa kita berlatih, tanpa kita


stabilkan, tanpa kita
mengurangi dari gerak itu
tadi... yang kamu lihat apa?
Ya geraknya terus...
23 N mengurangi Yang dilakukan saat Meditasi untuk
gerak pikiran lewat meditasi, itu sebenarnya mengurangi gerak
meditasi bagaimana sih terhadap pikiran
pikiran itu? Lha, kamu harus
mengurangi geraknya to? Lha,
cara mengurangi geraknya
itu....
24 N beranggapan Gerak ini kan dikarenakan ada Pikiran selalu
bahwa pikiran self, suka, tidak suka. Jadi, bergerak karena
selalu bergerak pandangan self ini ngracuni. adanya subyektivitas:
karena adanya Dia merasa dia ada diri di suka dan tidak suka
subyektivitas: suka dalam pikiran ini... Karena dia
dan tidak suka diracuni oleh self,
pandangannya menjadi
subyektif
25 N memakai napas Terus bagaimana cara Fokus pada napas
untuk membantu nganunya? Geraknya disusut.
mengendalikan Pertama, geraknya disusut.
gerak pikiran Caranya nyusut bagaimana?
Diberikan obyek. Terus
pertanyaannya, obyeknya
yang seperti apa? Wong toh
ini bergerak juga mencari
obyek... Kalau tadi bergerak
karena yang subyektif tadi,
subyektifnya tu tadi pasti pada
suka dan tidak suka. Dia
merancang pada gerak suka,
tidak suka, gitu aja. Lha,
otomatis, disusut geraknya,
obyeknya karena dia terlalu
subyektif... maka dikasih
obyek yang kontra dengan
yang suka, tidak suka. Yang
tidak mengandung suka dan
tidak suka, contohnya napas.
26 Subyektivitas Kamu bisa bilang warna Subyektivitas bersifat
dinilai N sebagai merah ini kamu suka, saya tidak riil
hal yang tidak riil tidak suka... subyektif sekali,
gitu lho. Ketika dia melayang
ke suka, tidak suka, dia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 159

sesungguhnya masuk dalam


jagatnya sendiri. Masuk ke
dalam sesuatu yang sifatnya,
katakanlah tidak riil. Jadi dia
larut ke dalam ke-tidak-riil-
an itu? Karena dia
memandang berdasarkan
subyektivitas dia sendiri.
Karena ada pandangan self.
Dia merasa bahwa ini ada self.
27 N berpikir bahwa Lah, napas itu menjadi Napas bersifat
napas bersifat sesuatu yang menantang, gitu obyektif
obyektif, netral lho. Karena napas itu, kamu
enggak bisa bilang kamu
suka, kamu enggak bisa
bilang dia tidak suka.
28 Untuk mengurangi Jadi, tadi kalau Anda tanya, Konsentrasi pada
gerak pikiran, N bagaimana kita mengurangi lawan dari gerak
berkonsentrasi itu, ya gampang aja. pikiran
pada lawan dari Diberikan “lawannya”.
gerak pikirannya
29 Dengan rasa suka Kalau tadi yang sukanya Subyektivitas (suka
dan tidak suka, N ngelamun, larut pada obyek dan tidak suka)
kehilangan suka dan tidak suka. Suka dan menghilangkan
kesadaran akan tidak suka tu kebanyakan di kesadaran pada
momen kekinian mana? Di masa lalu, maupun momen here and now
di masa yang akan datang.
Kekiniannya hilang, karena
kekiniannya sudah larut pada
waktu masa lalu maupun
masa yang akan datang... suka
dan tidak suka. Bener to?
Sekarang dijadikan, dikasih
aja obatnya.
30 Untuk mengurangi Jadi, saya pikir Buddhisme ini Fokus pada napas
gerak pikiran, N cerdas, gitu lho. Cerdasnya
menggunakan dia, ini kamu, kamu bergerak
napas ke kanan, ya saya kasih
sesuatu ya ke kiri, gitu lho.
Kiri tu berarti apa? Napas.
31 Saat bermeditasi, N Napas di sini, sekarang... Fokus pada momen
fokus pada momen Berarti kamu menggunakan here and now
here and now energinya di sini, sekarang.
Kamu menyatu pada sesuatu
yang di sini, sekarang.
Masalah suka dan dukanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 160

bagaimana? Kamu enggak


bisa bilang suka kepada
napas, kamu juga enggak bisa
bilang kamu tidak suka
kepada napas. Ya to? Jadi, itu
sifate, menjadi present
moment, di sini, sekarang.
32 Ketika Jadi, kalau bisa Konsentrasi pada hal
berkonsentrasi kusimpulkan... Pada saat subyektif bersifat
pada hal subyektif, meditasi itu, pertama, fokus tidak riil
individu pada obyek napas... Kiro-
berkonsentrasi kiro nyambung to? Terus, satu
pada hal yang tidak lagi... Ketika kamu masuk
riil pada pandangan yang
subyektif, itu tadi, sebetulnya
kamu masuk ke dalam suatu
hal. Umpamane kamu suka.
Itu pikiranmu tu ya, suka itu
berarti kamu konsentrasi lho,
di suka itu. Cuman,
konsentrasinya tu subyektif
banget, gitu lho. Tidak riil,
gitu lho.
33 Menurut N, Lha, terus kita menggunakan Konsentrasi dapat
konsentrasi dapat obyek yang “tawar” itu tadi. diarahkan pada hal
diarahkan pada hal Katakanlah napas itu tawar, yang obyektif dan
yang obyektif dan kita mengubahnya pada subyektif
subyektif konsentrasi. Sama-sama
konsentrasi. Jadi, saat kita
ngelamun pada suka itu, kita
konsentrasi juga. Ketika kita
pada obyek yang di sini,
sekarang berarti dia juga
konsentrasi. Yang tadi,
subyektif tadi, kita
menggunakan konsentrasi,
masuk dalam subyektivitas...
masuk dalam sesuatu yang
belum terjadi... biasanya kan
begitu. Sesuatu yang kita
reka-reka sendiri. Itu sama,
konsentrasi.
34 N berkonsentrasi Terus kita dibalik saja. Kalau Fokus pada momen
pada momen here di dalam Buddhisme, pada here and now
and now napas, kita menggunakan
konsentrasi tu pada sesuatu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 161

yang di sini, sekarang.


35 N beranggapan Sebetulnya kita ngelamun itu Lamunan merupakan
bahwa lamunan di sini, sekarang. Cuman, di momen here and now
masih merupakan sini, sekarangnya itu masuk
momen here and dalam area yang... Biasanya
now masa lampau, atau...
waktunya saja yang keliru.
Jadi, present moment-nya,
kamu sebenarnya di sini,
sekarang. Tapi, kamu
ceritanya itu pasti eling
sesuatu sing di masa lampau,
tapi tetep di sini, sekarang.
36 Saat meditasi, N Nah, tingkat dari elingnya Fokus pada momen
berfokus pada tadi, kalau di dalam meditasi, here and now
momen here and diubah dalam yang betul-betul
now kamu experience di sini.
Tubuhmu tu di sini. Napasmu
tu di sini. Jadi, kita masuk
terus di situ. Maunya dia
kamu menyatu dengan terus
yang di sini.
37 Konsentrasi pada Jadi, kamu menggunakan Konsentrasi pada hal
hal-hal subyektif energinya bukan... maka kalau subyektif bersifat
(memori, suka-tida dikatakan yang di sono atau di tidak riil
suka) dinilai N sini sifatnya dikatakan ilusi.
sebagai ilusi Itu tidak betul-betul terjadi.
Katakanlah umpamane kamu,
tentang memori, tentang suka
dan tidak suka. Itu kan...
memori berarti kan sudah
terjadi. Kamu ulangi lagi juga
enggak bisa, gitu lho.
Katakanlah begitu.
38 Saat tenggelam Jadi caranya ya pada Lamunan adalah
dalam lamunan, konsentrasi. Jadi, orang bentuk konsentrasi
pikiran ngelamun itu jelas punya yang acak
berkonsentrasi konsentrasi, namanya ya
secara acak kepikiran itu tadi.
Konsentrasinya sama. Cuman,
kalau kita ngelamun
biasanya... karena dia tadi
acak, jadi jedanya ganti terus.
Sedelok ngelamun ini, sedelok
ngelamun itu. Kalau di dalam
Buddhism, ini keliru semua.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 162

39 Saat meditasi, Karepe kalau kamu mau Konsentrasi secara


diperlukan konsentrasi ya konstan, terus, terus-menerus
konsentrasi yang sambung-menyambung, dan
terus-menerus selalu kaitannya dengan dari
momen ke momen, dari
berjalannya waktu ke waktu...
Maunya dia satu garis lurus
terus. Teruuuus... begitu.
40 Penderitaan Jadi, tidak konsentrasinya Sebab penderitaan:
muncul karena tidak seperti yang tadi. Ide konsentrasi pada hal
konsentrasi pada awalnya yang acak, tidak yang tidak riil
hal yang tidak riil stabil, berantakan, mencolot-
mencolot. Karepe begitu. Ya,
terus nek meh ngomong
tingkat kesulitannya... kenapa
kok yang di sini lebih mudah?
Yang di sini tu sebenarnya
wis kebiasaan kita. Itulah
yang disebut sebagai akar dari
penderitaan. Jadi nek kita
ngomong awal tadi adalah
akar dari penderitaan:
ketidakstabilan, subyektif,
tidak riil, sudah terjadi, atau
belum terjadi. Kita kan ditipu
oleh itu. Katakanlah kita umat
awam enggak ngerti, kamu
mau po tertipu? Kan enggak
mau. Oke, kita ngomong
penderitaan pada level yang
paling gampang itu kamu
ditipu. Kamu diakalin sesuatu
yang belum terjadi... koe
ditipu lah. Jadi ide awalnya
suffering adalah di sini.
41 N bahagia jika Kalau happiness-nya ya Kebahagiaan dicapai
dapat gampangannya yang stabil, dengan konsentrasi
berkonsentrasi kontinyu, terus-menerus, dan yang obyektif dan
pada hal obyektif obyektif. Kira-kira kan begitu. terus-menerus
secara terus-
menerus
42 Tujuan N Terus, eee... Bagaimana Tujuan meditasi:
bermeditasi adalah Anda menilai kondisi emosi mengurangi gerak
untuk mengurangi sebelum dan sesudah pikiran
gerak pikiran meditasi? Yang jelas, karena
proses dari Buddhism itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 163

adalah kayak proses


pembalikan saja. Jadi, yang
tadinya tidak stabil, acak,
bergerak terus... jadi yang ini
tu berusaha disusut.
43 N dapat berpikir Kalau ditanya tentang Pikiran menjadi lebih
secara lebih pertanyaan itu tadi, sebelum obyektif
obyektif dan sesudah, saya katakan
bahwa banyak yang tanggal di
dalam diri saya. Misalnya?
Eee... kalau ditanya
misalnya... contoh yang
paling gampang beginilah,
kita karena dia merasa ada
pandangan subyektif ini, ada
self yang terlalu kuat, terlalu
acak, otomatis dia merasa
koyo... katakanlah begini, dia
ada self, kamu ada self...
otomatis, self ketemu self jadi
bentrok. Padahal, kalau self
lihat self, kamu lihat aku, ya
merasa aku aneh, ini juga rasa
aneh. Jadi, pandangan-
pandangan kayak gitu tanggal
di dalam diri saya.
44 N menjadi lebih Self, pandangan di sini karena Lebih mandiri
mandiri berkurang, dia menjadi lebih
mandiri. Lebih mandiri,
dalam arti dia tidak begitu
banyak membutuhkan
perhatian banyak orang, tidak
kegeden rumangsa.
45 Individu yang tidak Orang butuh perhatian dari Pikiran yang tidak
mandiri, orang tu gede rumangsa lho. terkendali membuat
membutuhkan Ya to? Jadi terlalu banyak individu menjadi tidak
banyak hal, membutuhkan perhatian mandiri
merupakan orang. Terus, kalau dikatakan,
cerminan dari eee.... karena self ini tidak
pikirannya yang mandiri, dia membutuhkan
tidak terkendali banyak hal, banyak hal... apa
pun. Karena dia tidak keruan,
maka dia butuh banyak hal.
46 N menjadi lebih Tentang kebutuhan itu tadi, Lebih mandiri
mandiri saya pikir banyak nganunya...
saya lebih mandiri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 164

47 N tidak Lebih mandiri... ini yang Lebih sederhana


membutuhkan dimaksud self ini ya? Karena
banyak hal seperti tidak membutuhkan banyak
dulu lagi hal. Entah makanan yang
enak, pakaian yang bagus.
Entah hiburan, entah apa...
Saya banyak sesuatu hal yang
tanggal. Katakanlah itu
tentang sebelum dan sesudah.
48 Menurut N, Kemandirian ini penting. Kebahagiaan adalah
kebutuhan yang Karena, kalau kita enggak akhir dari segala
tidak terbatas mandiri, kita akan kebutuhan
merupakan sumber membutuhkan banyak hal.
penderitaan Jadi, karena dia sendiri
bergeraknya cepat, acak, ya
dia akhirnya membutuhkan
banyak hal. Lagi, lagi, lagi,
dan terus, gitu lho. Dan
kemandirian ini, menurut
saya, tidak ada batasnya. Nah,
itu yang membuat
penderitaan. Sesuatu yang
berbatas itu pasti enak. Tapi
kalau sesuatu tidak terbatas,
yo bayangin aja, gitu lho. Kita
ngomong gampang aja. Aku,
background-ku dari ekonomi.
Orang ekonomi ya ngomong
bahwa, untuk apa to ilmu
ekonomi? Ilmu ekonomi kan
untuk merancang kebutuhan,
merancang kebutuhan yang
tidak terbatas dengan alat
pemuas yang terbatas. Itu saja
wis tampak to, sebetulnya
tidak ada batasnya.
49 N merasa nyaman Tapi nek sesuatu yang Kebutuhan yang
ketika berbatas itu ya enak. Tapi dikurangi akan
kebutuhannya batasnya itu bukan karena kita mendatangkan
sudah dikurangi strength terhadap diri kita kenyamanan
sendiri, tapi memang karena
dari origin-nya, aslinya itu
memang geraknya itu kita
sudah pangkas.
50 Proses transformasi Terus kita membiasakan diri Transformasi diri
diri yang dialami N dengan present moment. Di terjadi saat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 165

terjadi saat sinilah proses transformasi itu membiasakan diri


membiasakan diri terjadi, gitu lho, dan itu berfokus pada momen
berfokus pada mungkin. Perbaikan diri tu here and now
momen here and mungkin. Wong kita
now memperbaikinya dari
hulunya. Katakan tadi kan
kalau kita ngomong
Buddhism, kita pasti ngomong
hulu. Bukan kita ngomong
muara. Kita berbicara pada
sesuatu yang sifatnya lebih
asli.
51 N beranggapan Jadi... kalau dulu selalu ada Segala keinginan
bahwa segala keinginan seperti butuh selalu mewujud pada
keinginan selalu perhatian, tapi sekarang suatu kebutuhan akan
mewujud pada jadi lebih mandiri? Ya, orang lain
suatu kebutuhan Anda marah kan itu butuh
akan orang lain perhatian. Anda merasa
bahwa ada sesuatu yang keliru
dan Anda membutuhkan
perhatian dari orang yang
Anda marahi. Kan perhatian
juga? Apa lagi? Seksual?
Seksual ya butuh perhatian.
Anda membutuhkan
perhatian. Gampangannya, di
dalam Buddhism itu, perhatian
ini pasti berkaitan dengan
orang lain. Kayak contohnya
saya dulu pernah... Sama Pak
Agus, kita punya guru,
namanya Pak Salim, umat
awam dari Tibetan itu. Dia
pertanyaannya begini,
“sebutkan sesuatu, kegiatan
Anda yang tidak berkaitan
dengan orang lain”. Terus dia
menjawab, ada muridnya
yang menjawab “onani”, dia
ngomong gitu. Ya Pak Salim
jawabnya, “Kalau kamu
onani, kamu bayangin siapa?
Kamu bayangin orang lain
to?”, ya udah... Bahkan dalam
onani, yang kamu katakan
onani, kamu tu butuh orang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 166

lain. Nah, prinsipnya gitu aja.


Jadi yang dimaksud
“perhatian” di sini,
kebutuhan yang didapat
dari orang lain, gitu ya? Ya,
karena adanya self ini, pasti
self ini berdiri pasti berkaitan
dengan self, self, self yang
lain. Kan self ini tidak bisa
berdiri sendiri aslinya. Kan
ada orang-orang lain yang dia
wujudkan... Perhatian di sini,
kata-katanya mungkin bisa
keliru, bisa salah. Coba kamu
kembangkan sendiri, butuh
apa? Sesuatulah, butuh
sesuatu dari orang lain.
52 Karena adanya Tapi biasanya karena kita Ketergantungan pada
kebutuhan, maka geraknya acak, dan self ini orang lain
muncul dipandangi oleh pandangan
ketergantungan subyektivitas yang tinggi dan
pada orang lain pekat... termasuk pandangan
self yang kuat itu tadi, jadi
akhirnya kan penuntutan.
“Mbok kamu begini terhadap
saya, mbok kamu begitu
terhadap saya”, kan menjadi
begitu to? Pokoknya intinya,
berusaha memuaskan self,
kalau perlu ya menggunakan
self-self yang lain.
53 Saat meditasi, N Saat meditasi itu, ini bajiknya Menerima diri
berlatih untuk puas kita dilatih mandiri, untuk
pada diri sendiri puas pada diri kita sendiri,
atau puas pada self kita
sendiri. Betul-betul mandiri,
gitu lho. Jadi fokusnya ke
diri ya?
Iya, pada diri kita sendiri.
54 Hal-hal yang Nah, terus tadi dengan Bersumber dari
dibicarakan N pandangan-pandangan pengalaman pribadi
bersumber dari seperti ini, itu kemudian
pengalaman otomatis kondisi emosi jadi
pribadinya lebih mandiri, gitu ya?
Pastinya. Sekarang kamu
bayangkan... Enggak mungkin
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 167

to itu saya ngomong enggak


ada efeknya. Kan sama saja
ini kan menjadi sebuah
pengalaman pribadi bagi saya.
Saya ngomong begini, saya
kan bisa cerita. Berarti nek
kamu tanya tadi tentang
bagaimana pengaruhnya, ya
jelas sekali, gitu lho.
55 Karena menjadi Intinya, kita menjadi pribadi Lebih mandiri
tidak tergantung yang lebih mandiri. Karena
pada orang lain, N ketergantungan kita terhadap
menjadi lebih self-self yang lain itu menjadi
mandiri terkuak gitu lho. Apakah itu
benar atau tidak, seiring
berjalannya waktu, kita
meditasi, kita menjadi tahu...
Kita menjadi... katakanlah
ketidaktergantungan kita pada
banyak self, bukan berarti diri
kita hambar lho.
56 N merasa lebih Saya pikir, malah ceritane, Lebih nyaman dengan
nyaman dengan paradoksnya adalah ketika diri
dirinya sendiri kamu membutuhkan banyak
self itu sesungguhnya kamu
yang hambar. Benar nggak?
You merasa kering, gitu lho.
Kalau kamu merasa cukup,
kenapa kamu butuh? Kan
katakanlah menjadi begitu to?
Karena kita betul-betul damai
lho. Saya merasa nyaman
dengan diri saya...
57 Dengan diri yang dengan kamu ya nyaman. Adanya intensi positif
nyaman, N bisa Karena saya merasa nyaman
bersikap lebih dengan diri saya sendiri, ya
positif kepada saya pun bisa berperilaku
orang lain nyaman kepada orang lain.
Oh, jadi efek ke diri sendiri
juga membawa efek ke
orang lain? Pasti...
58 Ketidakpuasan Lha, sedangkan yang di sini Ketergantungan pada
pada diri membuat nih, yang kamu dikatakan orang lain bersumber
N menjadi bahwa, “yo enggak, wong di pada ketidakpuasan
tergantung pada situ tuh bahagia”, umpamane dengan diri sendiri
orang lain kita terjadi eyel-eyelan begitu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 168

Loh, kamu membutuhkan


mereka kan berarti kamu
kan... Pertama, kamu enggak
puas terhadap dirimu sendiri,
sehingga kamu membutuhkan
mereka untuk muasin kamu.
59 Ketika individu Tapi apakah orang yang kamu Saling ketergantungan
ingin memenuhi tunjuk untuk muasin kamu tu
kebutuhannya pada bisa muasin kamu? Wong,
individu lain, maka mereka sendiri penyakitnya
akan terjadisama, gitu lho. Mereka yo
penuntutan untuk ingin, dia muasin kamu, kamu
pemenuhan itu muasin dia, gitu lho. Kan
kebutuhan masing- menjadi begitu
masing
60 Tujuan Buddhisme: Buddhism memandang bahwa Tujuan Buddhisme:
damai dengan diri ini tu enggak ada habisnya. damai dengan diri
sendiri Perilaku, “mbok kamu puasin sendiri
aku”, yang sana ngomong
“mbok kamu juga muasin
aku”, ini enggak ada
habisnya. Buddhisme
ngomong “mbok kamu damai
dengan dirimu sendiri.
61 Menurut N, Bahwa permasalahan kalau Subyektivitas adalah
pandangan kamu ingin dipuaskan tu beban
subyektivitas sesungguhnya sesuatu yang
adalah kekeliruan keliru”. Sesuatu yang keliru
yang membebani itu apa to? Karena kalian
diri mempunyai pandangan self
yang mempunyai
subyektivitas masing-masing.
Self itu pasti kan beban.
Pengkondisian masa lalunya
kan kuat.
62 N tinggal dalam Saya tadi contoh ngomong Dibesarkan dengan
keluarga dengan tentang pertama kali awalnya, pola asuh adaptif
pola asuh yang orangtua saya kasih tahu “ini
adaptif enggak boleh”. Ini kan juga
self. Ini membentuk self saya,
sedangkan orang lain belum
tentu. Umpamanya ya, saya
tinggal di orangtua yang
mungkin halusan, ya. Sing
agak, katakanlah mungkin
jarang marah. Itu kan juga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 169

membentuk perilaku saya di


dalam marah. Sehingga kan,
saya melihat orangtua begitu,
itu kan lebih membentuk diri
saya untuk oke, untuk tidak
sembarangan mengumbar
karena saya menjadi belajar.
Daripada saya tumbuh dalam
lingkungan sehat, kan
lingkungan ini juga
pengkondisian. Kan jadi
begitu.
63 N bisa melayani Dengan pemahaman yang Adanya intensi positif
orangtuanya seperti ini, bagaimana
pengaruhnya terhadap
kehidupan sehari-hari?
Kalau pengaruhnya tentang
sehari-hari... yo kalau
umpamanya... gampangannya
dengan kemandirian yang
saya dapat, saya bisa...
Umpamane saya punya
orangtua ya, saya bisa
meladeni orangtua saya
dengan lebih baik. Karena
saya sendiri tidak
membutuhkan banyak
perhatian, otomatis saya bisa
memberikan perhatian yang
lebih kepada orangtua.
Kasusnya dalam diri saya
karena saya punya orangtua
yang sudah cukup tua,
sehingga orangtua itu butuh
perhatian. Lha, kalau
seandainya pikiran saya tidak
mandiri, atau pikiran saya
yang acak, ini akan menjadi
kacau. Alih-alih saya
memperhatikan orangtua,
terjadi benturan.
64 N mengalami Nah, saya pikir itu juga Kesulitan dalam
kesulitan dalam penting. Karena, Buddhisme proses bermeditasi
transformasi itu pada akhirnya itu,
dirinya munculnya sesuatu yang
sederhana-sederhana kok;
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 170

perhatian kepada orangtua.


Tetapi, orang menganggap,
“halah, mung koyo ngono wae
aku wis ngerti!”. Tidak, tidak
demikian. Ini sulit untuk
dikatakan. Karena proses
transformasi itu adalah yang
paling sulit dan menantang
dalam kehidupan. Sulit,
sungguh sulit. Dilakukan
sungguh sulit. Saya juga bisa
ngomong begini karena saya
terpaksa menjawab. Tapi pada
proses belajarnya ya jatuh
bangun.
65 N bermeditasi Proses transformasi itu kalau Meditasi adalah
secara terus- saya bisa mengatakan terjadi, proses seumur hidup
menerus itu tidak dibangun oleh
sesuatu yang sifatnya mulus,
tetapi melalui berbagai
macam eksperimen-
eksperimen terus dan terus
sampai sekarang. Saya
katakan ya sampai sekarang.
Jadi, saya katakan kata,
konsep ini tadi, kalau ditanya
sampai kapan, ya itu
pembelajaran seumur hidup.
Jadi, meditasi...
pembelajarannya seumur
hidup? Seumur hidup.
Sekarang kalau dikatakan
bahwa dia berbatas waktu,
gitu ya... Lha bagaimana
mungkin? Wong Sang Buddha
saja setelah pencerahan saja
banyak ditemukan dalam
pose-pose meditasi. Apalagi
kita yang belajar dari dia.
Lebih dari seumur hidup.
Tidak berlebihan, gitu lho.

66 N pertama kali Anda pertama kali meditasi Pertama kali meditasi:


meditasi pada tahun berapa... atau sudah 2001
tahun 2001 berapa tahun? Saya tahun
2001
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 171

67 Kebijaksanaan Tadi kan Anda juga sudah Konsep yang tidak


dalam Buddhimse menyebutkan pengaruhnya lazim di dalam
dinilai N sebagai di kehidupan sehari-hari. Buddhisme
hal yang tidak Kemudian, dari situ
lazim bagaimana Anda melihat
sebenarnya hidup itu kon
ngopo to?
Saya sih sering ngomong
begini, walaupun ini tidak...
tidak nganu ya. Saya katakan
ini tidak lazim. Karena yang
namanya, kalau saya
ngomong tentang Buddhism
ya pastinya dia sifatnya ya...
maka disebut kebijaksanaan
yang tidak lumrah atau
uncommon wisdom.
68 Jagat raya; Nek tentang kon ngopo dalam Kebahagiaan ada di
kebahagiaan dan hidup, saya sering ngomong pikiran
pikiran ada di begini... Di dalam hidup ini,
pikiran saya mengutip omongannya
Sang Buddha, “Kita
menangkap jagat raya itu di
pikiran”, jadi di pikiran. Aku
sih ngomong bahwa jagat raya
ini ditangkap oleh pikiran.
Sebagai umat awam, saya
concern bahwa saya lebih
sering ngomongin pikiran,
karena di situlah sumber dari
dua hal: kebahagiaan mau pun
penderitaan. Ya kan? Kalau di
awal tadi kan acak. Saya
ngomong saya lebih senang
ngurusi di hulunya, pada sifat
aslinya yang paling utama.
69 N ingin bahagia Yaitu di pikiran? Saya Adanya tujuan hidup
hanya ingin satu, saya enggak untuk menemukan
ingin menderita. Saya ingin kebahagiaan
bahagia.
70 Kebahagiaan dan Bahagia dan menderita, ya Kebahagiaan ada di
penderitaan ada di kembali ke konsep awal tadi, pikiran
pikiran ya di pikiran.
71 N tetap mengalami Walaupun saya sebagai umat Tetap mengalami
problem-problem awam ya enggak boleh problem sosial
sosial ngemis. Saya tetap bekerja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 172

Saya tetap memenuhi, saya


tetap bersentuhan dengan
berbagai macam problem
sosial.
72 N menjadi tidak Tapi ya, saya merasa pada Lebih mandiri
tergantung pada efek meditasinya, saya
orang lain menjadi orang yang lebih
mandiri, sederhana... dan saya
tidak begitu ribet dengan
orang lain. Ngurusi wong liyo,
ngerumpi, gitu sudah enggak
nganu lagi.
73 N masih butuh Walaupun saya masih butuh Kebutuhan untuk
komunitas yang orang lain. Saya butuh berafiliasi
seaspirasi dan komunitas. Komunitas apa?
mendukung Komunitas yang sama...
upayanya Tentunya yang seaspirasi.
Saya enggak mungkin to
gabung dalam komunitas
yang bertentangan dengan
padangan hidup saya ya,
enggak mungkin. Saya butuh
komunitas. Hari Jumat nek
umpamane koe nganu, itu ya
komunitas. Atau mungkin
saya latihan yoga... ya itu
adalah salah satu upaya untuk
mendukung.
74 N merasa bahagia Tadi, kebahagiaan itu ada Kebahagiaan dicapai
ketika mulai di pikiran... dan jika individu merasa
merasa nyaman kebahagiaan itu adalah nyaman dengan
pada dirinya tujuan hidup Anda. Nah, dirinya sendiri
sendiri sebenarnya kalau orang
sudah bahagia itu ketika dia
ngapain? Kalau yang jelas,
begini... Saya mengatakan
begini, ini menjadi sulit
kepada orang yang tidak
mengalami pengalaman
meditatif. Karena begini... ini
membutuhkan suatu
eksperimen yang panjang
kepada yang nanya...
Sekarang begini, kalau dari
pikiran aslinya acak, betul-
betul bergerak terus... Terus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 173

pikiran itu menyusut. Saya


kan enggak bisa ngomong,
“ini lho, enaknya seperti ini”.
Kan enggak bisa. Itu sama
saja saya justru disuruh
ngomong rasanya gula seperti
apa. Ya sulit bagi saya untuk
menjawab pertanyaan itu.
Karena pertanyaan itu
menyangkut pengalaman.
Otomatis, ketika saya ditanya,
“sekarang efeknya
bagaimana?”. Saya sih hanya
nyontohinya begini... saya
sering ngomong kepada
teman saya efeknya begini...
Kalau kamu dirundung
demam yang tinggi, yang
betul-betul kamu menggigil,
demam yang tinggi... Dia juga
bertanya yang sama seperti
kamu. Saya cerita bahwa
kamu menggigil, badanmu
panas-dingin. Nah, ketika
kamu meminum obat,
otomatis kalau kamu
perhatikan... Terjadi kayak
gradasi, gitu lho. Nah, di
mana gradasi itu kamu masuk
di dalam area yang tidak
meriang, tidak panas-dingin,
tapi juga belum totally
sembuh. Tapi Anda masuk ke
dalam suatu gradasi yang
kelihatannya ya agak sakit,
tapi kok yo rodo enteng, rodo
nyaman. Ha, piye kui sing
mbahasake? Kira-kira begitu.
Anda karena minum obat,
sudah terjadi badanmu mulai
fit... Anda masuk dalam suatu
gradasi di mana demamnya
masih ada, tapi ada rasa
enteng, tapi sembuh juga
belum. Tapi rasanya ya... ada
suatu rasa optimis di dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 174

diri Anda. Anda, “eey, saya


sudah enakan!”. Ya, saya
kalau cerita begitu bisa
ekspresinya, ini kan aku sing
ngalami, bisa ketawa, betul-
betul ketawa. Tapi nek
dikatakan sembuh 100% juga
belum. Saya mengakui bahwa
saya belum sembuh 100%.
75 N merasa optimis Karena kembali ke itu tadi Optimis
ketika mulai dapat ya, meditasi itu
merasakan pembelajaran seumur
pengaruh meditasi hidup. Seumur hidup, ya,
pasti. Terus dan terus... Kalau
saya cerita tentang panas-
dingin itu tadi saya betul-betul
bisa tersenyum dengan lebar,
gitu. Karena saya merasa...
Kamu bisa bayangin to?
Tentang cerita awal. Kamu
menanyakannya dari awal...
sekarang ya saya
mengibaratkan gimana itu?
Sembuh juga belum. Saya
ngakui bahwa sembuh itu
belum. Tetapi tidak seburuk
ketika kamu diguncang oleh
panas-dingin yang begitu
kuat. Tapi pada saat Anda
mulai sembuh itu, Anda wis
mulai, “aaaaaah...”, gitu lho.
Rasanya ya, “wow”-nya itu
lho. Ini aku belum sembuh.
Tapi ada, “wah, sedelok
meneh aku mari”. Anda bisa
“wooow!”, gitu lho.
76 Pandangan N Pandangan Anda mulai jernih, Lebih aware
menjadi lebih tapi ada menggigil sedikit.
jernih Kalau kamu tanya tentang
efek, ceritanya begitulah.
Tadi yang dimaksud
“pandangan jernih” itu
bagaimana? Maksudnya
adalah, ketika kamu sakit
kamu mungkin kan....
meriang itu berarti kan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 175

matanya berair. Ini masalah


tentang sakit itu tadi. Nak
pandangan jernih tentang
aspek meditatifnya, Anda
menjadi tahu, Kalau kita
ngomong tentang pikiran,
Anda menjadi tahu bahwa
gerak yang ini tu, Anda sudah
menangkap bahwa.... Anda
memahami bahwa gerak di
sini sudah mulai tereduksi,
terkurangi. Anda mengetahui
itu, pasti. Jadi, meditasi tu ya
Anda memahami.
77 Proses transformasi Jadi, proses di sini bukan Proses transformasi
pikiran yang kayak semata-mata nganu pikiran dalam praktik
dialami N tidak ya... Proses di dalam pikiran meditasi memakan
terjadi dengan itu bukan berarti koyo banyak waktu
cepat membalikkan telapak tangan
sing cepet banget, ora ketok.
Proses dari yang acak tadi,
yang bergerak terus, yang
keruh, yang selalu subyektif
karena ada pandangan self. Di
sini tertransformasinya tu
bukan koyo ngene lho,
“weeet, weeet!”, njuk ora
ketok, bukan.
78 Adanya Tapi ini semua muncul karena Pengaruh meditasi
pemahaman dasar pemahaman. Oleh muncul karena adanya
membantu praktik karena itu, pemahaman yang pemahaman
meditasi N muncul dari praktik,
pemahaman yang muncul dari
meditatif, maka dikatakan dia
“insight”. Oke... Jadi
pemahamannya itu muncul
karena praktik? Praktik...
Dari pengalaman... “Oh, tak
beginikan ketoke piye,
diginikan ketoke piye. Oh,
ketoke salah”.
79 Pikiran N menjadi Nah, pemahaman-pemahaman Pikiran menjadi lebih
lebih fleksibel tentang melenturnya ini tadi. fleksibel
Pandangan self yang begini
tadi, yang acak itu tadi,
sebetulnya dia membentuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 176

suatu subyektivitas yang


keras. Tapi kemudian dia
melentur, melentur, melunak.
80 N mendapat Nah, proses melentur, Adanya pemahaman
pemahaman saat melunaknya itu lho. Itu yang muncul dari
praktik ketika ia sesungguhnya proses yang praktik meditasi
langsung bisa kita ceritakan. Nah,
mengalami suatu proses pemahamannya ini,
pengalaman itu pemahaman kalau ini
sendiri dibeginikan kok yo keliru,
dibeginikan yo akhirnya
benar... Ini tadi pemahaman
yang muncul dari praktik
disebut insight. Pemahaman
yang langsung, gitu lho.
Karena Anda experience, gitu
lho... pengalaman. Kira-kira
begitu...
81 Sebelum meditasi, Oke… Jadi itu tadi kan Kebahagiaan dicapai
N bahagia jika sudah dijelaskan arti ketika dapat
dapat kebahagiaan sesudah mempertahankan
mempertahankan meditasi ya. Kalau dulu sesuatu
sesuatu sebelum meditasi
bagaimana? Bahagia kalau
bisa dapat sesuatu,
pertahankan sesuatu secara
membuta sampai ngedani hal
tersebut. Pokoknya bahkan
enggak melek ini sehat atau
tidak… pikiran sangat
menyempit. Jika dirundung
sesuatu bisa lama usianya,
baik benci dan lain-lain
bagiku itu berharga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 177

TEMA-TEMA RESPONDEN III (N)

A. Adanya kehampaan dalam diri (Nomor)


1. Tidak adanya kendali pikiran 1, 5, 7
2. Ketergantungan pada orang lain 52

B. Pemaknaan kebahagiaan sebelum praktik


mindfulness
1. Kebahagiaan dicapai ketika dapat mempertahankan 81
sesuatu

C. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi


1. Konsentrasi secara terus-menerus 39
2. Fokus pada napas 25, 30
3. Fokus pada momen here and now 31, 34, 36
4. Menerima diri 53

D. Perubahan pikiran menjadi lebih positif


1. Lebih obyektif 43
2. Lebih fleksibel 79
3. Lebih aware 76

E. Perubahan sikap menjadi lebih positif


1. Adanya intensi positif 57, 63
2. Lebih mandiri 44, 46, 55, 69, 72
3. Lebih sederhana 47
4. Lebih nyaman dengan diri 56

F. Penghayatan tujuan hidup untuk mencari


kebahagiaan
1. Adanya tujuan hidup untuk menemukan 69
kebahagiaan

G. Pemaknaan kebahagiaan sesudah praktik


mindfulness
1. Kebahagiaan ada di pikiran 68, 70
2. Kebahagiaan adalah akhir dari segala kebutuhan 48
3. Kebahagiaan dicapai dengan konsentrasi yang 41
obyektif dan terus-menerus
4. Kebahagiaan dicapai jika individu merasa nyaman 74
dengan dirinya sendiri

Anda mungkin juga menyukai